Anda di halaman 1dari 25

Tubektomi, Vasektomi, dan Batasan Penggunaan Alat

Kontrasepsi
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Anugrah Swarna Mahardika

P17324113024

Ayang Fili

P17324113048

Dea Indriani

P17324113049

Melinda S. M.

P17324113031

Nurita Maulina

P17324113046

Pipin Sutrianingsih

P17324113001

Sarah Aulia Walidain

P17324113035

Jalum II B

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
BANDUNG
2014

Daftar Isi

Daftar Isi .............................................................................................................. 2


BAB I ................................................................................................................... 3
Pembahasan ....................................................................................................... 3
2.1 TUBEKTOMI .............................................................................................. 3
2.1.1 Macam-Macam MOW .......................................................................... 4
2.1.2 Cara penutupan Tuba .......................................................................... 6
2.1.3 Cara Kerja dan Efek Samping .............................................................. 7
2.2 VASEKTOMI .............................................................................................. 9
2.2.1 Pengertian ........................................................................................... 9
2.2.2 Tujuan................................................................................................ 10
2.2.3 Indikasi .............................................................................................. 10
2.2.4 Macam ............................................................................................... 10
2.2.5 Cara kerja dan efek samping ............................................................. 15
2.3

Batasan Kontrasepsi Darurat ............................................................... 21

2.3.1

Definisi Kontrasepsi Darurat ......................................................... 21

2.3.2 Manfaat.............................................................................................. 22
2.3.3 Keterbatasan ..................................................................................... 23
2.3.3

Indikasi ......................................................................................... 23

2.3.5 Efek samping ..................................................................................... 24

BAB I
Pembahasan
2.1 TUBEKTOMI
2.1.1 Definisi

Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang


dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada
perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap (
Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita.
Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal
dengan MOW atau tubektomi.
Kontrasepsi ini bisa di sebut juga kontrasepsi mantap pada wanita
atau tubektomi,yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina.
(Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba
uterine dengan penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk
tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur
hidup. (Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi
wanita yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563 )
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki
anak (karena alasan kesehatan).
MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan
penutupan

terhadap

kedua

saluran

telur

kanan

dan

kiri,

yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel

telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi
kahamilan.
Metode ini merupakan metode jangka panjang dan merupakan
metode yang patent. Artinya metode ini dipilih oleh mereka yang sudah
tidak menginginkan memiliki keturunan lagi. Metode ini dilaksanakan
dengan cara operasi, maka disebutlah sebagai metode operasi wanita.
(Depkes, 2012)

2.1.2 Tujuan
Para ahli kebidanan banyak merekomendasikan sterilisasi pada
wanita yang berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan lagi. Namun, tidak
pada mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan
banyak perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
Dalam perkembangan sejarahnya, sejak dulu sampai sekarang
tercatat 4 macam sterilisasi berdasarkan tujuannya :
1. Sterilisasi hukuman (compulsary sterilization).
2. Sterilisasi eugenik, yaitu untuk mencegah berkembangnya kelainan
mental secara turun temurun.
3. Sterilisasi medis, yaitu dilakukan berdasarkan indikasi medis demi
keselamatan wanita tersebut karena kehamilan berikutnya dapat
membahayakan jiwanya.
4. Sterilisasi sukarela, yaitu yang bertujuan ganda dari sudut
kesehatan, sosial ekonomi, dan kependudukan.
2.1.3 Macam-Macam MOW
Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan
laparotomi, laparotomi mini, dan laparoskopi.

a. Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa pasca
persalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia sebelum
tahun 70an. Tubektomi juga dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea,
dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi, sebaiknya setiap
laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawarkan tubektomi.
b. Laparotomi mini
Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca
persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan
dinding perut yang masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan
sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah pusat.
Jika tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka dapat dilakukan
insisi mediana karena uterus dan tuba telah berinvolusi. Dilakukan insisi
mediana setinggi 2 jari dibawah fundus uteri sepanjang 1-2 cm.
c. Laparoskopi
Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul diperiksa.
Tuba dicari dengan menggunakan manipulasi uterus dari kanula rubin,
lalu sterilisasi dilakukan dengan menaggunakan cincin folope yang
dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak terdapat
perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan dengan menekan dinding perut.
Luka ditutup dengan 2 jahitan subkutikuler, lalu dipasang band aid. Pasien
dapat dipulang 6-8 jam.

2.1.4 Indikasi
1. Indikasi medis umum
2. Apabila adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih
berat bila wanita ini hamil lagi.
a.

Gangguan fisik : tuberculosis, penyakit jantung, penyakit


ginjal, kanker payudara, dan sebagainya.

b.

Gangguan psikis : skizofrenia, dan sebagainya.

3. Indikasi medis obstetrik

Yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea


berulang, abortus yang berulang dan sebagainya.
4. Indikasi medis ginekologik
Yaitu disaat melakukan operasi ginekologik dapat pula
dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
5. Indikasi sosial-ekonomi
Yaitu indikasi berdasarkan banyaknya anak dengan sosialekonomi yang rendah.

2.1.3 Cara penutupan Tuba


Cara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy,
Kroener, Irving, pemasangan cincin folope, klip filshie, dan elektrokoagulasi disertai pemutusan tuba.
a. Cara Pomeroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahan, kemudian diangkat sampai
melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai Catgut biasa no.0 atau no.1.
lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi. Tujuan
pemakaian catgut biasa ini ialah lekas diabsorpsi, sehingga kedua ujung
tuba yang di potong lekas menjauhkan diri, dengan demikian rekanalisasi
tidak dimungkinkan.
b. Cara Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan
diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut yang tidak udah
diabsorpsi.
c. Cara Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangya setelah kedua ujung
potongan diikat dengan catgut kronik no.0 atau no.00. ujung potongan
proksimal ditanamkan di dalam miometrium dinding depan uterus. Ujung

potogan ditanamkan di dalam ligamentum latum. Dengan cara ini


rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi. Cara tubektomi ini hanya dapat
dilakukan pada laparotomi besar seperti seksio sesarea.
d. Pemasangan Cincin Falope
Cincin falope (yoon ring) terbuat dari silikon, dewasa ini banyak
digunakan. Dengan aplikator bagian ismus uba ditarik dan cincin dipasang
pada bagian tuba tersebut. Sesuah terpasang lipatan tuba tampak
keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan
menjadi jibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada laparotomi mini,
laparoskopi atau dengan laprokator.
e. Pemasangan Klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan
minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip filshie
mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tua yang edema. Klip
Hulka-clemens digunakan dengan cara menjepit tuba. Oleh karena klip
tidak memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin
dikerjakan.
f. Elektro-koagulasi dan Penutupan tuba
Cara ni dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparoskopik. Dengan
memasukkan grasping forceps melalui laparoskop tuba dijepit kurang lebih
2 cm dari kornua, diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lanilla,
kemudian dilakukan kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke
proksimal, dan distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu
kauterisasi tuba tamapak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara
ini sekarang banyak ditinggalkan.
2.1.4 Cara Kerja dan Efek Samping
1. Cara kerja kontap Tubektomi (MOW) yaitu :
Dengan mengoklusi tuba (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

2. Efek Samping
Efek samping tubektomi sangat minimal. Satu-satunya bahaya yang
mungkin timbul adalah karena tubektomi merupakan proses operasi.
Jadi, semua komplikasi yang mungkin muncul pada suatu operasi.
KOMPLIKASI

PENANGANAN

Infeksi luka.

Apabila

terlihat

luka,

obati

dengan antibiotic. Bila terdapat


abses, lakukan drainase dan
obati seperti yang terindikasi.
Demam pasca

Obati infeksi berdasarkan apa


yang ditemukan.

Luka

pada

kandung

kemih, Mengacu ke tingkat asuhan yang

intestina (jarang terjadi)

tepat. Apabila kandung kemih


atau usus luka dan diketahui
sewaktu

operasi,

lakukan

reparasi

primer.

Apabila

ditemukan pascaoperasi, dirujuk


ke RS yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan)

Gunakan packs yang hangat dan


lembab tsb. Amati : hal yang
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan

drainase

bila

ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan Ajukan ke tingkat asuhan yang
oleh laparoskopi (sangat jarang tepat dan mulailah resusitasi
terjadi)

intensif, termasuk
Cairan

intravena,

resusitasi

kardio pulmunar dan tindakan


penunjang kehidupan lainnya.

Rasa

sakit

pada

lokasi Pastikan adanya infeksi atau

pembedahan.

abses dan obati berdasarkan


apa yang ditemukan.

Perdarahan superficial (tepi-tepi Mengontrol


kulit atau subkutan)

obati

perdarahan

berdasarkan

apa

dan
yang

ditemukan.

2.2 VASEKTOMI
2.2.1 Pengertian
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga
alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi. (BP3K)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi (saifuddin, 2003).
Menurut Mochtar (1998) vasektomi (sterilisasi pria) adalah tindakan
memotong dan menutup saluran mani (vasdeferens) yang menyalurkan
sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis.
Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor
pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek buruk pada pria terhadap
kegairahan seksual, kemampuan ereksi atau ejakulasi setelah menjalani
operasi (Hartanto, 2004).

2.2.2 Tujuan
2.2.3 Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria
dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
(BP3K)

2.2.4 Macam
Macam-macam Vasektomi (BKKBN, 2008):
a. Vasektomi dengan pisau operasi
menggunakan pisau bedah, menggunakan bius lokal, titik
saluran vas sebagai jalan dari sperma akan sedikit disayat di
masing-masing testis untuk mengeluarkan saluran vas yang
kemudian di potong saluran vas tersebut, diikat dan dilakukan
penjahitan dari bekas luka sayat kecil tadi. Prosesnya antara 30-45
menit.
Teknik ini ada 10 langkah, diantaranya yaitu :
1. Celana

dibuka

dan

baringkan

pasien

dengan

posisi

terlentang.
2. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam
bingkai dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin 0,75%
atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4% atau asam pikrat
2%. Bila ada bulu perlu dicukur terlebih dahulu, sebaiknya
dilakukan oleh pasien sendiri sebelum berangkat ke klinik.
3. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.

4. Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum


diberi anastesi (Prokain atau Lidokain atau Novokain atau
Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di
daerah distal serta proksimal vas deferens di deponir lagi
masing-masing 0,5 ml.
5. Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat diatas
vas deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.
6. Setelah

kulit

dibuka,

vasdeferens

dipegang

dengan

klem,disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti


mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya
ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia vas deferens dan
baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm.
Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau cukup
tajam) hingga memudahkan penjahitan kembali. Setelah
fasia vas deferens dibuka terlihat vas deferens yang
berwarna putih mengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vas
deferens dan fasianya dibebaskan dengan gunting halus
berujung runcing.
7. Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat
dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua
ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah
benang yang mengkilat kedua ujung vas deferens tersebut
untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi.
Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu banyak
karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri
testikularis atau defernsialis yang berakibat kematian testis
itu sendiri.
8. Potonglahdiantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm.
Gunakan benang sutra no 00,0 atau 1 untuk mengikat vas
deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi

juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas


deferens.
9. Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan
adalah dengan melakukan interposisi vas deferens, yakni
menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas
deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan dalam
fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah testis)
terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah timbulnya
kemungkinan rekanalisasi.
10. Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6 -9) untuk vas
deferens kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutuplah kulit
dengan 1 -2 jahitan plain catgut no.00,0 kemudian rawat luka
operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan
diplester (Saifuddin, 2003).

b. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)


Metode tanpa pisau bedah, yang sejak awal tahun 1970-an
ditemukan oleh dunia kedokteran di China, oleh Dr. Li Shunqiang.
Prosedur kedua ini kemudian mendunia, dan di adopsi oleh
berbagai negara Barat dan diakui sebagai proses yang lebih
nyaman, cepat, dan mudah bagi para pria. Dalam proses ini,
setelah bius lokal, titik vas akan diangkat menggunakan jarum
suntik, sebagai jalan pembuka kulit yang menutupi area saluran vas
tersebut. Prosesnya hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 30
menit, dan tidak membutuhkan jahitan, karena hampir tidak ada
sayatan di kulit.
Teknik Vasektomi Tanpa Pisau:
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
2. Rambut di daerah skrotum di cukur sampai bersih.
3. Penis di plester ke dinding perut.

4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bagian dalam


pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang
tidak merangsang seperti larutan betadin 0,75%, atau larutan
klorheksidin (hibiscrub) 4%.
5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum
diberi anastesi lokal (Prokain atau Lidokain atau Novokain
atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk
sejajar vas deferens searah distal, kemudian di deponir lagi
masing-masing 3 -4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah
kanan dan kiri.
7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan di
fiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah
skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah sehingga vas
deferens mengarah ke bawah kulit.Kemudian tusuk bagian
yang paling menonjol dari vas deferens, tepat di sebelah
distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi
dengan membentuk sudut 45 derajat. Sewaktu menusuk
vas deferens sebaiknya sampai kena vasdeferens, kemudian
klem diseksi ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan dalam
keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam
lobang tusukan, searah jalannya vas deferens.
8. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan
jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat
dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas
deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
9. Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusukkan
salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujunng
klem diputar menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem
menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan

pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi


dari kulit dan pindahkan untuk memegang vasdefrens yang
telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah
telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.
10. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan
sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan klem
diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi
dimasukkan ke lubang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung
klem pelan-pelan paralel dengan arah vas deferens yang
diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang
bebas. Vas deferens di crush secara lunak dengan klem
diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 -0.
11. Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong
dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak di
potong. Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung
vas deferens dalam skrotum.
12. Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal. Pegang
secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan
tutup lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa
sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal
ada di luar fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada
keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang yang
terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan
dalam skrotum.
13. Lakukan tindakan diatas (langkah 7-13) untuk vas deferens
sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama,
kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu di jahit
hanya di proksimalkan dengan band aid atau tensoplas
(Saifuddin, 2003).

c. Vasektomi dengan implan vasclip

Pada prosedur ini, vas deferens ditutup dengan alat yang


disebut vasclip. Vas deferens tidak dipotong, dijahit, atau dibakar
sehingga mengurangi potensi rasa sakit dan komplikasi. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa metode ini tidak seefektif metode
lain untuk menutup vas deferens.
d. Vasektomi laser
Prosedur lain untuk vasektomi dikenal sebagai vasektomi
laser. Dalam metode ini, laser digunakan untuk menutup vas
deferens sehingga rasa sakit dan ketidaknyamanan minimal.
Namun demikian, sedikit tusukan atau sayatan tetap harus dibuat
untuk memposisikan vas deferens.

2.2.5 Cara kerja dan efek samping


Ada dua cara kerja/teknik sterilisasi vasektomi yaitu :
1) Teknik vasektomi standar
Teknik ini ada 10 langkah, diantaranya yaitu :
a. Celana dibuka dan baringkan pasien dengan posisi terlentang.
b. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam
bingkai dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin 0,75%
atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%.
Bila ada bulu perlu dicukur terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan
oleh pasien sendiri sebelum berangkat ke klinik.
c. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain
steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
d. Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum diberi
anastesi (Prokain atau Lidokain atau Novokain atau Xilokain 12%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal

serta proksimal vas deferens di deponir lagi masing-masing 0,5


ml.
e. Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat diatas vas
deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.
f. Setelah kulit dibuka, vasdeferens dipegang dengan klem,
disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara,
perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi
obat anastesi kedalam fasia vas deferens dan baru kemudian
fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan tepi
sayatan rata (dapat dicapai jika pisau cukup tajam) hingga
memudahkan penjahitan kembali. Setelah fasia vas deferens
dibuka terlihat vas deferens yang berwarna putih mengkilat
seperti mutiara. Selanjutnya vas deferens dan fasianya
dibebaskan dengan gunting halus berujung runcing.
g. Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan
jarak 1 - 2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah
diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengkilat
kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat kalau ada
perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik
perdarahan, jangan terlalu banyak karena dapat menjepit
pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau defernsialis
yang berakibat kematian testis itu sendiri.
h. Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm.
Gunakan benang sutra no 00,0 atau 1 untuk mengikat vas
deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga
jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens.
i.

Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah


dengan melakukan interposisi vas deferens, yakni menjahit
kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens
bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan dalam fasia dan vas

deferens bagian proksimal (sebelah testis) terletak diluar fasia.


Cara ini akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi.
j.

Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6 - 9) untuk vas deferens


kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1 - 2
jahitan plain catgut no.00,0 kemudian rawat luka operasi
sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester
(Saifuddin, 2003).

2) Teknik Vasektomi Tanpa Pisau


a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
b. Rambut di daerah skrotum di cukur sampai bersih.
c. Penis di plester ke dinding perut.
d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bagian dalam
pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan betadin 0,75%, atau larutan
klorheksidin (hibiscrub) 4%.
e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain
steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
f. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi
anastesi lokal (Prokain atau Lidokain atau Novokain atau
Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas
deferens searah distal, kemudian di deponir lagi masing-masing
3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan di fiksasi di
dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum.
Kemudian klem direbahkan kebawah sehingga vas deferens
mengarah ke bawah kulit.
h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens,
tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung
klem diseksi dengan membentuk sudut 45 derajat. Sewaktu
menusuk vas deferens sebaiknya sampai kena vas deferens,
kemudian klem diseksi ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan

dalam keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam


lobang tusukan, searah jalannya vas deferens.
i.

Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan


jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat
dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas
deferens yang telah telanjang dapat terlihat.

j.

Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusukkan


salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujunng klem
diputar menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem
menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan
pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi
dari kulit dan pindahkan untuk memegang vasdefrens yang
telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah
telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.

k. Pada

tempat

vas

deferens

yang

melengkung,

jaringan

sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan klem


diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi
dimasukkan ke lubang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung
klem pelan-pelan paralel dengan arah vas deferens yang
diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas.
Vas deferens di crush secara lunak dengan klem diseksi,
sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 - 0.
l.

Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan


diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak di potong.
Kontrol

perdarahan

dan

kembalikan

putung-putung

vas

deferens dalam skrotum.


m. Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal. Pegang
secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup
lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga
putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada di luar
fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens

tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan


vas deferens dikembalikan dalam skrotum.
n. Lakukan tindakan diatas (langkah 7-13) untuk vas deferens
sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama,
kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu di jahit hanya
di proksimalkan dengan band aid atau tensoplas (Saifuddin,
2003).
Konseling, informasi dan persetujuan tingkat medis

Klien harus diberi informasu bahwa prosedur vasektomi tidak


mengganggu hormone pria atau menyebabkan perubahan
kemampuan atau kepuasan seksual.

Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi


terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula
seminalis

telah

dilekuarkan

seluruhnya.

Secara

empiric,

sperma-analisis akan menunjukkan hasil negative setelah


15020 kali ejakulasi.
Konseling pra-kontrasepsi darurat
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menanyakan keluhan
4. Menjelaskan maksud dan tujuan konseling
5. Menjelaskan kembali pengertian kontrasepsi darurat. Kontrasepsi
darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila
digunakan segera setelah hubungan seksual.
6. Menjelaskan dosis pemberian kontrasepsi (2 x 1 tablet (0,75mg/750
g)
7. Menjelaskan dosis pertama pemberian (Dosis pertama 1 tablet
(0,75mg/750 g)
8. Menjelaskan dosis kedua pemberian (Dosis kedua 1 tablet
(0,75mg/750 g) 12 jam dari minum Pil Postinor 2 pertama)

9. Menjelaskan waktu dimulainya (Waktu pemberian segera setelah


sanggama)
10. Menjelaskan waktu maksimal pemberian (Maksimum 72 jam
setelah hubungan seksual tanpa perlindungan)
11. Menjelaskan cara kerja (Menjadikan perkembangan endometrium
menjadi tidak normal, Mencegah implantasi hasil pembuahan ke
dalam dinding rahim).
12. Menjelaskan manfaat (Efektifitas (97%), Mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan karena bersenggama tanpa perlindungan, Dibawah
kendali wanita)
13. Menjelaskan kerugian (Tidak berfungsi sebagai kontrasepsi di
masa mendatang Mual dan muntahMasa menstruari berikutnya
dapat lebih awal atau lebih lambat)
14. Menjelaskan indikasi:
a. Mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki.
b. Apabila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi (Misal
:kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya,
c. Diafragma pecah, robek, atau diangkat terlalu cepat
d. Kegagalan sanggama terputus, Salah hitung masa subur,
e. AKDR Ekspulsi, Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet,
f. Terlambat suntik KB lebih dari 2 minggu)
g. Perkosaan
h. Tidak menggunakan kontrasepsi
15. Menjelaskan kontraindikasi (Disangka hamil ataupun sudah hamil)
16. Menjelaskan efek samping (Mual,Muntah, Keletihan, Nyeri tekan
payudara, Sakit kepala, Pusing)
17. Menjelaskan kondisi khusus jika klien muntah (Apabila klien muntah
dalam 2 jam setelah minum dosis pertama, klien harus minum dosis
kedua

segera

dalam

72

jam,

disarankan

kembali

untuk

mendapatkan pil berikutnya untuk menyelesaikan therapy, apabila

klien muntah dalam 2 jam dosis kedua, disarankan kembali untuk


mendapatkan pil berikutnya)
18. Melakukan evaluasi :
a. Menanyakan apakah sudah jelas/belum, atau meminta klien
mengulang

kembali

namun

tidak

memperhatikan

benar/tidaknya.
b. Menanyakan apakah sudah jelas/belum dan meminta klien
mengulang kembali, teruji memperhatikan apakah benar/salah
serta mengoreksi jika ada kesalahan.

2.3 Batasan Kontrasepsi Darurat


2.3.1 Definisi Kontrasepsi Darurat
Yang dimaksud kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat
mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan seksual.
Hal ini sering disebut kontrasepsi pascasenggama atau morning after
pill atau morning after treatment. Istilah kontrasepsi sekunder atau
kontrasepsi darurat asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut
harus segera dipakai/digunakan setelah hubungan seksual atau harus
menunggu hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti sudah
terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi
darurat menekankan juga bahwa dalam cara KB ini lebih baik daripada
tidak ada sama sekali.namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan
cara KB yang sudah ada. Kontrasepsi darurat tidak boleh dipakai sebagai
metode KB secara rutin atau terus menerus.

Jenis
Cara
1. Mekanik
AKDR-Cu

Merek dagang

Dosis

Waktu pemberian

Copper T

Satu

kali Dalam waktu 7 hari

Multiload

pemasangan

Nova T

pascasenggama

2. Medik

Microgynon 50 2 x 2 tablet

Dalam waktu 3 hari

Pil kombinasi Ovral

pascasenggama,

dosis tinggi

Neogynon

dosis kedua 12 jam

Nordiol

kmudian

Eugynon

Dosis rendah

Microgynon 30 2 x 4 tablet
Mikrodiol

Dalam waktu 3 hari

Nordette

pascasenggama,
dosis kedua 12 jam

Progestin

Postinor-2*

2 x 1 tablet

kmudian

Dalam waktu 3 hari


Estrogen

Lynoral

2,5 mg/dosis

pascasenggama,

Premarin

10 mg/dosis

dosis kedua 12 jam

Progynova

10 mg/dosis

kmudian
Dalam waktu 3 hari

Mifepristone

RU-486

1 x 600 mg

pascasenggama, 2 x
1 dosis selama 5 hari

Danazol

Danocrine

2 x 4 tablet

Azol

Dalam waktu 3 hari


pascasenggama

Dalam waktu 3 hari


pascasenggama,
dosis kedua 12 jam
kmudian

2.3.2 Manfaat
Sangat efektif (tingkat kehamilan <3%)

AKDR juga bermanfaat jangka panjang

2.3.3 Keterbatasan
Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah
hubungan seksual tanpa perlindungan.

Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah atau nyeri


payudara

AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan


seksual

Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya


telah digunakan pada klien yang terpapar dengan risiko IMS

2.3.3 Indikasi
Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak
dikehendaki.

Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti :


-

Kondom bocor, lepas atau salah menggunakan.

Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat.

Kegagalan senggama terputus (misalnya ejakulasi di vagina atau


pada genitalia eksternal.

Salah hitung masa subur

AKDR ekspulsi

Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet

Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB

Perkosaan

Tidak menggunakan kontrasepsi

2.3.4 Kontraindikasi

Hamil atau tersangka hamil

2.3.5 Efek samping


Mual, muntah : perlu konseling. Jika muntah terjadi dalam 2 jam
sesudah penggunaan pil pertama atau kedua, dosis ulangan perlu
diberikan.

Perdarahan/bercak. Sekitar 8% klien dengan kontrasepsi oral


kombinasi mengalami bercak-bercak. Sekitar 50% mendapat haid
pada waktunya bahkan lebih awal.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http://measiamagazine.net/vasektomi-proses-jenis-dan-efek-samping/
diakses pada tanggal 16 November 2014

http://majalahkesehatan.com/jenis-jenis-metode-vasektomi/ diakses pada


tanggal 16 November 2014

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/checklist-konseling-pilkondar.html#ixzz3JIdQeG
http://www.femina.co.id/isu.wanita/seks/efek.samping.tubektomi/005/004/1
71
Sarwono Prawirohardjo.(2010).Ilmu kebidanan,. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/checklist-konseling-pilkondar.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Akar MASALAH
    Akar MASALAH
    Dokumen2 halaman
    Akar MASALAH
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • IUD PEMASANGAN
    IUD PEMASANGAN
    Dokumen10 halaman
    IUD PEMASANGAN
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • VASEKTOMI
    VASEKTOMI
    Dokumen25 halaman
    VASEKTOMI
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    100% (1)
  • Ketuban Pecah Dini (KPD)
    Ketuban Pecah Dini (KPD)
    Dokumen18 halaman
    Ketuban Pecah Dini (KPD)
    dani
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen7 halaman
    DEFINISI
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • IUD PEMASANGAN
    IUD PEMASANGAN
    Dokumen10 halaman
    IUD PEMASANGAN
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Konsep
    Kerangka Konsep
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Konsep
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen7 halaman
    DEFINISI
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Mutu
    Mutu
    Dokumen3 halaman
    Mutu
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Otonomi
    Otonomi
    Dokumen8 halaman
    Otonomi
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Remaja yang Berujung Tragedi
    Hubungan Remaja yang Berujung Tragedi
    Dokumen4 halaman
    Hubungan Remaja yang Berujung Tragedi
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • KB IMPLAN EFEKTIF
    KB IMPLAN EFEKTIF
    Dokumen14 halaman
    KB IMPLAN EFEKTIF
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal
    58 Langkah Asuhan Persalinan Normal
    Dokumen4 halaman
    58 Langkah Asuhan Persalinan Normal
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan
    Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan
    Dokumen14 halaman
    Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    0% (1)
  • Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
    Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
    Dokumen1 halaman
    Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • DATIL Tali Pusat, Mandi, Pemfis
    DATIL Tali Pusat, Mandi, Pemfis
    Dokumen7 halaman
    DATIL Tali Pusat, Mandi, Pemfis
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Q
    Q
    Dokumen2 halaman
    Q
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Toleransi Beragama Dalam Perspektif Al-Qur'An: Tafsir Pase, Hal. 110
    Toleransi Beragama Dalam Perspektif Al-Qur'An: Tafsir Pase, Hal. 110
    Dokumen7 halaman
    Toleransi Beragama Dalam Perspektif Al-Qur'An: Tafsir Pase, Hal. 110
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Agama
    Makalah Agama
    Dokumen2 halaman
    Makalah Agama
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Cover Cesar
    Cover Cesar
    Dokumen2 halaman
    Cover Cesar
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Silabus Agama Jalum A
    Silabus Agama Jalum A
    Dokumen5 halaman
    Silabus Agama Jalum A
    Indah Maulina
    Belum ada peringkat
  • Sikap Fanatik
    Sikap Fanatik
    Dokumen1 halaman
    Sikap Fanatik
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • Artikel ABORSI
    Artikel ABORSI
    Dokumen14 halaman
    Artikel ABORSI
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat
  • PERAN
    PERAN
    Dokumen30 halaman
    PERAN
    Melinda Samrotulfuaddah Mustopa
    Belum ada peringkat