Anda di halaman 1dari 3

PRIMARY DYSMENORRHEA

Dismenorea ditandai dengan adanya rasa nyeri tumpul pada abdomen bagian bawah dan dapat
menjalar ke suprapubik hingga ke paha bagian dalam yang timbul beberapa jam sebelum
menstruasi dan berlanjut hingga 2-3 hari. Sensasi nyeri yang timbul ini kadang mengganggu
aktivitas.
Dismenorea dapat dikategorikan sebagai dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
Dismenorea primer biasa timbul pada 1-2 tahun pertama setelah menarke dan tidak disertai
adanya kelainan pada organ pelvis, sedangkan dismenorea sekunder biasanya timbul beberapa
tahun setelah menarka dan disertai adanya gangguan organis pada pelvis, misalnya :
endometriosis, Pelvic Inflammatory Disease, adenomyosis, adhesi, dsb.
Prostaglandin dilepaskan sebagai akibat dari lisisnya sel endometrial ketika sel telur tidak
dibuahi. Ketika tidak terjadi kehamilan, kadar progesterone turun selama fase luteal. Hal ini
menimbulkan ketidakseimbangan lisosom dan pelepasan enzim

fosfolipase,

sehingga

membran sel rusak dan fosfolipid pada membrane sel dihidrolisis, yang menghasilkan asam
arakhidonat yang merupakan prekursor untuk jalur COX dan lipooksigenase. Hasil dari jalur
COX ini yaitu Prostaglandin F, PGE dan Tromboksan A dapat menginduksi kontraksi otot polos
(kontraksi uterus, vasokonstriksi) dan hipersensitisasi serabut saraf nyeri. Prostaglandin juga
dianggap berperan terhadap timbulnya gangguan gastrointestinal pada dismenorea.
Bukti bahwa prostaglandin berperan dalam dismenorea yaitu : 1) Darah menstruasi dari wanita
dengan dismenorea memiliki level prostaglandin (khususnya PGF2a dan PGE2) yang lebih
tinggi dari wanita eumenorrhea; dan 2) adanya kemiripan gejala yang timbul dengan induksi
persalinan menggunakan prostaglandin.
Persepsi nyeri yang timbul pada dismenorea bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor psikologis
dan emosional masing-masing individu.
PENATALAKSANAAN
a. Perubahan gaya hidup
-

Perubahan diet
Salah satu penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara diet rendah lemak
pada vegetarian dengan berkurangnya gejala dismenorea, hal ini mungkin dengan
cara mempengaruhi metabolisme prostaglandin.

Olahraga
Latihan fisik dapat mengurangi gejala dismenorea. Olahraga dianggap dapat
meningkatkan aliran darah di pelvis dan mampu menstimulasi pelepasan
endorphine, yang berperan sebagai analgesic non spesifik.

Berhenti merokok

b. Pengobatan alternative
-

TENS
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) menghilangkan nyeri melalui
dua mekanisme. Dengan menghantarkan impuls afferent melalui serabut saraf A
berdiameter besar, TENS meningkatkan ambang batas nyeri sehingga sinyal nyeri
akibat hipoksia uterin dan hiperkontaktilitas akan kurang dipersepsikan. TENS juga
menstimulasi pelepasan endorphin dari saraf perifer dan saraf spinal, sehingga
menyediakan jalur lain untuk melemahkan nyeri.

Akupuntur
Akupuntur menimbulkan eksitasi reseptor pada serabut saraf, yang melalui
serangkaian interaksi dengan serotonin dan endorphin mampu menghambat impuls
nyeri.

c. Farmakologis
-

Analgesic Non Opioid


Parasetamol dapat digunakan sebagai pengobatan awal, khususnya jika terdapat
kontraindikasi penggunaan NSAID.

NSAID
Ini adalah obat yang paling umum digunakan untuk penanganan dismenorea karena
mampu menghambat sintesis prostaglandin pada endometrium dan menimbulkan
efek analgesic pada sistem saraf pusat. Ibuprofen paling banyak digunakan karena
insidens efek samping yang ditimbulkan jarang.

COX 2 inhibitor
Konversi asam arakhidonat menjadi siklik endoperoksida melibatkan katalisis oleh
enzim siklooksigenase (COX). COX 2 disekresi sebagai respon terhadap berbagai
stimulus. NSAID menghambat COX 1 maupun COX 2, sedangkan COX 2 inhibitor
bekerja lebih spesifik sehingga tidak menimbulkan ulserasi gastroduodenal

Nitroglycerin
Nitric oxide dapat merelaksasikan otot uterus.

Obat kontrasepsi oral

Obat kontrasepsi oral (estrogen dan progestin) mengurangi volume cairan


menstruasi dan prostaglandin dibawah batas normal pada satu siklus haid. Obat
kontasepsi oral juga dapat menurunkan kadar vasopressin plasma yang meningkat
pada dismenorea.
d. Pembedahan
Laparoscopic uterine nerve ablation (LUNA) dan presacral neurectomy telah digunakan
untuk penanganan kasus dismenorea berat yang telah dibuktikan melalui laparoskopi,
walaupun belum ada bukti yang cukup tentang efektivitas terapi ini. Kedua metode ini
memotong sebagian serabut saraf sensoris cervical sehingga nyeri uterus tidak lagi
terasa.
EFEK SAMPING PENGOBATAN
Penggunaan NSAID dapat menimbulkan efekk samping seperti gangguan gastrointestinal
(perforasi, gastritis), mual muntah, konstipasi, retensi cairan dan edema, gangguan saraf pusat,
nefrotoksik, dan hepatotoksik.
20% penggunaan nitrogliserin menimbulkan efek samping sakit kepala.

REFERENSI
Dawood, MY. Primary Dismenorrhea Advances in Pathogenesis and Management. Obstet
Gynecol 2006;108:42841
Proctor Michelle, Farquhar Cynthia. Diagnosis and Management of Dysmenorrhoea. BMJ. May
13, 2006; 332(7550): 11341138.

Nama : Citra Lestari


NIM : C 111 11 176

Anda mungkin juga menyukai