Anda di halaman 1dari 18

Istilah, penamaan sejarah, rumus bangun, klasifikasi, kegunaan, gambar infromatif,

referensi

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pepper pratikum ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi mahasiswa untuk
melaksanakan pratikum. Karena dengan adanya pepper pratikum ini mahasiswa mesti mencari

bahan berdasarkan judul pratikum ini mahasiswa mesti mencari judul pratikum setiap minggu.
Sehingga mahasiswa dapat belajar dan mengetahui apa saja yang akan di pratikumkan sesuai
objek yang berdasarkan jurnal.

Hewan yang akan diperiksa dan diamati adalah hewan vertebrata yang mewakili setiap
species mulai dari proses sampai dengan mamalia. Adapun objek pratikum minggu ini adalah
METAMORFOSIS REGENERASI.

Pada pratikum ini kami mesti dapat mengamati variasi struktur dari katak membina
kemampuan untuk menafsirkan apa saja yang tampak antara struktur khasnya.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui lapisan dan proses terbentuknya metamorfosis dan regenerasi

1.3 Tinjauan Pustaka


Metamorfosis adalah pembelahan larva suatu hewan menjadi hewan dewasa. Pada
awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10
hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi berudu. Berudu di air setelah
berumur 2 hari, berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas (Djuhanda, 1981).

Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8
minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai
muncul. Pada umur 12 minggu, kaki depannya mulai terbentu, insang tidak berfungsi lagi,
ekornya menjadi pendek serta bernafas dengan paru-paru. Maka bentuk dari muka akan lebih
jelas. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi
katak dewasa dan kembali berkembang biak (Shearer, 2008).
Ada beberapa hal yang berbeda dari daur amfhibi pada umumnya. Beberapa species
salamander tidak perlu bermetamorfosis untuk menjadi dewasa sepenuhnya secara seksual, dan
hanya akan bermetamorfosis dalam tekanan kondisi lingkungan tertentu. Banyak species kodok
tropis meletakkan telurnya di darat, dimana kecebong bermetamorfosis di dalam telur. Ketika

mereka menetas, mereka menjadi dewasa yang belum benar-benar matang, kadang-kadang masih
memiliki ekor yang dalam beberapa hari kemudian diserap kembali (Yatim, 1994).

Pada amfhibi, metamorfosis umumnya digabungkan dengan perubahan persiapan yang


mana dari organisme aquatik untuk menjadi organisme daratan. Pada anura, perubahan
metamorfosis berlangsung secara drasmatis dan kebanyakan organ-organnya telah termodifikasi.
Perubahan ini meliputi hilangnya gigi dan insang internal pada anak katak, seperti hilangnya
ekor, kemudian akan terjadi proses pembentukan seperti berkembangnya anggota tubuh dan
morfogenesis kelenjar dermoid (Djarubito, 1990).

Perubahan lokomosi terjadi dari gerakan ekor menjadi terbentuknya lengan depan dan
lengan belakang. Gigi yang digunakan untuk mencabik tanaman hilang dan digantikan dengan
perubahan bentuk baru dari mulut dan rahangnya, otot dari lidah juga berkembang, insang
mengalami degenerasi, paru-paru membesar, otot dan tulang rawan berkembang untuk
memompa udara masuk dan keluar pada paru-paru. Mata dan telinga berdifferensiasi. Telinga
bagian tengah berkembang dan membran tifany teletak pada bagian telinga luar (Machmudin,
2008).

Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau
lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap
potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Pada anelida kemampuan
itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada reptil dan
amphibi (Djuhanda, 1981).

Cacing tanah yang tubuhnya putus atau rusak akan tetap hidup kembali dan akan terus
dapat melanjutkan peranannya dalam meningkatkan kesuburan tanah. Cacing ini juga
dimanfaatkan untuk pembuatan kompos (Shearer, 2008).

PELAKSANAAN PRATIKUM

2.1 Waktu & Tempat

Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang
pada tanggal 30 Desember 2010.
2.2 Alat & Bahan
Planaria, berudu berkaki, gelas aqua, air, pinset, kaca objek, kerta milimeter, label, spidol
permanen, keranjang, tisue.
2.3 Cara Kerja
Berudu berkaki diletakkan didalam aqua gelas yang sudah berisi air, dimana salah satu
digitinya sudah dipotong dan diamati perkembangannya dalam beberapa hari ke depan.
Sedangkan planaria diambil pakai pinset diletak di atas kaca objek diukur dengan kertas
milimeter dan diletakkan ke dalam aquades 1 yang sudah berisi air dan kuning telur. Lalu ambil
planaria lain, diukur dan di potong transversal 2, setelah dipotong lalu diukur kembali dan
diletakkan ke dalam aqua gelas yang berbeda. Begitu seterusnya dengan pembelahan transversal
3, longitudinal, pembelahan kepala dan pembelahan ekor. Lalu amati dalam beberapa hari
kemudian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkuran planaria
a.

Planaria utuh

Ukuran = 10mm (gelas A)


b. Planaria potong transversal
Ukuran sebelum = 9mm
Ukuran sesudah dipotong :
Ekor = 5mm (gelas B)
Kepala = 4mm (gelas C)
c. Planaria potong transversal 3
Ukuran sebelum = 9mm
Ukuran sesudah di potong :
Kepala = 4mm (gelas D)
Badan tengah = 2mm (gelas E)
Ekor = 3mm (gelas F)

d. Planaria potong longitudinal


Ukuran sebelum = 10mm
Ukuran sesudah di potong :
Sisi kanan = 5mm (gelas G)
Sisi kiri = 5mm (gelas G)
e. Planaria belah kepala
Ukuran sebelum = 12mm
Ukuran sesudah di potong :
Sisi kiri = 6mm (gelas H)
Sisi kanan = 6mm (gelas H)
f. Planaria belah ekor
Ukuran sebelum = 10mm
Ukuran sesudah di potong :
Sisi kiri = 5mm (gelas I)
Sisi kanan = 5mm (gelas I)

Keterangan

Perkembangan
Hari

senin/3/1/11

3mm

mm
1

kamis/6/1/11

7mm

6
,7mm

2
senin/10/1/11

2mm

5mm

,5mm

,1mm

mm

mm

,5mm

mm

PENUTUP

mm

mm

,5mm

mm

mm

mm

6
mm

8
mm

6
,5mm

,5mm
7

7
mm

mm
5

4
,5mm

mm
5

7
mm

mm
3

7
,5mm

mm
5

7
,3mm

,5mm
5

2
kamis/13/1/11

mm

6
,5mm

9
mm

7
mm

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
- Pharynx planaria berada di perut
- Pada planaria terdapat neoblast yang berperan dalam pembentukan jaringan rusak
- Pada amphibia pertumbuhan digiti yang di potong berlangsung lama

4.2 Saran
Laporan pratikum ini saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini
untuk itu saya minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran
dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini sarat dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Djarubito, Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga LP4 : Jakarta
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico : Bandung
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FMIPA UPI
Shearer, J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Andalas
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung

Kalau kulit segera menutupi luka amputasi salamander, regenerasi terhalang. Seperti
ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika kaki katak diamputasi, tak
terjadi regenerasi, karena kulit yang segera menutup luka itu. Dengan diberi larutan garam untuk
mencegah lapisan dermis kulit bergerak ke luka, ternyata terjadi regenerasi. Kalau hanya
epidermis kulit yang menutup luka, regenerasi terjadi. Ini menunjukkan bahwa kulit, terutama
dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi (Yatim, 1984).
Planaria adalah termasuk cacing pipih yang tempat hidupnya di air yang banyak mengandung
oksigen. Sama halnya hewan air lainya ia tergolong pada invetebrata. Hewan ini dapat juga
djadikan bioindikator untuk mengetahui tingkat kualitas air. Karena pada air yang tercemar
planaria tidak dapat hidup. Cacing planaria berbentuk pipih yang bisa memanjang dan mengerut.
Jika planaria bagian tubuhnya dipotong akan mengalami regenerasi (Jasin, 1984).

4.2.1 Pengamatan Planaria pada Hari Pertama Berdasarkan hasil pengamatan Planaria pada hari
pertama, perlakuan anterior yang dipotong dengan total Planaria awal 3. Setelah hari pertama
jumlah yang hidup 3 (tetap) dan tidak ada yang mati. Pada bagian posterior berbentuk cekungan,
luka pada posterior belum tertutup secara sempurna. Perlakuan pada bagian posterior yang
dipotong total Planaria awal 3. Setelah hari pertama jumlah yang hidup 3 (tetap) dan tidak ada
yang mati. Pada bagian anterior belum terbentuk dengan baik. Bagian ujung anterior membentuk
lekukan, gerak pada Planaria tersebut pasif. Pada perlakuan samping kanan yang dipotong,
dengan total Planaria awal 3. Setelah hari pertama jumlah Planaria yang hidup 2 dan yang mati 1,
badan belum terbentuk dengan sempurna. Planaria yang mati mengalami peleburan, pada
pangkal posterior membentuk lekukan. Salah satu Planaria, badan yang mengalami goresan
belum menutup dengan sempurna. Pada perlakuan samping kiri yang dipotong, dengan total
Planaria awal 3. Setelah hari pertama jumlah Planaria yang hidup 3 (tetap) dan tidak ada yang
mati. Belum terbentuk posterior dan anterior (pada Planaria ke-2). Dan belum terbentuk bagian
badan dekat posterior dengan sempurna dan geraknya pasif. (Anonymous, 2009). (Anonymous,
2009). Bagian Planaria. Bagian Planaria.
4.2.2 Pengamatan Planaria pada Hari ke-2 Berdasarkan hasil pengamatan Planaria pada
hari ke-2 Planaria bagian anterior yang dipotong, total awal Planaria yang masih hidup 3. Setelah
hari ke-2 jumlah yang hidup 3 (tetap) dan yang mati tidak ada. Pada badan Planaria bertambah
besar dan ujung badan anterior berwarna putih. Hal tersebut telah membuktikan bahwa, pada
bagian anterior yang dipotong telah mengalami regenerasi lebih cepat. Pergerakannya
melengkung pada bagian posterior belum terbentuk dengan sempurna, dan masih membentuk
lekukan. Pada bagian posterior yang dipotong total Planaria awal 3. Setelah hari ke-2 jumlah
yang hidup 3 (tetap) dan tidak ada yang mati. Anterior belum terbentuk dengan sempurna, dan
ukuran badan tetap. Pergerakan lambat, karena tidak seaktif pada bagian anterior. Pada bagian
samping kanan yang dipotong total Planaria awal 3. Setelah dua hari jumlah yang hidup 2 dan
yang mati 1. Planaria yang mati telah melebur, sedangkan Planaria yang hidup tubuhnya semakin
panjang. Pada badan yang terpotong belum mengalami regenerasi dengan sempurna. Geraknya
lambat, karena tidak seaktif pada bagian anterior. Bagian anterior dan posterior sudah mulai
terbentuk, tetapi badan samping posterior belum sempurna pembentukan tubuhnya. Pada bagian
samping kiri, yang dipotong total Planaria awal 3. Setelah dua hari jumlah yang hidup 3 dan
yang mati tidak ada. Planaria yang paling besar, belum terbentuk anterior gerak lambat. Pada
Planaria ke-2 posterior belum terbentuk, dan lebih banyak diam daripada gerak. Planaria ke-3
anterior belum terbentuk dan geraknya lambat. Bag. Anterior Bagian posterior (Anonymous,
2009). (Anonimous, 2009).
Planaria adalah termasuk cacing pipih yang tempat hidupnya di air yang banyak
mengandung oksigen. Sama halnya hewan air lainya ia tergolong pada invetebrata. Hewan ini
dapat juga djadikan bioindikator untuk mengetahui tingkat kualitas air. Karena pada air yang

tercemar planaria tidak dapat hidup. Cacing planaria berbentuk pipih yang bisa memanjang dan
mengerut. Jika planaria bagian tubuhnya dipotong akan mengalami regenerasi (Jasin, 1984).
Menurut Wiyono (2005), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal
tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor
bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
Menurut Ngatidjan (1991), regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu : Luka akan tertutup
oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung. Sel
epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini
membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan
melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan
semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang
rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti
membesar dan sitoplasma menyempit. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada
permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari
penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan,
terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi
membentuk blastema. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara
serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar
yang maksimal dan tidak membesar lagi. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan
berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat
menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian
yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan
asalnya. Planaria yang tertangkap kebanyakan memiliki panjang 2 cm lebar 0,3 cm, selain itu
diperoleh juga planaria yang memiliki panjang 4 5 cm. Pada saat planaria dipotong secara
transversal menjadi 2 bagian. Pada bagian ekor akan membentuk kepala selama 4 menit dan
bagian kepala akan membentuk ekor selama 8 menit (Carlson, 1998). Pada saat planaria
dipotong secara transversal menjadi 3 bagian. Bagian kepala membentuk ekor selama 8 menit,
potongan bagian tengah depan membentuk kepala selama 15 menit dan membentuk ekor bagian
bawah selama 17 menit, sedangkan bagian ekor akan membentuk kepala selama 5 menit. Pada
saat planaria dipotong secara longitudinal, pertumbuhan bagian tubuh tidak memanjang
melainkan melebar, dan hanya memerlukan waktu selama 2 menit (Ngatidjan, 1991).
Planaria yang dipotong- potong ternyata masih bisa hidup. Jika planaria dipotong secara
transversal menjadi 2 bagian, maka bagian ekor akan terbentuk kepala, dan pada bagian kepala
akan terbentuk ekor. Sedangkan jika dipotong secara transversal menjadi 3 bagian, maka pada
bagian ekor akan terbentuk kepala, pada bagian kepala akan terbentuk ekor, dan pada bagian
tengah planaria akan terbentuk kepala dan ekor. Planaria yang dipotong secara longitudinal

mengalami regenerasi sangat cepat secara melebar. Regenerasi Planaria sangat cepat dan bila
dilakukan pemotongan secara longitudinal, maka secara cepat akan membentuk kembali bagian
tubuhnya secara lengkap (Yatim, 1984).
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, serta
didukung dari beberapa literatur maka dapat disimpulkan bahwa: Regenerasi dalam biologi
adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Proses regenerasi yaitu: Luka
akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai
pelindung. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah
scab. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Pembentukan kuncup regenerasi
(blastema) pada permukaan bekas luka. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang
terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema
mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi,
serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi regenerasi yaitu: temperatur, proses biologi, dan faktor bahan makanan. Bagian
regenerasi pada Planaria yang berkembang lebih cepat yaitu anterior, karena dilakukan
pemotongan secara longitudinal, maka secara cepat akan membentuk kembali bagian tubuhnya
secara lengkap. 5.2 Saran Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kulia
SPH II dan para Asisten Laboratorium SPH II, karena telah membimbing kami dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan. Semoga apa yang telah kita lakukan selama ini bermanfaat, khususnya
bagi diri kita sendiri dan bagi semua pada umumnya. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. http://bio-um.blogspot.com/2007/04/Regenerasi.html. diakses pada tanggal 14 Juni
2009.
Carlson, B.M. 1998. Pattens Foundation of Embryology. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan ( Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.
Muchtarromah. 2006. Panduan Praktikum SPH II. Malang: UIN Malang.
Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta:
UGM.
Wiyono, Sapto. 2005. Kamus Pintar Bioologi. Surabaya: Citra Wacana.
Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Bandung: Tarsito.

Dalam membandingkan kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda, tampak ada
hubungan antara kompleksitas dan kemampuannya untuk regenerasi. Daya regenerasi spons
hamper sempurna. Pada manusia, regenerasi terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu.
Dalam satu oragnisme, setidaknya di antara vertebrata, dengan meningkantnya umur juga
tampak kemampuan regenerasi llenyap secara progresif. Ketika tungkai pertama terlihat pada
kecebong katak, bila lenyap bagian itu akan dapat diregenerasi dengan mudah, akan tetapi
setelah metamorphosis, katak secara normal tidak mampu meregenrasi tungkai yang lenyap.
Persamaan antara regenerasi dan perkembangan embrio telah menyebabkan beberapa ahli
embriologi mempelajari regenerasi dengan harapan mendapatkan suatu pengertian bagaimana
perkemabngan embrio terjadi. Penemuan polaritas telah memperlihatkan bahwa kekuatan
organisasi tertentu, mungkin kimiawi bekerja pada regenerasi (Kimball, 1983).
Kimball, John W. 1993. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sugianto. 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai