Anda di halaman 1dari 4

Abstract

Keywords: zoonoses, -hemolytic streptococcus, Streptococcus equi subsp.


zooepidemicus, sepsis, septic arthritis, meningitis, abscess, equine, bacteria,
zoonoses, streptococci
Abstrak
Streptococcus equi subspecies zooepidemicus (S.zooepidemicus) merupakan agen
zoonosis bagi manusia yang melakukan kontak dengan kuda. Pada kuda,
S.zooepidemicus merupakan patogen oportunistik sedangkan pada manusia
merupakan suatu infeksi yang serius. Selama 6 bulan pada tahun 2011,tercatat
sebanyak 3 kasus. Kasus ini terdapat pada tiga pekerja kuda di daerah Finlandia.
Pekerja tersebut bekerja di tempat yang berlainan. Untuk mengetahui jenis patogen
yang menginfeksi para pekerja tersebut, kami melakukan deskripsi kondisi klinis dari
tiga pekerja yang terinfeksi dan membandingkannya dengan isolat S.zooepidemicus
dari kuda. Selanjutnya isolat tersebut dianalisis menggunakan pulsed-field gel
electrophoresis, multilocus sequence typing, dan sequencing of the szP gene. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa isolat yang berasal dari manusia dan kuda terlihat
identik. Hasil ini menunjukkan bahwa S.zooepidemicus yang ditransmisikan dari
kuda dapat menyebabkan infeksi yang serius pada manusia. Peminat olah raga
berkuda terus menerus meningkat, infeksi akibat agen ini dapat diketegorikan
sebagai emerging zoonosis.
Streptococcus equi subspecies zooepidemicus (S. zooepidemicus) merupakan
bakteri Streptococcus -hemolytic Lancefield grup C. Bakteri ini merupakan bakteri
komensal pada kuda, namun juga dapat menyerang hewan lain seperti sapi,
kambing, kuda, babi, anjing, dan kucing.

Faktor penting dalam patogenisitas S.

Zooepidemicus adalah keberadaan SzP protein gene.


Pada kuda,protein ini berikatan dengan fibrinogen dan sebagai agen antifagosit yang
merusak pertahanan agen.

S. zooepidemicus jarang diisolasi dari manusia. Infeksi akibat agen ini terakhir kali dilaporkan pada
tahun 1980-an. Infeksi tersebut terjadi akibat mengkonsumsi keju homemadeatau susu yang tidak
dipasteurisaasi darisapi penderita mastitis. Pada manusia, S. Zooepidemicus dapat menyebabkan
glomerulonephritis,reumatis fever, meningitis, dan purulent arthritis.

S. zooepidemicus memiliki variasi genetik yang sangat beragam. Pulsed-field gel electrophoresis
(PFGE) merupakan teknik identifikasi gen yang mampu membedakan susunan genetik S.
Zooepidemicus. Sehingga teknik ini dapat digunakan untuk melakukan investigasi epidemiologi dari
outbreak S. Zooepidemicus.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi S. Zooepidemicus adalah Multilocus
sequence typing (MLST). Teknik ini menggunakan isolat bakteri yang dibandingkan berdasarkan
urutan dari beberapa potongan gen.

Selama 6 bulan, terdapat 3 kasus S. Zooepidemicus pada manusia.


Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui :
1. Karakteristik kondisi klinis dari penyakit yang disebabakan oleh S. Zooepidemicus
2. Karakteristik mikrobiologi isolat S. Zooepidemicus
3. Mengidentifikasi isolat pada manusia yang terinfeksi untuk dibandingkan dengan isolat kuda
yang melakukan kontak dengan manusia yang terinfeksi dan kuda yang berada di sekitar
daerah tersebut.

Pasien 1
Seorang laki-laki berusia 57 tahun bekerja sebagai peternak kuda di Finlandia pusat mengalami
demam dan tidak sadarkan diri, lalu dibawa ke rumah sakit pada februari 2011. Dilakukan
pengambilan Cerebrospinal fluid (CSF). Pasien ini mengalami insufisiensi katub aorta,meningitis dan
sepsis dengan gejala klinis berupa kongesti paru-paru. C-reactive protein (CRP) sebesar 564 mg/L
(nilai normalnya <3mg/L),leukosit sebesar 15.9 109 sel/L (nilainormalnya 3.48.2 109 sel/L). Hasil
pewarnaan mikroskopis dari CSF menunjukkan adanya bakteri coccus gram positif dan sel
polymorphonuclear dalam jumlah yang besar. Yang selanjutnya bakteri ini diidentifikasi sebagai S.
Zooepidemicus yang tumbuh dari CSF dan pada 4 dari 4 botol kultur. Treatment yang diberikan
adalah penicilin dosis tinggi selama 5 minggu dikombinasi dengan gentamicin pada 10 hari pertama.
Setelah dua hari treatmen pasien kembali sadar. 20 hari kemudian pasien mengalami intravaskular
coagulopathy dan endocarditis. Dilakukan pemotongan bicuspid native aortic valve padahari yang
sama dan ditemukan adanya bakteri. Hasil kultur darah perioperatif menunjukkan hasil yang negatif.
Tidak terlihat adanya gangguan syaraf akibat penyakit ini,namun diperlukan waktu beberapa minggu
untuk masa recovery dan rehabilitasi.

Pasien 2
Seorang laki-laki berusia 62 tahun bekerja sebagai sopir truk dan pelatih kuda di Finlandia timur
mengalami demam dan kebingungan pada bulan Mei 2011. Pada kemudian hari dia dibawa kerumah
sakit karena mengalami kebengkakan pada lutut kanan dan pundak kanan. Dilakukan aspirasi cairan
sinovial pada lutut yang mengalami kebengkakan. Hasil aspirasi menujukkan jumlah leukosit sebesar
86.0 109 sel/L dan jumlah sel polymorphonuclear sebanyak 87%. Level CRP sebanyak 329 mg/L
dan leukosit darah sebesar 19.3 109 sel/L. Terapi dilakukan dengan antibiotik cefuroxime IV.
Selanjutnya, bakteri diketahui sebegai S. Zooepidemicus yang tumbuh dari hasil kultur cairan sinovial
lutut kanan pasien dan pada ke 4 botol dari 4 botol kultur darah.
Pada hari ketiga dilakukan arthroscopic synovectomy dan irigasi lutut kanan,prosedur ini diulang
hingga beberapa kali. Pemberian cefuroxime telah diganti menjadi vancomycin secara IV. Level CRP
masih tinggi (229 mg/L),danleukosit sebesar 15.3 10 9 sel/L. Terapi selanjutnya yang diberikan
berupa kombinasi penisilin G dengan klindamisin. Pada kasus ini tidak terjadi endokarditis. Aspirasi
sairan sinovial pundak kanan juga dilakukan. Hasil aspirasi berupa cairan purulen,yang selanjutnya
cairan ini dikultur. Treatmen cefuroxime dan clindamisin IV dilanjutkan selama 2 minggu setelah itu
dulanjutkan cephalexin dan clindamicin PO selama 1 minggu.Kondisi pasien semakin membaik.

Pasien 3
Seorang laki-laki berumur 49 tahun bekerja sebagai pelatih kuda di Finlandia Timur mengalami sakir
punggung yang sangat serius. Seekor kuda telah menendang punggungnya 2-3 minggu sebelum
kondisi sakit ini. Hasil pemeriksaan radiolog tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Hasil
pemeriksaan fisik tidak menujukkan adanya kondisi febris.
Hasil temuan klinis menujukkan adanya rasa sakit pada bagian punggung bawah dan terdapat massa
berdenyut pada abdomen. Hasilpemeriksaan laboratorium menunjukkan terjadinya leukositosis (16.2
109 sel/L). Hasil Computed tomography menunjukkanadanya abses. Abses ini selanjutnya
dilakukan drainase. Selanjutnya abses ini diketahui mengandung bakteri coccus gram positif.
Treatmen dilakukan dengan pemberian tazobactam yang selanjutnya diganti dengan penicilin IV.
Tidak ditemukan kondisi endokarditis pada kasus ini. Pasien semakin membaik dengan pemberian
treatmen ini.

Diskusi
Terdapat 3 laporan kasus infeksi S. zooepidemicus pada pasien yang tidak saling berhubungan di
daerah Finlandia Timur. Pasien tersebut meiliki intensitas kontakyang sering dengan kuda. Kasus ini
merupakan kasus yang penting berdasarkan gejala klinis yang muncul serta memerlukan waktu
reatmen dan rehabilitasi yang panjang. Gejala sepsis terlihat pada dua pasien (pasien 1 dan 2),
meningitis dan endokarditis pada satu pasien (pasien 1), purulent arthritis pada satu pasien (pasien
2), dan psoas abses yang diikuti dengan infeksi dinding aorta terjadi pada satu pasien (pasien 3).
Pada pasien 3,kondisi bakterimia terjadi lebih awal.

MLST, PFGE, dan urutan dari SzP protein gen menunjukkan hal yang identik antara isolat manusia
dan kuda. Hal ini dapat menjadi bukti yang kuat adanya kasus zoonosis pada penyakit ini. Strain (ST10) yang diisolasi dari hidung kuda dan berfungsi sebagai bakteri komensal, sedangkan pada
manusia strain ini sangat virulen dan dapat mengakibatkan gangguan yang serius. Pada kasus yang
kedua (pasien 2),kami gagal mendapatkan isolat yang sama dengan hospesnya. Kegagalan ini
dikarenakan kemungkinan S. Zooepidemicus telah berpindah ke nasopharynx,jaringan limfoid, atau
saluran respirasi kuda. Pasien 2 mungkin berkontak dengan kuda lain. Strain yang terdapat pada
psien 1 dan 2 terlihat identik berdasarkan teknik sequen SzP dan MLST. Hal ini dapat menjadi data
yang kuat bahwa kejadian yang terjadi pada pasien 2 juga kejadian zoonosis.

Hasil PFGE menunjukkan hasil yang random,seperti kejadian mutasi atau insersi atau delesi material
gen. Sehingga metode MLST lebih sensitif. Akan tetapi tidak memungkinkan untuk melakukan
estimasi apakah isolat S. Zooepidemicus dari pasien 1 dan 2 dengan melakukan perubahan profil
PFGE,bisa saja berasal dari strain yang sama.
Stain isolat dari pasien 3, yang berbeda jauh dari isolat pasien 1 dan 2 merupakan stain yang identik
dengan strain yang diisolasi dari kuda pada outbreak respiratory disease di Iceland di 2010
berdasarkan MLST (Bjornsdottir et al., unpub data).
The Hum3 isolate also shared a szP sequence type (accession no. AF519488) previously found in
horses with respiratory disease (S.B. Lindahl, unpub. data) as well as in an asymptomatic horse
(6939/10) in this study. The ST-209 strain has further been isolated from a person with septicemia
(that was associated with abortion) in Iceland in 2010, and has a SLV (ST-200) and a DLV (ST-201)
that have been reported from cases of abortion/uterine infections in horses
(http://pubmlst.org/szooepidemicus/). The ST-201 was also found in one of the healthy horses in this
study (Table 2).

Anda mungkin juga menyukai