Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik

: Memberi pengetahuan kepada lansia tentang Rematik

Oleh

: Mahasiswa Co Ners PSIK FK UNSRI

Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014


Pukul

: 09.00 WIB

Sasaran

: Lansia Dusun III Desa Muara Penimbung Ulu

Tempat

: Rumah Bapak Bukhori

A.

Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Diharapkan lansia mengerti tentang Rematik.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan :
1. Lansia mampu menyebutkan pengertian Rematik
2. Lansia mampu menyebutkan apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya Rematik
3. Lansia mampu menyebutkan tanda dan gejala Rematik
4. Lansia mampu menyebutkan apa akibat yang terjadi apabila Rematik
tidak dapat teratasi
5. Lansia mampu menyebutkan cara perawatan dan pengobatan
tradisional Rematik

B.

Materi
1. Pengertian Rematik
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Rematik
3. Tanda dan gejala Rematik
4. Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
5. Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik

C.

D.
E.

Metode
Memberikan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi
dan tanya jawab.
Media
Media yang digunakan Leaflet
Pelaksanaan Kegiatan

Tahap
Kegiatan

Kegiatan Penyaji

Pembukaan

Isi

Waktu

Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Apersepsi
Menjelaskan secara umum
tujuan
Menjelaskan pengertian
Rematik
Menjelaskan/menyebutkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya
Rematik
Menjelaskan tanda dan gejala
Rematik
Menjelaskan akibat yang
terjadi apabila Rematik tidak
teratasi
Memberi kesempatan peserta
bertanya
Menyebutkan/menjelaskan
pencegahan Rematik
Menyebutkan/menjelaskan
pengobatan tradisional
Rematik

Menjawab
Mendengarkan
Memberi tanggapan
Mendengarkan

5 menit

Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan

15

Memberi kesempatan peserta


bertanya
Memberi pertanyaan
Memberi penjelasan terhadap
jawaban peserta
Menyimpulkan
Mengucapakan salam
penutup

Mengajukan pertanyaan

Menjawab
Mendengarkan

Merespon
Menjawab salam

Penutup

Kegiatan Peserta

Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan

Mengajukan pertanyaan

Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan

menit

10
menit

F.

Evaluasi
Pre Test :
Tanyakan pada lansia tentang :
Pengertian Rematik
Faktor yang mempengaruhi Rematik
Tanda dan gejala Rematik
Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik
Post Test :
Tanyakan pada lansia tentang :
Pengertian Rematik
Faktor yang mempengaruhi Rematik
Tanda dan gejala Rematik
Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik

MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT REMATIK (TEKANAN DARAH TINGGI)
1.

Pengertian Rematik
Rematik didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, Rematik didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Rematik diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.

Rematik merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak
output (Wexler, 2002).
Rematik adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan di ukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnostik Rematik harus bersifat spesifik usia,
namun secara umum, seseorang dianggap mengalami Rematik apabila tekanan
darah tinggi 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (140/90 mmHg).
(Corwin, 2001).
2.

Klasifikasi Rematik
a.

Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis Rematik, yaitu :


1. Rematik primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan
arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal, Rematik ini tidak diketahui penyebabnya dan
mencakup 90% dari kasus Rematik (Wibowo, 1999).
2. Rematik sekunder Adalah Rematik persisten akibat kelainan dasar
kedua selain Rematik esensial. Rematik ini penyebabnya diketahui
dan ini menyangkut 10% dari kasus-kasus Rematik. (Sheps, 2005).

b.

Berdasarkan bentuk Rematik,yaitu Rematik diastolic,campuran,dan


sistolik. Rematik diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Rematik campuran (sistol
dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol
dan diastol. Rematik sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik.
Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001).

3.

Etiologi Rematik
Corwin (2000) menjelaskan bahwa Rematik tergantung pada kecepatan

denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka

peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan Rematik.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan Rematik
(Astawan,2002).
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke
ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002).
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi
pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial
Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas
pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila
peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan
oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, seratserat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.( Hayens,
2003 )

4.

Patofisiologi Rematik
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan Rematik
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan Rematik ( Dekker, 1996 ).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan

kemampuan

distensi

dan

daya

regang

pembuluh

darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Corwin,2001).
5.

Tanda dan Gejala Rematik


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah

yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita Rematik kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami Rematik bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat Rematik,Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita Rematik yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

6.

Faktor-faktor Resiko Rematik


Faktor resiko Rematik meliputi :
1. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap Rematik karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko Rematik.
Insiden Rematik makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Rematik pada yang berusia kurang
dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Julianti, 2005).
2. Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya Rematik
dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit Rematik
pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika
seorang wanita mengalami menopause. Perbandingan antara pria dan
wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita Rematik. Dari laporan
sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11%
pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan
17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria
dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan
14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001).
3. Riwayat lansia juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
Rematik Rematik cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang
dari orang tua kita memiliki riwayat Rematik maka sepanjang hidup kita
memiliki kemungkinan 25% terkena Rematik ( Astawan,2002 ).
4. Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis Rematik.
Rematik hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan Rematik yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram
perhari, prevalensi Rematik meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan
garam terhadap timbulnya Rematik terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka


sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan
dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan
pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang
asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari
prevalensi Rematik presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15
gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo,
2004). Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih
atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan
tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau makanan
yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama
sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi
(Wijayakusuma, 2000).
5. Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan Rematik adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paruparu dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam
asap

rokokmenggantikan

iksigen

dalam

darah.

Hal

ini

akan

menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk


memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh
( Astawan, 2002 ).
6. Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya Rematik, dimana pada orang
yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada
tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).

7. Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya


Rematik dimana hubungan antara stress dengan Rematik diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Dunitz, 2001).
7.

Komplikasi Rematik
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada Rematik kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
2. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena Rematik kronik dan Rematik ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan


peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada Rematik kronik (Corwin, 2000).
4. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru
paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan
kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
5. Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada Rematik maligna (Rematik
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap
dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
8.

Perawatan Penderita Rematik di Rumah


1.

Perawatan penderita Rematik pada umumnya dilakukan oleh lansia


dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota
lansia yang menderita Rematik. Pengaturan pola hidup sehat sangat
penting pada klien Rematik guna untuk mengurangai efek buruk dari
pada Rematik. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok,
mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.
Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan
istirahat (Amir, 2002 ).

2.

Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini


disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu
hormon adrenalin yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin

diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan


keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk
memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan ,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan
bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan
meningkat ( Santoso, 2001 ).
3.

Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit


kardiovaskular, dan kanker.Secara umum, semakin berat tubuh semakin
tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat
mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara
yang terkontrol

4.

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone hormon lain


yang

membuat pembuluh darah menyempit

atau menyebabkan

penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang


berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar
kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10
mmhg dan diastolik 7 mmhg.
5.

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien Rematik,
tujuan utama dari pengaturan diet Rematik adalah mengatur tentang
makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol,
lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat
baadan ( Astawan,2002 ).

6.

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites
serta Rematik. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah
jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi

konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium


atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi
makanan yang harus mengandung cukup zat zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium
( Gunawan, 2001).
7.

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau
natrium benzoat ( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ),
makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium
( obat sakit kepala ). Bagi penderita Rematik, biasakan penggunaan obat
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).

8.

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga
bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari
setiap makanan ( Amir, 2002 ).

9.

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita Rematik, serat terdiri dari
dua jenis yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat
pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada
makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau.
Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi
karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika
makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi
( Mayo, 2005 ).

10. Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena

Rematik. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah


terkena Rematik. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal hal
berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
11. Stres tidak menyebabkan Rematik yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang Bersifat sementara yang
sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami
kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti
yang menetap ( Amir,2002).
12. Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan
kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam Rematik.
Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan
hormone hormone lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah
raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan
tekanan darah ( Mayer,1980).
13. Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel
dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada
bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan. Meluangkan waku
istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk
bekerja sehari hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi
yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha
untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan
hormon dan dalam tubuh ( Amir,2002).

Anda mungkin juga menyukai