Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan atas kemurahan Allah SWT. Yang telah
memberi rahmat dan karunia yang tiada terputus serta yang telah memberi inspirasi kepada
penulis, sehingga makalah yang berjudul TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN, Peran
dan Manfaat Teknologi Rekombinan di Bidang Kesehatan dan Pertanian dapat
terselesaikan.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan nabi Muhammad
SAW. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang dalam
kepada semua pihak yang telah membantu memberi dukungan dan bimbingan yang sangat
berharga pada penulis makalah ini, khususnya kepada:
1. Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes, dan Drs. Haryanto, M.Kes atas
bimbingan,saran, dan motivasi yang telah di berikan.
2. Orang tua dan keluarga, atas materi, restu, dukungan, dan doa yang tulus.
3. Teman-teman satu kelompok atas perjuangan, pengorbanan, semangat, dan ide-ide
kreatifnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan untuk yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jambi, November 2014

Penulis

1|Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................3

1.1

Latar Belakang............................................................................................3

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3

Tujuan.........................................................................................................4

BAB II

BAB III

PEMBAHASAN...........................................................................................5
A.

Insulin........................................................................................................5

B.

Vaksin Hepatitis B...................................................................................16

C.

Peran dan Manfaat DNA Rekombinan di Bidang Pertanian..26

KESIMPULAN...........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................36

2|Page

BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
DNA Rekombinan atau rekayasa genetik dapat didefinisikan sebagai pembentukan
rekombinasi baru dari material yang dapat diturunkan dengan cara penyisipan DNA dari
luar kedalam suatu organisme sehingga memungkinkan penggabungan dan kelanjutan
berkembang baru. Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan oleh Crick dan
Watson pada tahun 1953. Rekayasa genetika merupakan suatu rangkaian metode yang
canggih dalam perincian akan tetapi sederhana dalam hal prinsip yang memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan gen atau sekelompok gen dari sebuah sel dan
mencangkokkan gen atau sekelompok gen tersebut pada sel lain dimana gen atau
sekelompok gen tersebut mengikat diri mereka dengan gen atau sekelompok gen yang
sudah ada dan bersama-sama menaggung reaksi biokimia penerima. Secara sederhana,
proses rekayasa genetika tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap makhluk hidup
terdiri atas jutaan sel individu yang masing-masing sel tersebut mengandung satu set gen
yang identik. Gen-gen tersebut berfungsi memberikan perintah-perintah biologi yang
hanya mengeluarkan satu dari ribuan perintah yang diperlukan untuk membangun dan
menjaga kelangsungan suatu makhluk hidup serta menentukan penampakan yang
dimunculkan dalam bentuk fisik suatu makhluk hidup. Setiap gen mengandung ribuan
rantai basa yang tersusun menjadi sebuah rangkaian dimana gen tersebut berada dalam
kromosom sebuah sel. DNA mudah diekstraksi dari sel-sel, dan kemajuan biologi
molekuler sekarang memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies dan
kemudian menyusun konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium.
DNA rekombinan ini dapat dipindahkan ke makhluk hidup lain bahkan yang berbeda
jenisnya. Hasil dari perpaduan tersebut menghasilkan makhluk hidup rekombinan yang
memiliki kemampuan baru dalam melangsungkan proses hidup dan bersaing dengan
makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain makhluk hidup rekombinan memiliki sifat
unggul bila dibandingkan dengan makhluk asalnya. Perkembangan rekayasa genetika
sebagai bagian dari perkembangan bioteknologi. Bioteknologi ini semakin mencapai
puncaknya ketika diciptakannya rekayasa genetika sekitar tahun 70-an, dengan
ditemukannya cara pencangkokan sepotong informasi genetika asing ke dalam
mikroba.
3|Page

Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke


gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa
genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi
ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin
dalam jumlah yang besar.
2) Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
a) Bagaimana peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang kesehatan INSULIN ?
b) Bagaimana peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang kesehatan VAKSIN
HEPATITIS B ?
c) Bagaimana peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang pertanian Tomat Flavr
Savr ?

3) Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang kesehatan INSULIN
b) Mengetahui VAKSIN HEPATITIS B
d) Mengetahui peran dan manfaat DNA rekombinan dibidang pertanian Tomat Flavr
Savr

4|Page

BAB II
PEMBAHASAN

1. INSULIN
A. Sejarah Insulin

Bakteri Gram negatif, Escherrichia coli, penghuni alami saluran pencernaan manusia

Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para
ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli
fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram
Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan
sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara
kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada
manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam
amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa
penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu
dapat dihilangkan secara sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti
cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini
mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan,
insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut
di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat
rendah dibandingkan dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak
menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
5|Page

Perbedaan susunan asam amno pada insulin manusia,babi,dan sapi.

Spesies

A8

A10

B28

B29

B30

Manusia

Thr

Ile

Pro

Lys

Thr

Babi

Thr

Ile

Pro

Lys

Ala

Sapi

Ala

Val

Pro

Lys

Ala

Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30,sedangkan
insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, B30, sehingga
pemakain insulin babi kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1
babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selam 3 hari padahal saat ini ada
60 juta orang didunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan meningkat 5-6 %
pertahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi recombinan untuk
mendapatkan insulin.
Faktor-faktor ini menyebabkan peneliti mempertimbangkan untuk membuat Humulin
dengan memasukkan gen insulin ke dalam vektor yang cocok, yaitu sel bakteri E. coli, untuk
memproduksi insulin yang secara kimia identik dan dapat secara alami diproduksi. Hal ini
telah dicapai dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan
Gen insulin manusia dari pulau Langerhans diambil,kemudian disambungkan ke dalam
pasmid bakteri,membentuk kimera (DNA recombinasi). Kimera itu dimasukkan ke dalam sel
target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur,untuk dikembangkan.
Karakteristik bakteri yang menjadi organisme pilihan untuk memproduksi insulin memiliki
keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
Memiliki rentang umur pendek
Jumlah generasi yang banyak
Susunan genetik bakteri yang lebih mudah dimodifikasi
Lingkungan luar bekteri dapat dengan mudah dimodifikasi untuk mempengaruhi
ekspresi gen.
Menghasilkan produk,hampir mendekati yang kita inginkan (menyerupai insulin yang
dihasilkan sel -pankreas)
Lebih ekonomis
Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu:
6|Page

1. Vektor,yaitu pembawa gen asing yang akan disisikan,biasanya berupa plasmid,yaitu


lingkaran kecil DNA yang terdapat pada bakteri. Plasmid diambil dari bakteri dan
disisipi dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh bakteri akan
mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang direplikasi
makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi cloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim in disebut enzim
endonulease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim endonuklease yang
dapat memotong DNA pada posisi dengan urutan basa nitrogen tertentu.

B. Struktur Insulin
Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30
di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk rantai
kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari
kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai
B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks terjalin yang dibentuk dari
rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari gula deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada
empat basa nitrogen yang berbeda yaitu adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis protein
tertentu seperti insulin ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang.

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel-sel

kelenjar

Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula
drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal
sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan
sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon
insulindari luar tubuh,dapat berupa obat buatan manusia yang dikenal sebagai sebutan insulin
7|Page

eksogen.Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes militus tergantung


insulin(diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2
rantai polipepttida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari
21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

C. Proses Pembuatan Insulin


Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas manusia:
a) Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel
pancreas.Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan
dengan nukleotida penyusun DNA.
b) Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai
tunggal.
c) DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d) Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi ranati ganda,disebut DNA komplementer (c- DNA), yang merupakan gen
penghasil insulin.
2) Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom
secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
3) Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel bakteri
dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam serangkain tabung
reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia (dalam bentuk c- DNA disiapkan
untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
4) Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi
masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan
molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
5) Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel bakteri ini plasmid
mengadakan replikasi
6) Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat menghasilkkan klonklon bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin.Melalui rekayasa
genetika dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak
dan dalam waktu yang singkat.

8|Page

9|Page

Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah pabrik
yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin
direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat
mendegradasi protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara
menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, Bgalaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri
memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti
pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya
rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan
10 | P a g e

pasangan basa nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari
kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase
adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung nukleotida.

Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang membawa
sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin.
Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua
rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai
A dan sembilan puluh untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang
menandakan pengakhiran sintesis protein.
Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap
awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam amino sel bakteri itu.
Gen sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke dalam gen untuk
enzim bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap ini,
sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan Bgalaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel E. coli.

11 | P a g e

Praktis penggunaan teknologi DNA rekombinan dalam sintesis insulin manusia


membutuhkan jutaan salinan plasmid bakteri yang telah digabungkan dengan gen insulin
dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin diekspresikan bersama dengan sel
mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang sedang menjalani mitosis.

Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke salah satu
rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi dari fragmen Bgalaktosidase dan dimurnikan.

12 | P a g e

Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang membentuk
jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin murni (insulin manusia sintetis).

D. Implikasi Biologis Dari Rekayasa Genetika Humulin Rekombinan


Humulin merupakan protein hewani yang dibuat dari bakteri sedemikian rupa sehingga
strukturnya benar-benar identik dengan molekul alami. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan komplikasi yang disebabkan produksi antibodi oleh tubuh manusia. Dalam
studi kimia dan farmakologi, insulin rekombinan DNA manusia yang diproduksi secara
komersil telah terbukti bisa dibedakan dari insulin pankreas manusia.
Awalnya, kesulitan utama yang dihadapi adalah kontaminasi produk akhir oleh sel
inang, sehingga meningkatkan resiko kontaminasi dalam kaldu fermentasi. Bahaya ini diatasi
dengan ditemukannya proses pemurnian. Ketika dilakukan tes pada produk akhir insulin,
termasuk teknik terbaik radio-immuno assay, tidak ada kotoran yang terdeteksi.
13 | P a g e

Seluruh prosedur, sekarang dilakukan dengan menggunakan sel ragi sebagai media
pertumbuhan, karena sel ragi dapat menghasilkan sebuah molekul insulin manusia yang
hampir lengkap dengan struktur tiga dimensi yang sempurna. Ini meminimalkan kebutuhan
untuk prosedur pemurnian kompleks dan mahal.

E. Pemberian Insulin Pada Penderita Diabetes Millitus


Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin dalam darah
penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya mungkin dilaksanakan
bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan mutu yang baik. Pemberian
insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan
melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap
kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan
kadar gula drah (blood glucose) dan merubah glucose manjadi energi.
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan insulin.
Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana penyerapan
akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,hindarilah
penyuntikan pada perut. Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah perut,
lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikan digerakgerakan. Penyuntikan insulin pada satu daerah yang sam dapt mengurangi variasi penyrapan.
Penyuntikan insulin selalu pada satu daerah yang sama dapat merangasangterjadinya
perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikan sebaiknya
berjarak 1 inchi (+2,5 cm) dari daerah sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah
selam satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.
Kerja insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a) Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat reaksinya
b) Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberiakn dengan injeksi menembus
kulit. Pada pemberian intravena aksinya ceapt,pada transdermal atau secar
subkutan maka pada otot terjadi degredasi insulin 20-25 %. Makanya harus
diperhitungkan untuk mendapatkandosis yang tepat. Kebanyakan insulin
diinjeksikan pada perut (interperional) .Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali
dan pendek (0,5-1,0 cm). Dapat juga menggunakan implant pada dada yang
dapat mensuplai insulin sedikit demi sedikit.

14 | P a g e

c) Kehadiran antibodi insulin. Hal ini terutamapada penggunaan hewan sebagai


insulin. Jika digunakan insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi antigen
antibodi maupun perusakan lain,kecuali pada penderita autoimun.
d) Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu
energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang
ekstra untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan
semakin sedikit).

15 | P a g e

2. VAKSIN HEPATITIS B
A. Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya
didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua
penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan
Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang
yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi
saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan
alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat
menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan
lebih beresiko terkena penyakit ini
Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).
Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tandatanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang
ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa
ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B,
yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal
dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan
lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan
dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif
pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang
16 | P a g e

INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan


skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita
yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit
pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini
dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious),
dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B
tidak nyata.[6]
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan
oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg
positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya
proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi
HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi
adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas
atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada
pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi,
pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis
adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi,
dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat
menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk
menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini
dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang
menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang
normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik
pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan
untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses
nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai
tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan
menentukan manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadangkadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu
akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh
tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus
Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh
adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan
kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika
tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis.
17 | P a g e

B. FAKIOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HEPATITIS B


1. Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta
perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak
bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 310% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk
menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B,
terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis
B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B.
Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya
hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian
akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah,
dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka
dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air
kemih).
2. Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri
atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein
pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan
perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan
Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di
Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.
18 | P a g e

3. Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan
hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
gan dengan sanitasi jelek

perawatan penyakit dalam


C. Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis
hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan
umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular.

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis
B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan.
Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi
berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan
penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes
terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan
darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau
bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya
untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.
D. . PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui immunisasi baik aktif maupun pasif
1. Immunisasi Aktif
Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan pada bayi yang lahir dari ibu
HBsAg positif, sedang pada negara yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada
19 | P a g e

orang yang mempunyai resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara intra
muskular sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2 tahun.
Program pemberian sebagai berikut:
Dewasa:Setiap kali diberikan 20 g IM yang diberikan sebagai dosis awal, kemudian
diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.
Anak :Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai dosis awal , kemudian diulangi setelah 1
bulan dan berikutnya setelah 6 bul
2. Immunisasi Pasif
Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan immunisasi pasif dimana daya
lindung HBIG diperkirakan dapat menetralkan virus yang infeksius dengan
menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan perlindungan terhadap Post Expossure
maupun Pre Expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu, yang HbsAs positif diberikan HBIG
0,5 ml intra muscular segera setelah lahir (jangan lebih dari 24 jam). Pemberian ulangan
pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada orang yang terkontaminasi dengan HBsAg positif
diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan alam 24 jam post expossure dan diulang setelah
1 bulan.
DNA hepatitis B:

Berikut adalah keadaan organ hati sebelum dan setelah terserang virus hepatitis B.

E. HBsAg, Anti-HBs, dan HBeAg, Penanda Penyakit Hepatitis B


HBsAg (hepatitis B surface antigen) adalah protein yang dilepaskan oleh virus hepatitis B
yang sedang menginfeksi tubuh. Karena itu, protein ini dapat digunakan sebagai penanda atau
marker terjadinya infeksi hepatitis B.
HBsAg dapat ditemukan baik pada penyakit hepatitis B akut maupun kronis. Pada kasus akut,
HBsAg akan menghilang dalam waktu 6 bulan atau kurang. Sedangkan pada kasus kronis,
HBsAg akan terus menerus ditemukan dalam darah lebih dari 6 bulan. Sekitar 97% orang
20 | P a g e

dewasa muda yang terkena infeksi hepatitis B hanya mengalami fase akut, kemudian sembuh
sendiri. Sisanya, terus berlanjut menjadi hepatitis kronis.
Lawan dari HBsAg adalah anti-HBS (hepatitis B surface antibody), yaitu antibodi yang
dibentuk tubuh akibat rangsangan protein HBsAg. Gunanya untuk membantu melenyapkan
virus hepatitis B. Pada orang yang hanya mengalami infeksi akut, dalam darahnya ditemukan
anti-HBS. Kasus seperti ini juga disebut serokonversi anti-HBsAg. Berbeda halnya dengan
mereka yang berlanjut ke hepatitis kronis, biasanya tidak ditemukan anti-HBS.
Ada dua jenis infeksi kronis hepatitis B, yaitu infeksi 'tenang' dan infeksi aktif. Pada infeksi
tenang, virus hepatitis B bersembunyi dalam sel hati atau sel lainnya. Virus tidak
memperbanyak diri atau kalaupun memperbanyak diri, jumlahnya sangat sedikit. Karena itu,
dalam keadaan infeksi tenang, penderita tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
Sebaliknya, pada infeksi aktif, virus aktif memperbanyak diri dan ditemukan dalam jumlah
cukup besar di dalam darah. Pada tipe infeksi ini, penularan ke orang lain dapat terjadi. Di
kedua jenis infeksi kronis ini, nilai HBsAg ditemukan positif. Untuk membedakannya harus
dilakukan pemeriksaan protein virus lainnya yaitu HBeAg (hepatitis B e-antigen). Protein ini
hanya ditemukan jika virus aktif bereplikasi (infeksi aktif).
Interpretasi Hasil Pemeriksaan
HBsAg negatif: orang yang diperiksa belum pernah terpapar virus hepatitis B atau pernah
terpapar tetapi hanya mengalami infeksi akut dan virus telah dilenyapkan.
HBsAg positif: penderita sedang mengalami infeksi tetapi tidak diketahui apakah dapat
menularkan ke orang lain atau tidak.
Anti-HBs positif: penderita mempunyai kekebalan terhadap infeksi hepatitis B, diperoleh dari
vaksinasi atau infeksi yang sembuh sebelumnya.
HBeAg positif: virus aktif memperbanyak diri dan penderita dapat menularkan virus hepatitis
B ke orang lain.
HBeAg negatif : virus sedang tenang dan tidak aktif bereplikasi, penderita tidak dapat
menularkan virus ke orang lain. Tetapi sebagai catatan, beberapa galur virus hepatitis B tidak
memproduksi protein HBeAg walaupun sedang aktif memperbanyak diri.
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg) merupakan
material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen
Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S.
Blumberg dari serum orang Australia.
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul
di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului
munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satusatunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan
hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap
terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan
didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg
21 | P a g e

positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan
klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan
pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan
bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus
lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis
B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe
positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk mengidentifikasi
antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak terdapat lagi
berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait
transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan
transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak
seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di
sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat
transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
F. Pembuatan Vaksin Hepatitis B
VAKSIN DARI PLASMA KARIER
Penggunaan vaksin hepatitis B yang diekstraksi dari plasma manusia dimulai sejak
keberhasilan penelitian Krugman dan koleganya tahun 1971. Mereka menggunakan serum
yang mengandung virus hepatitis B. Serum ini mereka encerkan 1:10 dan diinaktivasi panas
90o C selama 1 menit. Vaksinasi dilakukan pada 29 anak, hasilnya lebih dari separuh
terlindung dari infeksi hepatitis B. Pengembangan vaksin ini selanjutnya menggunakan
antigen lain untuk imunisasi aktif yaitu "Hepatitis B Surface Antigen" (HBsAg). Antigen ini
merupakan permukaan virus yang diambil dan dimumikan dari plasma manusia karier.
Vaksin HBsAg ini merupakan partikel 22 nm mumi, diinaktifasi panas, diadsorbsi alum dan
bebas dari asam nukleat; dimumikan melalui tahap presipitasi, ultrasentrifugasi, gelfiltrasi
dan afinitas kromatografi.
Vaksin HBsAg mempunyai keamanan dan imunogenisitas baik. Setelah mengalami berbagai
perbaikan, lebih dari 30 juta dosis telah tersebar di dunia dan memperlihatkan keamanan yang
menggembirakan. Hal ini dicapai karena ketatnya inaktifasi dan purifikasi untuk
memusnahkan sumber infeksi serta pengujian kontrol kualitas untuk menjamin kemurnian
produk.
VAKSIN DARI SEL YEAST DAN SEL MAMALIA
Kemajuan di bidang genetika molekuler dan kimia asam nukleat, telhh memungkinkan
identifikasi dan analisis gen pengkode substansi aktif, transfer di antara organisme dan
memproduksinya di bawah kondisi terkontrol. Gen pengkode produk tertentu dapat diisolasi
22 | P a g e

dan dibiakkan untuk memproduksi zat tersebut, dengan cara memasukkan molekul DNA
(alami atau sintetik) ke dalam vektor yang sesuai, kemudian dimasukkan ke dalam host.
Teknik rekombinan ini telah membuka jalan untuk mengembangkan produksi vaksin,
terutama sumber infeksi yang belum tersedia vaksinnya dan untuk meningkatkan vaksin yang
ada. Pendekatan baru terhadap perkembangan vaksin ini sangat berharga terutama untuk
mikroorganisme/virus yang tidak dapat dibialdcan dengan metoda yang ada, seperti virus
hepatitis B. Teknologi rekombinan DNA ini telah berhasil digunakan untuk memproduksi
HBs Ag dengan berbagai sel antara lain sel prokariot seperti E. coli dan B. subtilis, sel
eukariot seperti sel S. cerevisiae, sel CHO dan sebagainya.
Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani pengujian keamanan,
imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin ini aman, antigenik
dan relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan vaksin ini telah dilisensikan dan
diproduksi di berbagai negara. Salah satu keuntungan vaksin dari sel ragi dibanding dari
plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi, dan konsistensi dari batch ke batch lebih
mudah diperoleh. Bahkan antigen yang berasal dari sel ragi juga telah dicoba disiapkan dalam
bentuk micellar. Vaksin polipeptida micelle ini di dalam laboratorium dilaporkan lebih
antigenik.
HBsAg dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption menggunakan glass bead.
Pemurnian melalui tahap clarification, ultrafiltrasi, kromatografi dan ultrasentrifugasi serta
diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai pengawet ditambahkan thiomerosal.
Karakterisisasi partikel dilakukan dengan membandingkan HBsAg dari plasma antara lain
meliputi berat molekul, kompisiii asam amino, densitas dalam CsC12 dan sebagainya.
Analisis imunologis menggunakan antibodi monokional memperlihatkan vaksin dari plasma
dan ragi mengandung epitope yang berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.
Vaksin HBsAg rekombinan juga diproduksi menggunakan sel mamalia yaitu sel Chinese
Hamster Ovary (CHO). Gen HBsAg dimasukkan ke dalam sel CHO dan sel ini dapat
mensintesis dan mensekresikan partikel HBsAg 22 nm. Cell line CHO'dapat mensintesis
HBsAg 15 mcg/106 sel/hari. Bahkan bila cell line Imunisasi dengan satu kali inokulasi
merupakan salah satu cara vaksinasi yang sangat didambakan terutama untuk vaksinasi masal
dengan populasi cukup besar. Saat ini para peneliti telah berusaha mendapatkan vaksin hidup
terhadap hepatitis B menggunakan virus vaccinia. Vaksin hidup ini sangat potensial dan telah
digunakan untuk memproduksi vaksin hepatitis B, herpes simpleks, rabies dan lain-lain di
dalam laboratorium.
Percobaan pendahuluan pada kelinci telah menyimpulkan bahwa penggunaan virus vaccinia
rekombinan untuk vaksinasi sangat mungkin. Karakteristik biofisik dan biokimia partikel
antigenik yang disekresikan oleh virus ini identik dengan HBsAg asli. Kelinci dan binatang
laboratorium lain yang diinokulasi dengan virus hibrida ini mampu memproduksi anti-HBs.
Simpanse yang divaksinasi dengan virus vaccinia rekombinan terlindung dari infeksi virus
hepatitis B.
23 | P a g e

Beberapa keuntungan virus vaccinia rekombinan untuk memproduksi vaksin antara lain biaya
produksinya relatif lebih rendah, cara vaksinasi relatif lebih mudah, stabilitas baik,
mempunyai shelf life panjang, tidak onkogenik dan tidak bersifat laten.
VAKSIN POLIPEPTIDA DAN PEPTIDA SINTETIK
Partikel HBs Ag 22 nm telah terbukti merupakan imunogen yang baik, namun penelitian
lebih lanjut telah memperlihatkan bahwa komponen imunogenik tersebut mungkin
merupakan bagian dari HBs Ag komplek. Para ahli akhirnya dapat memperoleh 2 polipeptida
dari partikel HBs Ag murni.Kedua polipeptida mengandung determinan antigenik hepatitis B.
Pertama berupa polipeptida dengan BM 25.000 26.000 (P25) dan bentuk glikosilatnya
dengan BM 28.000 30.000 (GP 30). Keduanya ternyata merupakan antigen yang efektif.
Dari purifikasi peptida ini akhirnya diperoleh antigen dalam bentuk micellar.
Pada pengujian potensi pada mencit, vaksin polipeptida subunit ini ternyata menimbulkan
respon antibodi lebih kuat daripada antigen partikel 22 nm utuh. Vaksin ini telah menjalani
pengujian keamanan dan efrkasi pada primata non manusia dan sedang dikembangkan untuk
uji klinis. Vaksin polipeptida micelle ini juga telah dibuat dari HBs Ag yang dihasilkan oleh
sel ragi dan sel mamalia rekombinan.
Keberhasilan isolasi polipeptida p25 dan gp30 dari HbsAg murni dan bukti bahwa
polipeptida tersebut mengandung determinan antigen yang mampu menginduksi anti
HBs, telah mendorong para ahli untuk mensintesis peptida tersebut secara kimia. Di
samping itu, dorongan juga diperkuat dengan keberhasilan peptida sintetik
menginduksi antibodi penetral bakteri dan virus tanaman.Vaksin peptida sintetik
pertama tersebut dibuat untuk tobacco mosaic, virus, sesudah mengidentifikasi
determinan antigeniknya dan rangkaian asam aminonya. Rangkaian asam amino
tersebut ternyata dapat dibuat sintetik dan mampu menginduksi antibodi dalam
binatang percobaan.
Beberapa laboratorium akhirnya berhasil membuat peptida sintetik yang mengandung
rangkaian asam amino identik dengan molekul p25 HBs Ag. Respon antibodi
terhadap peptida ini muncul 1 2 minggu sesudah imunisasi primer dan semua
binatang menginduksi antibodi sesudah inokulasi kedua. Mencit yang diimunisasi
secara intraperitoneal, menginduksi anti HBs setelah 7 14 hari inokulasi.
Perkembangan vaksin polipeptida yang disintesis secara kimia memberikan banyak
keuntungan antara lain dapat memproduksi imunogen yang relatif murah, aman dan
uniform secara kimia, sehingga dapat menggantikan vaksin yang ada saat ini, yang
relatif kurang murni atau mungkin mengandung determinan antigen mikroba lain.

24 | P a g e

Jenis-jenis vaksin Hepatitis B


Secara umum Ada dua macam vaksin Hepatitis B, yaitu :
1. Vaksin Hepatitis yang terbuat dari darah manusia yangtelah kebal Hepatitis B, disuntikkan
kepada orang sehatsekali sebulan sebanyak 3 kali (ImmunoglobulinHepatitis B)
2. Vaksin Hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi(Recombivax, HBdan EngerixB), diberikan kepada penderita sebulan sekali sebanyak 2 kali, lalu suntikanyang ketiga diberi
5 bulan kemudian.

25 | P a g e

3. PERAN DAN MANFAAT DNA REKOMBINAN DI BIDANG PERTANIAN


Tanaman Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya
melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentu Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari
organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain sepertibakteri,
virus, hewan, atau tanaman lain (Limas,dkk., 2010).
Tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi
gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan
tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya
(Limas,dkk., 2010).
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang
memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenik,
misalnya jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari tanaman
transgenik tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama. Rekayasa genetika
seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk kesejahteraan manusia. Akan tetapi,
terkadang muncul dampak yang tidak diinginkan, yaitu dampak negatif dan positifnya.
Teknologi transfer gen digunakan untuk mendapatkan tanaman hasil rekayasa genetika
(tanaman transgenik) yang mempunyai sifat unggul yang diinginkan.

1. Metode transfer gen


Metode transfer gen dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Transfer gen secara langsung.
1. Particle bombardment (penembakan partikel / gene gun). Prinsip dari metode ini
adalah penembakan partikel DNA-coated secara langsung ke sel atau jaringan
tanaman.
2. Karbid silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan
serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan ke
dalam tube (tabung eppendorf) kemudian dicampur dan diputar menggunakan
vortex.
3. Elektroporasi. Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman
monokotil adalah elektroporasi dari protoplas. Elektroporasi menggunakan
26 | P a g e

perlakuan listrik bervoltase tinggi menyebabkan permiabilitas tinggi pada


membran sel dengan membentuk pori-pori sehingga DNA mudah penetrasi ke
dalam proptoplas. Perlakuan elektroporasi ini seringkali dikombinasikan dengan
perlakuan polyethylene glycol (PEG) pada protoplas.

b. Transfer gen secara tidak langsung


Pada tanaman monokotil, transfer gen sering menggunakan Agrobacterium
tumefaciens. Agrobacterium tumefaciensstrain liar (galur alami) memiliki plasmid Ti.
Padaplasmid Ti terdapat T-DNA digunakan sebagai vektor untuk transformasi tanaman
yangtelah

dihilangkan

virulensinya

(disarmed ),

sehingga

sel

tanaman

yang

ditransformasi mampu beregenerasi menjadi tanaman sehat hasil rekayasa genetika.Gen


yang diinginkan dimasukkan ke dalam sel tanaman dengan cara menitipkannya
(menyisipkan) pada T-DNA.

(Galun, Esra dan adina Breiman. 1998. Transgenic Plants. London : Imperial College
Press)

2. Contoh buah-buahan yang mengalami teknologi DNA rekombinasi

a. Tomat Flavr Savr


Asal Mula Penemuan Tomat Flavr Savr Hasil Transgenik
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan tanaman sensitif terhadap suhu
panas sehingga bila ditanam di dataran rendah,produksinya akan menurun. Suhu
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan buah tomat, terutama pada
27 | P a g e

proses pembentukan buah. Suhu yang tinggi akan membatasi produksi hormon auksin
dan giberelin pada bunga sehingga buah yang terbentuk sedikit. Oleh karena itu,
timbul upaya pengembangan buah tomat unggul yang dapat berproduksi tinggi
(Saker,et all., 2007).
Pada tahun 1980, para ilmuwan di Calgene melakukan penelitian terhadap
tomat Flavr Savr, dimana tomat tidak menjadi lunak saat masak, karena itu dibiarkan
menggantung hingga masak alami. Untuk membuat tomat transgenik, sebuah gen dari
E. Coli (bakteri yang terbentuk secara alami dalam usus mamalia) disebut kan(r) dan
gen dari tomat Flavr Savr dimasukkan ke dalam plasmid (cincin melingkar DNA) dan
plasmid ini dimasukkan de dalam gugus sel tomat yang ditumbuhkan pada media
yang mengandung antibiotik. Gen kan(r) ini, ketika dibuat dalam sel, dihasilkan suatu
substansi yang disebut APH (3)II yang memiliki ketahanan sel terhadap antibiotik.
Oleh karena itu, tujuan dari bakteri tersebut adalah untuk mengidentifikasi sel
yang berubah secara genetik. Gen Flavr Savr dikode untuk untai RNA yang
merupakan kebalikan dari suatu rantai RNA yang secara alami terjadi pada tanaman.
Untai RNA asli pada tanaman bertanggung jawab terhadap produksi enzim polygala k
turonase. Polygalak turonase merusak pektin pada dinding sel tomat selama proses
pematangan dan menyebabkan seluruh tomat menjadi lunak (engel 77). Untai
komplementer

RNA

dari

gen

tomat

Flavr

Savr

terikat

pada

RNA

polygalak turonasedan dua untai tersebut saling melepaskan ikatan untuk mencegah
produksi polygala k turonasedan pelunakan tomat (engel 77).
Produk akhir tomat Flavr Savr, dapat diizinkan untuk sepenuhnya matang
pada pokok pohon. Namun, pengenalan tomat Flavr Savr ke pasar pada pertengahan
tahun

1990-an

menciptakan

cukup

banyak

kontroversi

dan

resistensi

konsumen.Keamanan zat baru ini yang diperkenalkan ke dalam produk makanan


merupakan isu yang menyita perhatian pemerintah dan masyarakat. Namun, setelah
dilakukan penelitian oleh Calgene dan pembicaraan dengan FDA, FDA menemukan
tomat ini aman dan menyetujui tomat Flavr Savr pada 17 Mei 1994.
Tomat Flavr Savr buahnya lambat masak sehingga mampu bertahan lama
ketika disimpan untuk diekspor ke daerah lain dan mengurangi biaya pengemasan
karena tidak membutuhkan alat pendingin (Putra dan Fleming, 2010). Alasan untuk
membuat tomat hasil rekayasa genetik dikarenakan potensi keuntungan dari makanan
rekayasa genetik (Panse, 2011) yaitu sebagai berikut :
28 | P a g e

Pada zaman sekarang, sayuran dan buah-buahan tidak hanya dipasarkan


untuk pasar lokal, tetapi dimaksudkan juga untuk pengiriman jarak jauh seperti
pasar nasional dan internasional.

Pada saat saat matang, sayuran dan buah-buahan memilki kulit yang lunak dan
dapat mudah rusak selama penanganan dan pengolahan. Tanaman tersebut juga
dapat busuk saat dalam kapal hingga dibawa ke toko.

Dalam rangka untuk memudahkan penanganan dan shel-life yang lebih lama,
sayuran dan buah-buahan dipanen ketika masih hijau, dan kemudian dimatangkan
dengan menggunakan gas etilen. Kelemahan dari penambahan gas etilen ini akan
membuat sayuran dan buah-buahan tidak memiliki rasa yang alami.
Modifikasi dilakukan dengan cara memotong helai-helai DNA dari satu

organisme dan kemudian ditempelkan ke dalam organisme lainnya. Teknik inilah


yang dinamakan dengan rekayasa genetika. Teknik gunting-tempel ini dilakukan dari
satu organisme ke organisme lainnya yang bahkan tidak sekerabat misalnya, ikan
kedalam tomat, manusia ke dalam babi, bakteri ke dalam kapas dan sebagainya, yang
kemudian menghasilkan organisme baru yang sebelumnya tidak pernah ada (Putradan
Fleming, 2010).
Metode Penyisipan Gen Antibeku Pada Tomat Flavr Savr
Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil rekayasa genetika yang memiliki
shelf-life lama dapat diciptakan dengan menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin
ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di
Antartika yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin.
Berikut ini merupakan langkah-langkah transfer gen dalam pembuatan tomat
Flavr Savr :
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens
yang dapat menghambat enzim poligala k turonase (enzim yang mempercepat
kerusakan dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel

29 | P a g e

ikan

Flounder.

2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA
berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali
pada bakteri Escherichia coli

4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang
sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair
untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung
reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua
lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian
dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1
yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
6. DNA tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan enzim
ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA, sehingga
dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada bakteri
bergabung dengan DNA sel tanaman tomat
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan
petri yang mengandung media nutrien selektif.

30 | P a g e

8. Bibit tomat mulai ditanam.


9. Tanaman tomat hasil rekayasa genetika mengandung satu kopian gen antibeku
dari ikan Flounder pada setiap selnya.

http://id.scribd.com/doc/50701059/Makalah-Bioteknologi-Tomat-Flavr-Savr
Uji Keamanan Tomat Flavr Savr dan Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan
Beberapa pengujian yang dilakukan perusahaan Calgene untuk menepis
kekhawatiran dari penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Semua Substansi Baru Pada Tomat Flavr Savrtm Telah Diuji Dan Menunjukkan Angka Aman
Plasmid DNA yang dimasukkan ke dalam genom dari tomat Flavr Savr
tidak dianggap sebagai substansi baru sejak DNA ditemukan dalam semua makhluk
hidup dan hancur dalam saluran pencernaan manusia. Jadi, satu-satunya substansi
baru yang diperkenalkan ke dalam tomat Flavr Savr oleh rekayasa genetika
adalah APH(3')II, antibiotik terhadap bakteri.
Substansi seperti APH(3)II menyebabkan kekhawatiran yang besar dalam
perubahan

genetika

tanaman

karena

merupakan

bahan

kimia

baru

yang

tidak ditemukan di varietas alami yang berpotensi untuk menjadi racun atau alergi
bagi manusia. Seperti contoh, gen dari ikan air dingin yang digunakan pada
31 | P a g e

strawberry dan jeruk untuk menginduksi ketahanan beku, tetapi protein yang
dihasilkan dapat menyebabkan reaksi alergi pada seseorang yang alergi terhadap
seafood. Untuk seseorang yang alergi terhadap seafood, penelitian sedang dilakukan
untuk menentukan keamanan pada tanaman tersebut. Penelitian secara luas telah di
lakukan untuk APH(3)II pada tomat Flavr Savr dan menunjukkan bahwa zat
kimia ini masih aman bila dikonsumsi dalam jumlah normal pada manusia.
APH(3)II terbukti tidak beracun dan tidak menyebabkan alergi terhadap manusia.
Hal ini dilakukan dengan membandingkan struktur molekul APH(3)II dengan
struktur molekul zat kimia beracun dan alergen menggunakan database komputer
untuk menentukan apakah molekul APH(3)II memiliki kesamaan properti atau
struktur dengan substansi beracun atau alergen. Namun, tidak ditemukannya
kecocokan.
2. Tomat Transgenik Memiliki Nilai Gizi Sebanding Dengan Tomat Normal
Mengubah genom dari tanaman tertentu secara teoritis bisa mengubah kadar variasi
nutrisi tanaman dimana akan dikonsumsi oleh manusia. Tetapi, dalam kasus tomat Flavr
Savr ini, tidak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap kualitas nutrisi. Berikut
akan ditunjukkan perbandingan kadar vitamin (vitamin A dan C), mineral (kalsium,
magnesium, fosfor, dan natrium) dan protein antara tomat Flavr Savr dengan tomat
normal.
Tabel 1. Perbandingan Kadar Nutrisi Tomat Transgenik Dengan Tomat Normal(per 100 gr)

32 | P a g e

Berdasarkan penelitian oleh Calgene, pada tanggal 17 Mei 1994, FDA


menyimpulkan: tomat Flavr Savr belum berubah secara signifikan bila dibandingkan
dengan varietas tomat dengan riwayat penggunaan yang aman (konvensional,
mengubah tomat non-genetik)" dan "seaman tomat yang dikembangbiakkan dengan
cara konvensional " serta tidak memerlukan label khusus.Walaupun manfaat utama dari
tomat Flavr Savr dititik beratkan pada peningkatan rasa untuk konsumen, kemungkinan
rekayasa genetik tanaman hampir tak terbatas. Tanaman dapat dibuat agar tahan lama,
tahan serangan serangga atau jamur, atau tahan terhadap kondisi cuaca yang kurang
ideal (seperti dalam kasus stroberi antibeku) atau bahkan membuat bahan kimia yang
dapat diekstraksi dari jaringan tanaman dan digunakan sebagai obat-obatan. Selain itu,
kebutuhan untuk membuka lahan pertanian baru dan penggunaan pestisida dapat
dikurangi jika penggunaan tanaman rekayasa genetika menjadi lebih luas.
Keberhasilan penelitian tomat Flavr Savr oleh Calgene dibawah pengawasan
ketat dari FDA menunjukkan bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang
aman untuk dikonsumsi manusia dan lingkungan. Tanaman transgenik telah diuji
keamanannya dan diatur oleh FDA, yang membuktikan bahwa rekayasa genetik dari
tanaman, dalam hal ini tomat Flavr Savr terbukti aman untuk dikembangkan. Namun,
masyarakat dan pemerintah harus menanggapi kekhawatiran yang timbul dengan
memberikan penjelasan ilmiah yang logis, sehingga dapat mendidik seluruh lapisan
masyarakat tentang masalah ini dan memberikan kesempatan bagi perkembangan
rekayasa genetika.
Manfaat rekayasa genetika pada tomat Flavr Savr
Adapun manfaat dari rekayasa genetika pada tomatFlavr Savr adalah sebagai berikut:

Memperpanjang masa simpan tomat selama proses distribusi tanpa mengubah rasa
alami tomat, sehingga memungkinkan tomat dapat dikemas dan dikirim dalam jangka
waktu lebih lama

Meminimalisir biaya pengemasan saat dipasarkan ke daerah yang lebih jauh

Secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian petani kecil

Merupakan salah satu inovasi baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

Menghasilkan tanaman tomat yang tahan terhadap cuaca dingin, sehingga memiliki
musim tumbuh yang lebih lama

33 | P a g e

Tomat Flavr Savr juga memenuhi aspek QCI (Quasi-Categorical Imperative), yaitu
suatu tindakan secara moral benar jika dalam perlakuannya agen tidak digunakan sebagai satu
satunya alat. Distribusi tomat ke daerah yang lebih jauh atau ekspor biasanya dilakukan
dengan pengemasan tomat di dalam box pendingin agar tomat tidak mudah rusak selama
proses distribusi. Dengan kata lain, tomat Flavr Savr bukan merupakan satu-satunya alat yang
digunakan sebagai alternatif untuk memperpanjang shelf-life tomat. Jadi, berdasarkan aspek
Reasonable Person Utilitarianism (RPU) dan Quasi-Categorical Imperative (QCI) sebagai
kode etik rekayasa genetik yang harus dipenuhi oleh produk-produk bioteknologi, pembuatan
tomat Flavr Savr merupakan tindakan rekayasa genetika yang beretika dan membawa
keuntungan bagi masyarakat.

34 | P a g e

KESIMPULAN

Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino,
30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk
rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel-sel kelenjar
Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah
(kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter).

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya


didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati
dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.

Secara umum Ada dua macam vaksin Hepatitis B, yaitu :


1. Vaksin Hepatitis yang terbuat dari darah manusia yangtelah kebal Hepatitis B,
disuntikkan kepada orang sehatsekali sebulan sebanyak 3 kali
(ImmunoglobulinHepatitis B)
2. Vaksin Hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi(Recombivax, HBdan
Engerix-B), diberikan kepada penderita sebulan sekali sebanyak 2 kali, lalu
suntikanyang ketiga diberi 5 bulan kemudian.

Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil rekayasa genetika yang memiliki shelf-life
lama dapat diciptakan dengan menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam
gen tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika
yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin.

35 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2010.


Recombinant DNA Technology : Appication in The Field of Biotechnology and
Crime Sciences

Chang, Mei-Hwei. 2000. Hepatitis B Vaccination and Control of Hepatitis B-Related


Liver Disease. Journal of Pediatric

Hammitt LL, Hennessy TW, Fiore AE, Zanis C, Hummel KB, Dunaway E, Bulkow
L, McMahon BJ. Hepatitis B immunity in children vaccinated with recombinant
hepatitis

vaccine

beginning

at

birth:

follow-up

study

at

15 years. Vaccine. 2007;25:69586964. doi: 10.1016/j.vaccine.2007.06.059

Kay, A.; Zoulim, F. (2007). "Hepatitis B virus genetic variability and evolution".
Virus

research

127

(2):

164176.

doi:10.1016/j.virusres.2007.02.021.

PMID 17383765

http://www.medicinenet.com/hepatitis_b/page2.htm#how

36 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai

  • Ipi 134361
    Ipi 134361
    Dokumen4 halaman
    Ipi 134361
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Tigas Mandiri Kimia Instrumentasi
    Tigas Mandiri Kimia Instrumentasi
    Dokumen1 halaman
    Tigas Mandiri Kimia Instrumentasi
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)
    Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)
    Dokumen44 halaman
    Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Koloid Jurnal Synthetic Surfactants
    Koloid Jurnal Synthetic Surfactants
    Dokumen31 halaman
    Koloid Jurnal Synthetic Surfactants
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Laporan Biokimia
    Laporan Biokimia
    Dokumen29 halaman
    Laporan Biokimia
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Koloid
    Koloid
    Dokumen26 halaman
    Koloid
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Vaksin Hepatitis B
    Vaksin Hepatitis B
    Dokumen15 halaman
    Vaksin Hepatitis B
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    100% (1)
  • Makalah Biokim II
    Makalah Biokim II
    Dokumen85 halaman
    Makalah Biokim II
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi
    Evaluasi
    Dokumen13 halaman
    Evaluasi
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kimia Fisik 11
    Makalah Kimia Fisik 11
    Dokumen13 halaman
    Makalah Kimia Fisik 11
    TityOtiesta CiieQueenluphluph Songhyunjae Sheetopklopbuangetzz
    Belum ada peringkat
  • F 8884 Kesetimbangan-Larutan
    F 8884 Kesetimbangan-Larutan
    Dokumen17 halaman
    F 8884 Kesetimbangan-Larutan
    Melda Helena Silalahi
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat