Disusun Oleh:
Vicky Soemantrie
230210130001
230210130006
Fatkhurrochman
230210130007
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tipe-tipe Pasang Surut
Menurut Nontji (1987) terdapat empat jenis tipe pasang surut yang
didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian
(diurnal), tengah harian (semi diurnal), campuran condong ke harian ganda
(mixed tides) dan campuran condong ke harian tunggal (prevailing diurnal).
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara
sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada
bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a) Pasang surut diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali
pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
b) Pasang surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
c) Pasang surut campuran yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila
bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi
diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk
pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe
yaitu:
a) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), merupakan pasut yang
hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. Ini
terdapat di Selat Karimata.
b) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), merupakan pasut yang
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam satu hari. Ini terjadi di Selat Malaka dan Laut Andaman.
Pola gerak pasut harian ganda (semi diurnal tide) (Malik, 2007)
2) Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air
rendah pada suatu periode waktu.
3) Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua
pasang tinggi.
4) Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah.
5) Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang
tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air
tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
6) Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal
ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
7) Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal
ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
8) Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika
hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah
tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
9) Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika
tunggang (range) pasut itu tertinggi.
10) Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang
diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang
purnama.
11) Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu
jika tunggang (range) pasut paling kecil.
12) Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang
dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani.
13) Highest
Astronomical
(LAT) adalah
Tide (HAT)/Lowest
permukaan
laut
Astronomical
tertinggi/terendah
yang
Tide
dapat
gerakan massa air laut dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin
(thermohaline circulation).
4.
Formzahl
Bilangan Formzahl yakni pembagian antara amplitudo konstanta pasang surut
harian utama dengan amplitudo konstanta pasang surut ganda utama. Hasil
perhitungan bilangan Formzahl ini akan diketahui tipe pasang surut pada suatu
perairan. Perhitungan tipe pasang surut menggunakan persamaan Formzahl
(Anugrah, 2009) sebagai berikut:
F=
Keterangan:
F = Bilangan Formzahl.
O1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya
tarik bulan.
K1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya
tarik surya.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tahapan Penentuan Tipe Pasang Surut
1.
TPXO: http://volkov.oce.orst.edu/tides/global.html
pojok kanan bawah dengan Lat berarti Lintang dan Lon berarti Bujur. PPN
yang diambil adalah PPN Kejawanan Cirebon Jawa Barat.
6.
Klik Browse for folder pada bagian atas yang ditunjukan dengan tanpa
panah dan cari folder tmd_toolbox yang telah di download dan di extract
sesuai dengan tempat folder tersebut.
Klik
7.
8.
9.
Setelah itu akan muncul perintah open model, lalu buka folder tpxo yang
di download lalu klik open pada filenya
10. Akan muncul tampilan sesuai dengan gambar berikut lalu rubah data
tersebut sesuai gambar yang ada.
11. Isi semua variable yang ada di kolom sebelah kiri untuk menunjukan
konstituen dan hanya isi variable z dengan memilih append file dan
mengganti nama sesuai tempat yang diprediksi agar mudah tanpa
mengubah format.xls yang ada dalam kolom
12. Ganti kolom atas dengan predict tide agar dapat memprediksi pasang surut
pada tempat yang di tentukan. Dan pastikan kolom bawah adalah plot
bathymetry.
13. Ubah kordinat sesuai kordinat tempat yang akan diprediksi sesuai dengan
yang didapatkan sebelumnya pada google earth atau pun google maps
14. Ubah kolom pertama dengan tahun yang akan diprediksi, kolom kedua
dengan bulan, kolom ketiga dengan tanggal, kolom keempat dengan jam
(UTC 00.00) , kolom kelima dengan menit dan kolom ke 6 dengan lama
waktu. Jika data sudah sesua klik go pada kolom dan tunggu hasilnya.
Keterangan:
Data diatas menunjukan prediksi pasang surut bulan September 2014
dengan lama waktu 28 hari yang dimulai dari jam 00.00 pada tanggal 1
September sampai jam 23.00 pada tanggal 28 September karena lama waktu
yang di tentukan adalah 672 yaitu 24 jam dikali dengan 28 hari. Angka 17.00
yang menunjukan jam sama dengan angka 00.00 karena wilayah Indonesia
mempunyai (UTC + 07.00) dan pada software matlab mempunyai (UTC
00.00), sehingga data jam yang dimasukan pada Matlab harus dikurangi 7 jam.
15. Setelah selesai predicting akan diperoleh gambar pasang surut sebagai
berikut dan akan diolah memakai excel untuk menghasilkan grafik yang
lebih jelas,
16. Buka Excel dan open data (.xls) yang telah di save pada TMD pada folder
tmd_toolbox
17. Akan muncul Text Import Wizard pada excel. Ganti type file dengan
delimited, lalu next, ceklis kolom coma dan spacing lalu finish, untuk
merapihkan dan memisahkan data pada kolom-kolom dalam excel.
18. Setelah muncul data yang di open, block angka hasil elevasi pasang surut
dari awal sampai data ke 168 dan seterusnya tiap 168 data. Hal ini karena
mewakili waktu (jam). Akan ada 4 grafik, hitungannya per minggu. Klik
tab insert pilih grafik scatter sesuai dengan gambar lalu akan muncul
grafik dari pasang surut seperti yang ada di gambar.
19. Ubah kolom bagian bawah dari halaman TMD untuk mencari nilai
formzahl
20. Kolom yang dirubah adalah kolom predict tide menjadi extract tidal
constants
22. Buka file yang telah tersimpan tadi di folder yang sama dengan file
sebelumnya
23. Akan tampil seperti berikut. Data yang ada dapat dimasukkan ke rumus
formzahl. Sehingga dapat diketahui tipe pasutnya.
F=
F=
F=
F = 1,0231
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dengan bilangan formzahl diketahui jenis pasang surut
di wilayah PPN Kejawanan Cirebon Jawa Barat adalah Pasang Surut Campuran
(ganda dominan). Hal ini ditunjukkan dengan nilai formzahl 1,0231 yang masuk
dalam golongan pasang surut campuran (ganda dominan). Dalam sehari terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut. Bentuk gelombang pasang pertama tidak sama
dengan gelombang pasang kedua (asimetris) dengan bentuk condong semi diurnal.
DAFTAR PUSTAKA