Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering ditemukan

(1).

Diperkirakan bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun penderita mioma uteri
walaupun tidak disertai gejala-gejala atau sekitar 20-25% terdapat pada wanita usia
reproduktif dan 3-9 kali lebih banyak terdapat pada wanita berkulit hitam daripada
berkulit putih.(2,3) Mioma uteri berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Dalam berbagai literatur dikenal berbagai istilah seperti:
fibromioma, fibroid, leiomioma. Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti

(2,3)

Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche/pubertas dan dibawah pengaruh hormon.
Tapi dapat terjadi pada masa reproduktif. Mioma tidak pernah terjadi setelah
menopause bahkan yang telah ada pun biasanya mengecil bila mendekati masa
menopause

(2,3)

. Hanya sekitar 10 % saja mioma yang masih tumbuh. Jika mioma

bertambah besar pada masa menopause, harus dipikirkan adanya degenerasi maligna
(1)

.
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,4 11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat. Mioma uteri lebih sering didapatkan pada wanita nullipara
atau wanita yang kurang subur

(2)

. Jika mioma tumbuh secara mikroskopik dan

terisolasi, mioma biasanya multiple dan berukuran kurang dari 15 cm tapi dapat
mencapai ukuran yang sangat besar dengan berat 45 kg (100 pon). Jarang ditemukan
1 mioma dalam satu uterus, pernah ditemukan mioma dengan 200 sarang mioma
dalam satu uterus. Walaupun biasanya asimptomatik, myoma banyak menimbulkan
problema diantaranya metrorraghia dan menorrhagia, rasa sakit, bahkan infertilitas (3).
Perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk
dilakukan histerektomi di USA (3).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos dan

jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma,
leiomioma, fibroid
besar (100 pon)
dapat

(1,3)

dilepaskan

(1,2,3)

. Dapat bersifat tunggal dan multiple dan mencapai ukuran

. Konsistensinya keras dengan batas kapsul yang jelas sehingga


dari

sekitarnya.

Penampangnya

berbentuk

whorl

like

trabeculation yang khas seperti konde (3,7).


2.2

Epidemiologi
Mioma paling banyak ditemukan pada usia 35-45 tahun (25%). Jarang sekali

ditemukan pada wanita berumur < 20 tahun. Mioma uteri lebih sering didapati pada
wanita nullipara atau yang kurang subur dan pada wanita berkulit hitam. Faktor
keturunan juga memegang peranan. Setelah menopause hanya kira-kira 10% yang
masih tumbuh (2,3).
2.3

Klasifikasi

Menurut posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi menjadi 3


jenis(1,2,3,4):
-

mioma submukosa

mioma intramural/interstitial

mioma subserosa/subperitoneal.

Myoma Sub Mukosa (1,2,3)


Tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam cavum uteri.
Sering juga tumbuh bertangkai yang panjang dan menonjol melalui serviks menuju
vagina sehingga dapat terlihat secara inspekulo dan disebut sebagai Miom Geburt.
Miom pada cervix dapat menonjol ke dalam saluran cervix sehingga OUE berbentuk
bulan sabit.
Karena tumbuh di bawah endometrium dan di endometriumlah perdarahan
uterus yang paling banyak sehingga miom submukosa ini paling sering
mengakibatkan perdarahan uteri yang banyak dan ireguler (menometrorhagia).
Akibatnya diperlukan tindakan histerektomi pada kasus mioma dengan perdarahan
yang sangat banyak walaupun ukurannya kecil.
Mioma submukosa yang bertangkai sering terinfeksi (ulserasi) dan mengalami
torsi (terpelintir) ataupun menjadi nekrosis dan apabila hal ini terjadi maka kondisi ini
yang menjadi perhatian utama daripada mengatasi mioma itu sendiri (sindrom ini
mirip akut abdomen).
Kemungkinan terjadi degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis mioma
submukosa ini. Adanya mioma submukosa dirasakan sebagai suatu Curet Bump
(benjolan saat dilakukan kuretase).
Myoma intramural atau Interstitial (1,2,3)
Tumbuh di dinding uterus di antara serabut miometrium. Ukuran dan
kosistensinya bervariasi, kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran
uterus dan berbenjol-benjol.

Myoma Subserosa atau Subperitoneal


Tumbuh di bawah tunika serosa (tumbuh keluar dinding uterus) sehingga
menonjol keluar pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma jenis ini dapat
juga bertangkai yang jika mendapat perdarahan extrauterin dari pembuluh darah
omentum,

maka

tangkai

dapat

atrofi

dan

diserap

sehingga

menjadi

wandering/parasitic myoma.
Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan
perdarahan intra abdominal. Malah mioma subserosa ini juga dapat tumbuh di antara
2 lapisan peritoneal dari ligamentum latum menjadi myom intraligamenter yang
dapat menekan ureter dan A. Iliaca, sehingga menimbulkan gangguan miksi dan rasa
nyeri.

2.4

Patogenesis
Penyebab utama mioma uteri tidak diketahui. Ada bukti bahwa mioma berasal

dari sel-sel miometrium yang bermutasi dan kehilangan pembatasan pertumbuhan.


Secara progresif mioma uteri dapat tumbuh sel-sel genetik yang abnormal. Bukti lain
bahwa setiap sel mioma adalah uniselular yang original (monoclonal) dari penelitian
G6PD. Hal ini seuai dngan teori Meyer dan De Snoo bahwa asal sel mioma adalah sel
imatur, bukan dari sel otot yang matur (teori cell nest) (2,3).

Belum ada bukti bahwa estrogen menyebabkan mioma uteri walaupun


estrogen jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma (menjadi lebih besar)

(2)

Hal ini juga sesuai dengan percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada
kelinci percobaan yang ternyata dapat menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen

(2)

. Efek fibromatosa ini dapat

dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron (2).


Sel-sel mioma mempunyai reseptor estrogen lebih banyak daripada sel-sel
miometrium normal dan ini sesuai dengan penelitian yang ditemukan oleh Puuka dan
kawan-kawan

(2,3)

. Tapi, sel-sel mioma yang tumbuh di endometrium mempunyai

reseptor estrogen yang lebih rendah. Sel-sel mioma tidak mempunyai reseptor
progesteron (3).
Hipotesis yang menyatakan HGH (Human Growth Hormon) berhubungn
dengan pertumbuhan mioma telah secara luas dibuktikan tidak berhubungan dengan
penelitian radioimmunoassay dari HGH pada wanita hamil dan wanita yang
menggunakan estrogen. Tapi, terdapat spekulasi bahwa pertumbuhan mioma pada
kehamilan berhubungan sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL (Human
Placental Lactogen) (3).
2.5

Patologi Anatomi
Mioma uteri biasanya multiple, terpisah dan sferis atau berlobulasi yang tidak

teratur. Walaupun mioma mempunyai pseudokapsul, mioma ini dapat jelas dibedakan
dari miometrium yang normal dan dapat di-enukleasi secara mudah dari jaringan
sekitarnya (1,2,3).
Secara makroskopik pada potongan melintang, mioma itu berwarna lebih
pucat, bulat, licin dan biasanya padat dan jika mioma yang baru saja diangkat tersebut
dibelah maka permukaan tumor akan terpisah dan mudah dibedakan dari
pseudokapsulnya (3).

Secara mikroskopik, mioma uteri terdiri dari berkas otot polos dan jaringan
ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like appearance). Sel-sel
individual berbentuk spindle, nuklei yang elongasi dan sel-selnya berukuran sama
besar (1,2,3).
2.6

Perubahan Sekunder pada Mioma


Hal ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan terbagi menjadi 2 bagian

besar :
1. Degenerasi jInak, yang terbagi lagi menjadi 7, yaitu (1,2,3):
a. Atrofi
Tanda dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran
mioma yang mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena mioma
telah menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen dimana
tumor ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna kuning, lembut bahkan
seperti

gel/agar-agar bergelatin.
c. Degenerasi Kistik (likuifikasi)
Merupakan kelanjutan dari degenerasi kistik sehingga seluruh tumor mencair

seolah- olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium. Stress fisik dapat
menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan evakuasi isi cairan tersebut
ke dalam uterus, rongga peritoneum dan reroperitoneal. Dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d. Kalsifikasi (degenerasi membatu)

Mioma jenis subserosa yang tersering mengalami kalsifikasi ini karena


sirkulasi darah yang terganggu dan terutama pada wanita lanjut usia. Hal ini terjadi
karena presipitasi CaCO3 (kalsium karbonat) dan fosfat sebagai kelanjutan dari
sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengnan Roentgen dapat teerlihat dengan jelas
(opak) dan dikenal sebagai Womb Stone.
e. Septik atau infeksi dan supurasi.
Sirkulasi yang tidak adekuat menyebabkan nekrosis sentralis dari tumor yang
kemudian terinfeksi terutama terjadi pada jenis submukosa akibat adanya ilserasi. Hal
ini menyebabkan nyeri perut bawah yang akut disertai demam.
f. Degenerasi merah ( Red or Carneous)
Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan
kongesti dengan perdarahan interstitial (nekrosis subakut) sehingga pada irisan
melintang tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan
pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika degenerasi merah ini
terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi miometrium. Degenerasi merah ini
merupakan degenerasi dan infark yang antiseptik. Biasanya pada degenerasi merah
juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri.
g. Degenerasi lemak ( myxomatous or fatty)
Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan adalah kelanjutan
dari degenerasi hialin dan kistik.
2.7

Gejala-gejala Mioma Uteri


Hanya terjadi pada 35-50% pasien dengan mioma uteri (3). Malah kebanyakan

mioma uteri ini tidak memberikan gejala (kebetulan ditemukan) dan bahkan mioma
yang sangat besarnya tidak dapat terdeteksi terutama pada pasien yang gemuk

(2,3)

Gejala mioma uteri tergantung dari

(1,2,3)

: Jenis mioma (submukosa, intramural,

subserosa), Besarnya mioma, Lokasi mioma, Perubahan dan komplikasi yang


menyertainya.
Gejala-gejala mioma uteri sbb : Perdarahan (menometrorhagia, dismenore),
Nyeri, Akibat tekanan (pressure effect), Tumor / massa di perut bawah, Gejala-gejala
sekunder, Infertilitas, Abortus spontan.
Perdarahan
Merupakan gejala yang tersering (30%). Biasanya dalam bentuk menorhagia,
metrorhagia, dysmenore

(1,2,3)

. Jenis mioma yang sering menyebabkan perdarahan

adalah myoma submukosa (2,3). Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain adalah(2) :
a.

Pengaruh

ovarium

sehingga

terjadi

hiperplasia

endometrium

sampai

adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium diatas miom submukosa
c. Atrofi endometrium diatas miom submukosa
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di
antara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
Jenis mioma yang sering menyebabkan perdarahan adalah mioma submukosa
akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Mioma intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan karena ada gangguan kontraksi otot uterus. Perdarahan oleh
mioma dapat menimbulkan anemia yang berat.
Nyeri

Gejala ini tidak khas untuk myoma

(1,2,3)

. Nyeri timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada mioma, infeksi, nekrosis, torsi mioma yang bertangkai atau
kontraksi mioma subserosa dari cavum uteri

(1,2,3)

. Rasa nyeri yang diakibatkan infark

dari torsi atau degenerasi merah dapat menyerupai akut abdomen (disertai mualmuntah)(1,3).
Mioma yang sangat besar menyebabkan sensasi berat (penuh) pada daerah
panggul

(3)

. Punggung yang pegal atau sakit adalah gejala yang umum karena

penekanan terhadap saraf yang menjalar ke punggung, pinggang dan tungkai bawah
(1,3)

. Miom Geburt dapat menyebabkan kanalis servikalis menjadi sempit sehingga

menyebabkan dismenorrhe.
Akibat tekanan
Menimbulkan kerentanan kandung kemih, polakisuria dan disuria. Bila uretra
tertekan dapat menyebabkan retensi urin yang bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rektum tidak begitu besar, kadang-kadang
menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang sakit pada waktu defekasi.
Bila terjadi tekanan pada vena kava akan terjadi oedem tungkai bawah.
Mioma pada cervix dapat menyebabkan sekret vagina yang serosanguineus,
perdarahan vaginal, dyspareunia dan infertilitas.
Gejala Sekunder
Akibat perdarahan yang hebat :

Anemia

Lemah

Pusing

10

Infertilitas
Mioma yang menyebabkan infertilitas primer hanya 2-10% dari pasien. Jenis
mioma yang berhubungan dengan infertilitas adalah mioma submukosa yang
bertangkai dan mioma yang terletak di dekat cornu.
Infertilitas sekunder yang disebabkan mioma dikarenakan distorsi dari kavitas
uterus, sarang mioma menutup atau menekan pars interstialis dan perdarahan uteri
abnormal. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertlitas tsb maka merupakan
indikasi untuk dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan hamil.
Angka kehamilan setelah miomektomi berkisar 25-40%.
Abortus spontan
Insidens abortus spontan yang berhubungan sekunder dengan myoma tidak
diketahui tapi insidens ini 2x lebih banyak daripada kehamilan normal. Contohnya,
kejadian abortus spontan sebelum myomectomi kira-kira 40% dan sesudah
miomektomi kira-kira 20%.
2.8

Pemeriksaan Fisik Pada Mioma Uteri


Mioma dapat secara mudah ditemukan dengan pemeriksaan rutin bimanual

dari uterus ataupun kadang-kadang dengan palpasi pada abdomen bawah.


Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat, keras, teraba berbenjolbenjol, gerakan bebas tidak sakit, umumnya terletak di garis tengah atau agak
kesamping dan harus dipastikan bahwa tumor merupakan bagian dari rahim (1,2,3).
Myoma submukosum kadang dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam
canalis cervicalis dan terasanya benjolan pada permukaan cavum uteri

(1)

. Dengan

sondase, cavum uteri menjadi luas dan tidak rata yang terutama terdapat pada myoma
intramural (1,2).

11

Retroflexi uterus dan retroversi mungkin menyulitkan pemeriksaan diagnosis


fisis walaupun tumor merupakan suatu myoma yang berukuran sedang (3). Apabila
servix ditarik keatas dan ke belakang simfisis, biasanya ditemukan suatu jaringan
fibroid yang besar(3). USG pelvic umumnya dapat membantu diagnosis dan
menyingkirkan kehamilan sebagai pembesaran hamil(3).
2.9

Pencitraan Pada Myoma Uteri


USG pelvic merupakan pemeriksaan pencitraan yang paling utama pada kasus

myoma tapi bukan berarti USG pelvis merupakan pengganti pemeriksaan bimanual
dari uterus dan pemeriksaan abdomen(3). Leiomyoma yang besar terlihat sebagai
massa jaringan yang lunak pada rontgen abdomen bawah dan pelvis terutama akan
memberikan diagnosis yang kuat bila myoma mengalami kalsifikasi (gambaran
rontgen pada kasus ini radioopak)

(2,3).

MRI (Magnetic Resonace Imaging) sangat

tinggi akurasinya dalam menunjukkan jumlah, besar dan lokasi leiomyoma (3).

2.10

Penemuan Laboratorium Pada Mioma Uteri


Anemia merupakan tanda umum dari mioma uteri. Anemia ini terjadi karena

perdarahan uteri yang banyak dan penurunan kadar zat besi

(3)

. Kadang-kadang

didapatkan eritrositosis pada pasien.

12

Hematokrit akan menjadi normal setelah rahim diangkat dan terjadi


peningkatan eritropoetin (3).
Leukositosis, panas dan kenaikan sedimentasi mungkin timbul bila terdapat
degenerasi atau infeksi akut pada mioma (3).
2.11

Pemeriksaan Khusus Pada Mioma Uteri


Histeroskopi mungkin dapat digunakan dalam identifikasi dan juga untuk

mengangkat mioma submukosa (1,3).


Histeroskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan histeroskop, yang
merupakan teleskop kecil yang dimasukkan kedalam cervix sampai ke uterus.
Histeroskop modern bisa sangat kecil sehingga dapat mencapai servix dengan dilatasi
minimal atau tanpa dilatasi

(6)

. Dengan histeroskop kita dapat melihat myoma, polip,

dan masalah lain yang dapat menyebabkan perdarahan (6).

2.12

Diagnosis Banding Mioma Uteri


Pada myoma subserosa, diagnosa bandingnya adalah:

a. Massa solid lain seperti tumor ovarium yang solid, tumor dermoid, limphoma,
limphosarkoma (7)
b. Kehamilan uterus gravidus (1,2,3).

13

Pada mioma intramural, diagnosa bandingnya adalah


a. Adenomiosis
b. Khoriokarsinoma
c. Karsinoma korporis uteri, atau Sarkoma uteri.
2.13

Penatalaksanaan Pada Mioma Uteri


Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan,

keinginan untuk memiliki keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran,
lokasi serta jenis mioma itu sendiri (3).
A.

Konservatif dengan pemeriksaan periodik


Tidak semua mioma memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma

tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun terutama bila mioma
masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Walaupun demikian mioma memerlukan
pengamatan setip 3-6 bulan.
Pada wanita menopause mioma biasanya tidak menimbulkan keluhan (1,2,3).
Bahkan pertumbuhannya dapat menjadi terhenti bahkan lisut

(2)

. Perlu diingat bahwa

penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat

(2)

. Bila

didapatkan pembesaran mioma pada wanita menopause maka harus dicurigai


kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total
(1,2,3)

B.

Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadrotropin Releasing


Hormon Agonis)
Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas sel-sel otot yang

diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen(2). Pemberian GnRH dapat selama 16 minggu

14

pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil
(2,5)

. Karena itu GnRH berguna mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid

submucous yang malah dapat memperberat perdarahan).


GnRH dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam
dibawah kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh
sehingga myom dapat mengecil(6).
Menurut literatur terakhir, pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan
miomektomi lebih sulit

(3)

.Pemakaian GnRHa hanya boleh digunakan sementara

karena GnRH menyebabkan menopause yang palsu

(3)

. Bila pemakaian GnRH

dihentikan maka mioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen
karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi.(2,5)
C.

Pengobatan Operatif

Ada 4 dasar pengobatan operatif untuk myoma, yaitu (6) :


1.

Miomektomi
Tindakan bedah dimana pengambilan myom melalui laparatomi atau

laparoskopi tergantung ukuran, jumlah dan lokasi myom (6). Dilakukan pengambilan
sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.(2) Miomektomi dilakukan bila masih
menginginkan keturunan, syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk
menghilangkan kemungkinan keganasan.(1) Miomektomi berhasil untuk mengontrol
perdarahan kronik akibat mioma.(3)
2.

Histeroskopi
Menggunakan pipa panjang dengan kamera, dimasukkan kedalam vagina dan

uterus untuk melihat myom, kemudian myom di potong dan di buang. Teknik ini

15

tidak dapat dilakukan pada myoma yang terdapat di dalam dinding uterus atau pada
myoma yang bertangkai (6).
3.

Miolisis
Merupakan teknik operasi terbaru di Amerika, dengan menggunakan jarum

elektrik yang dimasukkan kedalam myom pada saat laparoskopi, yang dapat
menghentikan peredaran darah ke myom sehingga myom mengecil(6).
4.

Histerektomi
Merupakan teknik operasi untuk mengangkat / membuang uterus. Teknik ini

merupakan cara yang terbaik untuk menyembuhkan mioma uteri, biasanya dilakukan
pada wanita dengan mioma yang besar, dan multipel, perdarahan yang banyak,
menjelang / sudah menopause dan tidak menginginkan anak(6).
Kerugian miomektomi adalah(1) :
a. Melemahkan dinding uterus hingga dapat terjadi ruptur uteri saat hamil
b. Menyebabkan perlekatan
c. Residif
Histerektomi

masih

diperlukan

oleh

25-35%

penderita

tersebut.(2)

Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya adalah tindakan terpilih.(2)


Histerektomi secara umum dilakukan pada mioma yang besar dan multipel.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya
karsinoma servix uteri. Histerektomi supravaginal (subtotal) hanya dilakukan apabila
teerdapat kesukaran dalam melakukan histerektomi total dan harus dilakukan Paps
Smear setiap tahun sekali. Pada wanita yang belum menopause sebaiknya
ditinggalkan 1 atau kedua ovarium untuk : a. Menjaga agar jangan terjadi menopause
sebelum waktunya; b. Mencegah penyakit jantung koroner atau aterosklerosis umum.

16

D. Radioterapi
Tindakan ini agar ovarium tidak lagi berfungsi sehingga penderita mengalami
menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan.(1,2) Syarat-syarat
dilakukan radioterapi adalah

(1)

: Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat

dioperasi (bad risk patient); Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan; Bukan
jenis submukosa; Tidak disertai radang pelvik; Tidak dilakukan pada wanita muda
sebab dapat menyebabkan menopause; Tidak ada keganasan uterus.
Sedapatnya diambil sikap konservatif karena miomektomi pada kehamilan
sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa dilakukan bila ada penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan
lahir dilakukan SC disusul dengan histerektomi. Bila akan

dilakukan enukleasi

ditunda sampai sesudah nifas.

E. Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Mioma Uteri

17

Merupakan teknik terbaru yang sudah diterapkan di negara-negara maju, yaitu


dengan cara menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor
menyusut. Cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel akecil
melalui kateter kedalam arteri uterina yang juga memperdarahi mioma. Darah akan
membawa partikel tersebut sampai menyumbat cabang arteri dan menghambat
peredaran darah ke mioma secara permanen. Akibat adanya emboli dari partikel
tersebut, mioma akan menyusut dan kemudian mengecil. Teknik ini memiliki
beberapa keuntungan antara lain, tidak ada insisi, waktu penyembuhan lebih singkat
dan resiko perdarahan lebih kecil. Syarat melakukan Embolisasi arteri uterina adalah
penderita yang mengalami perdarahan hebat, mioma uteri yang menekan rektum dan
kandung kemih, pasien yang menolak histerektomi dan tidak ingin punya anak lagi.
(7,8)

2.14 Mioma uteri dan kehamilan


Pengaruh mioma pada kehamilan adalah(1,2) :
1. Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya
pada miom submukosum.
2. Dapat menimbulkan kelainan letak dan prewsentasi.
3. Dapat menyebabkan plesenta previa dan plasenta akreta.
4. Dapat menyebabkan inersia uteri ataupun atonia uteri akibat gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
5. Jika letaknya dekat cervix dapat menghalangi jalan lahir.
6. Dapat menekan vesika urinaria sehingga terjadi retensi uri.
7. Jika menekan rektum dapat terjadi konstipasi.

18

2.15 Prognosis Myoma Uteri


Histerektomi seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif dan
secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium maka
diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut. (3)
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :

(1,2,7)

Mioma membesar pada bulan-

bulan pertama kehamilan karena pengaruh estrogen yang meningkat; Dapat terjadi
degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas yang kadang-kadang
memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada
kehamilan sangat berbahaya, disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat
juga menimbulkan abortus. (1,2) Operasi terpaksa dilakukan jika ada penyulit-penyulit
yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar.

(1)

Jika mioma

menghalangi jalan lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi, tetapi


bila akan dilakukan enukleasi (miomektomi) lebih baik ditunda sampai sesudah masa
nifas (12 minggu setelah melahirkan). (1,3)
Histerektomi seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif dan
secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium maka
diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.

19

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS
Nama

: Ny. I

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 46 Tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Padang Luar, Bukit Tinggi

MR

: 38 57 86

20

ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 46 tahun datang ke Poliklinik Ginekologi RSAM,
Bukittinggi pada tanggal 27 September 2014 dengan :
Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 2 bulan yang lalu, warna
merah terang, mengalir, membasahi 2 kain sarung penuh.

Pasien tidak memiliki riwayat keluar darah diluar menstruasi .

Perut terasa bengkak, dimana bengkak ini dirasakan sejak 2 bulan yang lalu,
awalnya sebesar telur itik, sekarang sebesar kepalan tinju orang dewasa.

Keluar darah saat berhubungan suami istri (-)

Demam (-), trauma (-)

Keputihan (-)

Riwayat Menstruasi:
o Menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur 1x sebulan, lamanya 6
hari, banyaknya 3-4x ganti duk/hari, nyeri (+).

Riwayat melahirkan : SC 1x pada tahun 2000 atas indikasi janin letak lintang

BAB dan BAK lancar seperti biasa

Nafsu makan baik, Penurunan berat badan disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien menderita penyakit hipertensi

Pasien baru dikenal menderita DM (terkontrol insulin)

21

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.

Kedua orang tua pasien menderita hipertensi.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, DM, dan
keganasan.

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1x : tahun 1998, namun sekitar 10 tahun yang lalu
pasien bercerai.
Riwayat Kehamilan dan persalinan sebelumnya
1. Keguguran, gravid 3 bulan
2. Tahun 2000, laki-laki, 2750gr, 48cm, SC, hidup
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Pasien memakai kontrasepsi spiral sejak tahun 2000.
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien berobat ke bidan, dan disarankan oleh bidan untuk
melakukan pemeriksaan USG. Setelah melakukan USG di RS Yarsi kemudian pasien
berinisiatif sendiri untuk pergi berobat ke polikilinik RSAM pada tanggal 25 Agustus
2014 dengan membawa hasil USG. Dari hasil USG pasien didiagnosis Mioma Uteri
dan direncanakan untuk Operasi.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A.

Status Generalis
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Composmentis Cooperatif

Tanda Vital

22

o TD : 170/100 mmHg
o N : 86 x/menit
o RR : 20 x/menit
o S : afebris
Mata

: konjunctiva tidak anemis, sklera tak ikterik

Leher

: JVP 5 2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar

Jantung :
o Inspeksi

: iktus kordis tidak terlihat

o Palpasi

: iktus teraba 1 jari Linea Mid Clavikularis Sinistra RIC

V
o Perkusi

: batas jantung dalam batas normal

o Auskultasi : Irama teratur, bising (-)


Paru
o Inspeksi

: Simetris kiri = kanan

o Palpasi

: Fremitus kiri = kanan

o Perkusi

: Sonor

o Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan, wheezing (-), ronkhi (-)

B.

Abdomen

: Status Ginekologi

Genitalia

: Status Ginekologi

Ekstremitas

: Edema -/- , reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-

Status Ginekologi
Muka dan mammae: tanda-tanda hamil tidak ada
Abdomen :
Inspeksi

:tampak sedikit membuncit, tanda hamil (-), sikatrik (-)

Palpasi

:teraba massa berukuran 9x5x3 cm, permukaan rata,


konsistensi padat, bisa digerakkan, nyeri (-)

Perkusi

:pekak diatas massa

Auskultasi :bising usus (+) normal

23

Genitalia
Inspeksi

: U/V tenang, perdarahan pervaginam (+)

VT Bimanual:
- vagina : tumor (-)
- portio : sebesar jempol kaki dewasa
- cavum uteri : Antefleksi, sebesar kepala bayi
- Adneksa Parametrium : teraba pul bawah tumor
- Cavum douglas : tidak menonjol
Inspekulo

- vagina : tumor (-), laserasi (-), tidak tampak darah dan cairan
menumpuk pada forniks posterior
- portio : tumor (-), laserasi (-), tidak tampak darah dan cairan
menumpuk pada canalis cervikalis, OUE tertutup
IV. LABORATORIUM
Tanggal 27-9-2014
Hb

: 12,8 gr/dl

Ht

: 39,6%

Leukosit

: 7.500/mm3

Trombosit

: 562.000/mm3

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil USG

24

Kesan : uterus miomatosus ukuran 14,7x 5,5 x 8,5 cm.


VII. DIAGNOSIS
Mioma uteri + DM tipe 2 terkontrol insulin
VII. SIKAP

Kontrol KU, vital sign, PPV

Cek labor darah lengkap

Siapkan darah

VIII. RENCANA

Kuret PA

25

Laparatomi

Follow Up
Tanggal
Catatan Dokter
27/9/2014 D/ Mioma Uteri

Instruksi
Sikap
-observasi KU, VS, PPV
Rencana

28/9/2014 Kel : perut terasa bengkak, demam (-), nyeri (-)

- Laparatomi tgl 29-9-14


Sikap

PF :

- observasi KU, VS, PPV

KU : sedang/ CMC

- persiapan laparatomi

TD : 170/100 mmhg

Terapi

Nd : 82x/menit

- Nifedipin 1x1 tab

R : 20x/ menit

Rencana

- Laparatomi tgl 29-9-14

: Afebris

Abd : I : tampak buncit


Pa : teraba masa sebesar kepalan tinju orang
dewasa, permukaan rata, konsistensi padat
Pe : timpani
Aus : BU (+) N
Gen : V/U tenang, PPV (-)
Dx/ Mioma Uteri
29/9/2014 Kel : perut terasa bengkak, demam (-), nyeri (-)

Sikap

PF :

-observasi KU, VS,PPV

KU : sedang/ CMC

Terapi

TD : 170/100 mmhg

-Nifedipin 1x1mg

Nd : 82x/menit

Rencana : Laparatomi Hari

R : 20x/ menit

ini

S : Afebris
Abd : I : tampak buncit

26

Pa : teraba masa sebesar kepalan tinju orang


dewasa, permukaan rata, konsistensi padat
Pe : timpani
Aus : BU (+) N
Gen : V/U tenang, PPv (-)
Dx/ Mioma Uteri
08.00 WIB : Dilakukan laparatomi, setelah

Sikap

peritoneum terbuka tampak uterus lebih besar

- awasi KU, vital sign,

dari ukuran normal sebesar kepala bayi,

perdarahan

perlengketan ada ke omentum, dilakukan

Terapi

histerektomi total + salphingoovorektomi

- IVFD RL : D5 = 3x1

bilateral a.i mioma uteri. Jaringan di PA kan.

- inj. ceftriaxone 2x1 gr


- pronalges supp

30/9/2014 Kel : nyeri disekitar luka operasi (+), demam (-),

Sikap

BAK (+), BAB(-)

- kontrol KU, VS, PPV

PF :

- mobilisasi

KU : sedang/ CMC

- diet TKTP ML

TD : 110/70 mmhg
Nd : 80x/menit

Terapi

R : 20x/ menit

- inj. Ceftriaxone 2x1 gr

S : Afebris

- Sulfas Ferosus 1x1 tab

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

- Vit.C 1x1 tab

Abd :

- asam mefenamat 3x1 tab

I : tampak sedikit buncit, luka operasi tertutup

- Ranitidin 2x1 amp

perban

- Metronidazol infus 3x1

Pa : NT (+) disekitar lokasi luka operasi, NL (-),


DM (-)
Pe : timpani

27

Aus : BU (+) N
Gen : V/U tenang, PPv (-)
Labor 29-9-2014:
- Hb : 11,6g/dl
Ht : 36,2 %
- Leukosit : 18.290 / mm3
- Trombosit : 462.000/mm3
Dx/ post histerektomi total +
salphingoovorektomi bilateral Hari I

28

DISKUSI
Seorang pasien wanita usia 46 tahun datang ke Poliklinik Ginekologi RSAM,
Bukittinggi pada tanggal 27 September 2014 dengan keluhan utama Keluar darah dari
kemaluan sejak 2 bulan yang lalu. Pada pasien ini ditegakkan diagnosa mioma uteri
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis pasien mengeluh keluar darah yang banyak dari kemaluan
sejak 2 bulan yang lalu, warna merah kehitaman, mengalir, membasahi 2 kain sarung
penuh. Gejala klinis yang muncul pada kasus mioma uteri sangat tergantung pada
lokasi, besarnya miom dan perubahan-perubahan yang terjadi pada mioma tersebut,
dan salah satu gejala yang sering terjadi pada mioma uteri adalah perdarahan
pervaginam. Bisa dikatakan bahwa jenis dari mioma tersebut adalah submukosa atau
intramural sedangkan jenis subserosa dapat disingkirkan karena mioma subserosa
tidak mengalami perdarahan pervaginam, dan kalaupun ada biasanya bersamaan
dengan adanya adenokarsinoma polip. Selain itu mioma subserosa juga tidak terjadi
pembesaran uterus sedangkan perut pasien terasa bengkak, dimana bengkak ini
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, awalnya sebesar telur itik, sekarang sebesar
kepalan tinju orang dewasa. Dari pemeriksaan fisik, dengan inspeksi terlihat abdomen
agak membuncit, pada palpasi abdomen didapatkan teraba massa berukuran 9x5x3
cm, konsistensi padat, permukaan rata, , bisa digerakkan, nyeri (-) .
Faktor risiko yang sesuai dengan teori dan didapatkan pada pasien ini
hanyalah usia yang lebih dari 35 tahun, sedangkan untuk faktor risiko lainnya tidak
ditemukan pada pasien ini. Pemeriksaan penunjang yang utama adalah USG, Pada
pasien ini dilakukan USG dengan kesan mioma uteri dengan ukuran 14,7x 5,5 x 8,5
cm. Berdasarkan hasil tersebut pasien didiagnosa mioma uteri.
Penatalaksanaan diberikan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti
seberapa berat keluhan, faktor usia, keinginan untuk memiliki anak, KU dan
karakteristik mioma. Dikarenakan usia pasien 46 tahun dengan masa kesuburan yang

29

tidak lama lagi, jenis mioma adalah intramural dan sangat besar, sehingga sulit bila
hanya dilakukan miomektomi. Maka pada pasien ini dilakukan histerektomi.

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri Gineacologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung : Ginaecologi, Elstar Offset, Bandung, 6 : 154-163
2. Winkjosastro, Hanifa : Ilmu Kandungan, edisi ke 3, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997, 13 : 338-345
3. DeCherney, Alan H ; Current Obstetric & Gginecologic Diagnosis &
Treatment, 9th edition, International edition, 2003, 36 : 693-699
4. Cunningham, F Gary ; Mac Donald, Paul C ; Gant, Norman F : Obstetri
Williams, edisi 18, EGC, Th 1995
5. www.mayoclinic.com ; Uterine Fibroids 17 June 2005 ayo Foundation for
Medical Education and Research (MFMER)
6. www.obgyn.net ; FIBROIDS, Advanced Gynecology Solution by Paul D.
Indman, M.D. 2000
7. www.4woman.gov ; Uterine Fibroids, U.S Department of Health & Human
Services, September 2004
8. www.ifv.com ; Leiomyomas of the Uterus Fibriods Tumors, by Georgia
Reproductive Specialist, 2005

31

Anda mungkin juga menyukai