Disusun Oleh:
SYAIFI ABDURRAHMAN, S.Pd.
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
C. Batasan Masalah....................................................................................
C. Manajemen Perusahaan.........................................................................
10
16
17
ii
19
43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
50
B. Saran......................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
52
LAMPIRAN..............................................................................................................
53
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
28
43
47
49
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.
20
2.
20
3.
21
4.
22
5.
23
6.
24
7.
25
8.
26
9.
29
29
30
31
32
32
15. Tiga Segmen Crude Gas Bend Bagian II yang Sama .........................................
34
34
35
36
37
38
39
40
41
42
25. Kurva Karakteristik Baja Karbon Dilihat dari Kadar Karbonnya ......................
44
26. Kurva Korelasi Antara Kadar Karbon dengan Harga Kekerasan .......................
45
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
54
55
56
57
58
59
60
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Asosiasi Industri Semen Indonesia (ASI) menyebutkan bahwa
pasar semen nasional di kuartal I 2012 (Januari-Maret 2012) sudah mencapai
Rp 13,75 triliun. Penjualan semen di Indonesia pada kuartal I 2012 (JanuariMaret 2012) menembus 12,5 juta ton, naik 18,2% dibanding periode yang
sama tahun lalu 10,5 juta ton. Penjualan semen di Pulau Jawa melonjak 17,2%
di kuartal I 2011 dari periode yang sama tahun lalu, dari 5,7 juta ton menjadi
6,7 juta ton. Sementara penjualan di Pulau Sumatera naik 10%, Kalimantan
meroket 35,3%, Sulawesi melonjak 31,4%, Nusa Tenggara naik 18,8% dan
Maluku melambung 40,3%.
Tingginya
pertumbuhan
penjualan
semen
di
Indonesia
C. Batasan Masalah
Laporan Praktek Industri di PT Semen Padang ini hanya dibahas
mengenai Telaah Material, Proses Pembuatan Crude Gas Bend pada Proyek
Coal Mill Indarung IV PT Semen Padang.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dari tanggal 20 Mei 2013
sampai dengan 26 Juli 2013. Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah pada Biro Workshop PT Semen Padang.
E. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah sebagai berikut :
1. BAB I
kapasitas produksi.
4. BAB V TELAAH MATERIAL, PROSES PEMBUATAN CRUDE GAS
BEND DI PROYEK COAL MILL INDARUNG IV, meliputi telaah
material, proses pembuatan crude gas bend bagian I dan proses pembuatan
crude gas bend bagian II
5. BAB VI PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. SEMEN PADANG
F. Sejarah Singkat
PT. Semen padang merupakan pabrik tertua di Indonesia. Pada tahun
1906 seorang ahli teknik pemerintahan kolonial belanda yang bernama Carel
Crhistoper Lau, menemukan cadangan batu kapur (lime stone) dan batu silika
(silica stone) disekitar indarung. Kemudian 18 maret 1910 didirikan pabrik
semen pertama di Indonesia, yang di sponsori oleh swasta Belanda dengan
nama NV. Nederlands Indische portland Cement Maatshappij (NV.NIPCM).
Pabrik semen ini mulai memproduksi pada tahun 1913 dengan
kapasitas 22.900 ton/tahun. Kapasitas ini terus ditingkatkan dengan
memasangkan kiln dan mesin-mesin baru sehingga pada tahun 1939
kapasitasnya mencapai 170.000 ton/tahun yang merupakan produksi tertinggi
pada waktu itu.
Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945 pabrik diambil
alih dengan manajemen Asano Cement Jepang. Pada waktu kemerdekaan
tahun 1945 pabrik diambil alih oleh karyawan dan selanjutnya diserahkan
pada Pemerintah Republik Indonesia dengan nama Kilang Semen Indarung.
Pada agresi militan I tahun 1947, pabrik diambil oleh Belanda dan namanya
diganti menjadi NV. Padang Portland Cement Maatschappij (NV.PPCM).
Berdasarkan PP No.50 tanggal 5 juli 1958, tentang penentuan
perusahaan perindustrian dan pertambangan milik Belanda dikenakan
Nasional, maka NV Padang Portland Cement Maatchappij (NV.PPCM)
dinasionalisasikan dan selanjutnya di tangani oleh Badan Pengelola
Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT) pusat, berdasarkan PP No 135
tahun 1961 status perusahaan di ubah menjadi PN (Perusahaan Negara).
Setelah tiga tahun dikelola oleh BAPPIT pusat, berdasarkan PP No.
135 tahun 1961 status perusahaan berubah menjadi PN (Perusahaan Negara).
Akhirnya pada tahun 1971 melalui PP No 7 menetapkan status Semen Padang
menjadi PT (Pesero) dengan Akta Notaris No 5 tanggal 4 Juli 1972. Dan
berdasarkan
Surat
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.
5-
3. Actuating (Menggerakkan)
4. Controlling (Pengawasan)
J. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas dilaksanakan secara terpadu, teliti cermat dan
totalitas bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap mutu yang dihasilkan.
Dari kagiatan pengendalian mutu tersebut maka hasil produksi PT. Semen Padang
telah diakui oleh pemerintah sebagai produk yang memenuhi standar SNI (Standar
Nasional Indonesia) No. 15-2048-1994 Cement Portland.
10
BAB III
PROSES PRODUKSI
A. Proses Produksi Semen
Secara garis besar proses pembuatan Semen Portland adalah
mempunyai empat tahap antara lain adalah :
1. Penggilingan dan pencampuran bahan baku
2. Homogenisasi (campuran) bahan baku
3. Proses pembakaran
4. Proses penggilingan akhir
Ditinjau dari proses pembuatan semen yang ada di PT. Semen Padang,
ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Proses basah
2. Proses kering
Berikut ini penjelasannya:
1. Proses Basah
Proses pembuatan semen dengan proses basah ini tidak dijelaskan,
karena proses ini tidak dilakukan lagi di PT. Semen Padang sejak tahun
2000, yang dibahas disini adalah mengenai proses kering. Tapi tahapan
proses basah ini antara lain:
a. Penggilingan Awal
1) Penggilingan bahan Baku
Sebelum masuk ke kontrol tanah, tanah liat dibawa ke clay
wash mill dalam clay wash will tanah liat ditambahkan dengan air
sambil diaduk hingga membentuk luluhan dengan kadar air 68%.
Dari clay wash will luluhan di kirim ke clay manipol dan tetap
diaduk untuk mempertahankan homonitasnya. Dari manipol
dipompakan ke bak pembagi baru diteruskan ke tromol tanah.
10
11
benar homogen
masing 500 m
12
13
tanah liat dan pasir besi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gas yang
dipergunakan untuk pengurangan kandungan air Raw material yang
berasal dari kata Klin. Jika Klin stop penggilingan bahan baku dapat
dilakukan dengan mensuplay udara panas Heat Generator tetapi proses ini
sudah tidak dipakai lagi di Indarung IV. Gas panas dari Klin sekitar 90%
masuk melalui Drying Chamber bersama
diumpan
ke
Separator.
Material
yang
halus
dibawa
14
kontak antara Raw Mix dengan gas panas. Selanjutnya gas panas
bercampur dengan serbuk Raw Mix mengalir ke Cyclone tingkat I
dengan temperatur sekitar 330 celcius. Raw Mix ini langsung
diumpan kembali menuju saluran keluaran gas dari tingkat III
dengan temperatur sekitar 690-720 celcius, disini terjadi lagi
kontak langsung antara Raw Mix dengan gas panas tersebut,
kemudian gas bersama Raw Mix masuk kedalam Cyclone II dan
disini terjadi pemisahan antar Raw Mix dengan gas panas. Setelah
meninggalkan tingkat II dengan temperatur sekitar 820-840
celcius maka Raw Mix bercampur kembali dengan Kiln gas yang
mempunyai temperatur 1000-1200 celcius, hasil dari campuran ini
diumpan kedalam Cyclone tingkat IV, sehingga suhu dari Raw Mix
menjadi 810-830 celcius. Hasil dari Raw Mix ini langsung
diumpan kedalam Kiln.
2) Proses Calcining
Dari hasil proses Preheating tersebut berarti bahan baku sedah
mengalami 40% kalsinasi yaitu pada temperatur 810-830 celcius, dan
selanjutnya Raw Mix diumpankan kedalam Kiln.
3) Proses Sintering
Setelah mengalami transisi, selanjutnya material mengalami
pemijaran dengan temperatur 1440-1460 celcius yang mineral-mineral
compound yang hasilnya beruupa Klinker.
4) Proses Cooling
Proses pendinginan ini dilakukan didalam Cooler yang disebut
dengan Planetary Cooler dan Grate Cooler. Planetary Cooler
berjumlah 10 buah pada tiap Kiln, yang proses ini dilakukan di
Indarung II/III, sedangkan proses Grate Cooler ini dilakukan pada
Indarung IV, Klinker yang dihasilkan dikirim langsung ke Cement
Mill.
15
c. Proses Penggilingan
Pada prinsipnya penggilingan Klinker yang diproses dengan proses
kering sama dengan proses penggilingan Klinker dengan proses basah
dengan perbandingan 96,4% Klinker dan 3,6% Gypsum.
Klinker dan Gypsum diumpan kedalam Cement Mill dengan
menggunakan dua buah Desimat Feeder, pendinginan didalam Cement
Mill ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air melalui kedua ujung
Mill. Hasil penggilingan berupa semen. Langsung dibawa dengan
mempergunakan belt conveyor ke Silo semen curah. Dari Silo ini dikirim
lagi ketempat pengantongan.
d. Proses Penggilingan di Cement Mill
Proses pembuatan semen berakhir pada tahap penggilingan klinker
yang dicampur dengan Gypsum (Finish Grinding). Finish Grinding adalah
proses ppenggilingan klinker dan Gypsum dengan perbandingan 95 : 5
untuk tipe 1. Untuk semen jenis Super Masonry Cement (SMC) ditambah
dengan batu kapur dengan perbandingan antara, Klinker, Gypsum dan
Batu Kapur adalah 76 : 4 : 20.
Peralatan utama yang dipakai pada proses Finish Grinding ini
hampir sama dengan proses penggilingan Raw Mill material kalau ditinjau
dari segi mekanis. Namun terdapat beberapa penyesuaian dengan
persyaratan-persyaratan
operasi
yang
harus
dipenuhi
untuk
16
1) Sifat Klinker
2) Kualitas semen yang diinginkan
3) Power Comsumption yang dikehendaki
B. Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi PT. Semen Padang saat ini sebesar 5.570.000
ton/tahun, dengan rincian sebagai berikut :
1) Pabrik Indarung II
660.000 ton/tahun
2.300.000 ton/tahun
17
0,20%)
18
BAB IV
PROSES PEMBUATAN DAN MATERIAL CRUDE GAS BEND
19
dengan
lancar.
Konstruksi
dibuat
sedemikian
rupa
serta
ini
meliputi
proses
cutting/pemotongan
material,
20
21
22
23
24
dilakukan dengan
25
dimensi 645.3mm dari sisi yang satu dan 262.6mm dari sisi yang
lainnya. Penekukan dilakukan sampai membentuk sudut 166 pada
panjang 645.3 dan 135 pada panjang 262.6mm.
26
27
jenis dari lapisan elektroda yang digunakan pada posisi pengelasan dan
keterangan lainnya tentang pengelasan yang terdapat tabel berikut:
28
29
30
31
32
33
lebih cenderung penyetelan ampere pada mesin las yang terlalu tinggi.
Ampere tinggi mengakibatkan suhu yang ditimbulkan akan semakin
cepat naik. Hal ini akan berimbas pada semakin cepat pula pencairan
filler metal pada elektroda yang tanpa disadari menggerus juga sampai
ke base metal. Penyebab yang lain bisa juga karena sudut elektroda
yang tidak tepat serta gerakan elektroda yang terlalu cepat.
Perbaikan/repair yang dilakukan pada cacat karena undercut
tersebut adalah dengan meng-cover hasil pengelasan yang terjadi
undercut itu. Setelah itu, finishing dilakukan dengan menggunakan kikir
kasar untuk menghaluskan permukaan rigi-rigi las. Pengikiran ini harus
dilakukan supaya hasil pengelasan bisa menghasilkan produk yang
memiliki estetika dan memberikan kesan bahwa pekerjaan yang
dilakukan itu dikerjakan dari tenaga seorang professional. Karena
menelisik jauh sampai pada perhatian secara interface dari suatu
produk.
34
Gambar 15. Tiga Segmen Crude Gas Bend Bagian II yang Sama
Untuk proses pemotongan dari material untuk crude gas bend
bagian II memerlukan pelat 3 lembar dengan ukuran 2400 x 1200mm.
Pemotongan untuk bentuk yang menghendaki pemotongan lurus
menggunakan mesin gunting dan pemotongan pada bentuk arc
menggunakan brander potong.
35
36
garis
lurus
sehingga
membentuk
garis
jari-jari
yang
dilakukan
dengan
perlahan.
Pengecekan
dari
37
38
39
bend bagian I. Penggunaan las SMAW dirasa lebih praktis, efektif dan
efisien untuk pekerjaan tersebut.
Penyambungan pertama dimulai dari penyambungan kedelapan
segmen. Flat segmen digunakan sebagai acuan pertama dalam
pembentukan crude gas bend bagian II. Proses selanjutnya yaitu
membuat marking pada base plate sebagai landasannya. Dimensi
marking yang dibuat dengan panjang 2392mm dan lebar 1125mm.
Marking ini yang menjadi referensi penyetingan sekaligus penempatan
keempat flat segmen.
Sisi kemiringan 15 untuk dua flat segmen yang besar. Satu sisi
kemiringan 27 untuk flat segmen dan sisi yang lainnya di-setting tegak
lurus. Penyetingan kemiringan ini sesuai disain awal pada gambar kerja
dari Loesche. Kemungkinan karena suatu posisi dan serta pertimbangan
setting tempat oleh karenanya dibuat sudut tersebut. Pertimbangan lain
juga mengarah pada segi efektif serta menuntut kepraktisan dalam
penyesuaian dengan part pasangannya/part lanjutannya.
Pengelasan selanjutnya menyambung flat segmen dengan arc
segmen. Penyambungan dari setiap segmen di-setting sedemikian rupa
kemudian dilakukan takeweld apabila ada sisi pasangannya yang sudah
40
41
42
43
Mn
Cu
Max 0.2
Max 1.4
Max 0.04
Max 0.04
Max 0.012
Max 0.55
44
Material 1.0038 grade S235JR memiliki kadar Carbon (C) tidak lebih
dari 0.2%. Hal ini membuat material ini tergolong dalam baja karbon rendah.
Menurut Sunyoto (16:2008) mengemukakan bahwa baja karbon rendah
memiliki kadar Carbon (C) antara 0.05% - 0.30% C. Sunyoto (17:2008)
menambahkan bahwa baja karbon golongan ini memiliki keuletan (ductility)
yang tinggi dan mudah dibentuk. Menurut Bambang (2010) menambahkan
pula bahwa baja karbon rendah memiliki kemampuan untuk dimesin maupun
dilas dengan hasil yang sangat baik.
45
tinggi. Untuk mengetahui estimasi harga kekuatan tarik dari material 1.0038
grade S235JR terlebih dahulu diruntut harga konversi. Urutan konversi harga
tersebut mulai dari harga kadar persentase karbon (Carbon Content)
dikonversi menjadi harga kekerasan Vickers (HV), setelah kekerasan Vickers
didapat baru merujuk ke tabel korelasi antara kekuatan tarik dan kekerasan
baja.
110
Sebagai contoh harga kadar karbon dari material 1.0038 grade S235JR
diambil sebesar 0.2% C. Kemudian diestimasi harga kekerasan Vickersnya.
Berikut ini ditunjukkan kurva korelasi antara harga kekerasan (hardness)
dengan persentase kadar karbon.
Berdasarkan pembacaan kurva korelasi antara kadar karbon dengan
harga kekerasan dapat dijabarkan bahwa material 1.0038 grade S235JR yang
memiliki kadar karbon 0.2%C apabila ditarik garis tegak lurus sampai
berpotongan pada garis kurva pearlitic structure, kemudian ditarik lagi secara
46
47
Sebagai contoh apabila hasil pada kurva korelasi antara kadar karbon
dan harga kekerasan didapatkan 105 pada harga kekerasan Vickers. Maka
dapat menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut:
48
Keterangan:
l
dk1
dk min
dk max
t min
t max
: 105
dk min
: 100
dk max
: 110
t min
: 320
t max
: 350
Sehingga:
49
To 100
340
100
250
340
250
500
340
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktek kerja lapangan di PT. Semen Padang
adalah sebagai berikut:
1. Material yang digunakan untuk proses pembuatan crude gas bend adalah
material 1.0038 grade S235JR.
2. Material 1.0038 grade S235JR memiliki kadar Carbon (C) tidak lebih dari
0.2%. Hal ini membuat material ini tergolong dalam baja karbon rendah.
3. Berdasarkan kurva korelasi antara kadar karbon dengan harga kekerasan
material 1.0038 grade S235JR memiliki harga kekerasan 110 HV.
4. Berdasarkan hasil interpolasi dengan menggunakan tabel korelasi antara
kekuatan Tarik dan kekerasan baja material 1.0038 grade S235JR
memiliki harga kekuatan Tarik sebesar 335 N/mm.
5. Proses pembuatan crude gas bend meliputi beberapa proses utama. Proses
ini meliputi proses cutting/pemotongan material, forming/pembentukan,
joining/penyambungan, serta finishing.
6. Proses penyambungan pada pembuatan crude gas bend dilakukan dengan
menggunakan pengelasan SMAW. Hal ini mempertimbangkan pada segi
kepraktisan, keefisienan dan keefektivitasan serta mempertimbangkan segi
kekuatan Tarik yang dihasilkan.
7. Pengelasan yang digunakan menggunakan elektroda tipe E6013 yang
memiliki kekuatan Tarik 47,1 kg/mm dengan diameter filler metal
3,2mm.
8. Teknik pembajian serta teknik clamping digunakan untuk melakukan
penyetingan antar segmen sehingga diperoleh posisi yang sesuai serta
menghasilkan dimensi yang akurat.
B. Saran
Ada beberapa saran agar magang industri dapat berlangsung dengan
lancar dan sesuai dengan yang diharapkan, antara lain:
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Association of Integrated Mechanical Engineering Students/AIMES. (2012)
Changing Properties of Metal. Mukka : Srinivas Integrated Campus
Publisher.
British Standard Institution. (1990). British Standard Specification for Weldable
Structural Steels. British Standard Institute UK.
European Steel and Alloy Grades. (2013). Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.
http://www.steelnumber.com/en/steel_composition_eu.php?name_id=848.
G. Henderieckx. (2006). Mechanical Properties, Steel, Tensile Strength and
Hardness. Quetta: Gietech BV.
Gujarati. (1995). Dasar-Dasar Ekonometrik. Jakarta : Erlangga.
R. E. Smallman dan R. J Bishop; Penerjemah Sriatie Djaprie. (2003). Metalurgi
Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga.
R. Manna. (2006). Time Temperature Transformation (TTT) Diagrams. Varanasi:
Banaras Hindu University Publisher.
Ron & Sue Fournier. (1989). Sheet Metal Handbook. New York. The Berkley
Publishing.
Standar Nasional Indonesia. (1989). Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon
Rendah. Jakata: Badan Standarisasi Nasional.
Sunyoto. (2008). Pengetahuan Teknik Mesin Industri. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Taufiq Rochim. (2007). Klasifikasi Proses, Gaya dan Daya Pemesinan Buku I.
Bandung: Penerbit ITB.
____________. (2007). Perkakas dan Sistem Pemerkakasan Buku II. Bandung:
Penerbit ITB.
53
54
54
53
Lampiran 1. Foto Proses Pembuatan Crude Gas Bend
55