Anda di halaman 1dari 11

Metoda Metoda Lapangan

Metoda lapangan merupakan metoda, langkah-langkah, cara ataupun teknik yang


diperlukan dalam melakukan pengamatan ataupun pengoleksian pada suatu hewan
vertebrata di lapangan. Metoda lapangan terbagi atas dua, yaitu metoda aktif dan
pasif. Metoda aktif merupakan metoda yang digunakan penangkap untuk menangkap
dan mengamati objek dengan berinteraksi langsung akan objek yang ditangkap atau
diamati. Sedangkan metoda pasif merupakan metoda yang digunakan penangkap
untuk menangkap dan mengamati objek dengan tidak berinteraksi langsung dengan
objek dan biasanya menggunakan alat bantu khusus yang dapat mempermudah kerja
dari penangkap tersebut. Metoda metoda yang digunakan untuk menangkap dan
mengamati pada hewan vertebrata berbeda setiap kelasnya.
Dalam pengoleksian di lapangan ada beberapa hal yang perlu diketahui seperti
pengenalan tentang berbagai macam metoda pengoleksian hewan vertebrata di alam,
alat-alat yang digunakan, serta keterampilan memakai alat bantu tersebut. Dalam
pengoleksian di lapangan terdapat beberapa metoda yang dapat kita lakukan dalam
penangkapan atau pengoleksian hewan vertebrata di lapangan, diantaranya adalah :
Metoda aktif seperti penggunaan insect net, auditory cencus, night visual encounter
dan metoda pasif seperti penggunaan fish trap, pitfall trap, mist net, digiscoping,
harpa trap, camera trap, small mamal trap, medium mammal trap, dan snap trap.
Metoda tersebut merupakan suatu metoda yang pada umumnya peneliti gunakan pada
saat di lapangan.
I. Kelas Pisces
1.1. Metoda Aktif
a. Tangguk Ikan
Metoda penangkapan ikan ini merupakan metoda aktif tradisional. Tangguk terbuat
dari jala yang dipasangkan pada sebuah bambu yang dibentuk melingkar dan diberi
tangkai. Penggunaan alat ini sendiri yaitu dengan cara memperangkap ikan dengan
jaring tersebut secara langsung.

a
b

Gambar 1. Tangguk Ikan


a. Jaring b. Tangkai
1.2. Metoda Pasif
a. Fish trap
Fish Trap merupakan salah satu metoda penangkapan ikan secara pasif modern. Fish
Trap terbuat dari rajutan dan besi yang berbentuk segiempat.Alat ini menggunakan
prinsip agar ikan dapat mudah masuk namun tidak mudah keluar dari perangkap.
Fish Trap biasanya menggunakan umpan seperti pelet yang dibungkus dengan kain
kassa dan diikat pada sisi bawah perangkap. Hal ini dilakukan agar umpan tidak
terbawa arus dan serat - serat yang hanyut dari pelet dapat memancing ikan ke
perangkap. Cara kerja dari Fish Trap yaitu pertama tutup dibuka, kemudian diikatkan
pelet sebagai umpan ikan pada bagian sisi bawahnya agar ikan mau mendekat ke fish
trap. Celah tempat masuk ikan dipasangkan menghadap mengarah kearah datangnya
arus, agar ikan dengan mudah masuk ke dalam fish trap. Alat ini diletakkan dalam
perairan yang agak dalam dan agar tidak hanyut dapat dengan mengikat dengan tali
pada pohon serta bisa dengan member batu sebagai pemberatnya. Alat ini bisa dicek
sekitar satu kali satu jam.

a
b
c

Gambar 2. Fish Trap


a. Jaring, b. Umpan, c.Besi

b. Bubu
Metoda penangkapan ikan ini merupakan metoda pasif tradisional yaitu dengan
menggunakan alat yang disebut bubu atau dikenal juga dengan istilah lukah. Bubu
terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk seperti botol yang melengkung. Prinsip
kerja bubu sama dengan fish net yaitu agar ikan dapat mudah masuk namun tidak
mudah keluar dari perangkap. Cara kerja bubu hampir sama dengan Fish Trap, hanya
saja pada bubu umpan yang digunakan yaitu cacing yang ditusukan pada sebuah lidi
dan dimasukan kebagian dalam bubu. Bubu biasanya hanya bisa menangkap ikan
berukuran kecil.

a
b

Gambar 3. Bubu
a. Bambu, b. Tali Pengikat
II. Kelas Amphibi dan Reptil
2.1. Metoda Aktif
a. Night Visual Ecounter
Night visual ecounter merupakan metoda penangkapan secara aktif. Pada metoda ini
penangkapan dilakukan dengan menyisiri sungai atau perairan yang memungkinkan
ditemukan amphibi dan reptil. Pada metoda ini digunakan alat bantu seperi snake
hook, snake tang, sumpit, dan senter. Snake Hook digunakan untuk menahan ular saat
ditangkap. Snake Tang digunakan untuk menjepit ular yang akan ditangkap namun
alat ini dapat melukai objek jika menjepit terlalu keras. Sumpit digunakan untuk
menangkap reptile atau amphibi yang berada diatas pohon, cara kerjanya yaitu

dengan membidik objek dengan lem yang telah disiapkan pada sumpit sehingga objek
terjebak dan tinggal dilepaskan dari lem dengan menggunakan minyak. Senter
digunakan untuk membutakan sementara amphibi karena jika cahaya langsung
diarahkan kemata amphibi maka secara langsung amphibi tersebut akan buta
sementara. Penangkapan juga bisa digunakan tanpa alat bantu namun akan ada resiko
digigit oleh objek yang akan ditangkap.
2.2 Metoda Pasif
2.2.1 Pitfall Trap Drift Fences Methods
Metoda penangkapan amphibi ini merupakan gabungan dari dua metoda yaitu Pitfall
Trap yang berarti perangkap jatuh dan Drift Fences Methods yaitu pagar pengarah.
Pada metoda ini alat yang diperlukan yaitu sebuah terpal, bambu, ember serta tali.
Cara kerjanya sendiri yaitu dengan menggali tanah seukuran ember untuk
membenamkan ember, lalu tancapkan bambu ke tanah dan dipasangkan terpal dengan
posisi membagi dua ember agar perangkap dapat bekerja pada dua sisi. Pada
permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilubangi supaya air yang masuk bisa
keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember. Pada sisi mulut ember
diberikan oli atau sabun agar licin sehingga hewan yang terperangkap tidak bisa
kabur. Untuk pemasangan perangkap sebaiknya dilakukan pada sore hari dan dapat di
lakukan pengecekan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan sifat herpetofauna yang
nokturnal yaitu aktif pada malam hari.

a
b
c

Gambar 4. Pitfall Trap Drift Fences Methods


a.Ember, b.Pancang, c.Terpal

III. Kelas Aves


3.1 Metoda Aktif
a. Digiscoping
Metoda ini merupakan metoda aktif untuk mengamati aves dengan menggunakan
teropong yang dapat dipasangkan pada tripod. Tripod berguna sebagai penegak bagi
teropong agar pengamatan lebih mudah. Disini juga digunakan buku MacKinnon
(identifikasi) dan buku catatan. Teropong yang digunakan juga terbagi dua yaitu
teropong monokuler dan teropong binokuler.
Teropong Monokuler
Teropong monokuler mempunyai satu lensa dan dapat dihubungkan dengan kamera
sehingga dapat dilakukan pengambilan gambar maupun video. Ukurannya lebih besar
dika dibandingkan dengan teropong binokuler.
a
b
c

Gambar 5. Teropong Monokuler


a. Lensa Okuler, b. Lensa Objektif, c. Tripod
Teropong Binokuler
Teropong monokuler mempunyai dua lensa dan tidak dapat dihubungkan dengan
kamera. Cara pemakaianya yaitu dengan memposisikan teropong pada kedua mata
dan memegang langsung terpong dengan kedua tangan.

a
b

Gambar 6.Teropong Binokuler


a. Lensa Okuler, b. Lensa Objektif
3.2 Metoda Pasif
a. Mist net
Mist net merupakan sebuah perangkap jebak untuk menangkap berbagai jenis burung.
Mist net terbuat dari benang nilon yang sangat halus bewarna gelap. Mist net
memiliki panjang 6 m hingga 18 m, lebar 2,5 m, jarak dari permukan tanah ke jarring
1 m. Mist net ini diikatkan pada bambu bambu yang ditancapkan ketanah serta
diperkokoh dengan tali penyangga. Mist net dipasang di tempat- tempat yang
memungkin burung untuk terbang seperti sungai, gua, dan hutan yang vegetasinya
tidak terlalu rapat. Mist net dipasang dari pukul 06.00 sampai 18.00 dan diperiksa 2
jam sekali atau 1 jam sekali tergantung pada banyak burung yang didapat. Burung
yang didapat dilepaskan secara hati- hati pada bagian kaki terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan mengeluarkan sayap, kepala dan ekor.
a
b
c

Gambar 7.Mist Net


a. Bambu, b. Net, c. Tali Pengikat

IV. Mamalia
4.1 Metoda Aktif
a. Audytory Census
Auditory census merupakan metoda aktif yaitu dengan pengambilan data hewan
penelitian menggunakan suara khas hewan tersebut terutama hewan primata yang
bersuara nyaring. Data yang diamati pada metoda ini adalah perbedaan jenis suara.
Pada pengamatan menggunakan auditory census hewan yang umumnya diamati
adalah ungko atau siamang. Untuk penelitiannya dapat berupa perhitungan jumlah
populasi dalam kelompok, perbedaan hewan jantan dan hewan betina, jarak mencari
makan antara 2 kelompok, perbedaan suara beda jenis.
Ungko dan siamang merupakan kelompok hewan primata, beda morfologi
dari ungko dan siamang adalah pada siamang rambut berwarna hitam, sedangkan
ungko mempunyai alis putih dan jambang putih bagi yang jantan dan tidak
mempunyai jambang bagi yang betina. Suara ungko jantan lebih pendek jika
dibandingkan dengan suara ungko betina. Aktivitas hidup ungko dihabiskan diatas
pohon. Suara ungko ini nyaring sedangkan suara siamang lebih bulat. Ungko
biasanya melakukan mornig call pada pukul 5 9 ini dilakukan untuk
mempertahankan daerah teritorinya. Ungko bersifat monogami, yaitu hanya
berpasangan dengan satu lawan jenis. Jika jarak antar suara satu dengan suara lainnya
kurang dari 50 meter, maka di golongkan masih dalam satu kelompok. Namun jika
suara satu dengan suara lain lebih dari 50 meter maka digolongkan lebih dari satu
kelompok. Ungko maupun siamang dalam satu kelompok umumnya terdiri dari
empat atau lima anggota.
Peralatan yang digunakan adalah GPS, kompas dan datasheet. GPS digunakan
untuk menentukan titik posisi pengamat. Sedangkan kompas digunakan untuk
menentukan arah posisi sumber suara hewan tersebut dari pengamat. Dan datasheet
digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
Sebelum melakukan sensus, suara hewan tersebut harus dikenali dengan baik.
Pengamat berada pada suatu tempat yang diperkirakan dapat mendengarkan suara
hewan dengan cukup jelas. Pengamatan dilakukan pada saat hewan banyak

melakukan aktifitas bersuara yaitu antara pukul 06.00-08.00. Lalu ditentukan setiap
arah datangnya suara dari pengamat dan iperkirakan jarak masing-masing dari
sumber suara.
a
b

Gambar 8. GPS
a. Tombol GPS, b. Menu GPS
4.2 Metoda Aktif
a. Camera Trap
Metoda ini merupakan metoda pasif dengan menggunakan kamera yang menangkap
gambar dengan prinsip sensor gerak. Gambar hewan akan diambil jika adanya
pergerakan yang dilakukan oleh hewan tersebut tertangkap oleh sensor. Metoda ini
digunakan apabila hewan mamalia yang akan diamati tidak memungkinkan untuk
diamati secara langsung misalnya seperti harimau, beruang dan rusa. Camera Trap
bisa mengambil gambar dan juga video dalam jangka waktu yang bisa diatur. Camera
Trap yang tersedia yaitu versi lama serta versi baru. Camera Trap versi baru lebih
kecil, modis dari model yang lama, dengan hasil yang lebih bagus dan durasi
pengambilan video yang lebih lama dan juga dilengkapi oleh remote. Bagian-bagian
kamera terdiri dari flash (cahaya), kamera, sensor pergerakan dan tombol- tombol
pengaturan kamera. Daya kamera menggunakan baterai yang biasanya tahan hampir 1
bulan. Untuk keamanan dilapangan biasanya dibuatkan atap untuk menghindari basah
karena hujan dan gangguan hewan lainnya. Dan juga penggunaan gembok untuk
menghindari terjadinya pencurian pada kamera. Untuk pengaplikasiannya dengan
diikatkan pada pohon dengan tinggi yang sesuai dengan jenis mamalia yang akan
diamati.

a
b
c

Gambar 8.Camera Trap versi lama


a. Lampu Flash, b. Lensa Kamera, c. Sensor

a
b
c
d

Gambar 9.Camera Trap versi baru


a. Remot, b. Lampus Flash, c. Lensa Kamera, d. Sensor
4.2.2 Mammals trap
Mammal trap merupakan metoda yang digunakan untuk menangkap hewan mamalia.
Berdasarkan hasil tangkapannya dibagi atas dua macam yaitu life trap dan kill trap.
Life trap merupakan jebakan yang hasil tangkapannya. hewan dalam keadaan hidup
sedangkan Kill trap merupakan jebakan yang hasil tangkapannya hewan dalam
keadaan mati misalnya racun atau snap trap. Kill trap biasanya digunakan untuk
jebakan mamalia ordo rodentia.
Berdasarkan ukuran alatnya life trap terbagi dua yaitu small mammal trap dan
medium mammal trap. Small mammal trap digunakan untuk menangkap hewan kecil
seperti tikus, bajing dan tupai. Sedangkan medium mammal trap digunakan untuk
menangkap hewan ukuran sedang, seperti berang-berang, kucing hutan, babi dan

mamalia lain. Umpan yang biasanya digunakan seperti bungkil kelapa yang dibakar
dan selai kacang yaitu umpan yang berbau menyengat sehingga dapat menarik
perhatian hewan mamalia. Pengecekan dapat dilakuakan 1 kali per dua jam.

a
b

Gambar 10.Medium mammal trap


a. Kawat, b. Besi

Gambar 11. Small mammal trap


a. Kawat

a
b

Gambar 12.Snap Trap


a. Besi, b. Tempat Umpan

4.2.3 Harpa trap


Harpa trap merupakan metoda pasif yang digunakan untuk menangkap mamalia jenis
kelelawar. Harpa trap terbuat dari besi yang dibentuk sesuai yang diikatkan benang
nilon sebagai jaring perangkap serta mempunyai kantung penampung untuk hewan
yang terperangkap. Harpa trap di letakkan di mulut goa, untuk memperangkap
kelelawar. Alat ini menggunakan benang nilon sebagai jaring sehingga kelelawar
tidak mengetahui keberadaan alat ini dikarenakan sifat benang nilon yang menyerap
suara. Setelah kelelawar menabrak jaring benang maka ia akan terjatuh menuju
kantung penampung pada bagian bawah yang licin sehingga tidak memungkinkan
bagi kelelawar melarikan diri. Metoda harpa trap ini biasanya di pasang dari jam 4
pagi hingga jam 6 pagi. Hal ini dikarenakan kelelawar itu tergolong jenis hewan
hidup nokturnal yaitu nya jenis hewan yang aktif pada malam hari. Untuk pengecekan
biasanya dilakukan satu jam sekali.
a
b

Gambar 14.Harpa Trap


a. Besi Penopang, b. Jaring Benang Nilon, c. Kantung Penampung

Anda mungkin juga menyukai