Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan


organ

genitalia

eksterna.

Kedua

bagian

besar

organ

ini

sering

mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat


mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai
macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula
vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar
bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus
vagina.

Jika

kelenjar

ini

mengalami

infeksi

dapat

menyebabkan

terjadinya bartolinitis, bartolinitis adalah salah satu bentuk peradangan


pada vulva. Bartolinitis merupakan peradangan yang terbentuk akibat
adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan
retensi sekresinya.
Jika infeksi ini berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya
kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada
vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya
sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi
dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah
yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat
mengumpul di dalam menjadi abses.
Bartolinitis merupakan infeksi yang sering terjadi pada vulva, dan
terjadi dalam labia mayora. Bartolinitis terjadi pada dua persen dari
wanita usia subur. Pada salah satu penelitian didapatkan bahwa kejadian
kista bartholini atau abses lebih sering didapatkan pada wanita berkulit
putih dan hitam berbanding wanita Hispanik, dan wanita dengan jumlah
paritas yang banyak merupakan wanita yang mempunyai resiko yang
paling rendah. Tingginya frekwensi angka kejadian dari bartolinitis pada
usia reproduktif, terutama pada wanita dengan usia diantara 20 sampai
29 tahun.

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI KELENJAR BARTOLINI


Anatomi
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,
kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat
diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog
dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada
waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau
melicinkan permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini
diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus
pudendus dan nervus hemoroidal inferior.
Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari
bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan
seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang
bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran
dengan panjang kira- kira 2 cm yang terbuka ke arah orificium vagina
sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada
pemeriksaan palpasi. seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Kelenjar Bartolini

Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh
epitel kolumnar atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan
epitel transisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi
antara traktus urinarius dengan traktus genital.
Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan
vagina. Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit
sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita
orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk
pelumas

vagina,

tetapi

penelitian

dari

Masters

dan

Johnson

menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih


dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina,
sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi
wanita.
B. DEFINISI
Bartolinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini yang letaknya
bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini dipaparkan pertama
kali pada abad ke-17, oleh ahli anatomi Denmark yaitu Caspar Bartholin
muda (1655-1738). Beberapa sumber sering salah menyebutkan bahwa

yang menemukan kelenjar ini adalah kakeknya seorong teolog dan ahli
anatomi, Caspar Bartholin tua (1585-1629). Kelenjar Bartholin homolog
dengan kelenjar Cowper pada pria. Kelenjar ini bermuara pada posisi
kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang (0,5-1 cm) dan tidak
melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal kelenjar
ini tidak dapat di palpasi, bertugas mensekresi lendir dengan duktus
sepanjang1,5-2cm. Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada duktus
ini. Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat
menjadi menahun dalam bentuk kista bartolini.

Gambar 2. Kista bartolini

C. ETIOLOGI
Sumbatan pada duktus bartolini dapat terbentuk akibat :
o Stenosis
o Atresia congenital
o Penebalan lendir di pintu keluar
o Trauma mekanis
o Neoplasma
Ketika cairan kistik terinfeksi maka terbentuklah abces bartolini
.Infeksi pada kelenjar ini disebabkan oleh kuman gram negative, yaitu
antara lain :

Gambar 3. Bakteri golongan staphylococcus (1) dan gonococcus (2)

D. PATOFISIOLOGI
Sumbatan duktus utama kelenjar bartholini menyebabkan retensi
sekresi dan dilatasi. Kelenjar bartolinitis membesar, merah, nyeri dan
lebih panas daripada daerah sekitarnya. Isi dari dalam berupa nanah
dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat
infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.

Stafilokokus
Gonokokus

Infeksi kelenjar
bartholini

Tanda
gejala radang
- Hiperemis
- Benjolan
- Nyeri

Proses
perdarahan
dalam kelenjar

pus dapat

pus tidak keluar (duktus

keluar melalui

tersumbat)

duktus
radang jika

labia mayora menjadi edem,

terjadi berulang

nyeri tekan (+)

Kista bartholini

Abses bartholini

Skema 1. Perjalanan penyakit bartolinitis

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala bartolinitis antara lain adalah :
o

Pada vulva : perubahan warna kulit, membengkak, timbunan


nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.

Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia


berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam

Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke dokter


dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan
dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan
di sekitar alat kelamin.

Terdapat abses pada daerah kelamin

Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan

bercampur dengan darah


F. DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik Sangat mendukung
suatu diagnosis. Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti :
o Panas
o Gatal
o Sudah berapa lama gejala berlangsung
o Kapan mulai muncul
o Faktor yang memperberat gejala
o Apakah pernah berganti pasangan seks
o Keluhan saat berhubungan
o Riwayat penyakit menular seks sebelumnya
o Riwayat penyakit kulit dalam keluarga
o Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin
o Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi
o Riwayat pengobatan sebelumnya.
Bartolinitis di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya
dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan
posisi

litotomi,

terdapat

pembengkakan

yang

eritem

di

bagian

unilateral, terasa nyeri dan panas. Jika kista terinfeksi, pemeriksaan


kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jenis bakteri
penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat
penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk
kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks.
Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak
dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik
yang tepat yang perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus
yang dicurigai keganasan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kista bartolini dapat didiagnosis melalui pemeriksaan ginekologis
pada pelvis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

Darah dan urin rutin

Swab vagina

Kultur bila sudah terbentuk abses

Biopsi pada pasien usia tua yang dicurigai suatu neoplasma

H. PENGOBATAN
Jika belum menjadi abces dianjurkan pemberian antibiotika
spektrum luas. Bisa memakai cifrofloxacin, ceftriaxon, doksisiklin atau
azytromicin. Jika sudah menjadi abses & belum pecah harus dikeluarkan
dengan sayatan. Indikasi rujukan ke gynekolog untuk terapi meliputi
pembesaran yang cepat, peningkatan nyeri, pembentukan abces atau
haemoragi di dalam kista.
I. PENCEGAHAN
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah
satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat :
1.

Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda


terhindar dari kegemukan yang menyebabkan paha bergesek.
Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit
di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat
hidup subur di daerah tersebut.

2.

Hindari

mengenakan

celana

ketat,

karena

dapat

memicu

kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap


keringat agar daerah vital selalu kering.
3.

Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama.


Tak perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun
belum

menikah.

Karena

keputihan

dapat

dialami

semua

perempuan.
4.

Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada


penderita radang yang menggunakannya sebelum Anda.

5.

Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan


gerakan membasuh dari depan ke belakang.

6.

Biasakan

membersihkan

alat

kelamin

setelah

berhubungan

seksual.
7.

Jika

tidak

dibutuhkan,

jangan

menggunakan

pantyliner.

Perempuan seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika

pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat


meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
8.

Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan


kuman

yang

merugikan

kesehatan.

Produk

pembersih

dan

pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak


diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.
9.

Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.


Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda
berganti-ganti pasangan,
penularan

bakteri.

tak

gampang

mendeteksi

Peradangan berhubungan

sumber

erat dengan

penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.


J. PROGNOSIS
Pada umumnya dengan penanganan segera dan melakukan
upaya

pencegahan

prognosanya

baik.

Meskipun

sering

terjadi

kekambuhan yang akhirnya berkembang menjadi kista atau bila


terinfeksi menjadi abses.

DAFTAR PUSTAKA
Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Heller, Luz. 1986. Gawat darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Dikutip dari
http://www.hopkinsguides.com/hopkins/ub/view/Johns_Hopkins_ABX_Guide/540
055/all/Bartolinitis pada tanggal 30 November 2011

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama

: Ny. DA

Nama suami

MR

: 742689

Umur

: 30 tahun

Umur

: 27 tahun

Pendidikan

: SMU

Pendidikan

: SMU

Pekerjaan

: Tukang bengkel

Pekerjaan

: Ibu RT

Alamat

Alamat
Seorang

: Tn. Z

: Jati, Padang

: Jati, Padang
pasien wanita berumur 27 tahun datang ke Polikinik

Kandungan RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 30 November 2011,


dengan keluhan utama nyeri pada kemaluan sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri pada kemaluan sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
-

Nyeri pada kemaluan sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu, nyeri dirasakan
bertambah berat, terutama saat pasien berjalan. Pada daerah bengkak
juga disertai rasa panas dan kemerahan. Awalnya keluhan berupa

bengkak di kemaluan kiri sejak 2 bulan yang lalu, ukuran sebesar telur
-

puyuh. Ukuran tidak bertambah besar.


Riwayat keputihan disangkal, gatal (-), riwayat digaruk (-)
Riwayat keluar perdarahan diluar siklus haid disangkal
HPHT tanggal 20 November 2011
Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, lamanya 5-7 hari,

banyaknya 2-3x ganti duk/hari, nyeri (-)


Riwayat post coital bleeding (-)
Riwayat dispareuni (-)
Riwayat demam (-)
Riwayat trauma (-)
BAB dan BAK biasa, tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati,
hipertensi dan diabetes melitus.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit menular, dan
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1 x tahun 2000
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan :

3/ 0/ 3

Tahun 2001, laki-laki, 3100 gram, cukup bulan, SC a/i panggul sempit,

dokter, hidup
Tahun 2006, perempuan, 3500 gram, cukup bulan, SC a/i panggul

sempit, dokter, hidup


Tahun 2011, laki-laki, BBL lupa, cukup bulan, SC a/i panggul sempit,
dokter, meninggal usia 6 bulan

Riwayat kontrasepsi

: kondom (2009-sekarang), satu kali pakai.

KB suntik (2006-2009)
Riwayat imunisasi

: tidak ada

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

: sedang

Kesadaran

: kompos mentis kooperatif

Tekanan darah

Nadi

: 80x / menit

Pernafasan

: 21x / menit

: 120 /80 mmHg

Suhu

: afebris

Tinggi badan

: 155 cm

Berat badan

: 64 kg

Body Mass Index

: 26,6 (overwight)

Status Internus
Kulit

: teraba hangat

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5 2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar

Thorak

Paru :
Inspeksi

: simetris kiri dan kanan.

Palpasi

: fremitus kiri sama dengan kanan.

Perkusi

: sonor kiri sama dengan kanan.

Auskutasi

: vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Jantung :
Inspeksi

: iktus kordis tidak terihat.

Palpasi

: iktus kordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: dalam batas normal.

Auskultasi

: irama jantung reguler, bising tidak ada.

Abdomen

: status ginekologikus

Genitalia
Ekstremitas

: status ginekologikus
: edema -/-, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-

Status Ginekologikus
Abdomen
Inspeksi

: tidak tampak membuncit, sikatrik bekas SC linea mediana


ukuran 10x1,5x0,3 cm3

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defense muscullar (-)

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Genitalia

Inspeksi

: tampak benjolan pada dinding vulva sebelah posterior


dari

labia

minora

kiri

ukuran

sebesar

telur puyuh,

hiperemis (+), laserasi (-), perdarahan (-)


: benjolan pada dinding vulva sebelah posterior dari

Palpasi

labia minora kiri tersebut teraba kenyal dengan ukuran


2x3x3 cm3, nyeri tekan (+)
Inspekulo

Vagina

: tumor (-), fluksus (-), laserasi (-)

Portio

: nulipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, tumor(-),


laserasi(-), fluksus (-), OUE tertutup

VT Bimanual :
Vagina

: tumor (-), laserasi (-), fluksus (-)

Portio

: nulipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, nyeri


goyang (-)

CUT

: AF, sebesar telur ayam ras

AP

: lemas kiri sama dengan kanan.

CD

: tidak menonjol.

Diagnosis

Bartolinitis Sinistra
Terapi :
-

Ciproflixacin 2x500 mg
Metronidazol 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500mg

Sikap :
-

Swab vagina
Pemeriksaan darah dan urin rutin

DISKUSI

Telah dilaporkan pasien seorang wanita usia 27 tahun dengan


diagnosis bartolinitis sinistra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis ditemukan adanya nyeri pada
kemaluan sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu, nyeri dirasakan bertambah berat,
terutama saat pasien berjalan. Pada daerah bengkak juga disertai rasa panas
dan kemerahan. Awalnya keluhan berupa bengkak di kemaluan kiri sejak 2
bulan yang lalu, ukuran sebesar telur puyuh. Ukuran tidak bertambah besar.
Riwayat keputihan, gatal dan digaruk disangkal. Riwayat keluar perdarahan
diluar siklus haid disangkal. HPHT tanggal 20 November 2011. Riwayat
menstruasi dengan menarche usia 12 tahun, lamanya 5-7 hari, banyaknya 23x ganti duk/hari, nyeri tidak ada. Dari anamnesis pasien tidak ada riwayat
post coital bleeding , tidak ada riwayat dispareuni, tidak ada riwayat demam,
tidak ada riwayat trauma. BAB dan BAK biasa, tidak ada keluhan.
Pada

pemeriksaan

abdomen,

perut

tidak

tampak

membuncit,

terdapat sikatrik bekas SC linea mediana ukuran 10x1,5x0,3 cm 3. Tidak teraba


massa, nyeri tekan, nyeri lepas, dan defense muskuler tidak ada. Perkusi
timpani dengan auskultasi terdengar bising usus normal.
Dari pemeriksaan ginekologik ditemukan tampak benjolan pada
dinding vulva sebelah posterior dari labia minora kiri ukuran sebesar telur
puyuh, hiperemis, tidak tampak laserasi dan perdarahan. Pada palpasi teraba
benjolan pada dinding vulva sebelah posterior dari labia minora kiri,
konsistensi kenyal dengan ukuran 2x3x3 cm3, nyeri tekan (+). Pada
pemeriksaan genitalia interna, inspekulo pada vagina tidak tampak kelainan.

Pada VT bimanual juga tidak ditemukan kelainan pada corpus uterus, adneksa
perimetrium dan cavum douglasi.
Pasien direncanakan untuk memeriksakan darah dan urinnya untuk
menilai ada tidaknya infeksi dan juga direncanakan swab vagina untuk
memastikan jenis bakteri untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Terapi
yang diberikan pada pasien saat ini adalah antibiotik spektrum luas yaitu
amoksisilin dan metronidazol, serta analgetik yaitu asam mefenamat untuk
mengurangi keluhan nyeri pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai