Penulis
1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1
Latar Belakang............................................................................................3
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3
Tujuan.........................................................................................................4
BAB II
BAB III
PEMBAHASAN...........................................................................................5
A.
Insulin........................................................................................................5
B.
C.
KESIMPULAN...........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................36
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
DNA Rekombinan atau rekayasa genetik dapat didefinisikan sebagai pembentukan
rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara penyisipan DNA dari
luar kedalam suatu organisme sehingga memungkinkan penggabungan dan kelanjutan
berkembang baru. Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan oleh Crick dan
Watson pada tahun 1953. Rekayasa genetika merupakan suatu rangkaian metode yang
canggih dalam perincian akan tetapi sederhana dalam hal prinsip yang memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan gen atau sekelompok gen dari sebuah sel dan
mencangkokkan gen atau sekelompok gen tersebut pada sel lain dimana gen atau
sekelompok gen tersebut mengikat diri mereka dengan gen atau sekelompok gen yang
sudah ada dan bersama-sama menaggung reaksi biokimia penerima. Secara sederhana,
proses rekayasa genetika tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap makhluk hidup
terdiri atas jutaan sel individu yang masing-masing sel tersebut mengandung satu set gen
yang identik. Gen-gen tersebut berfungsi memberikan perintah-perintah biologi yang
hanya mengeluarkan satu dari ribuan perintah yang diperlukan untuk membangun dan
menjaga kelangsungan suatu makhluk hidup serta menentukan penampakan yang
dimunculkan dalam bentuk fisik suatu makhluk hidup. Setiap gen mengandung ribuan
rantai basa yang tersusun menjadi sebuah rangkaian dimana gen tersebut berada dalam
kromosom sebuah sel. DNA mudah diekstraksi dari sel-sel, dan kemajuan biologi
molekuler sekarang memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies dan
kemudian menyusun konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium.
DNA rekombinan ini dapat dipindahkan ke makhluk hidup lain bahkan yang berbeda
jenisnya. Hasil dari perpaduan tersebut menghasilkan makhluk hidup rekombinan yang
memiliki kemampuan baru dalam melangsungkan proses hidup dan bersaing dengan
makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain makhluk hidup rekombinan memiliki sifat
unggul bila dibandingkan dengan makhluk asalnya. Perkembangan rekayasa genetika
sebagai bagian dari perkembangan bioteknologi. Bioteknologi ini semakin mencapai
puncaknya ketika diciptakannya rekayasa genetika sekitar tahun 70-an, dengan
ditemukannya cara pencangkokan sepotong informasi genetika asing ke dalam
mikroba.
3|Page
3) Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang kesehatan INSULIN
b) Mengetahui VAKSIN HEPATITIS B
d) Mengetahui peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang pertanian Tomat Flavr
Savr
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
1. INSULIN
A. Sejarah Insulin
Bakteri Gram negatif, Escherrichia coli, penghuni alami saluran pencernaan manusia
Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para
ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli
fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram
Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan
sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara
kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada
manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam
amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa
penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu
dapat dihilangkan secara sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti
cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini
mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan,
insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut
di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat
rendah dibandingkan dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak
menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
5|Page
Spesies
A8
A10
B28
B29
B30
Manusia
Thr
Ile
Pro
Lys
Thr
Babi
Thr
Ile
Pro
Lys
Ala
Sapi
Ala
Val
Pro
Lys
Ala
Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30,sedangkan
insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, B30, sehingga
pemakain insulin babi kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1
babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selam 3 hari padahal saat ini ada
60 juta orang didunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan meningkat 5-6 %
pertahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi recombinan untuk
mendapatkan insulin.
Faktor-faktor ini menyebabkan peneliti mempertimbangkan untuk membuat Humulin
dengan memasukkan gen insulin ke dalam vektor yang cocok, yaitu sel bakteri E. coli, untuk
memproduksi insulin yang secara kimia identik dan dapat secara alami diproduksi. Hal ini
telah dicapai dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan
Gen insulin manusia dari pulau Langerhans diambil,kemudian disambungkan ke dalam
pasmid bakteri,membentuk kimera (DNA recombinasi). Kimera itu dimasukkan ke dalam sel
target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur,untuk dikembangkan.
Karakteristik bakteri yang menjadi organisme pilihan untuk memproduksi insulin memiliki
keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
Memiliki rentang umur pendek
Jumlah generasi yang banyak
Susunan genetik bakteri yang lebih mudah dimodifikasi
Lingkungan luar bekteri dapat dengan mudah dimodifikasi untuk mempengaruhi
ekspresi gen.
Menghasilkan produk,hampir mendekati yang kita inginkan (menyerupai insulin yang
dihasilkan sel -pankreas)
Lebih ekonomis
Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu:
6|Page
B. Struktur Insulin
Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30
di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk rantai
kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari
kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai
B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks terjalin yang dibentuk dari
rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari gula deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada
empat basa nitrogen yang berbeda yaitu adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis protein
tertentu seperti insulin ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang.
kelenjar
Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula
drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal
sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan
sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon
insulindari luar tubuh,dapat berupa obat buatan manusia yang dikenal sebagai sebutan insulin
7|Page
8|Page
9|Page
Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah pabrik
yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin
direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat
mendegradasi protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara
menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, Bgalaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri
memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti
pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya
rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan
10 | P a g e
pasangan basa nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari
kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase
adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung nukleotida.
Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang membawa
sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin.
Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua
rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai
A dan sembilan puluh untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang
menandakan pengakhiran sintesis protein.
Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap
awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam amino sel bakteri itu.
Gen sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke dalam gen untuk
enzim bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap ini,
sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan Bgalaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel E. coli.
11 | P a g e
Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke salah satu
rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi dari fragmen Bgalaktosidase dan dimurnikan.
12 | P a g e
Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang membentuk
jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin murni (insulin manusia sintetis).
Seluruh prosedur, sekarang dilakukan dengan menggunakan sel ragi sebagai media
pertumbuhan, karena sel ragi dapat menghasilkan sebuah molekul insulin manusia yang
hampir lengkap dengan struktur tiga dimensi yang sempurna. Ini meminimalkan kebutuhan
untuk prosedur pemurnian kompleks dan mahal.
14 | P a g e
15 | P a g e
2. VAKSIN HEPATITIS B
A. Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya
didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua
penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan
Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang
yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi
saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan
alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat
menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan
lebih beresiko terkena penyakit ini
Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).
Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tandatanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang
ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa
ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B,
yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal
dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan
lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan
dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif
pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang
16 | P a g e
3. Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan
hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
gan dengan sanitasi jelek
Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis
B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan.
Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi
berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan
penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes
terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan
darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau
bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya
untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.
D. . PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui immunisasi baik aktif maupun pasif
1. Immunisasi Aktif
Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan pada bayi yang lahir dari ibu
HBsAg positif, sedang pada negara yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada
19 | P a g e
orang yang mempunyai resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara intra
muskular sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2 tahun.
Program pemberian sebagai berikut:
Dewasa:Setiap kali diberikan 20 g IM yang diberikan sebagai dosis awal, kemudian
diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.
Anak :Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai dosis awal , kemudian diulangi setelah 1
bulan dan berikutnya setelah 6 bul
2. Immunisasi Pasif
Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan immunisasi pasif dimana daya
lindung HBIG diperkirakan dapat menetralkan virus yang infeksius dengan
menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan perlindungan terhadap Post Expossure
maupun Pre Expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu, yang HbsAs positif diberikan HBIG
0,5 ml intra muscular segera setelah lahir (jangan lebih dari 24 jam). Pemberian ulangan
pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada orang yang terkontaminasi dengan HBsAg positif
diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan alam 24 jam post expossure dan diulang setelah
1 bulan.
DNA hepatitis B:
Berikut adalah keadaan organ hati sebelum dan setelah terserang virus hepatitis B.
dewasa muda yang terkena infeksi hepatitis B hanya mengalami fase akut, kemudian sembuh
sendiri. Sisanya, terus berlanjut menjadi hepatitis kronis.
Lawan dari HBsAg adalah anti-HBS (hepatitis B surface antibody), yaitu antibodi yang
dibentuk tubuh akibat rangsangan protein HBsAg. Gunanya untuk membantu melenyapkan
virus hepatitis B. Pada orang yang hanya mengalami infeksi akut, dalam darahnya ditemukan
anti-HBS. Kasus seperti ini juga disebut serokonversi anti-HBsAg. Berbeda halnya dengan
mereka yang berlanjut ke hepatitis kronis, biasanya tidak ditemukan anti-HBS.
Ada dua jenis infeksi kronis hepatitis B, yaitu infeksi 'tenang' dan infeksi aktif. Pada infeksi
tenang, virus hepatitis B bersembunyi dalam sel hati atau sel lainnya. Virus tidak
memperbanyak diri atau kalaupun memperbanyak diri, jumlahnya sangat sedikit. Karena itu,
dalam keadaan infeksi tenang, penderita tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
Sebaliknya, pada infeksi aktif, virus aktif memperbanyak diri dan ditemukan dalam jumlah
cukup besar di dalam darah. Pada tipe infeksi ini, penularan ke orang lain dapat terjadi. Di
kedua jenis infeksi kronis ini, nilai HBsAg ditemukan positif. Untuk membedakannya harus
dilakukan pemeriksaan protein virus lainnya yaitu HBeAg (hepatitis B e-antigen). Protein ini
hanya ditemukan jika virus aktif bereplikasi (infeksi aktif).
Interpretasi Hasil Pemeriksaan
HBsAg negatif: orang yang diperiksa belum pernah terpapar virus hepatitis B atau pernah
terpapar tetapi hanya mengalami infeksi akut dan virus telah dilenyapkan.
HBsAg positif: penderita sedang mengalami infeksi tetapi tidak diketahui apakah dapat
menularkan ke orang lain atau tidak.
Anti-HBs positif: penderita mempunyai kekebalan terhadap infeksi hepatitis B, diperoleh dari
vaksinasi atau infeksi yang sembuh sebelumnya.
HBeAg positif: virus aktif memperbanyak diri dan penderita dapat menularkan virus hepatitis
B ke orang lain.
HBeAg negatif : virus sedang tenang dan tidak aktif bereplikasi, penderita tidak dapat
menularkan virus ke orang lain. Tetapi sebagai catatan, beberapa galur virus hepatitis B tidak
memproduksi protein HBeAg walaupun sedang aktif memperbanyak diri.
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg) merupakan
material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen
Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S.
Blumberg dari serum orang Australia.
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul
di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului
munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satusatunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan
hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap
terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan
didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg
21 | P a g e
positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan
klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan
pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan
bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus
lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis
B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe
positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk mengidentifikasi
antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak terdapat lagi
berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait
transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan
transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak
seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di
sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat
transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
F. Pembuatan Vaksin Hepatitis B
VAKSIN DARI PLASMA KARIER
Penggunaan vaksin hepatitis B yang diekstraksi dari plasma manusia dimulai sejak
keberhasilan penelitian Krugman dan koleganya tahun 1971. Mereka menggunakan serum
yang mengandung virus hepatitis B. Serum ini mereka encerkan 1:10 dan diinaktivasi panas
90o C selama 1 menit. Vaksinasi dilakukan pada 29 anak, hasilnya lebih dari separuh
terlindung dari infeksi hepatitis B. Pengembangan vaksin ini selanjutnya menggunakan
antigen lain untuk imunisasi aktif yaitu "Hepatitis B Surface Antigen" (HBsAg). Antigen ini
merupakan permukaan virus yang diambil dan dimumikan dari plasma manusia karier.
Vaksin HBsAg ini merupakan partikel 22 nm mumi, diinaktifasi panas, diadsorbsi alum dan
bebas dari asam nukleat; dimumikan melalui tahap presipitasi, ultrasentrifugasi, gelfiltrasi
dan afinitas kromatografi.
Vaksin HBsAg mempunyai keamanan dan imunogenisitas baik. Setelah mengalami berbagai
perbaikan, lebih dari 30 juta dosis telah tersebar di dunia dan memperlihatkan keamanan yang
menggembirakan. Hal ini dicapai karena ketatnya inaktifasi dan purifikasi untuk
memusnahkan sumber infeksi serta pengujian kontrol kualitas untuk menjamin kemurnian
produk.
VAKSIN DARI SEL YEAST DAN SEL MAMALIA
Kemajuan di bidang genetika molekuler dan kimia asam nukleat, telhh memungkinkan
identifikasi dan analisis gen pengkode substansi aktif, transfer di antara organisme dan
memproduksinya di bawah kondisi terkontrol. Gen pengkode produk tertentu dapat diisolasi
22 | P a g e
dan dibiakkan untuk memproduksi zat tersebut, dengan cara memasukkan molekul DNA
(alami atau sintetik) ke dalam vektor yang sesuai, kemudian dimasukkan ke dalam host.
Teknik rekombinan ini telah membuka jalan untuk mengembangkan produksi vaksin,
terutama sumber infeksi yang belum tersedia vaksinnya dan untuk meningkatkan vaksin yang
ada. Pendekatan baru terhadap perkembangan vaksin ini sangat berharga terutama untuk
mikroorganisme/virus yang tidak dapat dibialdcan dengan metoda yang ada, seperti virus
hepatitis B. Teknologi rekombinan DNA ini telah berhasil digunakan untuk memproduksi
HBs Ag dengan berbagai sel antara lain sel prokariot seperti E. coli dan B. subtilis, sel
eukariot seperti sel S. cerevisiae, sel CHO dan sebagainya.
Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani pengujian keamanan,
imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin ini aman, antigenik
dan relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan vaksin ini telah dilisensikan dan
diproduksi di berbagai negara. Salah satu keuntungan vaksin dari sel ragi dibanding dari
plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi, dan konsistensi dari batch ke batch lebih
mudah diperoleh. Bahkan antigen yang berasal dari sel ragi juga telah dicoba disiapkan dalam
bentuk micellar. Vaksin polipeptida micelle ini di dalam laboratorium dilaporkan lebih
antigenik.
HBsAg dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption menggunakan glass bead.
Pemurnian melalui tahap clarification, ultrafiltrasi, kromatografi dan ultrasentrifugasi serta
diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai pengawet ditambahkan thiomerosal.
Karakterisisasi partikel dilakukan dengan membandingkan HBsAg dari plasma antara lain
meliputi berat molekul, kompisiii asam amino, densitas dalam CsC12 dan sebagainya.
Analisis imunologis menggunakan antibodi monokional memperlihatkan vaksin dari plasma
dan ragi mengandung epitope yang berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.
Vaksin HBsAg rekombinan juga diproduksi menggunakan sel mamalia yaitu sel Chinese
Hamster Ovary (CHO). Gen HBsAg dimasukkan ke dalam sel CHO dan sel ini dapat
mensintesis dan mensekresikan partikel HBsAg 22 nm. Cell line CHO'dapat mensintesis
HBsAg 15 mcg/106 sel/hari. Bahkan bila cell line Imunisasi dengan satu kali inokulasi
merupakan salah satu cara vaksinasi yang sangat didambakan terutama untuk vaksinasi masal
dengan populasi cukup besar. Saat ini para peneliti telah berusaha mendapatkan vaksin hidup
terhadap hepatitis B menggunakan virus vaccinia. Vaksin hidup ini sangat potensial dan telah
digunakan untuk memproduksi vaksin hepatitis B, herpes simpleks, rabies dan lain-lain di
dalam laboratorium.
Percobaan pendahuluan pada kelinci telah menyimpulkan bahwa penggunaan virus vaccinia
rekombinan untuk vaksinasi sangat mungkin. Karakteristik biofisik dan biokimia partikel
antigenik yang disekresikan oleh virus ini identik dengan HBsAg asli. Kelinci dan binatang
laboratorium lain yang diinokulasi dengan virus hibrida ini mampu memproduksi anti-HBs.
Simpanse yang divaksinasi dengan virus vaccinia rekombinan terlindung dari infeksi virus
hepatitis B.
23 | P a g e
Beberapa keuntungan virus vaccinia rekombinan untuk memproduksi vaksin antara lain biaya
produksinya relatif lebih rendah, cara vaksinasi relatif lebih mudah, stabilitas baik,
mempunyai shelf life panjang, tidak onkogenik dan tidak bersifat laten.
VAKSIN POLIPEPTIDA DAN PEPTIDA SINTETIK
Partikel HBs Ag 22 nm telah terbukti merupakan imunogen yang baik, namun penelitian
lebih lanjut telah memperlihatkan bahwa komponen imunogenik tersebut mungkin
merupakan bagian dari HBs Ag komplek. Para ahli akhirnya dapat memperoleh 2 polipeptida
dari partikel HBs Ag murni.Kedua polipeptida mengandung determinan antigenik hepatitis B.
Pertama berupa polipeptida dengan BM 25.000 26.000 (P25) dan bentuk glikosilatnya
dengan BM 28.000 30.000 (GP 30). Keduanya ternyata merupakan antigen yang efektif.
Dari purifikasi peptida ini akhirnya diperoleh antigen dalam bentuk micellar.
Pada pengujian potensi pada mencit, vaksin polipeptida subunit ini ternyata menimbulkan
respon antibodi lebih kuat daripada antigen partikel 22 nm utuh. Vaksin ini telah menjalani
pengujian keamanan dan efrkasi pada primata non manusia dan sedang dikembangkan untuk
uji klinis. Vaksin polipeptida micelle ini juga telah dibuat dari HBs Ag yang dihasilkan oleh
sel ragi dan sel mamalia rekombinan.
Keberhasilan isolasi polipeptida p25 dan gp30 dari HbsAg murni dan bukti bahwa
polipeptida tersebut mengandung determinan antigen yang mampu menginduksi anti
HBs, telah mendorong para ahli untuk mensintesis peptida tersebut secara kimia. Di
samping itu, dorongan juga diperkuat dengan keberhasilan peptida sintetik
menginduksi antibodi penetral bakteri dan virus tanaman.Vaksin peptida sintetik
pertama tersebut dibuat untuk tobacco mosaic, virus, sesudah mengidentifikasi
determinan antigeniknya dan rangkaian asam aminonya. Rangkaian asam amino
tersebut ternyata dapat dibuat sintetik dan mampu menginduksi antibodi dalam
binatang percobaan.
Beberapa laboratorium akhirnya berhasil membuat peptida sintetik yang mengandung
rangkaian asam amino identik dengan molekul p25 HBs Ag. Respon antibodi
terhadap peptida ini muncul 1 2 minggu sesudah imunisasi primer dan semua
binatang menginduksi antibodi sesudah inokulasi kedua. Mencit yang diimunisasi
secara intraperitoneal, menginduksi anti HBs setelah 7 14 hari inokulasi.
Perkembangan vaksin polipeptida yang disintesis secara kimia memberikan banyak
keuntungan antara lain dapat memproduksi imunogen yang relatif murah, aman dan
uniform secara kimia, sehingga dapat menggantikan vaksin yang ada saat ini, yang
relatif kurang murni atau mungkin mengandung determinan antigen mikroba lain.
24 | P a g e
25 | P a g e
dihilangkan
virulensinya
(disarmed ),
sehingga
sel
tanaman
yang
(Galun, Esra dan adina Breiman. 1998. Transgenic Plants. London : Imperial College
Press)
proses pembentukan buah. Suhu yang tinggi akan membatasi produksi hormon auksin
dan giberelin pada bunga sehingga buah yang terbentuk sedikit. Oleh karena itu,
timbul upaya pengembangan buah tomat unggul yang dapat berproduksi tinggi
(Saker,et all., 2007).
Pada tahun 1980, para ilmuwan di Calgene melakukan penelitian terhadap
tomat Flavr Savr, dimana tomat tidak menjadi lunak saat masak, karena itu dibiarkan
menggantung hingga masak alami. Untuk membuat tomat transgenik, sebuah gen dari
E. Coli (bakteri yang terbentuk secara alami dalam usus mamalia) disebut kan(r) dan
gen dari tomat Flavr Savr dimasukkan ke dalam plasmid (cincin melingkar DNA) dan
plasmid ini dimasukkan de dalam gugus sel tomat yang ditumbuhkan pada media
yang mengandung antibiotik. Gen kan(r) ini, ketika dibuat dalam sel, dihasilkan suatu
substansi yang disebut APH (3)II yang memiliki ketahanan sel terhadap antibiotik.
Oleh karena itu, tujuan dari bakteri tersebut adalah untuk mengidentifikasi sel
yang berubah secara genetik. Gen Flavr Savr dikode untuk untai RNA yang
merupakan kebalikan dari suatu rantai RNA yang secara alami terjadi pada tanaman.
Untai RNA asli pada tanaman bertanggung jawab terhadap produksi enzim polygala k
turonase. Polygalak turonase merusak pektin pada dinding sel tomat selama proses
pematangan dan menyebabkan seluruh tomat menjadi lunak (engel 77). Untai
komplementer
RNA
dari
gen
tomat
Flavr
Savr
terikat
pada
RNA
polygalak turonasedan dua untai tersebut saling melepaskan ikatan untuk mencegah
produksi polygala k turonasedan pelunakan tomat (engel 77).
Produk akhir tomat Flavr Savr, dapat diizinkan untuk sepenuhnya matang
pada pokok pohon. Namun, pengenalan tomat Flavr Savr ke pasar pada pertengahan
tahun
1990-an
menciptakan
cukup
banyak
kontroversi
dan
resistensi
Pada saat saat matang, sayuran dan buah-buahan memilki kulit yang lunak dan
dapat mudah rusak selama penanganan dan pengolahan. Tanaman tersebut juga
dapat busuk saat dalam kapal hingga dibawa ke toko.
Dalam rangka untuk memudahkan penanganan dan shel-life yang lebih lama,
sayuran dan buah-buahan dipanen ketika masih hijau, dan kemudian dimatangkan
dengan menggunakan gas etilen. Kelemahan dari penambahan gas etilen ini akan
membuat sayuran dan buah-buahan tidak memiliki rasa yang alami.
Modifikasi dilakukan dengan cara memotong helai-helai DNA dari satu
29 | P a g e
ikan
Flounder.
2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA
berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali
pada bakteri Escherichia coli
4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang
sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair
untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung
reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua
lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian
dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1
yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
6. DNA tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan enzim
ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA, sehingga
dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada bakteri
bergabung dengan DNA sel tanaman tomat
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan
petri yang mengandung media nutrien selektif.
30 | P a g e
http://id.scribd.com/doc/50701059/Makalah-Bioteknologi-Tomat-Flavr-Savr
Uji Keamanan Tomat Flavr Savr dan Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan
Beberapa pengujian yang dilakukan perusahaan Calgene untuk menepis
kekhawatiran dari penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Semua Substansi Baru Pada Tomat Flavr Savrtm Telah Diuji Dan Menunjukkan Angka Aman
Plasmid DNA yang dimasukkan ke dalam genom dari tomat Flavr Savr
tidak dianggap sebagai substansi baru sejak DNA ditemukan dalam semua makhluk
hidup dan hancur dalam saluran pencernaan manusia. Jadi, satu-satunya substansi
baru yang diperkenalkan ke dalam tomat Flavr Savr oleh rekayasa genetika
adalah APH(3')II, antibiotik terhadap bakteri.
Substansi seperti APH(3)II menyebabkan kekhawatiran yang besar dalam
perubahan
genetika
tanaman
karena
merupakan
bahan
kimia
baru
yang
tidak ditemukan di varietas alami yang berpotensi untuk menjadi racun atau alergi
bagi manusia. Seperti contoh, gen dari ikan air dingin yang digunakan pada
31 | P a g e
strawberry dan jeruk untuk menginduksi ketahanan beku, tetapi protein yang
dihasilkan dapat menyebabkan reaksi alergi pada seseorang yang alergi terhadap
seafood. Untuk seseorang yang alergi terhadap seafood, penelitian sedang dilakukan
untuk menentukan keamanan pada tanaman tersebut. Penelitian secara luas telah di
lakukan untuk APH(3)II pada tomat Flavr Savr dan menunjukkan bahwa zat
kimia ini masih aman bila dikonsumsi dalam jumlah normal pada manusia.
APH(3)II terbukti tidak beracun dan tidak menyebabkan alergi terhadap manusia.
Hal ini dilakukan dengan membandingkan struktur molekul APH(3)II dengan
struktur molekul zat kimia beracun dan alergen menggunakan database komputer
untuk menentukan apakah molekul APH(3)II memiliki kesamaan properti atau
struktur dengan substansi beracun atau alergen. Namun, tidak ditemukannya
kecocokan.
2. Tomat Transgenik Memiliki Nilai Gizi Sebanding Dengan Tomat Normal
Mengubah genom dari tanaman tertentu secara teoritis bisa mengubah kadar variasi
nutrisi tanaman dimana akan dikonsumsi oleh manusia. Tetapi, dalam kasus tomat Flavr
Savr ini, tidak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap kualitas nutrisi. Berikut
akan ditunjukkan perbandingan kadar vitamin (vitamin A dan C), mineral (kalsium,
magnesium, fosfor, dan natrium) dan protein antara tomat Flavr Savr dengan tomat
normal.
Tabel 1. Perbandingan Kadar Nutrisi Tomat Transgenik Dengan Tomat Normal(per 100 gr)
32 | P a g e
Memperpanjang masa simpan tomat selama proses distribusi tanpa mengubah rasa
alami tomat, sehingga memungkinkan tomat dapat dikemas dan dikirim dalam jangka
waktu lebih lama
Merupakan salah satu inovasi baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Menghasilkan tanaman tomat yang tahan terhadap cuaca dingin, sehingga memiliki
musim tumbuh yang lebih lama
33 | P a g e
Tomat Flavr Savr juga memenuhi aspek QCI (Quasi-Categorical Imperative), yaitu
suatu tindakan secara moral benar jika dalam perlakuannya agen tidak digunakan sebagai satu
satunya alat. Distribusi tomat ke daerah yang lebih jauh atau ekspor biasanya dilakukan
dengan pengemasan tomat di dalam box pendingin agar tomat tidak mudah rusak selama
proses distribusi. Dengan kata lain, tomat Flavr Savr bukan merupakan satu-satunya alat yang
digunakan sebagai alternatif untuk memperpanjang shelf-life tomat. Jadi, berdasarkan aspek
Reasonable Person Utilitarianism (RPU) dan Quasi-Categorical Imperative (QCI) sebagai
kode etik rekayasa genetik yang harus dipenuhi oleh produk-produk bioteknologi, pembuatan
tomat Flavr Savr merupakan tindakan rekayasa genetika yang beretika dan membawa
keuntungan bagi masyarakat.
34 | P a g e
KESIMPULAN
Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino,
30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk
rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel-sel kelenjar
Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah
(kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter).
Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil rekayasa genetika yang memiliki shelf-life
lama dapat diciptakan dengan menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam
gen tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika
yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin.
35 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Hammitt LL, Hennessy TW, Fiore AE, Zanis C, Hummel KB, Dunaway E, Bulkow
L, McMahon BJ. Hepatitis B immunity in children vaccinated with recombinant
hepatitis
vaccine
beginning
at
birth:
follow-up
study
at
Kay, A.; Zoulim, F. (2007). "Hepatitis B virus genetic variability and evolution".
Virus
research
127
(2):
164176.
doi:10.1016/j.virusres.2007.02.021.
PMID 17383765
http://www.medicinenet.com/hepatitis_b/page2.htm#how
36 | P a g e