A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny ST
Tanggal lahir
: 21 Maret 1953
Umur
: 61 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Tanggal masuk
: 12 Desember 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 12 Desember 2014
No. CM
: 01280463
2. DATA DASAR
a.
b.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1 KeadaanUmum
2 Status Gizi
BB
: 43 kg
TB
: 143 cm
BMI
: 19.53 kg/ m2
Tensi
: 80/40 mmHg
Nadi
: 130 x/ menit
RR
: 30 x/menit
Suhu
: 36,50C
3 Kulit
4 Kepala
5 Mata
6 Mulut
8 Thorax
(-),
spidernevi
(-),
pernafasan
Palpasi
Perkusi
Batas
jantung
kiri
bawah:
SIC
linea
medioklavicularis sinistra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis
dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC V linea sternalis
dekstra
Auskultasi
Pulmo:
Inspeksi Statis
Dinamis
Normochest, simetris
Pengembangan dada
Perkusi Kanan
Kiri
Auskultasi
Sonor
Sonor
Suara dasar vesikuler (+), wheezing (-), ronchi basah
halus (-)
Suara dasar vesikuler (+), wheezing (-), ronchi basah
halus (-)
9 Punggung
10 Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
11 Genitourinaria
dbn
12 Ekstremitas
Edema
Akral dingin
Status Hidrasi
Mukosa
: kering
Turgor kulit
: >2 detik
Mata
: cekung
CRT
: > 2 detik
Tekanan Darah
: 80/40 mmHg
Nadi
: 130 x/mnt
Respiratory Rate
: 30 x/mnt
Suhu
: 36,5 oC
Produksi urine
: 10 cc/jam
Kesimpulan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium Darah
Pemeriksaan
12
Desember
2014
Satuan
Nilai
Rujukan
14.9
45
13.9
218
4.86
g/dl
%
ribu/ul
ribu/ul
juta/ul
12.0-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.10-5.10
25
119
26
2.4
119
Mg/dl
ul
ul
Mg/dl
Mg/dl
60-140
<31
<34
0.6-1.3
<50
Hematologi
Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia Klinik
GDS
SGPT
SGOT
Creatinin
Ureum
2. ASSESMENT
a. Assemsment Interna :
1. Penurunan Kesadaran ec metabolik, neurologik
2. Hipoglikemia
3. Syok hipovolemik
4. Leukositosis
5. Azotemia
6. Anoreksia
b. Assesment Anestesi:
1. Hipoglikemia
2.
Syok hipovolemik
D. PENATALAKSANAAN
- Tatalaksana dari Interna:
a. O2 10 lpm NRM
b. Diet sonde cair
5
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas kegawatan yang harus segera diatasi adalah hipoglikemia.
Pada 0-10 menit pertama hal paling utama yang harus dilakukan adalah perbaikan
sistem kardio respirasi terlebih dahulu. Pertama, penilaian awal apakah terdapat
obstruksi jalan nafas (airway). Pastikan jalan napas pasien tetap terbuka, tidak
terganggu oleh adanya darah, muntahan, obstruksi epiglotis atau lidah. Selanjutnya
dilakukan pengecekan pernafasan yaitu dengan melihat pengembangan dinding dada,
mendengarkan suara nafas, dan merasakan hembusan nafas. Untuk membantu
oksigenasi, dapat pula diberikan oksigen jika pasien terlihat sesak atau ditemukan tanda
tanda trauma kepala. Pada penilaian sirkulasi, hal yang dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien mengalami henti jantung atau tidak dilakukan peraban nadi arteri carotis.
Setelah itu dilakukan pemasangan IV line untuk tindakan resusitasi.
Langkah selanjutnya dilakukan pemeriksaan kesadaran. Pada pasien ini, adanya
penurunan kesadaran yang harus dicari penyebabnya. Dilakukan pemeriksaan mulai dari
pupil, anggota gerak badan apakah mengalami gangguan neurologis dan pemeriksaan
tanda vital.
Kegawatan pada pasien ini yang harus segera ditangani adalah hipoglikemia.
Diagnosis ini diperoleh dari anamnesis dengan keluarga dimana pasien memiliki
riwayat DM yang sudah sempat diperiksakan ke dokter. Dari pemeriksaan GDS stik
ditemukan GDS pasien 28 mg/dl. Tujuan dari pemberian glukosa segera ini adalah
untuk mencukupi kadar gula darah di otak sehingga tidak terjadi kerusakan yang
ireversible. Pemberian glukosa bisa dari oral, intramuskular atau parenteral. Pada pasien
ini karena mengalami penurunan kesadaran, pemberian glukosa melalui IV. Pemberian
pertama diberikan glukosa bolus sebanyak D40% 3 flash (tiap flash berisi 25 cc).
Pemberian glukosa kemudian dievaluasi 15-30 menit. Setelah 30 menit, bisa diberikan
1-2 flash D40% untuk mencapai gula darah > 120 mg/dl. Pemberian infus D10 setiap 6
jam per kolf bisa dipertimbangkan untuk digunakan.
Diagnosis syok hipovolemik didiagnosis dari nadi cepat, kecil disertai dengan
tekanan darah turun (80/40 mmHg), perfusi perifer lambat yang ditandai dengan CRT >
2 detik, turgor kulit kembali lambat >2 detik dan akral dingin. Pasien ini juga
mengalami peningkatan nadi sebesar 130x per menit dan peningkatan respirasi rate
sebesar 30x per menit. Pasien juga mengalami penurunan produksi urin dan penurunan
kesadaran hingga koma. Pilihan resusitasi cairan bisa menggunakan kristaloid dan
koloid. Pada pasien ini dilakukan resusitasi awal dengan RL sebanyak 2000 cc untuk
mengisi cairan intersisil. Pemberian secara IV dilakukan dengan tetesan cepat hingga
passien mengalami peningkatan tekanan darah sebesar 110/70 mmHg. Pada pasien ini
menggunakan kristaloid karena efeknya dalam pengisian cairan intra vaskuler yang
lebih cepat sehingga memperbaiki hemodinamik pasien lebih cepat stabil. Sejauh ini
Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih
mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi
kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Kekurangan dari kristaloid sendiri selain
cepat dalam pengisian cairan intravaskuler, cairan kristaloid
Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang
dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan
tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas
atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan tubuh akan insulin relatif yang menurun (gagal ginjal kronik, paska
persalinan)
Asupan makanan yang tidak adekuat dimana jumlah kalori atau waktu makan yang
tidak tepat
10
karena otak hanya menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang
sangat sedikit, fungsi otak yang normal sangat tergantung dari asupan glukosa sirkulasi.
Gangguan
(interruption)
asupan
glukosa
yang
berlangsung
beberapa
menit
menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf pusat (SSP) dengan gejala gangguan
kognisi, bingung, koma, sampai kematian.
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan Triad Whipple yang merupakan
panduan klasifikasi klinis hipeglikemia. Triad tersebut meliputi:
a) keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa plasma yang rendah
b) kadar glukosa plasma yang rendah (<3 mmol/L hipoglikemia pada diabetes)
c) gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat
Gejala dan tanda klinis hipoglikemia tergantung pada stadiumnya. Pada stadium
parasimpatik didapatkan penurunan tekanan darah, rasa lapar dan mual. Pada stadium
gangguan otak ringan, didapatkan rasa lemah, lesu, sulit bicara, dan kesulitan
menghitung sementara. Pada stadium simpatik, didapatkan keringat dingin pada muka,
bibir, atau gemetar pada tangan. Pada stadium gangguan otak berat didapatkan
ketidaksadaran dengan atau tanpa kejang. Pada pasien diabetes yang relatif masih baru,
keluhan dan gejala yang terkait dengan gangguan sistem saraf otonomik seperti
palpitasi, tremor, atau berkeringat lebih menonjol dan biasanya mendahului keluhan dan
gejala disfungsi serebral yang disebabkan oleh neuroglikopeni seperti gangguan
konsentrasi atau koma. Pada pasien diabetes lama, intensitas keluhan otonomik
cenderung berkurang atau menghilang yang menunjukkan kegagalan progresif aktivasi
sistem saraf otonomik.
Tatalaksana Hipoglikemi
Pada stadium permulaan (sadar), diberikan gula murni 30 gram (sekitar 2 sendok
makan) atau sirup/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula
diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat. Obat hipoglikemik
dihentikan sementara. Glukosa darah sewaktu dipantau setiap 1-2 jam. Bila sebelumnya
11
pasien tidak sadar, glukosa darah dipertahankan sekitar 200 mg/dl dan dicari penyebab
hipoglikemia.
Pada stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia), diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus
intravena dan diberikan cairan dekstrosa 10% per infus sebanyak 6 jam per kolf.
Glukosa darah sewaktu diperiksa. Jika GDS < 50 mg/dl, ditambahkan bolus dekstrosa
40% 50 ml secara intravena; jika GDS < 100 mg/dl ditambahkan bolus dekstrosa 40%
25 ml intravena. GDS kemudian diperiksa setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa
40%, jika GDS < 50 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml intravena;
jika GDS < 100 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml intravena; jika
GDS 100-200 mg/dl maka tidak perlu diberikan bolus dekstrosa 40%; jika GDS > 200
mg/dl maka dipertimbangkan untuk menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%.
-
Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan
setiap 2 jam dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan
mengganti infus dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan
setiap 4 jam dengan protokol sesuai di atas.
Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, dilakukan sliding scale
setiap 6 jam dengan regular insulin.
Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin
seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg iv/im. Jika pasien belum
sadar dengan GDS sekitar 200 mg/dl, diberikan hidrokortison 100 mg per 4 jam selama
12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2
g/kgBB iv setiap 6-8 jam dan dicari penyebab lain penurunan kesadaran. Untuk
menghindari timbulnya hipoglikemia pada pasien perlu diajarkan bagaimana
menyesuaikan penyuntikan insulin dengan waktu dan jumlah makanan (karbohidrat),
pengaruh aktivitas jasmani terhadap kadar glukosa darah, tanda dini hipoglikemia, dan
cara penanggulangannya.
12
C. Syok Hipovolemik
Syok adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan perfusi jaringan,
yaitu aliran darah ke organ tubuh tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Gangguan
perfusi tersebut mengakibatkan jaringan kekurangan oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan energi. Bila tidak diterapi dengan segera, metabolisme
sel secara anaerobic akan menyebabkan terjadinya asidosis asam laktat yang akan
mengganggu fungsi sel dan sel tersebut akan mati. Demikian, syok dapat pula diartikan
sebagai gangguan oksigenasi sel/ jaringan.
Sistem pernapasan : Napas cepat dan dangkal
Sistem sirkulasi : Perfusi ekstrimitas pucat, dingin, basah.
Waktu pengisian kapiler > 2 detik.
Nadi cepat dan lemah.
Tekanan darah turun. (bila kehilangan darah >30 %)
Vena tampak kolaps (CVP < 2 cm H2O)
Sistem syaraf pusat : Gelisah sampai tidak sadar (tegantung derajat syok)
Sistem pencernaan : Mual, muntah.
Sistem otot/ kulit : Turgor menurun, mata cowong, mukosa lidah kering.
Tatalaksana syok tergantung pada penyebabnya, namun terdapat prinsip
penanganan utama pada syok, yaitu:
1. Memperbaiki system pernapasan
a. Bebaskan jalan napas
b. Terapi oksigen
c. Bantuan napas
2. Memperbaiki system sirkulasi
a. Posisi syok
b. Pemberian cairan
c. Monitoring nadi, tekanan darah, perfusi perifer dan produksi urin
3. Menghilangkan dan mengatasi penyebab syok
Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,
misalnya terjadi pada:
13
a. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
b. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 5001000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 10001500 ml perdarahan.
c. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
14
15
laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi
dalam hati menjadi bikarbonat.
Syok Hipovolemi (Perdarahan)
Perdarahan dalam jumlah besar melebihi 15% volume darah, akan menyebabkan
perubahan fungsi tubuh sehingga jatuh dalam kondisi syok. Satu jam pertama masa
syok sering disebut the golden hour. Pertolongan harus cepat dilakukan, yakni
dengan menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah dengan infuse
cairan.
17
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
18