Anda di halaman 1dari 6

Endapan Beta Amiloid dan Jeratan Neurofibril Yang Secara Spontan Terjadi pada

Otak Pada Cheetah (Acinonyx jubatus)


Alzheimer (AD) merupakan suatu penyakit degenerative yang menyebabkan
penurunan fungsi kognitif dan dicirikan secara histologi yaitu :
1. Atropi serebral dengan kerusakan syaraf
2. Plak kepikunan yand terdiri dari deposit A ekstraseluler
3. Jeratan neurofibril (NFTs) yang membelit agregrat argyrofilik protein
sitoskeletal di dalam badan sel neural dan secara umum terdiri atas abnormal
phosphorylated tau
AD adalah salah satu taupathy yaitu kelompok dementia heterogen dan kelainan
kognitif yang dicirikan secara neuropatologi dengan akumulasi filament tau
abnormal secara jelas di intraseluler
AD merupakan penyakit spesifik pada manusia karena proses perkembangan
penyakit yang spontan, meskipun percobaan pada mencit pernah dilakukan
terhadap AD namun hanya terdapat beberapa aspek yang sama dan tidak mewakili
gambaran patologi sistemik. Deposit dan akumulasi A dari phosophorylated tau
pernah digambarkan pada otak dari berbagai spesies. NFTs pernah dilaporkan pada
beberapa spesies seperti simpanse, serigala, beruang coklat asia, domba, dan
kambing.
Menurut peneliti AD tidak terjadi pada hewan karena siklus hidup hewan yang
pendek sehingga tidak cukup lama untuk perkembangan dari penyakit ini.

Cheetah dikenal sebagai pemburu tercepat dari seluruh hewan darat dengan jangka
hidup hingga 17 tahun. Pada alam liar cheetah sangat unik dimana mereka telah
kehilangan polimorfsme dan homogenitas genetic. Hal ini diduga menjadi penyebab
buruknya kondisi kesehatan dan kegagalan reproduksi di dalam penangkarannya.
Di jepang, sistemik AA amyloidosis merupakan penyebab penting atas morbiditas
dan mortalitas pada cheetah dan jangka hidupnya sekitar 9 tahun. Namun pada
saat ini jumlah cheetahs yang sudah tua telah meningkat dikarenakan adanya
peningkatan manajemen reproduksi dan veterinary treatment.
Peneliti menemukan endapan A, bentuk NFT, dan atropi serebal (kerusakan syaraf)
pada otak cheetah yang sudah tua yang berkolerasi dengan lesi AD pada manusia.
Para peneliti melaporkan pengamtan patologi penyakit pada cheetah berkaitan
dengan penyakit AD pada manusia.

Materi dan Metode


22 otak dari cheetah yang diperiksa dari tahun 2002 hingga 2007, otak tersebut
diambil dari 7 fasiltas (WA,HC,FS,YA,TT,AT,ST) di jepang dengan rentang usia dari
10 bulan hingga 19 tahun. 6 cheetah diimpor dari Namibia dan 5 ekor dari afrika
selatan, sisanya di biakkan di jepang. Usia, sex, umur, fasilitas, tempat lahir, dan

keberadaan sistemik AA amyloidosis dilihat pada tabel 1. Seluruh prosedur


dilakukan sesuai dg prosedur yang disetujui oleh Animal Research Committee di
universitas Azabu.
Preparat histopatologi : bagian tengah dari hemisphere cerebral (termasuk
kortex, hippocampus, parahippocampus, dan thalamus) di buat blok paraffin
kemudian dipotong dengan ketebalan 3-7 m untuk diwarnai dg pewarnaan
congo red, HE, kluver barrera, methenamine silver, dan Metode Gallyas-Braak,
dan IHK
Digunakan analisa menggunakan mikroskop electron untuk mengindentifikasi
NFT pada otak cheetah. Sample no 17 dianalisa karena menunjukkan jumlah
NFTs yang besar dengan perubahan postmortem yang minimal dibawah
pemeriksaan cahaya mikroskopik
Penilaian : dugaan dari endapatn A dan phosphorylated tau didasarkan pada
tingkat keparahan dan distribusi lesion imunoreaktif yang ditunjukkan oleh A142 dan AT8
Keparahan endapan A1-42 :
0 (tidak ada sama sekali)
1 (beberapa endapan ditemukaan pada pemeriksaan dengan perbesaran
rendah)
2 (multiple deposit mudah ditemukan pada pembesaran rendah)
3 (aggregasi imunoreaktifitas dari A dapat ditemukan secara nyata)
Penilaian untuk distribusi endapan :

0
1
2
3

(tidak ada
(ada pada
(ada pada
(ada pada

sama sekali)
korteks parietal atau korteks temporal)
seluruh korteks serebral)
seluruh korteks serebral dan hippocampus)

Metode untuk menilah patologi neurofibrillary didasarkan pada distribusi ihk dan
keparahan dari jeratan AT8 yang positif. Pada studi ini keparahan dari
abnormalitas phosphorylated tau dinilai sebagai :

0
1
2
3

(tidak ada sama sekali)


( sedikit sel dg AT8 positif pada perbesaran rendah)
(multiple sel positif AT8 dengan perbesaran rendah)
(agregat AT8 posisitf dapat ditemuakan secara nyata)

Penilaian terhadap distribusi :

0 (tidak ada sama sekali)


1 (ada pada hippocampus atau parahippocampal cortec
2 (ada pada seluruh temporal cortex)
3(ada pada seluruh cerebral cortex)

Lihat tabel 2
Hasil

Pada pemeriksan secara kasar dan analisa histopatologi 2 otak cheetah (sampel
no 14 dan 15) menunjukkan atropi yang parah pada cerebral korteks karena
adanya kerusakan syaraf diikuti terjadinya astrositosis.
Endapan A ditemukan pada 13 cheetahs yang berusia lebih 10 tahun dengan
menggunakan antibody anti- A-42. Pewarnnan ekstraseluler dar endapan A
ditemukan pada lapis III hingga VI pada cerebral korteks. Endapan ini juga
ditandai sedikit dengan anti- A1-40 antibodi dan dapat dilihat pada lobus
temporal dan parietal sebagai fokal diffuse granular didalam neurofil. Semua
endapan negative pada pewarnaan Congo red dan methenamine Silver
5 dari 13 otak diperikas, ditemukan adanya awan dar A yang positif pad
pewarnaan dan ditemukan pada lapis luar molecular pada dentate gyrus
(endapan seperti pita) pada semua cheetah berusia diatas 14 tahun
Pada gambar 6 ditemukan perbedaan distribusi substansial terhadap endapan
A pada cheetah berusia tua. Otak yang terkena ditemukan adanya endapan A
yang menyebar pada parietal dan temporal cortex. Pada kasus moderat, banyak
ditemukan endapan di seluruh bagian serebral korteks. Pada kasus yang parah
ditemukan juga endapan seperti pita (bandlike deposit) pada dentate gyrus.
Tidak ada imunoreaktif A pada pembuluh meningen dan hanya terdapat sedikit
imunopositif pada pembuluh darah kapiler terhadap A1-42 dan A1-40 pada 2
cheetahs berusia tua (no 14 dan 15)
Analisa ihk mengguakan antibody terhadap phosphorylated tau abnormal (AT8)
menunjukkan adanya imunoreaktifitas intraseluler pada 10 dari 13 cheetahs
dengan endapan A, seluruh cheetah berusia diatas 11 tahun
Phosphorylated tau yang abnormal dideteksi didalam badan sel neuronal,
dendirt, dan neurofil, dan sangat banyak ditemukan pada parahimppocampal
korteks dan CA1 pada hippocampus. Lokasi AT8 dan endapat A berbeda pada
kasus ringan. AT8 ditemukan pada area hippocampus , sedangkan endapan A
ditemukan pada area parietal dan temporal (gambar 6)
Dalam kaitannya dengan imunoreaktifitas AT8, struktus argyrophilic fibrillar
ditemukan pada badan sel neuronal dan disekeliling neuropil pada 6 dari 10 otak
cheetah dengan menggunakan pewarnaan gallyas-braak yang dimodifikasi
(gambar 7)
Perubahan argyrophilic juga positif terhadap tau dan tau-2 (marker terhadap
penyesuaian tau normal dan abnormal) sama hal nya terhadap AT8, diduga
bahwa perubahan ini terdiri atas akumulasi berlebih dari tau normal maupun
abnormal. Sebagai tambahan, ditemukan granular immunolabeled neuran yang
bersesuaian dengan AT8-positive neuron.
Sejumlah NFTs ditemukan pada seluruh serebrum pada 3 kasus (no 14, 15, 17)
dimana 2 diantaranya didiagnosa mengalami disfungsi kongnitif (no 14 dan 15).
Kasus no 14 mengalami kelainan pada perilaku seperti menyakiti diri sendiri
(menggigit kaki depannya sendiri), dan kurangnya . kasus no 15 menunjukkan
perilaku yang mengembara, urinasi dan defekasi tidk teratur, penurunan

kepekaan terhadap individu lain, dan berlarian menuju pagar. Perilaku abnormal
tidak ditemukan pada cheetah berusia tua lainnya. Pada penelitian ini, sistemik
AA amyloidosis merupakan penyebab utama terhadap kematian cheetah, tidak
ditemukan pada cheetah yang hidup lebih dari 11 tahun kecuali pada 1 kasus
dimana endapan aa ditemukan terlokalisasi pada ginjal.
Dua cheetah didagnosa mengalmi disfungsi kognitif, dimana cheetah tsb berasal
dari Namibia dan dibesarkan di tmp yang sama (YA) hingga cheetah tsb mati
pada usia 12 tahun (kasus no 14) dan 14 tahun (kasus no. 15). Pada otak mereka
ditemuan adanya perubahan signifikan yaitu atropi. Lihat gambar 1. Secara
histologi, otak tersebut menunjukkan kerusakan syaraf pada seluruh area
serebral korteks dengan reaktif astrocytosis yang cukup besar (imunolabele oleh
GFAP) dan vakuolisasi fokal pada serebral yang memilki sifat yang sama pada
feline spongiform encephalopathy (gambar 2), yang merupakan penyakit yang
pernah dilaporkan pada kawanan cheetah di eropa. Namun, FSE negative
terhadap pewarnaan antibody terhadap PrP sc pada kasus ini.
Pembahasan
Deposit A pada otak cheetah besar dan menyebar dan lesion ini mirip pada
lesio AD pada manusia yang merupakan tahap pertama terbentuknya senile
plaques. Yang menarik, imunoreaktif A1-42 dan A1-40 ditemukan pada
endapan A pada cheetah dimana A1-40 ditemukan pada argyrophilik plaque
dewasa setelah akumulasi A1-42.
Senile plaque pada otak juga ditemukan pada spesies lain namun blm diketahui
apakah ini penyebab terjadinya disfungsi kognitif pada hewan. Pada anjing
akumulasi A pada otak berhubungan dg kerusakan syaraf pada bebrapa area.
Pada penelitian ini beberap cheetah berusia tua dengan endapan A yang tinggi
mengalami NFT yang parah diikuti dg cerebral cortical atrophy.
Serebral amyloid angiopathy sering ditemukan pada otak pasien penderita AD
sama halnya pada manusia dan banyak hewan dg senile plaque mengalami hal
tsb. Tidak ditemukan endapan A pada pembuluh darah kecuali pada pembuluh
kapiler yang ditemukan pada 2 ekor cheetah berusia tua. Penemuan ini sesuai
dg penemuan pada kucing yang merupakan hewan yang tidak mengalmi
cerebral amyloid angiopathy yang parah. Perbedaan yang ada pada jalur umum
A melalui dinding pembuluh darah menuju darah pd felidae diduga berbeda
pada spesies lain.
NFT yang ditemukan pada cheetah merupakan imunoreaktif pada antibody
terhadap AT8 dan ubiquitin diduga merupakan akumulasi dari komponen utama
dari jeratan argyrophilic pada manusia. Abnormalitas sistokeletal mirip pada
morfologi NFTs yang ditemukan pada manusia tua dg pewarnaan silver staining
dan imunoreaktivity.
NFT awalnya berada di parahippocampus dan region CAI diimbangi dg distribusi
A dimanan endapannya detemukan korteks parietal dan temporal. Perbedaan
disstribusi dari dua lesion ini mirip dg laporan semebelumnya pada
nondemented dan preklinikal AD geriatric. Penelitian berdasarkan kronologis dg

jumlah individu yang lebih banyak dibutuhkan untuk mengklarifikasi hubungan


antara A dan NFT pada cheetah.
Kelompok penyakti heterogen seperti dementia dan gangguan perilaku dicirikan
secara neuropatologi oleh akumulasi intraseluler prominent dari filament tau
abnormal yang diberi isitlah taupathi termasuk ke dalamnya AD. Telah dilaporkan
bahwa beberpa hewan terdapat akumulasi abnormal phosphorylated tau dalam
badan sel neural dan baru-baru ini dilaporkan bahwa simpanse merupakan
hewan pertaama yang didiagnosa mendera tauopathy. Seperti yang telah di
jelaskan sebelumnya hanya dua hewan (simpanse dan wolverine) yang pernah
dilaporkan terdapt argyrophilic NFDT dan endapan A. Terlebih lagi, kami
menemukan adanya AT8 pada otak dari 10 cheetahs yang hidup lebih dari 10
tahun dan NFT pada 6 cheetah berusia tua dengan endapan A yang menyebar
pada serebrum
Penemuan kami menunjukkan tingginya prevalensi dari AT8 dan NFT pada
cheetah yang berusia diatas 10 tahun. Tingginya prevalensi pembentukan NFT
diduga merupakan mtasu gen tau yang telah menyebar pada cheetah di alam
liar. Sayangnya derajat keluargaan dari hewan ini tidak jelas karena cheetahs
tersebut ditangkap dr alam liar. Analisis genetic diperlukan untuk mengklarifikasi
adanya mutasi gen tau pada cheetah tsb.
Perubahan tingkah laku pada hewan tua dapat terjadi dimana hal ini
diasumsikan karena adanya disfungsi kognitif. Namun, kelainan termasuk
didalamnya penyakit met abolic, virus, penyakit jantung, dan penyakit utama
dari syaraf dapat mempengaruhi perubahan tersebut. Pada penelitian ini kami
berusaha untuk mengaplikasikan kriteria diagnostic terhadap dementia pada
anjing berdasarkan pada tingkah laku. Disfungsi kognitif pada 2 cheetah
didiagnosa secara subjektif oleh praktisi yang pernah mengobaati cheetah ini
pada periode yang lama.
Pada penelitin ini 2 chetahs menunjukkan disfungsi kognitif yang ditandai dg
atropi pada otak.penemuan patologi yang umum ditemukan pada otak adalah
kerusakan parah pada syaraf di serebral cortex, endapan A yang menyebar,
dan pembentukan NFT pada serebrum (gambar 1 dan 2). Oleh sebab itu, lesion
utama pada AD semuanya ditemukan pada hewan. Penting untuk meniadakan
kemungkinan perkembangan sekunder dari NFTs terhadap penyakit syaraaf yang
lain meskipun tidak ada lesion kausatif lain yang ditemukan pada otak termasuk
FSE.
Ada laporan outbreak terhadap FSE pada cheetah di eropa. Cheetah tersebut
mengalami kelainan tingkah laku diikuti dg vakuolisasi dan astrositosis pada
otak. Palmer et al melaporkan adan outbreak enchephalomyopathy progresif
pada kawanan cheetah yang di biakkan dimana penyebabnya belum diketahui
hingga saat ini. Kami menduga bahwa astrosit yang ditemukan pada penelitian
saat ini merupakan suatu reaktif terhdapat kelainan neurologikk termasuk FSE.
Bagaimanapun juga pewarnaan PrPsc negative pada pemeriksaan ihk. Penyakit
nerulogik lain yang ditemuakn pada cheetah adah leukoencephalopathy yang
ditandai adanya massa putih yang degenerasi. Pada penelitian ini, lesion

degenerative pada otak cheetah ditunjukkan dengan massa abu-abu pada


kortikal. Degenerasi White matter myelin tidak muncul pada pewarnaan kluverbarrera. Terlebih lagi, NFTs dan astrosit ditemukan bersamaan pada korteks
serebral.
3 cheetah dg nilai AT8 yang tinggi (no 17) tidak menunjukkan disfungsi kognitif
dan juga jumlah endapan A yang banyak dan NFT, seperti diperiksa pada 2
cheetah dg disfungsi kognitif.perbedaan antara kasus no 17 dan 2 hewan lain
(no 14 dan 15) terletak pada luasnya keruasakan syaraf dan astrositosis.
Penelitian skg mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan yang baik mengurangi
endapan A dan mengurangi disfungsi kognitif pada mencit. Sebagai tambahan,
kawanan cheetah sensitive terhadap strees dan dapat menyebabkan penyakit
tertentu. Hal ini dipertimbangkan bahwa lesion yang diidentifikasi pada studi ini
dapat terjadi tidak hanya dari faktor genetic tp juga karena faktor stress dari
kawanan cheetah.
Kesimpulannya, kami menemukan bahwa cheetah secara spontan
perkembangan endapan A.

Anda mungkin juga menyukai