a
b
a
b
c
b. Bubu
Metoda penangkapan ikan ini merupakan metoda pasif tradisional yaitu dengan
menggunakan alat yang disebut bubu atau dikenal juga dengan istilah lukah. Bubu
terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk seperti botol yang melengkung. Prinsip
kerja bubu sama dengan fish net yaitu agar ikan dapat mudah masuk namun tidak
mudah keluar dari perangkap. Cara kerja bubu hampir sama dengan Fish Trap, hanya
saja pada bubu umpan yang digunakan yaitu cacing yang ditusukan pada sebuah lidi
dan dimasukan kebagian dalam bubu. Bubu biasanya hanya bisa menangkap ikan
berukuran kecil.
a
b
Gambar 3. Bubu
a. Bambu, b. Tali Pengikat
II. Kelas Amphibi dan Reptil
2.1. Metoda Aktif
a. Night Visual Ecounter
Night visual ecounter merupakan metoda penangkapan secara aktif. Pada metoda ini
penangkapan dilakukan dengan menyisiri sungai atau perairan yang memungkinkan
ditemukan amphibi dan reptil. Pada metoda ini digunakan alat bantu seperi snake
hook, snake tang, sumpit, dan senter. Snake Hook digunakan untuk menahan ular saat
ditangkap. Snake Tang digunakan untuk menjepit ular yang akan ditangkap namun
alat ini dapat melukai objek jika menjepit terlalu keras. Sumpit digunakan untuk
menangkap reptile atau amphibi yang berada diatas pohon, cara kerjanya yaitu
dengan membidik objek dengan lem yang telah disiapkan pada sumpit sehingga objek
terjebak dan tinggal dilepaskan dari lem dengan menggunakan minyak. Senter
digunakan untuk membutakan sementara amphibi karena jika cahaya langsung
diarahkan kemata amphibi maka secara langsung amphibi tersebut akan buta
sementara. Penangkapan juga bisa digunakan tanpa alat bantu namun akan ada resiko
digigit oleh objek yang akan ditangkap.
2.2 Metoda Pasif
2.2.1 Pitfall Trap Drift Fences Methods
Metoda penangkapan amphibi ini merupakan gabungan dari dua metoda yaitu Pitfall
Trap yang berarti perangkap jatuh dan Drift Fences Methods yaitu pagar pengarah.
Pada metoda ini alat yang diperlukan yaitu sebuah terpal, bambu, ember serta tali.
Cara kerjanya sendiri yaitu dengan menggali tanah seukuran ember untuk
membenamkan ember, lalu tancapkan bambu ke tanah dan dipasangkan terpal dengan
posisi membagi dua ember agar perangkap dapat bekerja pada dua sisi. Pada
permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilubangi supaya air yang masuk bisa
keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember. Pada sisi mulut ember
diberikan oli atau sabun agar licin sehingga hewan yang terperangkap tidak bisa
kabur. Untuk pemasangan perangkap sebaiknya dilakukan pada sore hari dan dapat di
lakukan pengecekan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan sifat herpetofauna yang
nokturnal yaitu aktif pada malam hari.
a
b
c
a
b
IV. Mamalia
4.1 Metoda Aktif
a. Audytory Census
Auditory census merupakan metoda aktif yaitu dengan pengambilan data hewan
penelitian menggunakan suara khas hewan tersebut terutama hewan primata yang
bersuara nyaring. Data yang diamati pada metoda ini adalah perbedaan jenis suara.
Pada pengamatan menggunakan auditory census hewan yang umumnya diamati
adalah ungko atau siamang. Untuk penelitiannya dapat berupa perhitungan jumlah
populasi dalam kelompok, perbedaan hewan jantan dan hewan betina, jarak mencari
makan antara 2 kelompok, perbedaan suara beda jenis.
Ungko dan siamang merupakan kelompok hewan primata, beda morfologi
dari ungko dan siamang adalah pada siamang rambut berwarna hitam, sedangkan
ungko mempunyai alis putih dan jambang putih bagi yang jantan dan tidak
mempunyai jambang bagi yang betina. Suara ungko jantan lebih pendek jika
dibandingkan dengan suara ungko betina. Aktivitas hidup ungko dihabiskan diatas
pohon. Suara ungko ini nyaring sedangkan suara siamang lebih bulat. Ungko
biasanya melakukan mornig call pada pukul 5 9 ini dilakukan untuk
mempertahankan daerah teritorinya. Ungko bersifat monogami, yaitu hanya
berpasangan dengan satu lawan jenis. Jika jarak antar suara satu dengan suara lainnya
kurang dari 50 meter, maka di golongkan masih dalam satu kelompok. Namun jika
suara satu dengan suara lain lebih dari 50 meter maka digolongkan lebih dari satu
kelompok. Ungko maupun siamang dalam satu kelompok umumnya terdiri dari
empat atau lima anggota.
Peralatan yang digunakan adalah GPS, kompas dan datasheet. GPS digunakan
untuk menentukan titik posisi pengamat. Sedangkan kompas digunakan untuk
menentukan arah posisi sumber suara hewan tersebut dari pengamat. Dan datasheet
digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
Sebelum melakukan sensus, suara hewan tersebut harus dikenali dengan baik.
Pengamat berada pada suatu tempat yang diperkirakan dapat mendengarkan suara
hewan dengan cukup jelas. Pengamatan dilakukan pada saat hewan banyak
melakukan aktifitas bersuara yaitu antara pukul 06.00-08.00. Lalu ditentukan setiap
arah datangnya suara dari pengamat dan iperkirakan jarak masing-masing dari
sumber suara.
a
b
Gambar 8. GPS
a. Tombol GPS, b. Menu GPS
4.2 Metoda Aktif
a. Camera Trap
Metoda ini merupakan metoda pasif dengan menggunakan kamera yang menangkap
gambar dengan prinsip sensor gerak. Gambar hewan akan diambil jika adanya
pergerakan yang dilakukan oleh hewan tersebut tertangkap oleh sensor. Metoda ini
digunakan apabila hewan mamalia yang akan diamati tidak memungkinkan untuk
diamati secara langsung misalnya seperti harimau, beruang dan rusa. Camera Trap
bisa mengambil gambar dan juga video dalam jangka waktu yang bisa diatur. Camera
Trap yang tersedia yaitu versi lama serta versi baru. Camera Trap versi baru lebih
kecil, modis dari model yang lama, dengan hasil yang lebih bagus dan durasi
pengambilan video yang lebih lama dan juga dilengkapi oleh remote. Bagian-bagian
kamera terdiri dari flash (cahaya), kamera, sensor pergerakan dan tombol- tombol
pengaturan kamera. Daya kamera menggunakan baterai yang biasanya tahan hampir 1
bulan. Untuk keamanan dilapangan biasanya dibuatkan atap untuk menghindari basah
karena hujan dan gangguan hewan lainnya. Dan juga penggunaan gembok untuk
menghindari terjadinya pencurian pada kamera. Untuk pengaplikasiannya dengan
diikatkan pada pohon dengan tinggi yang sesuai dengan jenis mamalia yang akan
diamati.
a
b
c
a
b
c
d
mamalia lain. Umpan yang biasanya digunakan seperti bungkil kelapa yang dibakar
dan selai kacang yaitu umpan yang berbau menyengat sehingga dapat menarik
perhatian hewan mamalia. Pengecekan dapat dilakuakan 1 kali per dua jam.
a
b
a
b