Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul KECEPATAN REAKSI dan
LARUTAN ELEKTROLIT
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
i
2
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................
ii
BAB 1
A. Konsentrasi .........................................................................................
C. Suhu ...................................................................................................
D. Katalisator ..........................................................................................
10
11
13
15
LARUTAN . ..............................................................................................
16
16
16
23
28
BAB 2
BAB 3
BAB 4
ii
3
BAB 1
KECEPATAN REAKSI
Dalam kehidupan sehari-hari segala sesuatu yang berubah selalu menjadi
pertanyaan kapan perubahan itu selesai, jika tidak tentu pertanyaan selanjutnya muncul
berapa kecepatan perubahan. Kita ambil contoh lain, misalnya jika kita mengendarai
mobil dari kota Jember ke kota Surabaya yang berjarak 200 km. Jika kita tahu waktu
yang dibutuhkan misalnya 4 jam, maka kita mengetahui kecepatan rata-rata, atau
sebaliknya jika kita mengetahui kecepatan rata-rata, kita dapat memprediksi waktu yang
dibutuhkan.
Informasi tentang kecepatan berlangsungnya suatu reaksi amat penting diketahui,
misalnya bagi industri dapat memprediksi jumlah produk, lama waktu produksi dan
mungkin sampai dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam sebuah pabrik.
Untuk meninjau kecepatan reaksi, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana suatu reaksi
berlangsung.
Reaksi berlangsung karena adanya partikel-partikel, atom atau molekul yang
bertumbukan dan tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan
energi yang cukup yang dapat menghasilkan reaksi. Energi tersebut dikenal dengan
Energi aktifasi dan didefinisikan sebagai energi kinetik minimum yang harus dimiliki
atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam
Hubungannya dengan energi atau H, maka enegi aktifasi bukan bagian dari energi
tersebut seperti dapat kita lihat pada dua jenis reaksi eksoterm dan endoterm pada
Gambar 10.1.
Gambar 10.1. Besarnya Energi aktifasi dalam reaksi eksoterm dan endoterm
Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
AB
Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk. Selama reaksi
berjalan, secara perlahan-lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau bertambah.
Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.2. Untuk lebih mudah memahami
perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
AB
Gambar 10.2. Perubahan konsentrasi zat A dan meningkatnya konsentrasi dalam selang
waktu
Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk.
Selama reaksi berjalan, secara perlahan-lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau
bertambah. Secara grafik dapat kita sederhanakan pada Gambar 10.3. Sehingga kita dapat
katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam selang
waktu tertentu, dengan persamaan :
Gambar 10.3. Perubahan konsentrasi zat A dan meningkatnya konsentrasi dalam selang
waktu.
Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan konsentrasi B, yaitu bertambahnya
konsentrasi zat B dalam selang waktu tertentu. Jika kita rumuskan :
Untuk reaksi: aA + bB mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:
1 (dA)
1 d(B)
1 d(M)
1 d(N)
V=
-------- =
------- = - ------- = +
---------+
a dt
b dt
m dt
n dt
dimana:
- 1/a . d(A) /dt = rA
- 1/b . d(B) /dt = rB
- 1/m . d(M)
/dt
= rM
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar.
Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang
pula kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.
Abstract
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar terus mengalami peningkatan di dunia,
khususnya di Indonesia. Penggunaan etanol untuk bahan bakar dapat menurunkan
ketergantungan terhadap minyak luar negeri, mengurangi polusi udara, dan mengurangi
dampak pemanasan global. Secara umum produksi bioetanol meliputi tiga proses yaitu
hidrolisis, fermentasi dan pemurnian hasil. Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu
terhadap kinetika reaksi hidrolisis tongkol jagung dengan katalisator asam sulfat encer.
Variabel suhu yang diteliti antara 433 493 K. Model kinetika homogen dipilih untuk
mempelajari kinetikanya. Percobaan dilakukan dengan memasukkan 1 L larutan asam
sulfat 0,18 N dan 300 g tongkol jagung ke dalam autoclave. Ketika mencapai suhu 373 K
diambil sebagai waktu 0 menit dan sampel diambil kira-kira 6 ml. Setelah mencapai suhu
yang diinginkan, suhu dijaga konstan. Selama proses, setiap 5 menit temperatur dicatat
dan diambil sampelnya. Kemudian konsentrasi gula dalam sampel dianalisis dengan
metode Fehling. Percobaan dijalankan pada variabel suhu. Percobaan menghasilkan data
suhu dan konsentrasi gula pada berbagai waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kinetika reaksi hidrolisis dapat didekati dengan model homogen orde dua semu. Pengaruh
suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius, dengan nilai k
sebesar 1.3987.10-3, 2.1658.10-3, 3.6974.10-3, and 5.8996.10-3 L/(mol.menit) untuk
masing-masing suhu 433, 453, 473, and 493 K.
BAB 2
Reaksi
antara
senyawa
kovalen
umumnya
berlangsung
lambat.
Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi
untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang
bereaksi.
Contoh:
CH4(g)
Cl2(g)
CH3Cl(g)
HCl(g)
Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi
misalnya cahaya matahari.
C. SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah
sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea.
Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau
dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara
nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT
dimana:
D. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis
akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi)
dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap
reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yg sama
reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
BAB 3
LARUTAN ELEKTROLIT
10
LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan ini dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Tidak hanya padatan, gas juga dapat
pula dilarutkan dalam cairan, contohnya saja karbon dioksida atau oksigen dalam air.
Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain.
Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Svante
Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit pada tahun
1884 yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia hampir saja tidak
diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena mengungkapkan teori
ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel
bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah
muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion
dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya
gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang
11
bermuatan (kation dan anion). Larutan ini dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa
yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai
ikatan kovalen polar)
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia
mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal
ia hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena
mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke
dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif
dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas
mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut
larutan elektrolit. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau
timbulnya gelembun gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel
yang bermuatan (kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael
Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan
terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena
ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada
laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2eA. LARUTAN ELEKROLIT KUAT dan LARUTAN ELEKTROLIT LEMAH
12
Larutan elektrolit terbagi menjadi 2 macam, yaitu elektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah.
Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion
(terionisasi sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka
daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak
panah satu arah ke kanan.
Contoh :
NaCl(s) Na+ (aq) + Cl- (aq)
13
Contoh :
CH3COOH(aq) CH3COO- (aq) + H+ (aq)
14
BAB 4
LARUTAN
15
A . Jenis-jenis larutan
B. LARUTAN ASAM-BASA
a. MENURUT ARRHENIUS
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
1) HCl(aq)--- H+ (aq) + Cl-(aq)
Na+ (aq) + OH-(aq)2) NaOH(aq) ---
b. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.
Contoh:
H3O+(aq) + A-(aq)1) HA(aq) + H2O(l) --asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HA dengan A- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
16
c. Lewis
Asam adalah aseptor pasangan elektron dan Basa adalah donor pasangan elektron
Contoh:
BF3 + NH3 ------ BF3NH3
basa asam
Kesetimbangan Disosiasi
LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua
macam, yaitu
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
17
1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ionion (alpha =1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti :
HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti:
NaOH, KOH,Ca(OH) 2, Ba(OH) 2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti:
NaCl, KI, Al2(SO4) 3 dan lain-lain
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH) 2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat
18
19
20
= 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutandari konsentrasi basanya.Untuk
menentukan pH basa-basa kuat (alpha
Contoh:
a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M !
b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0.01 M !
Jawab:
K+(aq) + OH-(aq)a. KOH(aq) --[OH-(] = [KOH] = 0.1 = 10-1 M
pOH = - log 10-1 = 1
pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13
Ca2+(aq) + 2 OH- (aq)b. Ca(OH)2(aq)---[OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0.01 = 2.10-2 M
pOH = - log 2.10-2 = 2 - log 2
pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2
2. pH Basa Lemah
Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya alpha=1, maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH- digunakan rumus:
[OH-] = V.(Cb . Kb)
21
dimana:
Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya =
10-5 M
Jawab:
Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M[OH-] = V(
pOH = - log 10-4 = 4
pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10
Larutan Buffer
Larutan buffer adalah:
a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.
Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
22
23
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol
HCl ! (Kb=10-5)
Jawab:
NH4Cl(aq) + H2O(l)NH4OH(aq) + HCl(aq)
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan
membentuk Larutan buffer.
Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9
Hidrolisis
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU :
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4
dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7
(bersifatnetral).
24
2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl,
AgNO3 danlain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).
3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK,
NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).
4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya
CH3COONH4,
Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb.
25
Jawab:
NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung.
pH = 1/2 (pKw - pKb - log Cg)
= 1/2 (-log 10-14 + log 10-5 log 10-2)
= 1/2 (14 - 5 + 1)
= 1/2 x 10
=5
Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah
Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan
digunakan persamaan:
[OH-] = V (Kh . Cg)
dimana:
Kh = Kw/Ka
Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
pH = 1/2 (pKw + pKa + logCg)
Contoh:
Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (Ka
= 10-5).
Jawab:
CH3COONa + H2ONaOH + CH3COOH
- mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol
- mol CH3COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol
26
Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka
tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH3COONa) yang terbentuk.
- mol CH3COONa = 0.002 mol (lihat reaksi)
- Cg = 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10-2M
- Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan
basa kuat), besarnya:
pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg)
= 1/2 (14 + 5 + log 10-2)
= 1/2 (19 - 2)
= 8.5
27
DAFTAR PUSTAKA
28