PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus di tanamkan
pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Daerah pesisir pantai dan laut merupakan wilayah peralihan dan interaksi
antara ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akan sumberdaya alam dan
jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Sumberdaya pesisir pantai dan laut
terdiri dari sumberdaya hayati dan non-hayati, dimana unsur hayati terdiri atas ikan,
mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut lain beserta ekosistemnya,
sedangkan unsur non-hayati terdiri dari sumberdaya mineral dan abiotik lain di lahan
pesisir, permukaan air, di kolom air, dan di dasar laut.
Taman Nasional Baluran merupakan kawasan Konservasi Sumberdaya Alam,
yang berarti di dalam kawasan Taman Nasional Baluran terdapat pengelolaan
sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana, untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya. Taman Nasional Baluran memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik flora, fauna maupun ekosistemnya,
termasuk keindahan panorama alamnya. Ditinjau dari status kawasan, Taman
Nasional Baluran memiliki 3 fungsi utama yaitu (1) fungsi Perlindungan sistem
penyangga kehidupan, (2) Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
dan (3) Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) beserta
ekosistemnya, yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, rekreasi dan pariwisata.
Taman Nasional Baluran dengan luas 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750
Ha wilayah perairan terletak di antara 114 18' - 114 27' Bujur Timur dan 7 45' - 7
57' Lintang Selatan. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa. Sebelah Utara
berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah
Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan dengan
Sungai Kelokoran. Selain itu, terdapat pula pantai yang landai dan berpasir putih,
formasi terumbu karang dan ikan hias yang indah.
Lingkungan hidup daratan dengan perairan terdapat perbedaan perbedaan
fisik yang mendasar yang akhirnya dapat mengkibatkan adanya perbedaan organisasi
komunitas yang menghuni kedua lingkungan hidup tersebut. Perbedaan yang paling
mencolok dan mudah diamati ialah kelompok organisme yang hanyut bebas dalam
laut dan sangat lemah daya renangnya. Kelompok organisme ini dinamakan plankton.
Keanekaragaman plankton dapat menggambarkan struktur komunitas organisme suatu
perairan. Keanekaragaman plankton menunjukkan jumlah spesies serta menunjukkan
keseimbangan komunitas. Keanekaragaman plankton akan berkurang bila suatu
komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah kecil spesies. Hal ini dapat terjadi jika
individu dari spesies tertentu digantikan oleh spesies yang mampu berkembang biak
cepat.
Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan berbagai spesies mengalami
penurunan ataupun kelimpahan jenis tertentu. Keanekaragaman organisme dan
banyaknya spesies tertentu dalam ekosistem air menunjukkan apakah air tersebut atau
tidak terkontaminasi. Sebaliknya, jika keragaman sungai-sungai kecil tercemar. Ada
tiga mekanisme untuk mengidentifikasi pencemaran air di sungai yakni fisika, kimia
dan biologi. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan keragaman plankton yang
dapat dijadikan indikator kualitas air di Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Situbondo.
Plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, mempunyai peranan yang
sangat penting didalam ekosistem laut, karena plankton menjadi makanan berbagai
jenis hewan lainnya. Keanekaragaman menggambarkan struktur komunitas organisme
suatu perairan. Keanekaragaman plankton menunjukkan jumlah sepies atau
kelimpahan spesies serta menunjukkan keseimbangan komunitas. Keanekaragaman
plankton akan berkurang bila suatu komunitas didominasi oleh suatu atau sejumlah
kecil spsies. Hal ini bisa terjadi bila individu dari spesies tertentu digantikan oleh
spesies. Yang mampu berkembang biak dengan cepat. Agar dapat mengetahui struktur
komuniatas organisme suatu perairan, dan keseimbangan komunitas perairan tersebut,
maka harus diketahui jenis-jenis plankton yang terdapat disuatu perairan, menetukan
indeks keanekaragaman plankton, menentukkan indeks keseragaman plankton, dan
menentukan indeks dominansi plankton.
Fungsi perairan dapat berubah akibat adanya perubahan struktur dan kualitas
perairan. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam
maupun dari aktivitas manusia, seperti peningkatan signifikatif konsentrasi unsur hara
secara sporadis yang dapat menimbulkan peningkatan nilai kuantitatif plankton
hingga melampaui batas normal yang dapat ditolerir oleh organisme hidup lainnya.
Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa kematian massal organisme
perairan akibat persaingan penggunaan oksigen terlarut seperti terjadi di berbagai
perairan di dunia.
Kualitas air pada suatu perairan menentukan kehidupan organisme maupun
biota-biota laut yang ada di dalamnya, oleh karena itu jika kondisi air laut tercemar
maka akan membahyakan kehidupan dari biota-biota laut tersebut. Sehingga
dilakukanlah Uji Kualitas Air di Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa indeks keanekaragaman plankton di Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Situbondo ?
2. Berapa indeks dominansi plankton di Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Situbondo ? dan plankton jenis apakah yang banyak terdapat di Pantai Bama
Taman Nasional Baluran Situbondo ?
3. Bagaimana kualitas perairan Pantai Bama taman Nasional Baluran Situbondo bila
ditinjau dari keberadaan plankton dalam air tersebut pada waktu pagi, siang dan
malam hari ?
C. Tujuan
Dari permasalahan yang di dapat, maka diharapkan setelah melakukan
kegiatan praktikum di Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo kami dapat :
1. Menghitung kualitas perairan Pantai Bama di taman Nasional Baluran Situbondo
yang ditinjau dari keberadaan plankton dalam air tersebut pada waktu pagi, siang
dan malam hari
2. Menghitung indeks keanekaragaman plankton yang terdapat di Pantai Bama
Taman Nasional Baluran Situbondo.
D. Manfaat
Dari hasil praktikum yang di dapat, maka diharapkan setelah melakukan
kegiatan praktikum di Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo bisa
mendapatkan manfaat :
1. Melengkapi data tentang keanekaragaman dan kelimpahan plankton di Perairan
Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo.
2. Menambah khazanah pengetahuan dalam Planktonologi dan Ekologi Perairan.
3. Melengkapi data sifat fisik-kimia perairan sekaligus juga memberikan informasi
tentang kualitas air Perairan Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo.
4. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Daerah, besera instansi terkait dalam
rangka pengelolaan, pengembangan dan pelestarian Perairan Pantai Bama Taman
Nasional Baluran Situbondo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ekosistem Air
Sistem perairan yang menutupi sebagian besar dari permukaan bumi dibagi
dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan air laut. Dari kedua sistem
perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu 97%, sisanya
adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya.
Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut diantaranya adalah salinitas tinggi
terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin cukup rendah. Ekosistem laut
tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Arus laut yang selalu berputar timbul karena
perbedaan temperatur dan perputaran bumi.
Di daerah tropis, seperti di Indonesia, air permukaan laut mempunyai suhu
lebih tinggi dengan suhu air di bagian bawahnya sehingga air permukaan tidak dapat
bercampur dengan air di lapisan bawah. Batas antara lapisan tersebut dinamakan batas
termoklin. Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki karakteristik
tertentu, seperti hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
kirakira sama dengan tekanan osmosis air laut maka itu adaptasinya tidak terlalu sulit.
Sedangkan, hewan bersel banyak, misalnya ikan, cara adaptasi yang dilakukan dengan
cara melakukan banyak minum, sedikit mengeluarkan urin, pengeluaran air dilakukan
secara osmosis, sedangkan garam mineral dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25C. Di daerah dingin, suhu air laut merata
sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak
plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas
turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut, yaitu zona
litoral, Merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan daratan. Neartik,
Merupakan daerah yang masih bisa ditembus sinar matahari, bagian dasar dalamnya
300 m. Batial, Merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m. Abisal,
Merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
1. Zoonasi
Terdapat zona-zona primer yang secara umum telah dikenal dan memiliki
kesamaan dengan zonasi pada lingkungan laut.
a. Zona litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan daratan.
Pada daerah ini terjadi percampuran sempurna antara berbagai faktor fisiko
kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan antara lain: tumbuhan
akuatik berakar atau mengapung, siput, kerang, crustacean, serangga, amfibi, ikan,
perifiton dan lain-lain.
b. Zona limnetik
Merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu sisi
dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik, kimiawi
maupun kehidupan di dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak ditemukan di
daerah ini antara lain: ikan, udang, dan plankton
c. Zona profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima sedikit
cahaya matahari dibanding daerah litoral dan limnetik. Bagian ini dihuni oleh
sedikit organisme terutama dari organisme bentik karnivor dan detrifor.
d. Zona sublitoral
Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona profundal. Sebagai
daerah peralihan zona ini dihuni oleh banyak jenis organisme bentik dan juga
organisme temporal yang datang untuk mencarai makan. (Satino, 2011)
Mulai dari hutan hujan tropis pegunungan sampai gugusan terumbu karang
yang tersebar dari Pantai Bama di Timur wilayah Baluran sampai pantai Bilik di
sebelah Utara wilayah Baluran. Wilayah yang paling khas dari wilayah ini adalah
hamparan savana yang luasnya menutupi kurang lebih 40% wilayah Baluran.
Keberagaman tipe hutan inilah yang membuat banyak peneliti dan akademisi
tertarik untuk melakukan penelitian maupun study wisata.
1. Hutan Pantai
Pantai Baluran terdiri dari pasir hitam, putih, batu pantai yang hitam kecil,
atau lereng karang, tergantung daerahnya. Vegetasi pantai yang tumbuh adalah
formasi Baringtonia yang berkembang baik (antara Pandean dan Tanjung
Candibang, di Labuan Merak), pandan (Pandanus tectorius) di Tanjung Bendi,
Pemphis acidula di Air Karang, Acrophora, Porites lutea, Serioptophora histerix
dan Stylophora sp.
2. Padang Lamun
Formasi padang lamun di Taman Nasional Baluran tersebar pada pantai-pantai
dengan kelerengan landai dan tidak memiliki gelombang air yang terlalu ekstrim.
Pantai-pantai itu antara lain terdapat di sekitar Pantai Bama, Kajang, Balanan,
Lempuyang terus ke arah barat sampai ke Pantai Bilik-Sijile dan Air Karang.
Formasi Lamun ini banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari
ikan, karena lokasinya yang berdekatan dengan hutan mangrove, formasi ini
Lamun menyediakan hasil laut yang berlimpah, salah satunya yang bernilai
ekonomis tinggi yaitu bandeng (Chanos chanos), cumi-cumi dan lain sebagainya.
3. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Baluran dapat dijumpai di
perairan pantai Bama, Lempuyang, Bilik, Air Karang, Kajang, Balanan dan
Kalitopo. Terumbu karang yang ada di Taman Nasional Baluran adalah jenis
karang tepi yang memiliki lebar beragam dan berada pada kisaran kedalaman 0,5
meter 40 meter. Bentuk bentuk karang yang hidup pada lokasi tersebut
meliputi Acropora Branching, Acropora Encrusting, Acropora Tubulate dan
Mushroom Coral
Secara geologi Taman Nasional Baluran memiliki dua jenis golongan tanah,
yaitu tanah pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta
tanah dasar laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai daerahdaerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan basalt, debu
vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu urutan bertingkat dari
kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung yang tinggi dan curam sampai
tanah aluvial yang dalam di dataran rendah. Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang
kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai
kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian
besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik.
intensitas
cahaya
matahari.
Larva
ini
akan
keluar
dari
7. Arus
Arus terutama berfungsi dalam transportasi energi panas dan substansi seperti
gas maupun mineral yang terdapat dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran
organisme. Adanya arus pada suatu ekosistem akuatik membwa plankton (khusus
fitoplankton) yang memupuk pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan
terjadinya blooming pada lokasi tertentu jika tempat baru tersebut kaya akan nutrisi
yang menunjang pertumbuhan fitoplankton dengan faktor abiotik yang mendukung
bagi perkembangan kehidupan plankton.
8. Kekeruhan
Kekeruhan/turbidaitas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi di dalam
air. Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman,
kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis
kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan
yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan
juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafsan organisme perairan. Apabila
kekeruhan semakin tinggi maka sebagian materi terlarut tersebut akan menempel
pada bagian rambut-rambut insang sehingga kemampuan insang untuk mengambil
oksigen terlarut menjadi menurun, bahkan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat
menyebabkan insang tidak dapat berfungsi dan menyebabkan kematian.
E. Plankton
Menurut Bartram and Balance (1996), dalam dunia perikanan yang disebut
plankton ialah jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau
bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Odum (1994) menyatakan bahwa
plankton adalah organisme yang mengapung di perairan dan pergerakannya kurang
lebih tergantung arus, secara keseluruhan plankton tidak dapat bergerak melawa arus.
Plankton terdiri dari Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton hanya terdiri dari
alga yang mikroskopis. Semua Fitoplankton selamanya hidup dalam air sebagai
plankton dan diberi nama Holoplankton. Lain halnya dengan zooplankton,
zooplankton terdiri dari Holoplankton dan Meroplankton atau termoairplankton.
Holoplankton ialah organisme yang selamanya hidup sebagi plankton, seperti
Rotatoria Cladocera, Copepoda, dsb, sedangkan Meroplankton ialah larva-larva dari
segala macam udang atau larva dari hewan-hewan air lainnya yang nanti jika sudah
besar menjadi dewasa (kepiting, lobster, udang-udang besar, dsb) tidak lagi hudup
sebagai plankton. (Bartram and Balance, 1996).
Sebagian besar plankton yang memiliki flagel dapat berenang aktif. Plankton
yang termasuk golongan ini adalah Prasinophyceae, Crypophyceae, Haptophyceae,
Chrysophyceae, dan Dinophyceae. Sedangkan dua kelompok plankton lainnya yaitu
diatome dan Alga Biru Hijau tidak bisa berenang karena tidak memiliki flagel.
a. Fitoplankton
Fitoplankton (alga planktonik) merupakan dasar sebagian jaring-jaring
makanan di laut maupun air tawar. Sering disebut plankton nabati. Sel tubuh
mengandung klorofil sehingga merupakan organisme autotrof yang mampu
berfotosintesis secra langsung dan merupakan penyumbang makanan alami pada
kehidupan perairan (Bougis, 1976). Proses fotosintesis pada ekosistem air yang
dilakukan oleh fitoplankton (produsen) merupakan sumber nutrisi utama bagi
kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen. Dimulai dari
zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme lain-lainnya yang membentuk
F. Ekologi Plankton
Kehadiran plankton di suatu ekosistem perairan sangat penting, karen
fungsinya sebagai produsen primer atau karena kemampuannya dalam mensintesis
senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Dalam
ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan
tumbuhan air disebut sebagai produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada
lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan
proses fotosintesis. (Bartram and Balance, 1996).
Dalam pertumbuhannya fitoplankton membutuhkan nutrisi baik makro nutrisi.
Eleme yang termasuk dalam makro nutrisi terdiri dari : C, H, O, N, S, P, K, Mg, Ca.
Elemen tersebut merupakan penyusun sel plankton sama dengan sel tumbuhan.
Distribusi zooplankton dan fitoplankton tidak merata karena fitoplsnkton
mengeluarkan bahan metabolik yang membuat zooplankton tertarik teradap
fitoplankton. Jumlah dan distribusi musiman plankton maupun zooplankton dapat
diketahui berdasarkan beberapa faktor pembatas seperti suhu, penetrasi cahaya dan
konsentrasi unsur hara, seperti nitrat dan fosfat dalam suatu perairan. (Alexander,
1999)
Distribusi vertikal plankton pada perairan yang dangkal kurang bervariasi bila
dibandingkan pada perairan dalam. Demikian juga pada perairan mengalir distribusi
vertikal plankton berbeda dengan perairan yang menggenang.
Kemampuan plankton untuk tetap berada pada suatu kedalaman tertentu
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk tubuhnya. Ada pengurangan berat tubuh yang
disebabkan oleh pengurangan berat skeleton atau cangkok, adanya bahan seperti
gelatin dan pemeliharaan keseimbangan tekanan osmotik dengan aari laut oleh ionion yang ringan seperti sulfat merupakan bentuk adaptasi plankton untuk
mempertahankan dirinya pada kedalaman tertentu (Bougis, 1976). Perubahan suhu
juga mempengaruhi laju pertumbuhan plankton, terutama fitoplankton.
Perubahan suhu yang drastis juga dapat menyebabkan kematian mendadak
pada biota perairan. Kenaikan suhu perairan akan menyebabkan laju respirasi biota
semakin tinggi, sehingga dibutuhkan O2 yang lebih banyak. Jadi jelas akan
mempengaruhi kadar O2 terlarut dalam perairan.
1. Indeks Keanekaragaman Plankton
Menurut Bougis, 1976, keanekaragaman jenis menunjuk seluruh jenis pada
ekosistem, sementara Odum (1993) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai
jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. untuk dapat mengetahui
keanekaragaman suatu komunitas dapat dilakukan dengan cara menghitung indeks
diversitas plankton.
Diversitas jenis merupakan gambaran struktur komunitas. Suatu komunitas
dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika disusun oleh banyak
jenis (taksa) yang mempunyai kelimpahan individu masing-masing jenis sama besar
atau hampir sama besar kuantitasnya, sedangkan suatu komunitas punya
keanekaragaman jenis rendah jika disusun oleh sedikit jenis dengan jumlah individu
yang melimpah (Michael, 1994).
Komunitas fitoplankton (microscopic marine algae) merupakan dasar dari
rantai makanan di suatu perairan. Peranan fitoplankton sangat penting dalam
menentukan produktivitas primer perairan tersebut. Pada saat dan kondisi lingkungan
tertentu (misalnya sangat subur), kemungkinan terjadinya suatu peningkatan populasi
dari spesies fitoplankton secara drastis mungkin terjadi. Kondisi ini dinamakan
ledakan populasi fitoplankton (alga bloom). (Sastrawijaya, 1991).
2. Kualitas Air
Air merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi hajat
hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta makhluk lainnya. Berkaitan dengan pemanfaatan perairan
darat sebagai sumber air bersih untuk keperluan rumah tangga , untuk kebutuhan
pertanian, peternakan, perikanan dan untuk industri maka pemerintah Indonesia telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Menetapkan kriteria kualitas air yang
dapat diterima untuk serangkaian kategori penggunaan di atas :
-
Air golongan I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa harus dimasak/diolah terlebih dulu.
Air golongan II : Air yang dapat digunakan sebagai air minum tetapi harus
dimasak/diolah terlebih dulu.
Air golongan III : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
Tabel 2. Parameter Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air berdasarkan PP No. 82
tahun 2001. (Sastrawijaya, 1991)
BAB III
METODE KEGIATAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena terdapat variabelvariabel penelitian yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel air dan melakukan uji terhadap
sampel air tersebut.
Tempat
- Siang
- Malam
Hari/Tanggal
C.
Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol
2. Variabel manipulasi
3. Variabel respon
Tepi
Tengah
Dalam
F. Langkah Kerja
1. Mengukur Kadar BOD
Mengambil sampel air, dan memasukkannya dalam botol Winkler terang dan
menutupnya.
Mengamati perubahan warna pada sampel air tersebut pada Erlenmeyer, bila
warna merah muda berarti CO2 = 0 ppm.
Bila warna tidak mengalami perubahan warna menjadi merah, maka dititrasi
dengan NaOh sampai warna air menjadi merah muda.
Menuang air yang ada di dalam timba plastik pada jaring plankton.
G. Rancangan Percobaan
1. Mengukur CO2
Botol winkler gelap disi
air sampel
10 tetes larutan PP
Merah muda
CO2=0
VCO2
2. Mengukur DO
a. Mengukur DO awal
Botol winkler gelap
diisi air sampel
Kuning tua
Langsung dibawa ke
lab
100 ml sample
dititrasi Na2S2O3
Ditambah larutan
MnSO4 2 ml
Ditambah larutan
KOH-KI 2 ml
Kuning muda
Ditambah 10-20
tetes amilum
biru
Dihomogenkan dan di
biarkan mengendap 1/3
botol
Ditambah larutan
asam sulfat pekat 2 ml
Dititrasi Na2S2O3
Volume titran
Endapan hilang
DO
Kuning muda
b. Mengukur DO akhir
Winkler gelap
Winkler terang
Kuning tua
Ditambah larutan
asam sulfat pekat 2 ml
biru
Dititrasi Na2S2O3
DO
Produktivitas primer
Kuning
muda