(SAP)
Topik
Oleh
: 09.00 WIB
Sasaran
Tempat
A.
Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Diharapkan lansia mengerti tentang Rematik.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan :
1. Lansia mampu menyebutkan pengertian Rematik
2. Lansia mampu menyebutkan apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya Rematik
3. Lansia mampu menyebutkan tanda dan gejala Rematik
4. Lansia mampu menyebutkan apa akibat yang terjadi apabila Rematik
tidak dapat teratasi
5. Lansia mampu menyebutkan cara perawatan dan pengobatan
tradisional Rematik
B.
Materi
1. Pengertian Rematik
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Rematik
3. Tanda dan gejala Rematik
4. Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
5. Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik
C.
D.
E.
Metode
Memberikan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi
dan tanya jawab.
Media
Media yang digunakan Leaflet
Pelaksanaan Kegiatan
Tahap
Kegiatan
Kegiatan Penyaji
Pembukaan
Isi
Waktu
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Apersepsi
Menjelaskan secara umum
tujuan
Menjelaskan pengertian
Rematik
Menjelaskan/menyebutkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya
Rematik
Menjelaskan tanda dan gejala
Rematik
Menjelaskan akibat yang
terjadi apabila Rematik tidak
teratasi
Memberi kesempatan peserta
bertanya
Menyebutkan/menjelaskan
pencegahan Rematik
Menyebutkan/menjelaskan
pengobatan tradisional
Rematik
Menjawab
Mendengarkan
Memberi tanggapan
Mendengarkan
5 menit
Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan
15
Mengajukan pertanyaan
Menjawab
Mendengarkan
Merespon
Menjawab salam
Penutup
Kegiatan Peserta
Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan
Mengajukan pertanyaan
Memperhatikan dan
mendengarkan
Memperhatikan dan
mendengarkan
menit
10
menit
F.
Evaluasi
Pre Test :
Tanyakan pada lansia tentang :
Pengertian Rematik
Faktor yang mempengaruhi Rematik
Tanda dan gejala Rematik
Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik
Post Test :
Tanyakan pada lansia tentang :
Pengertian Rematik
Faktor yang mempengaruhi Rematik
Tanda dan gejala Rematik
Akibat yang terjadi apabila Rematik tidak teratasi
Cara perawatan dan pengobatan tradisional Rematik
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT REMATIK (TEKANAN DARAH TINGGI)
1.
Pengertian Rematik
Rematik didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, Rematik didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Rematik diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.
Rematik merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak
output (Wexler, 2002).
Rematik adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan di ukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnostik Rematik harus bersifat spesifik usia,
namun secara umum, seseorang dianggap mengalami Rematik apabila tekanan
darah tinggi 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (140/90 mmHg).
(Corwin, 2001).
2.
Klasifikasi Rematik
a.
b.
3.
Etiologi Rematik
Corwin (2000) menjelaskan bahwa Rematik tergantung pada kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan Rematik.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan Rematik
(Astawan,2002).
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke
ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002).
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi
pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial
Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas
pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila
peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan
oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, seratserat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.( Hayens,
2003 )
4.
Patofisiologi Rematik
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan Rematik
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan Rematik ( Dekker, 1996 ).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan
kemampuan
distensi
dan
daya
regang
pembuluh
darah.
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita Rematik kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami Rematik bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat Rematik,Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita Rematik yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).
6.
rokokmenggantikan
iksigen
dalam
darah.
Hal
ini
akan
Komplikasi Rematik
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada Rematik kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
2. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena Rematik kronik dan Rematik ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
2.
4.
atau menyebabkan
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien Rematik,
tujuan utama dari pengaturan diet Rematik adalah mengatur tentang
makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol,
lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat
baadan ( Astawan,2002 ).
6.
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites
serta Rematik. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah
jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau
natrium benzoat ( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ),
makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium
( obat sakit kepala ). Bagi penderita Rematik, biasakan penggunaan obat
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).
8.
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga
bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari
setiap makanan ( Amir, 2002 ).
9.
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita Rematik, serat terdiri dari
dua jenis yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat
pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada
makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau.
Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi
karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika
makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi
( Mayo, 2005 ).
10. Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena