RECOVERY N
Disusun Oleh :
1.
125040201111273
2.
125040201111279
3.
125040201111280
4.
Amalia Pratiwi K
125040201111281
5.
125040201111293
6.
Abdul Aziz
125040201111301
7.
125040201111246
8.
Hazarul Ismali
125040201111306
9.
125040202111005
125040207111040
105040200111142
Kelas : AA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
MALANG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan utama unsur hara nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang,
cabang dan daun. Disamping itu nitrogen juga berperan untuk merangsang
perkembangan
anakan.
Kekurangan
nitrogen
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan lambat, tanaman kerdil, pertumbuhan akar terhambat dan daundaun kering. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman akan mempengaruhi
pembentukan protein, bagian vegetatif serta pembentukan berbagai bahan
organik lainnya. Nitrogen merupakan bagian pokok tanaman hidup. Nitrogen
hadir sebagai satuan fundamental dalam protein, asam nukleik, klorofil dan
senyawa organik lainnya. Protein merupakan penyusun utama protoplasma.
Fungsinya sebagai bahan vital berbagai enzim merupakan kepentingan
sentralnya dalam seluruh proses metabolisme dalam tanaman.
Hara N yang tersedia hanya diserap tanaman sekitar 3045%, sisanya
hilang dari sistem genangan air tanah melalui proses volatilisasi dan
denitrifikasi (Ismunadji dan Dijkshoorn, 1971). Kehilangan N melalui berbagai
peristiwa dapat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan.
Besarnya kehilangan N melalui denitrifikasi dapat mencapai sekitar 3040%.
Pada kondisi yang berbeda kehilangan N melalui volatilisasi dan pencucian
masing-masing dapat mencapai sekitar 45 dan 44% dan melalui erosi dapat
mencapai 45%. Di India, California, Lousiana, dan Filipina kehilangan N dari
pemupukan nitrogen diperkirakan berturut-turut mencapai 2040%, 37%, 68%
dan 25%. Sedangkan di Indonesia kehilangan N dari pupuk dapat mencapai
5271%. Pada umumnya kehilangan N tersebut makin banyak dengan semakin
tingginya takaran pemupukan N yang diberikan (Makarim dkk., 1993). Pada
tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah (7,0) dengan potensi
volatilisasi NH3 tinggi, sering kekurangan N. Akibat kekurangan N
menyebabkan tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua,
anakan sedikit dengan daun kecil-kecil, jumlah gabah sedikit.
Penggunaan pupuk pada pertanaman jagung sangat beragam tergantung
kondisi lahan, dan orientasi produksi. Estimasi terkini menyampaikan bahwa
80% areal pertanaman jagung dipupuk secara pukul rata dengantakaran sekitar
85 kg N, 25 kg P2 O 5 dan 8 kg K2O/ ha pertanaman (IFA, 2002). Dosis pupuk
yang dibutuhkan tanaman jagung tergantung pada kesuburan tanah. Pupuk
diberikan secara bertahap dengan dosis anjuran yaitu Urea 200-300 kg/ha, TSP
75-100 kg/ha, dan KCl 50-100 kg/ha. Cara pemupukan diberikan sebanyak 3
tahap yaitu pemupukan dasar 1/3 bagian Urea, 1/3 bagian KCl dan 1 bagian
TSP; pemupukan susulan I yaitu 30 HST yaitu 1/3 bagian pupuk Urea dan 1/3
bagian KCl; dan susulan ke dua 1/3 bagian Urea dan 1/3 bagian KCl pada umur
45 HST.
Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting
di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Kacang tanah juga sangat
penting untuk dikembangkan karena dari segi produktivitasnya, kacang tanah
yang dibudidayakan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha.
Tingkat produktivitas hasil yang dicapai ini baru setengah dari potensi hasil
apabila dibandingkan dengan USA, China, dan Argentina yang sudah mencapai
lebih dari 2.0 ton/ha.
Beberapa kendala teknis yang mengakibatkan rendahnya produksi
kacang tanah antara lain pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga
drainasenya buruk dan struktur tanahnya padat, pemeliharaan tanaman yang
kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang
berproduksi rendah dan mutu benih yang rendah. Disamping hal diatas
pemupukan juga merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian dalam
rangka peningkatan produksi kacang tanah.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan
mengerti hubungan antara penambahan unsur N dengan laju pertumbuhan
tanaman (jagung) dan kacang tanah (polikultur pada satu polybag) secara
teoritis dan juga praktek. Mahasiswa juga akan mengetahui dosis yang tepat
untuk penambahan pupuk yang mengandung unsur N yang dapat
mengoptimumkan pertumbuhan tanaman (jagung) dan kacang tanah.
merupakan
petunjuk kemungkinan
kekurangan
nitrogen
dan
2. kamera
3. polybag
: tempat penanaman
4. gembor
: media penanaman
3. kompos
: media penanaman
Total % N
Kacang
Jagung
Tanah
0.018
0.2
0.018
0.2
0.018
0.4
0.036
0.8
0.072
0.6
0.126
0.8
0.126
0.8
0.036
0.24
0.036
0.24
0.036
0.24
0.108
0.48
0.144
0.24
0.144
0.48
0.108
0.48
0.054
0.26
0.108
0.26
0.162
0.26
0.216
0.84
0.216
1.4
0.27
1.96
0.432
1.96
0.072
0.32
0.072
0.32
Recovery
jagung
Kacang
tanah
0.55
1.83
0.82
0.82
1.83
0.55
1.83
0.62
1.24
1.86
6.66
1.86
13.1
2.48
19.5
4.34
19.5
-
3
4
5
6
7
3
9
12
12
9
4
8
4
8
8
0.044
0.044
0.044
0.044
0.044
0.072
0.216
0.288
0.288
0.216
0.32
0.64
0.32
0.64
0.64
3.27
4.9
4.9
3.27
7.27
7.27
7.27
4.2 Pembahasan
Berikut merupakan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di
wilayah Jawa Timur menurut Wirawan dan Wahab(2000).
Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.
Nitrogen yang dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and Reddy, 1976).
V. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan hasil recovery diketahui bahwa terdapat
beberapa polybag yang tidak dapat dilakukan recovery tanaman karena
prosentase N total tanaman sama dengan kontrol atau perlakuan 1. Tanaman
jagung dan kacang tanah sama sama membutuhkan unsur nitrogen dalam
proses metabolisme, pembentukan protein serta pertumbuhan tanaman. Untuk
tanaman jagung, tiap daerah memiliki rekomendasi pemupukan unsur nitrogen
yang berbeda karena karakteristik tiap lingkungan yang berbeda pula. Hal ini
menyangkut ciri dari tanaman jagung yang sangat peka terhadap kandungan
unsur hara tanaman. Sedangkan pemupukan sesuai rekomendasi dapat
meningkatkan bobot polong kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Armaini, et al. 2011. Serapan N,P, dan Produksi Jagung (Zea mays) pada Tanah
Gambut Bekas Bakar dengan pemberian Thitonia difersifolia sebagai
bahan amelioran. Jurnal SAGU Vol 10. No 1 : 8-13
Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. Ilmu tanah. (Terjemahan: Soegiman).
Bharata Karya Aksara, Jakarta
Fadhly, A.F. A.S. Wahid, M. Rauf, dan Djamaluddin. 1993. Pengaruh sumber dan
takaran nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Titian
Agronomi. 5:69-75.
Lingga, P.1986. Petunjuk Penggunaaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman. 2003.
Panduan teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit
tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan. 37 p.
Morris, R.J. 1987. The importance and need for sulfur in crop production in Asia
and the Pacific Region. In Proceding of Symposium on Fertilizer,
Sulphur Requrements and Sources in Developing Countries of Asia and
Pacific. Bangkok
Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy
Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686.
Patrick, W. H., JR and K.R. Reddy. 1976. Rate of fertilizer nitrogen in a flooded
soil. Soil. Svi. Soc. Proc. 40:678-681.
Tirtoutomo, S. S. Solehuddin, C. Soepardi, dan H. Taslim. 1991. Pengaruh
macam dan waktu pemberian pupuk nitrogen terhadap efisiensi
pengambilan
nitrogen
oleh
tanaman
jagung.
Media
Penelitian
Sukamandi. 9:5-10.
Witt, C. and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach
for irrigated lowland rice in Asia, Site-specific nutrient management for
maize in favorable tropical environments. Power point Seminar dan