Anda di halaman 1dari 31

1.

DEDI KUSWADI ( NIM 12202016)


2. ABDUL ARIFIN (NIM 12202041)
3. JISVIANTO (NIM 12202042)
4. RABIUL AWAL (NIM 12202043)
5. WANDI P. ( NIM 12202046)
6. RAHMAD S. ( NIM 12202047)

7. LIYAS SAHPUTRA (NIM 12202048)


8. P MARTUNAS S. ( NIM 12202049)
9. VAZRIN HAPIZ (NIM 12202050)
10. IJAR ASWAD (NIM 12202055)
11. SISWANDI C. (NIM 12202060)

INSTITUSI TEKNOLOGI MEDAN (ITM), OKTOBER 2012


KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul KECEPATAN REAKSI dan
LARUTAN ELEKTROLIT

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian KECEPATAN REAKSI dan


LARUTAN ELEKTROLIT , karakteristik sertas perspektif KECEPATAN REAKSI dan
LARUTAN ELEKTROLIT . Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang KECEPATAN REAKSI dan LARUTAN ELEKTROLIT .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

DAFTAR ISI
i
2

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................

ii

BAB 1

KECEPATAN REAKSI ..........................................................................

A. Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi ..........................................

FAKTOR FAKTOR KECEPATAN REAKSI ...................................

A. Konsentrasi .........................................................................................

B. Sifat zat yang bereaksi .......................................................................

C. Suhu ...................................................................................................

D. Katalisator ..........................................................................................

10

LARUTAN ELEKTROLIT ....................................................................

11

A. Larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah ...........................

13

B. Larutan non elektrolit .........................................................................

15

LARUTAN . ..............................................................................................

16

A. Jenis jenis larutan .............................................................................

16

B. Larutan asam basah .............................................................................

16

C. Cara menghitung larutan buffer ..........................................................

23

DAFTAR PUSTAKA. ..............................................................................................

28

BAB 2

BAB 3

BAB 4

ii
3

BAB 1
KECEPATAN REAKSI
Dalam kehidupan sehari-hari segala sesuatu yang berubah selalu menjadi
pertanyaan kapan perubahan itu selesai, jika tidak tentu pertanyaan selanjutnya muncul
berapa kecepatan perubahan. Kita ambil contoh lain, misalnya jika kita mengendarai
mobil dari kota Jember ke kota Surabaya yang berjarak 200 km. Jika kita tahu waktu
yang dibutuhkan misalnya 4 jam, maka kita mengetahui kecepatan rata-rata, atau
sebaliknya jika kita mengetahui kecepatan rata-rata, kita dapat memprediksi waktu yang
dibutuhkan.
Informasi tentang kecepatan berlangsungnya suatu reaksi amat penting diketahui,
misalnya bagi industri dapat memprediksi jumlah produk, lama waktu produksi dan
mungkin sampai dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam sebuah pabrik.
Untuk meninjau kecepatan reaksi, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana suatu reaksi
berlangsung.
Reaksi berlangsung karena adanya partikel-partikel, atom atau molekul yang
bertumbukan dan tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan
energi yang cukup yang dapat menghasilkan reaksi. Energi tersebut dikenal dengan
Energi aktifasi dan didefinisikan sebagai energi kinetik minimum yang harus dimiliki
atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam
Hubungannya dengan energi atau H, maka enegi aktifasi bukan bagian dari energi

tersebut seperti dapat kita lihat pada dua jenis reaksi eksoterm dan endoterm pada
Gambar 10.1.

Gambar 10.1. Besarnya Energi aktifasi dalam reaksi eksoterm dan endoterm
Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
AB
Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk. Selama reaksi
berjalan, secara perlahan-lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau bertambah.
Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.2. Untuk lebih mudah memahami
perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
AB

Gambar 10.2. Perubahan konsentrasi zat A dan meningkatnya konsentrasi dalam selang
waktu
Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk.
Selama reaksi berjalan, secara perlahan-lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau
bertambah. Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.3. Sehingga kita dapat
katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam selang
waktu tertentu, dengan persamaan :

dimana V = kecepatan dalam mol/L.s


[A] = penurunan konsentrasi zat A dalam mol/L
t = Selang waktu dalam detik

Gambar 10.3. Perubahan konsentrasi zat A dan meningkatnya konsentrasi dalam selang
waktu.
Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan konsentrasi B, yaitu bertambahnya
konsentrasi zat B dalam selang waktu tertentu. Jika kita rumuskan :

dimana V = kecepatan dalam mol/L.s


[B] = pertambahan konsentrasi zat B dalam mol/L
t = selang waktu dalam detik
Guldenberg dan Waage mengamati kecepatan reaksi dan dan menyatakan bahwa
kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi dari zat yang bereaksi. Hubungan ini
dirumuskan Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase) berbanding langsung
dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing-masing
zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya (lihat Gambar 10.4).

Gambar 10.4. Kecepatan menurut Guldenberg dan Waage


a A+ b B
Maka menurut Guldenberg dan Waage, kecepatan reaksi zat A dan B menjadi zat C dan D
adalah:
V = kecepatan reaksi
k = konstanta kecepatan reaksi
[A] dan [B] = konsentrasi zat A dan zat B
a dan b = koefisien zat A dan zat B dalam persamaan reaksi.
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat
lain dalam setiap satuan waktu.

Untuk reaksi: aA + bB mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:
1 (dA)

1 d(B)

1 d(M)
1 d(N)
V=
-------- =
------- = - ------- = +
---------+
a dt
b dt
m dt
n dt
dimana:
- 1/a . d(A) /dt = rA
- 1/b . d(B) /dt = rB
- 1/m . d(M)
/dt

= rM

- 1/n . d(N) /dt = rN

= kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi zat A per


satuan wakru.
= kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi zat B per
satuan waktu.
= kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi zat M per
satuan waktu.
= kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi zat N per
satuan waktu.

Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar.
Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang
pula kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.

A. PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN REAKSI


6

Abstract
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar terus mengalami peningkatan di dunia,
khususnya di Indonesia. Penggunaan etanol untuk bahan bakar dapat menurunkan
ketergantungan terhadap minyak luar negeri, mengurangi polusi udara, dan mengurangi
dampak pemanasan global. Secara umum produksi bioetanol meliputi tiga proses yaitu
hidrolisis, fermentasi dan pemurnian hasil. Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu
terhadap kinetika reaksi hidrolisis tongkol jagung dengan katalisator asam sulfat encer.
Variabel suhu yang diteliti antara 433 493 K. Model kinetika homogen dipilih untuk
mempelajari kinetikanya. Percobaan dilakukan dengan memasukkan 1 L larutan asam
sulfat 0,18 N dan 300 g tongkol jagung ke dalam autoclave. Ketika mencapai suhu 373 K
diambil sebagai waktu 0 menit dan sampel diambil kira-kira 6 ml. Setelah mencapai suhu
yang diinginkan, suhu dijaga konstan. Selama proses, setiap 5 menit temperatur dicatat
dan diambil sampelnya. Kemudian konsentrasi gula dalam sampel dianalisis dengan
metode Fehling. Percobaan dijalankan pada variabel suhu. Percobaan menghasilkan data
suhu dan konsentrasi gula pada berbagai waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kinetika reaksi hidrolisis dapat didekati dengan model homogen orde dua semu. Pengaruh
suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius, dengan nilai k
sebesar 1.3987.10-3, 2.1658.10-3, 3.6974.10-3, and 5.8996.10-3 L/(mol.menit) untuk
masing-masing suhu 433, 453, 473, and 493 K.

Kata kunci: bioetanol, hidrolisis, homogen, kinetika, tongkol jagung.

BAB 2

FAKTOR FAKTOR KECEPATAN REAKSI


Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi,
sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
A. KONSENTRASI
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat
yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak
zat-zat yang bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan
demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
B. SIFAT ZAT YANG BEREAKSI
Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan
berlangsungnya reaksi.
Secara umum dinyatakan bahwa:
-

Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.


Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya
berlawanan.

Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq) CaCO3(s)


Reaksi ini berlangsung dengan cepat.

Reaksi

antara

senyawa

kovalen

umumnya

berlangsung

lambat.

Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi
untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang
bereaksi.

Contoh:

CH4(g)

Cl2(g)

CH3Cl(g)

HCl(g)

Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi
misalnya cahaya matahari.

C. SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah
sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea.
Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau
dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara
nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:

k = A . e-E/RT
dimana:

k : tetapan laju reaksi


A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan

R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK


T : suhu reaksi (oK)

D. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis
akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi)
dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap
reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yg sama
reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

BAB 3
LARUTAN ELEKTROLIT

10

LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan ini dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Tidak hanya padatan, gas juga dapat
pula dilarutkan dalam cairan, contohnya saja karbon dioksida atau oksigen dalam air.
Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain.
Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Svante
Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit pada tahun
1884 yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia hampir saja tidak
diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena mengungkapkan teori
ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel
bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah
muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion
dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya
gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang

11

bermuatan (kation dan anion). Larutan ini dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa
yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai
ikatan kovalen polar)
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia
mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal
ia hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena
mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke
dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif
dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas
mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut
larutan elektrolit. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau
timbulnya gelembun gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel
yang bermuatan (kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael
Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan
terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena
ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada
laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2eA. LARUTAN ELEKROLIT KUAT dan LARUTAN ELEKTROLIT LEMAH

12

Larutan elektrolit terbagi menjadi 2 macam, yaitu elektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah.
Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion
(terionisasi sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka
daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak
panah satu arah ke kanan.
Contoh :
NaCl(s) Na+ (aq) + Cl- (aq)

Contoh larutan elektrolit kuat :


Asam, contohnya asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl)

13

Basa, contohnya natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium


hidroksida (Ba(OH)2)
Garam, hampir semua senyawa kecuali garam merkuri
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup
ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini
disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam
larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam
persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik).

Contoh :
CH3COOH(aq) CH3COO- (aq) + H+ (aq)

14

Contoh senyawa yang termasuk elektrolit lemah :


CH3COOH, HCOOH, HF, H2CO3, dan NH4OH
Larutan elektrolit dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa yang mempunyai ikatan
ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen polar)
Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik dan tidak menimbulkan gelembung gas.
B. LARUTAN NON ELEKTROLIT
larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak
ada ion yang bermuatanyang dapat menghantarkan arus listrik.

BAB 4
LARUTAN

15

A . Jenis-jenis larutan

Gas dalam gas seluruh campuran gas

Gas dalam cairan oksigen dalam air

Cairan dalam cairan alkohol dalam air

Padatan dalam cairan gula dalam air

Gas dalam padatan hidrogen dalam paladium

Cairan dalam padatan Hg dalam perak

Padatan dalam padatan alloy

B. LARUTAN ASAM-BASA
a. MENURUT ARRHENIUS
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
1) HCl(aq)--- H+ (aq) + Cl-(aq)
Na+ (aq) + OH-(aq)2) NaOH(aq) ---

b. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.
Contoh:
H3O+(aq) + A-(aq)1) HA(aq) + H2O(l) --asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HA dengan A- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
16

2) H2O(l) + NH3(aq) ---- NH4+ (aq) + OH-(aq)


asam-1 basa-2 asam-2 basa-1

H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.


NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan
sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik
(amfoter).

c. Lewis
Asam adalah aseptor pasangan elektron dan Basa adalah donor pasangan elektron
Contoh:
BF3 + NH3 ------ BF3NH3
basa asam
Kesetimbangan Disosiasi
LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua
macam, yaitu
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

17

Larutan ini dibedakan atas :

1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ionion (alpha =1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti :
HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti:
NaOH, KOH,Ca(OH) 2, Ba(OH) 2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti:
NaCl, KI, Al2(SO4) 3 dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH) 2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat
18

terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).


Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Eksponen Hidrogen
Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman.
Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH.
pH = - log [H+]
Untuk air murni (25oC): [H+] = [OH-] = 10-7 mol/l
pH = - log 10-7 = 7
Atas dasar pengertian ini, ditentukan:
- Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral
- Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam
- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa
- Pada suhu kamar: pKw = pH + pOH = 14
Menyatakan pH Larutan Asam
Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan
(dibedakan)antara asam kuat dengan asam lemah.
1. pH Asam Kuat
= 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung langsungBagi asam-asam kuat
( alpha dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).
Contoh:
1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !
Jawab:
H+(aq) + Cl-(aq)HCl(aq) --[H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M
pH = - log 10-2 = 2

19

2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !


Jawab:
2 H+(aq) + SO42-(aq)H2SO4(aq)---[H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M
pH = - log 10-1 = 1
2. pH Asam Lemah
Bagi 1 (0asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya alpha < alpha < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi
asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah
menghitung besarnya [H+] dengan rumus
[H+] = V Ca . Ka)
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 0.025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka =
10-5
Jawab:
Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10-1 M
Ca . Ka) = 10-1 . 10-5[H+] = V(
= 10-3 M
pH = -log 10-3 = 3

Menyatakan pH Larutan Basa


Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu
dibedakanuntuk basa kuat dan basa lemah.
1. pH Basa Kuat

20

= 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutandari konsentrasi basanya.Untuk
menentukan pH basa-basa kuat (alpha

Contoh:
a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M !
b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0.01 M !
Jawab:
K+(aq) + OH-(aq)a. KOH(aq) --[OH-(] = [KOH] = 0.1 = 10-1 M
pOH = - log 10-1 = 1
pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13
Ca2+(aq) + 2 OH- (aq)b. Ca(OH)2(aq)---[OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0.01 = 2.10-2 M
pOH = - log 2.10-2 = 2 - log 2
pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2

2. pH Basa Lemah
Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya alpha=1, maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH- digunakan rumus:
[OH-] = V.(Cb . Kb)

21

dimana:
Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya =
10-5 M
Jawab:
Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M[OH-] = V(
pOH = - log 10-4 = 4
pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10
Larutan Buffer
Larutan buffer adalah:
a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.
Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.

22

C.CARA MENGHITUNG LARUTAN BUFFER


1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
[H+] = Ka. Ca/Cg
pH = pKa + log Ca/Cg
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol
natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab:
Ca = 0.01 mol/liter = 10-2M
Cg = 0.10 mol/liter = 10-1 M
pH= pKa + log Cg/Ca = -log 10-5 + log-1/log-2 = 5 + 1 = 6
2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb . Cb/Cg
pOH = pKb + log Cg/Cb
dimana:
Cb = konsentrasi base lemah

23

Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol
HCl ! (Kb=10-5)
Jawab:
NH4Cl(aq) + H2O(l)NH4OH(aq) + HCl(aq)
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan
membentuk Larutan buffer.
Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

Hidrolisis
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU :
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4
dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7
(bersifatnetral).

24

2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl,
AgNO3 danlain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).

3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK,
NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).

4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya
CH3COONH4,
Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb.

Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah


Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan persamaan:
Kh . Cg[H+] =
dimana :
Kh = Kw/Kb
Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
pH = 1/2 (pKW - pKb - log Cg)
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.1 M NH4Cl ! (Kb = 10-5)

25

Jawab:
NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung.
pH = 1/2 (pKw - pKb - log Cg)
= 1/2 (-log 10-14 + log 10-5 log 10-2)
= 1/2 (14 - 5 + 1)
= 1/2 x 10
=5
Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah
Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan
digunakan persamaan:
[OH-] = V (Kh . Cg)
dimana:
Kh = Kw/Ka
Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
pH = 1/2 (pKw + pKa + logCg)
Contoh:
Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (Ka
= 10-5).
Jawab:
CH3COONa + H2ONaOH + CH3COOH
- mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol
- mol CH3COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol

26

Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka
tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH3COONa) yang terbentuk.
- mol CH3COONa = 0.002 mol (lihat reaksi)
- Cg = 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10-2M
- Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan
basa kuat), besarnya:
pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg)
= 1/2 (14 + 5 + log 10-2)
= 1/2 (19 - 2)
= 8.5

27

DAFTAR PUSTAKA

Zulfikar . chem.-is-try.org . 16 oktober 2010 .


Arrhenius . chem-is-try.org . 18 april 2009 .
David , Sahri . larutan elektrolit dan larutan non elektrolit . 22 januari 2010 .
Ratna . chem-is-try.org . 16 april 2009 .

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Penyederhanaan Diagram Kotak
    Penyederhanaan Diagram Kotak
    Dokumen16 halaman
    Penyederhanaan Diagram Kotak
    Wahyu Eko Bawono
    100% (1)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen38 halaman
    Bab 1
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • BabIV Sistem Mekanik
    BabIV Sistem Mekanik
    Dokumen14 halaman
    BabIV Sistem Mekanik
    Rafiq Asono
    Belum ada peringkat
  • M 3
    M 3
    Dokumen7 halaman
    M 3
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • Penyederhanaan Diagram Kotak
    Penyederhanaan Diagram Kotak
    Dokumen16 halaman
    Penyederhanaan Diagram Kotak
    Wahyu Eko Bawono
    100% (1)
  • BabIV Sistem Mekanik
    BabIV Sistem Mekanik
    Dokumen14 halaman
    BabIV Sistem Mekanik
    Rafiq Asono
    Belum ada peringkat
  • SISTEM PENGATURAN
    SISTEM PENGATURAN
    Dokumen67 halaman
    SISTEM PENGATURAN
    Abdul Arifin
    67% (3)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen38 halaman
    Bab 1
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • Bab1 Pengantar Mekatronika
    Bab1 Pengantar Mekatronika
    Dokumen9 halaman
    Bab1 Pengantar Mekatronika
    Taufiq Akbar
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • Diktat Material Teknik: Bab Iii Besi Cor (Cast Iron)
    Diktat Material Teknik: Bab Iii Besi Cor (Cast Iron)
    Dokumen6 halaman
    Diktat Material Teknik: Bab Iii Besi Cor (Cast Iron)
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • Data Akusisi PDF
    Data Akusisi PDF
    Dokumen20 halaman
    Data Akusisi PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • AKTUATOR
    AKTUATOR
    Dokumen20 halaman
    AKTUATOR
    Angga Prasetya Kusumanata
    Belum ada peringkat
  • Data Akusisi PDF
    Data Akusisi PDF
    Dokumen20 halaman
    Data Akusisi PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • Data Akusisi PDF
    Data Akusisi PDF
    Dokumen20 halaman
    Data Akusisi PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • s2 PDF
    s2 PDF
    Dokumen12 halaman
    s2 PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • s2 PDF
    s2 PDF
    Dokumen12 halaman
    s2 PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • s2 PDF
    s2 PDF
    Dokumen12 halaman
    s2 PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • s2 PDF
    s2 PDF
    Dokumen12 halaman
    s2 PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat
  • s2 PDF
    s2 PDF
    Dokumen12 halaman
    s2 PDF
    Abdul Arifin
    Belum ada peringkat