Anda di halaman 1dari 36

5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Studi Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan bisnis merupakan suatu penelitian yang membahas
tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis atau proyek investasi
dilaksanakan. Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan
budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai
dengan aspek manajemen dan keuangan, dimana semua digunakan untuk
dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil
keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan
bahkan tidak dijalankan. Suatu bisnis dikatakan layak apabila diperkirakan
dapat menghasilkan keuntungan yang sesuai apabila telah dioperasionalkan.
Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya
terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi
kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan
perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu
sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat
keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat
keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah
lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi
perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.

Mengingat

bahwa

kondisi

yang

akan

datang

dipenuhi

dengan

ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena


didalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti
kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk
memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau
ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa
dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang
sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti pemasaran, Sumber
Daya Manusia (SDM), operasional, dan keuangan.
Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang
berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan
orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan
yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (sosial), yang dimaksud adalah
studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan
tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

B. Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial yang di dalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005:10). Pemasaran dari segi manajerial
sering digambarkan sebagai seni menjual produk. Padahal, tujuan pemasaran
bukan untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana. Menurut Peter
Drucker dalam Kotler (2005:10) tujuan pemasaran adalah mengetahui dan
memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok

dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri. Dapat disimpulkan


bahwa pemasaran merupakan suatu sistem kegiatan bisnis secara total yang
dirancang sedemikian rupa untuk merencanakan jenis barang yang dijual,
menetapkan harga, promosi dan pendistribusian barang-barang dan jasa-jasa
yang dapat memuaskan konsumen potensial.
Saat ini aspek pasar menempati prioritas utama dari studi kelayakan
bisnis karena keberhasilan keuangan sering tergantung pada kemampuan
pemasaran. Menurut Kottler (2006:4) Operasi keuangan, akunting, dan fungsi
bisnis lain sesungguhnya tidak berarti kalau tidak ada permintaan akan produk
dan jasa sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba. Begitu pentingnya
peran pemasaran dalam menentukan kelanjutan usaha, sehingga banyak
diantara perusahaan dalam manajemennya menempatkan posisi pemasaran
dalam posisi utama.
Sebagai seorang pemasar kita harus selalu terlebih dahulu mengetahui
pasar yang akan dimasuki, baik besarnya pasar yang ada, pasar potensial,
struktur, sampai tingkat persaingan yang ada termasuk besarnya market share
yang akan direbut dan market share pesaing. Keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk, situasi pembelian, proses pembelian yang dibuat
konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemasar. Pemasar
harus mempunyai komitmen dalam memberikan kepuasan kepada konsumen
di atas pesaing serta harus menentapkan strategi pemasaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Kottler (2005:339) seluruh strategi pemasaran dibangun
berdasarkan STP (Segmentation, Targeting, Positioning). Perusahaan mencari

sejumlah kebutuhan dan kelompok yang berbeda di pasar, membidik


kebutuhan dan kelompok yang dapat dipuaskannya dengan cara yang unggul,
dan selanjutnya memposisikan tawarannya sedemikian rupa sehingga pasar
sasaran mengenal tawaran dan ciri khas perusahaan tersebut. Jika perusahaan
tidak melakukan penetapan posisi dengan baik, maka pasarnya akan bingung.
Untuk bisa masuk dan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen,
pemasar dapat menggunakan bauran pemasaran (Marketing Mix) yang
didefinisikan sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler,
2005:17). McCarthy dalam Kotler mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi
empat kelompok besar, yang disebut empat P tentang pemasaran yaitu produk
(product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place).
Marketing dikatakan berhasil apabila dapat memaksimumkan volume
penjualan

yang

menguntungkan

dalam

jangka

panjang.

Untuk

memaksimumkan volume penjualan maka produksi penjualan pun juga harus


ditingkatkan. Untuk menentukan besarnya produksi dikaitkan dengan
permintaan yang akan datang dan untuk mengetahui besarnya permintaan
dilakukan dengan peramalan pasar. Alat untuk peramalan pasar dilakukan
dengan beberapa metode peramalan/ Forecasting. Peramalan atau prediksi
merupakan kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang
akan datang pada saat sekarang (Kasmir, 2006:81). Untuk itu harus ditetapkan
suatu konsep yang jelas dalam pemasaran. Konsep pemasaran menegaskan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah
perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing

dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan


kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler, 2007:19).
Hal-hal yang di analisis dalam aspek pemasaran yaitu:
1. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar artinya proses mengelompokkan pasar keseluruhan
yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang
memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku dan atau
respon terhadap program pemasaran spesifik (Tjiptono, 2008: 211). Menurut
Kotler (2007: 307) segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang
memiliki seperangkat keinginan yang sama. Sejumlah segmen pasar dapat
diidentifikasi

dengan

mengamati

perbedaan

geografis,

demografis,

psikografis yang selanjutanya perusahaan memutuskan segmen mana yang


memperlihatkan peluang paling besar untuk menjadi pasar sasaran. Berikut
dasar dalam segmentasi pasar :
a) Segmentasi berdasarkan Geografis
Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi
unit-unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah,
propinsi, kota atau lingkungan rumah tangga.
b) Segmentasi Berdasarkan Demografis
Segmentasi demografis membagi pasar menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel-variabel seperti usia, ukuran keluarga,
siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan,
agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.

10

c) Segmentasi berdasarkan Psikografis


Dalam segmentasi psikografis, para pembeli dibagi menjadi
kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian atau
nilai. Gaya hidup digambarkan lewat 3 indikator utama, yaitu aktivitas,
interest (ketertarikan), dan opinion (pendapat mereka tentang diri sendiri
dan lingkungan sekitar)
Saat segmentasi pasar telah ditentukan, maka perusahaan dapat
memusatkan kegiatan pemasarannya pada segmen-segmen pasar yang
terpilih. Segmentasi pasar dapat digunakan dengan baik, jika pemasar
benar-benar memperhatikan karakteristik segmentasi pasar yang efektif
berdasarkan Kotler (2007:318), yaitu sebagai berikut berikut :
a. Dapat diukur maksudnya besar pasar dan daya beli di segmen ini
dapat diukur walaupun ada beberapa komponen yang sulit diukur.
b. Besar , maksudnya segmennya cukup besar dan menguntukkan untuk
dilayani.
c. Dapat diakses, maksudnya segmen dapat dijangkau dan dilayani
secara efektif
d. Dapat dibedakan, maksudnya segmen-segmen secra konseptual dapat
dipisah-pisahkan dan memberi tangganpan yang berbeda terhadap
unsur dan program bauran pemasaran yang berbeda
e. Dapat dilaksanakan, program-program yang

efektif

dapat

dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.


Dalam melakukan segmenentasi pasar, seorang pemasar harus
mengevaluasi segmen-segmen tersebut berdasarkan :
a.
Wilayah/daerah yang akan dijangkau, meliputi daftar wilayah yang
menjadi pasar sasaran
b. Struktur daerah, adalah struktur daerah dari pasar sasaran yang berupa
kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll.

11

c.
Luas daerah, adalah luas derah yang potensial sebagai pasar sasaran.
d. Jumlah penduduk, menurut kelompok umur, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan demografi lainnya.
e. Kelompok/ceruk pasar sasaran.
Ceruk pasar adalah segmen kecil dari populasi yang memiliki
kesamaan

karekteristik,

kepentingan,

kebiasaan

berbelanja

dan

sebagainya. Jika pemasar bisa fokus pada ceruk pasar, makapemasar


dapat membuat strategi pemasaran yang efektif tanpa ada energi yang
terbuang sia-sia.
f.
Jumlah ceruk dalam wilayah, jumlah segmen kecil yang dipilih dalam
wilayah pasar sasaran.
g. Jumlah anggota dalam ceruk (menurut demografi), jumlah anggota yang
ada dalam ceruk pasar di wilayah pasar sasaran.
h. Focus ceruk pasar
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
a) Faktor Pendukung
Faktor-faktor

pendukung

ini

berhubungan

dengan

bauran

pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan


untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasaran.
Terdapat empat unsur dari bauran pemasaran, yang bisa disebut
empat P (4P), yaitu:
1) Product (produk)
Produk merupakan bentuk penawaran perusahaan yang ditujukan
untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pemuasan kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
2) Price (harga)
Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Menurut

12

Merius (1999:177) dalam Sudayat, menyatakan tujuan penetapan


harga adalah :
a) Mendapatkan laba maksimal
b) Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau

pengembalian pada penjualan bersih


c) Mencegah atau mengurangi persaingan
d) Mempertahankan atau memperbaiki harga perlembar saham.

3) Place (Tempat)
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap
produk bagi para pelanggan potensial. Kemudahan akses seperti
keputusan pemilihan lokasi yang mudah diakses pelanggan potansial.
4) Promotion (Promosi)
Promosi adalah bentuk komunikasi pemasar kepada pelanggan
potensial dan aktual. Metode-metode promosi tersebut terdiri atas
periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan
public relations.
a.

Faktor Pendukung
Selain bauran pemasaran, faktor pendukung lainnya meliputi :
1) Image positif
Suatu perusahaan yang telah lama berdiri dan telah dikenal
masyarakat secara luas akan memiliki kesempatan besar untuk
membangun image positif yang kuat di benak konsumen.
2) Pelayanan yang memuaskan
Pelayanan dari karayawan yang langsung berhubungan dengan
konsumen (karayawan lini depan) merupakan hal yang penting
dalam mendukung penjualan perusahaan.
3) Pangsa pasar yang kuat
Penguasaan pasar yang kuat dalam segmen sasaran merupakan
salah satu keunggulan yang dapat mendorong pemasaran suatu
perusahaan.

b.

Faktor Penghambat

13

Faktor-faktor penghambat ini adalah segala sesuatu yang dapat


menghambat kemajuan pemasaran dari perusahaan. Berikut macammacam faktor penghambat dalam suatu usaha:
1) Pesaing
Banyaknya jumlah perusahaan yang bergelut di salah satu bidang
usaha dalam wilayah tertentu akan semakin mengurangi dan
memperkecil pangsa pasar suatu perusahaan.
2) Sifat konsumen
Sifat konsumen yang sering berpindah-pindah merek karena ingin
mencari variasi bisa menghambat pemasaran perusahaan.
3) Cuaca dan kondisi alam yang tidak menentu
Pada beberapa perusahaan yang memproduksi barang yang
tegantung dengan cuaca, akan sangat dipengaruhi oleh perubahan
cuaca yang tidak menentu ini sehingga dapat mengganggu proses
produksi.
4) Kurangnya dukungan pemerintah
Pemerintah kurang mendukung dalam hal sarana pemasaran bagi
para perusahaan yang bergerak dalam suatu bidang usaha dapat
menghambat proses pemasaran perusahaan.
3. Estimasi / Perkiraan Jumlah Penjualan

a) Permintaan potensial
Yaitu permintaan yang tidak selalu didukung oleh daya beli
masyarakat.
b) Permintaan riil

14

Yaitu permintaan yang didukung dengan daya beli masyarakat


yang mempunyai uang untuk membeli produk tersebut. Perkiraan Jumlah
Penjualan dapat diukur dengan garis trend metode Least Squares dengan
rumus :
Y = a + bX
dimana :

Y
n

XY
X2

Keterangan :
Y = Prediksi penjualan
X = Jumlah tahun ( Waktu Penjualan )

C. Aspek Operasional
1. Pengertian Manajemen Produksi

Manajemen

produksi

dan

operasi

merupakan

usaha-usaha

pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau


sering disebut faktor-faktor produksi) seperti tenaga kerja, mesin-mesin,
peralatan, bahan mentah dan sebagainya, dalam proses transformasi bahan
mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Para manajer
produksi dan operasi mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat
memproduksi berbagai keluaran (output) dalam jumlah, kualitas, harga,

15

waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen (Handoko,


2000:3).
2. Perencanaan Operasional
a.

Penentuan jenis poduksi


Proses produksi dapat dibedakan baik atas dasar karakteristik
aliran prosesnya maupun tipe pesanan pelanggan. Menurut Handoko
(2000:122-123), terdapat tiga tipe proses produksi antara lain:
1. Aliran garis
Aliran garis mempunyai ciri bahwa aliran proses dari bahan
mentah sampai menjadi produk akhir dan urutan operasi-operasi
yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa selalu tetap.
Untuk operasi-operasi aliran garis, produk harus distandarisasi
dengan baik dan harus mengalir dari satu operasi atau tempat kerja
ke operasi berikutnya dengan urutan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Operasi-operasi

pekerjaan

individual

sedapat

mungkin diletakkan berdekatan dan diusahakan seimbang agar


suatu operasi tidak mengakibatkan penundaan operasi berikutnya.
2. Aliran intermiten
Aliran ini mempunyai ciri produksi dalam kumpulankumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada
interval-interval waktu yang terputus-putus. Dalam hal ini,
peralatan dan tenaga kerja diatur atau diorganisasi dalam pusatpusat kerja menurut tipe-tipe keterampilan atau peralatan yang
serupa. Jadi aliran bahan baku sampai dengan menjadi produk
akhir tidak mempunyai pola yang pasti.
3. Proyek

16

Aliran ini digunakan untuk memproduksi produk-produk


khusus atau unik, seperti kapal, pesawat terbang, peluru, jembatan,
gedung, dan sebagainya. Setiap unit produk-produk tersebut dibuat
sebagai suatu barang tunggal. Meskipun tidak ada aliran produk
bagi suatu proyek, tetapi ada urutan operasi-operasi, dimana
seluruh operasi atau kegiatan individual harus diurutkan untuk
menunjang pencapaian sasaran proyek akhir.
3. Penentuan Sifat Produksi
Menurut Handoko (2000:128), terdapat dua sifat produksi antara
lain:
a. Produksi untuk pesanan
Proses ini pada dasarnya memproduksi barang dan jasa atas dasar
permintaan atau pesanan tertentu dari pelanggan akan suatu produk.
Spesifikasi produk yang dipesan biasanya tidak distandardisasikan.
Atas dasar pesanan pelanggan tersebut, perusahaan akan menetapkan
harga dan waktu penyelesaian.
b. Produksi untuk persediaan
Proses produksi untuk persediaan menghasilkan garis produk
yang distandardisasikan. Permintaan pelanggan dipenuhi dengan
produk-produk standar tersebut dari persediaan yang ada. Persediaan
digunakan untuk memenuhi permintaan yang tidak pasti dan
merencanakan kebutuhan kapasitas.
c. Penentuan standar kualitas
Menurut Agus Ahyari (2007:241), kualitas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan ini akan sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan pemasaran produk perusahaan di
dalam jangka panjang. Kualitas produk yang baik dan didukung

17

dengan harga yang tidak terlalu tinggi akan banyak membantu


pemasaran produk yang tersebut. Sebaliknya apabila kualitas produk
tidak diperhatikan, maka pemasaran produk ini akan mengalami
kesulitan.
Di dalam perencanaan kualitas produk, manajemen perusahaan
harus sudah mulai merencanakannya sejak saat pengadaan bahan baku
yang dipergunakan, saat proses produksi dan terakhir pada saat produk
tersebut akan keluar dari perusahaan.
4. Layout Fasilitas Produksi
Menurut Handoko (2000:105), penentuan layout peralatan dan
proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas-fasilitas operasi termasuk
mesin, personalia, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, penanganan
bahan (material handling), dan semua peralatan serta fasilitas untuk
terlaksananya proses produksi dengan lancar dan efisien.
James M. Moore dalam Agus Ahyari (2007:36) mendefinisikan
perencanaan layout sebagai perencanaan yang menyeluruh dari tata letak
fasilitas produksi yang ada, sehingga pelaksanaan proses produksi di
dalam perusahaan tersebut akan dapat dilaksanakan dengan seoptimal
mungkin.
1)
Tujuan perencanaan layout
Menurut agus ahyari (2007:46-55), tujuan perencanaan layout ini akan
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Simplifikasi dari proses produksi
Makna dari simplifikasi proses produksi meliputi efisiensi
penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan, pengurangan
waktu tunggu dalam pelaksanaan proses produksi, penumpukan
barang dalam proses dapat dikurangi, pemeliharaan fasilitas

18

produksi menjadi lebih mudah, dan peningkatan produktivitas


perusahaan.
b. Pengurangan biaya pemindahan bahan atau barang
Dengan perencanaan layout yang baik, maka jarak angkut
dari masing-masing tempat tersebut akan diusahakan menjadi
seminimal mungkin. Disamping itu untuk pengangkutan bahan,
barang dalam proses serta barang jadi yang dirasakan berat di
dalam pabrik tersebut akan diusahakan untuk diangkut dengan
mempergunakan alat-alat pemindahan barang yang sesuai dengan
tempat, frekuensi, jarak, volume, dan beban dari masing-masing
barang.
c. Tingkat perputaran persediaan barang setengah jadi tinggi
Dengan mempergunakan perencanaan layout yang baik,
maka perencanaan penggunaan untuk masing-masing kapasitas
mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan di dalam
perusahaan akan dapat disusun sebaik-baiknya. Dengan demikian
kegiatan pemindahan barang setengah jadi ini akan dapat
dilaksanakan dengan lebih cepat dan lebih lancar.
d. Terdapat keamanan kerja dan kepuasan karyawan
Para karyawan perusahaan pada umumnya akan lebih senang
apabila mereka bekerja dengan mesin dan peralatan kerja yang
lengkap, teratur, dan mudah dikendalikan. Keteraturan dari mesin
dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan ini akan
diperoleh apabila manajemen perusahaan yang bersangkutan
mengadakan penyusunan perencanaan layout dan menerapkannya
dengan baik.
e. Pengeluaran kapital yang tidak penting dapat dihindarkan

19

Apabila perusahaan mempunyai perencanaan layout yang


baik, maka investasi untuk mesin dan peralatan produksi di dalam
perusahaan tersebut akan dapat direncanakan dengan lebih baik
pula.
2)

Bentuk-bentuk

layout

produksi
Menurut Agus Ahyari (2007:64-67), secara garis besar layout yang
dapat

dipergunakan

untuk

pelaksanaan

proses

produksi

oleh

perusahaan-perusahaan pada umumnya ada tiga macam, yaitu:


a. Layout produk
Layout produk seringkali disebut dengan layout garis (line
layout). Layout produk ini merupakan penyusunan letak fasilitas
produksi yang didasarkan kepada urutan proses dari bahan baku
sampai menjadi produk akhir. Penempatan mesin dan peralatan
produksi yang dipergunakan dalam pabrik tersebut akan didasarkan
kepada urutan proses yang ada di dalam perusahaan tersebut.
b. Layout proses
Layout proses (process layout) sering pula disebut dengan
layout

fungsional

(functional

layout).

Layout

fungsional

merupakan susunan tata letak dari fasilitas produksi yang


didasarkan atas kesamaan proses dari proses produksi yang
dilaksanakan dalam perusahaan yang bersangkutan.
c. Layout posisi tetap
Layout posisi tetap merupakan susunan tata letak fasilitas
produksi yang diatur didekat tempat proses produksi dalam posisi
yang tetap. Layout yang ketiga ini agak berbeda dengan kedua
layout yang sebelumnya. Layout posisi tetap ini berada di luar
3)

bangunan pabrik dan dipergunakan untuk satu kali proses saja.


Kapasitas Produksi

20

a.

Pengertian

kapasitas

produksi
Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah output (produk)
maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam
suatu selang waktu tertentu (Hendra Kusuma, 2004:113).
Sedangkan menurut Handoko (2000:299), kapasitas adalah suatu
b.

ukuran kemampuan produktif suatu fasilitas per unit waktu.


Analisis break even
dan kapasitas
Menurut Handoko (2000:308), analisis break even digunakan
untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit
keluaran) yang harus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak
menderita rugi. Analisis ini merupakan peralatan yang berguna
untuk menjelaskan hubungan antara biaya, penghasilan dan volume
penjualan, sehingga banyak digunakan dalam penganalisaan
masalah-masalah ekonomi manajerial.
Untuk menghitung titik break-even, perlu ditentukan terlebih
dahulu biaya-biaya tetap dan variabel untuk berbagai volume
penjualan.
Atau dalam bentuk rumusan menjadi:
PxQ=F+(VxQ)
PQ = F + VQ
F=(PV)Q
Dengan demikian, maka
Q=
F
PV
Dengan keterangan: P = harga per unit
Q = kuantitas yang dihasilkan
F = biaya tetap total
V = biaya variabel per unit

5. Manajemen Persediaan
a.

Pengertian Persediaan

21

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan


pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan
tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan
berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
b.
Jenis-jenis Persediaan Fisik:
Menurut Handoko (2000:334-335), menurut jenisnya, persediaan dapat
dibedakan atas:
1)
Persediaan bahan mentah
Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi.
2)

Persediaan

komponen-

komponen rakitan
Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat
dirakit menjadi suatu produk.
3)

Persediaan bahan pembantu


atau penolong
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,

tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.


4)
Persediaan barang

dalam

proses
Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
5)

c.

Persediaan barang jadi


Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah
dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.
Model EOQ (Economic Order Point)
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan

persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan

22

persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan


persediaan (Handoko, 2000:339).
Rumusan EOQ yang biasa digunakan adalah:
EOQ =
2 SD
H
Dimana:
D = permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin)
perpesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
6. Pengendalian Kualitas Produk
Menurut Handoko (2000:427), salah satu kegiatan implementasi
kualitas adalah inspeksi (pemeriksaan). Dimana produk dan jasa harus
selalu diperiksa agar sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan
dan agar satuan-satuan yang rusak dapat disingkirkan. Selain itu juga
untuk menghindarkan perusahaan dari pengerjaan satuan-satuan yang telah
rusak.
Adapun tujuan utama dari inspeksi adalah pencegahan, bukan
perbaikan. Artinya, tujuannya adalah untuk menghentikan komponenkomponen atau jasa yang telah rusak atau tidak berguna lagi.
D. Aspek Sumber Daya Manusia
Aset paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan
dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah tenaga kerja atau manusia
(sumber daya manusia). Terminologi sumber daya manusia (human resources)
merujuk kepada orang-orang yang bekerja dalam organisasi. (Samsudin
2006:21)

23

Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan


menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk,
mengalokasikan sumbe daya finansial, serta merumuskan seluruh strategi dan
tujuan organisasi. Tanpa orang-orang yang memiliki keahlian atau kompeten
maka mustahil bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Sumber daya
manusia inilah yang membuat sumber daya lainnya dapat berjalan. Banyaknya
keunggulan yang dimiliki organisasi atau perusahaan, tidak akan dapat
memaksimalkan produktivitas dan laba usaha tanpa adanya komunitas
karyawan yang berkeahlian, kompeten, dan berdedikasi tinggi terhadap
organisasi atau perusahaan (Samsudin 2006:21). Hal-hal yang diperlukan
diperhatikan di dalam sumber daya manusia dari suatu usaha adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pentingnya peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau
perusahaan, memicu manajemen perusahaan tersebut melakukan suatu
perencanaan

yang

disebut

perencanaan

Sumber

Daya

Manusia.

Perencanaan Sumber Daya Manusia menurut Manullang (2006:26) adalah


langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen yang lebih
menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk
menduduki berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat. Dale
Yoder dalam Manullang, memberi tekanan dalam perencanaan SDM
dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Kuantitas dan kualitas tenaga kerja
b. Tenaga kerja yang cukup dan tepat
c. Penyediaan suplai tenaga kerja yang cakap
d. Memastikan penggunaan tenaga kerja yang efektif
2. Analisis Jabatan

24

Analisis jabatan adalah suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari,


mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik sehingga dapat dihimpun
informasi tentang deskripsi pekerjaan dan kualifikasiyang dipenuhi oleh
tenaga kerja yang akan diserahi pekerjaan. (Sastrohadiwiryo,2005:136).
Tujuan dari analisis jabatan antara lain:
a.Memperoleh tenaga kerja pada posisi yang tepat.
b. Memberikan keputusan pada diri tenaga kerja.
c.Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif.
d. Menetapkan kebutuhan untuk program pelatihan.
e.Menentukan tingkat upah,gaji, dan pemeliharaan administrasi upah dan
gaji.
f. Menetapkan tanggung jawab, pertanggungjawaban, dan autoritas.
g. Mempertimbangkan keadilan darijasa yang kurang puas terhadap
pernyataan yang diberikan.
h. Menetapkan tuntutan yang esensial dalam penetapan standar produksi.
i. Melengkapkan clues untuk meningkatkan metode dan penyederhanaan
kerja.

3. Rekrutmen
Perusahaan akan mencari tenaga baru apabila terjadi kekurangan
karyawan atau tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan. Efektivitas
sebuah perusahaan bergantung pada efektivitas dan produktivitas para
karyawannya. Tanpa didukung oleh tenaga kerja yang berkualitas maka

25

prestasi organisasi atau perusahaan tidak akan menonjol. Oleh karena itu,
rekrutmen sumber daya manusia menjadi aktivitas departemen sumber
daya manusia yang penting. (Samsudin 2006:33). Keberhasilan proses
rekrutmen dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan fungsi-fungsi
dan aktivitas manajemen SDM lain yang dilakukan setelah proses
rekrutmen selesai dilakukan. (Sulistiani dan Rosidah 2003:134)
Rekrutmen adalah suatu proses mencari tenaga kerja dan mendorong
serta memberikan pengharapan kepada mereka untuk melamar pekerjaan
pada perusahaan. Tujuan dari rekrutmen adalah mendapatkan calon
karyawan yang memungkinkan pihak manajemen (recruiter) untuk
memilih atau menyeleksi calon sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
oleh organisasi atau perusahaan. Semakin banyak calon yang berhasil
dikumpulkan maka akan semakin baik karena kemungkinan untuk
mendapatkan calon terbaik akan semakin besar (Samsudin 2006:81).
Proses rekruitmen dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar
dan berakhir ketika para pelamar mengajukan lamarannya. Artinya secara
konseptual dapat dikatakan bahwa langkah yang segera mengikuti proses
rekruitmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian dari rekruitmen.
Jika proses rekruitmen ditempuh dengan tepat dan baik,hasilnya adalah
adanya sekelompok pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin
bahwa hanya yang paling memenuhi semua persyaratanlah yang diterima
sebagai pekerja dalam organisasi yang memerlukannya (Siagian,
2007:132).
4. Seleksi

26

Istilah seleksi berarti pemilihan tenaga kerja yang sudah tersedia.


Seleksi pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang
memenuhi syarat dan memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan deskripsi
pekerjaan yang ada atau sesuai dengan kebutuhan organisasi atau
perusahaan (Samsudin, 2006:92). Proses seleksi terdiri dari berbagai
langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang
akan diterima dan pelamar mana yag akan ditolak (Siagian, 2007:131).
Dalam menentukan jenis dan langkah-langkah dalam proses seleksi, empat
macam tantanganyang perlu diperhatikan dan dihadapi oleh tim seleksi,
yaitu:
a. Penawaran tenaga kerja
b. Tantangan etis
c. Tantangan organisasional
d. Kesamaan kesempatan memperoleh pekerjaan
Dalam menyeleksi karyawan baru, departemen sumber daya manusia
biasanya menyaring pelamar melalui wawancara, tes, dan menyelidiki
latar belakang pelamar. (Samsudin 2006:33).

5. Pelatihan dan Pengembangan


Pelatihan dan pengembangan mempunyai berbagai manfaat karir
jangka panjang yang membantu karyawan untuk tanggungjawab yang
lebih besar di waktu yang akan datang. Program-program pelatihan tidak
hanya penting bagi individu, tetapi juga organisasi dan hubungan

27

manusiawi

dalam

kelompok

kerja,

dan

bahkan

bagi

Negara

(handoko,2001:107). Menurut Handoko, ada 2 tujuan utama program


pelatihan dan pengembangan karyawan. Yang pertama adalah program ini
dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan
karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua adalah program-program
tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja
karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk
memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang
akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,
kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak. Dalam ilmu pengetahuan
tentang perilaku, pelatihan merupakan kegiatan lini dan staf yang
tujuannya mengembangkan kepemimpinan untuk memperoleh efektivitas
pekerjaan

individual

tenaga

kerja

yang

lebih

besar,

hubungan

antarindividu tenaga kerja dalam perusahaan menjadi lebih baik, dan


penyesuaian manajer yang ditingkatkan kepada suasana lingkungan secara
keseluruhan.
Pengembangan sumber daya manusia adalah penyiapan manusia atau
karyawan untuk memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam organisasi
atau perusahaan (Samsudin 2006:107). Pengembangan sumber daya
manusia

adalah

aspek

yang

sangat

penting

dalam

organisasi.

Pengembangan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan
sifat-sifat kepribadian. Melalui pengembangan karyawan yang ada,

28

departemen personalia mengurangi ketergantungan perusahaan pada


penarikan-penarikan karyawan baru. Bila karyawan dikembangkan secara
tepat, lowongan pekerjaan lebih mungkin dipenuhiterlebih dulu secara
internal. (Handoko,2001:117).
6. Kemakmuran Pekerja
Kemakmuran pekerja dapat dilakukan suatu perusahaan dengan
memberikan kompensasi kepada karyawannya. Kompensasi mengandung
arti yang lebih luas dari pada upah atau gaji. Upah atau gaji lebih
menekankan pada balas jasa yang bersifat finansial, sedangkan
kompensasi mencakup balas jasa, baik secara langsung berupa uang
(finansial) maupun tidak langsung berupa penghargaan (non-finansial).
(Samsudin 2006:187)
Dessler dalam Samsudin (2006:187) menyatakan kompensasi adalah
setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan
dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu. Kompensasi mempunyai
dua aspek. Pertama, pembayaran keuangan langsung dalam bentu upah,
gaji, insentif, komisi dan bonus. Kedua, pembayaran tidak langsung dalam
bentuk tunjangan keuangan, seperti asuransi dan uang liburan yang
dibayarkan perusahaan.
Bentuk-bentuk kompensasi antara lain:
a.

Upah
Pembayaran berupa uang untuk pelayanan kerja atau uang yang
biasanya diberikan kepada pegawai secara perjam, per harian.

b.

Gaji

29

Gaji merupakan uang yang dibayarkan kepada pegawai atas jasa yang
diberikan secara bulanan.
c.

Insentif
Suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak
pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan
motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.

d.

Pelayanan
Nilai keuangan langsung untuk pegawai yang tidak dapat secara
mudah ditentukan.

Tujuan pemberian kompensasi dalam Samsudin (2006:188) adalah sebagai


berikut:
a. Pemenuhan kebutuhan ekonomi. Karyawan menerima kompensasi
berupa upah, gaji atau bentuk lainnya adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari atau dengan kala lain, kebutuhan
ekonominya. Dengan adanya kepastian menerima upah atau gaji
tersebut secara periodik, berarti adanya jaminan economic security
bagi dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
b. Meningkatkan produktivitas kerja. Pemberian kompensasi yang makin
baik akan mendorong karyawan bekerja secara produktif.
c. Memajukan organisasi atau perusahaan. Semakin berani suatu
perusahaan atau organisasi memberikan kompensasi yang tinggi,
semakin menunjukkan betapa makin suksesnya suatu perusahaan, sebab
pemberian kompensasi yang tinggi hanya mungkin apabila pendapatan
perusahaan yang digunakan untuk itu makin besar.

30

d. Menciptakan keseimbangan dan keadilan. Ini berarti bahwa pemberian


kompensasi berhubungan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
karyawan pada jabatan sehingga tercipta keseimbangan antara input
(syarat-syarat) dan output.
Salah satu teknik yang biasa digunakan untuk mendorong para
karyawan meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan
memberikan insentif finansial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan
karyawan yang dinyatakan dalam unit produksi. (Siagian, 2006: 268)
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu
bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui.
(Siagian, 2006: 269)
7. Pengembangan Karir atau Peluang Untuk Peningkatan Karir
Pengembangan karir (career development) adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi
pada jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
(Samsudin 2006:141). Pengembangan karir merupakan upaya-upaya
pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. (Handoko
1995:130-131)
Pengembangan karir pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan para pekerja agar
semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan
organisasi. (Samsudin 2006:149)
Karir menunjuk pada perkembangan karyawan secara individual
dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa

31

kerja tertentu dalam suatu organisasi. Untuk mendapatkan tenaga kerja


yang kompetitif, diperlukan usaha memeberikan bantuan agar para pekerja
yang potensial dapat mencapai jenjang karir sejalan dengan usahanya
untuk mewujudkan tugas perkembangannya. (Samsudin 2006:140)
Manfaat pengembangan karir menurut Samsudin (2006:154) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatnya kemampuan karyawan. Dengan pengembangan karir

melalui

pendidikan

dan

pelatihan,

akan

lebih

meningkatkan

kemampuan intelektual dan keterampilan karyawan yang dapat


disumbangkan pada organisasi.
b. Meningkatnya suplai karyawan yang berkemampuan. Jumlah karyawan
yang lebih tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan menjadi
bertambah sehingga memudahkan pihak pimpinan (manajemen) untuk
menempatkan karyawan dalam pekerjaan yang lebih tepat.

8. Kesehatan dan keselamatan kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktifitas kerja (Trenaningningsih, 2010:1). Dengan
adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat
mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko kecelakaan

32

kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan ditempat kerja. Sehingga karyawan merasa nyaman dan aman
dalam melakukan kegiatan kerjanya, sehingga diharapkan produktivitas
kerja karyawan dapat meningkat.

E. Aspek Keuangan
Aspek keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang
diperlukan dalam pendirian atau pengembangan usaha yang direncanakan
kemudian merangkumnya dalam bentuk laporan keuangan (neraca, laba/rugi,
cash flow) kemudian menganalisisnya untuk menentukan kelayakan usaha
tersebut. Tujuan analisis dalam aspek keuangan adalah untuk mengevaluasi
keseluruhan pembahasan tiap tiap aspek yang membutuhkan dana dan modal
kerja kedalam analisis investasi yang ditinjau dari waktu pengembalian modal
(pay back period), tingkat pengembalian (rate of return), tingkat
pengembalian investasi (return on investment), dan nilai sekarang bersiah (net
present value).
1. Pengertian Aspek Keuangan
Dalam praktek pembiayaan suatu usaha bersumber dari dana yang
diperoleh secara gabungan antara modal sendiri dengan modal pinjaman.
Masalah yang perlu memperoleh perhatian berkaitan dengan perolehan
modal adalah masa pengembalian modal dalam jangka waktu tertentu.
Tingkat pengembalian ini tergantung dari perjanjian dan estimasi
keuntungan yang akan diperoleh pada masa-masa mendatang. Estimasi
keuntungan diperoleh dari selisih pendapatan dengan biaya dalam suatu

33

periode tertentu. Besar kecilnya keuntungan sangat berperan dalam


pengembalian dana suatu usaha.
Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh dimasa
tang akan datangperlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan
membandingkan data dan informasi ada sebelumnya. Begitu juga dengan
estimasi biaya-biaya yang akan dikeluarkan perlu dirinci serinci mungkin.
Semua ini tentunya menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya
akan dituangkan dalam aliran kas (cash flow) perusahaan selama periode
usaha.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek keuangan
merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek yang
lainnya, karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal yang berkaitan
dengan keuntungan perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya.
Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal
seperti:
a.

Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.

b.

Kebutuhan biaya investasi.

c.

Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa


periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan
selama umur investasi.

d.

Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa


periode kedepan.

34

e.

Kriteria penilaian investasi.

2. Sumber Dana
Untuk mendanai suatu kegiatan investasi maka biasanya diperlukan
dana yang relatif cukup besar. Perolehan dana dapat dicari dari berbagai
sumber dana yang ada seperti modal sendiri atau dari modal pinjaman atau
keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang
dibutuhkan dan kebijaka pemilik usaha. Pertimbangannya tidak lain adalah
untung ruginya jika menggunakan salah satu modal atau dengan modal
gabungan. Dilihat dari segi sumber asalnya, modal dibagi 2 macam, yaitu:
a)

Modal Asing (modal pinjaman).


Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya secara pinjaman.
Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang relatif tidak
terbatas. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh antara lain
dari:

b)

Pinjaman dari dunia perbankan

Pinjaman dari lembaga keuangan

Pinjaman dari perusahaan nonbank


Modal Sendiri.

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik


perusahaan sendiri. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk
membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban bunga seperti
modal pinjaman. Kemudian tidak adanya kewajiban untuk

35

mengembalikan

modal

yang

telah

digunakan.

Kerugian

menggunakan modal sendiri jumlahnya sangat terbatas dan relatif


sulit untuk memperolehnya.
3. Arus Kas ( Cash Flow )

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada diperusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang
yang masuk (cash in) keperusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut.
Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
Dalam cash flow semua data pendapatan yang akan diterima biaya
yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya diestimasi
sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan
pengeluaran di masa yang akan datang.
Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa
pendapatan yang akan diperoleh dan berpa besarnya biaya yang harus
dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian jenis-jenis pendapatan dan
biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya cash flow
akan terlihat pada kas akhir yang diterima perusahaan.
Jadi, arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam
suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan
berakhirnya investasi tersebut. Jenis-jenis cash flow yang dikaitkan
dengan suatu usaha terdiri dari:

36

a)

Initial cash flow atau


lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran
pada awal periode untuk investasi. Contoh biaya pra-investasi
adalah pembelian tanah, gedung, mesin peralatan, dan modal kerja.

b)

Operasional

cash

flow

merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi


usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang
dikeluarkan pada suatu periode.
c)

Terminal

cash

flow

merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut


berakhir.
4. Kriteria Penilaian Investasi
Untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek
keuangan perlu dilakukan dapat diukur dengan beberapa kriteria. Ada
beberapa kriteria untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak
untuk dijalankan ditinjau dari aspek keuangan. Kriteria ini sangat
tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan metode mana
yang akan digunakan.
Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan
suatu usaha atau investasi adalah:
a)

Payback Period (PP)


Metode payback period (PP) merupakan teknik penilaian
terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek
atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih

37

(proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan


penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan
catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri).
Ada 2 macam model perhitungan yang digunakan dalam
menghitung masa pengembalian investasi sebagai berikut:
1)

Apabila kas bersih setiap tahunnya sama:

PP

Investasi
1 tahun
Kas bersih / Tahun

2)

Apabila kas bersih setiap tahun berbeda:


Investasi

= Rp XXX

Kas bersih th 1 = Rp XXX ()


= Rp XXX
Kas bersih th 2 = Rp XXX ()
= Rp XXX
Dst...........................
Jika sisa tidak dapat dikurangi proceed th selanjutnya, maka
sisa proceed dibagi proceed th berikutnya.
Kelemahan metode payback period adalah:

Mengabaikan time value of money

Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah


masa pengembalian.

b)

Average Rate of Return


(ARR)

38

Average Rate of Return merupakan cara untuk mengukur ratarata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata
laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata investasi.

Rumus untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut:


ARR

Rata - rata EAT


Rata - rata investasi

Rata - rata EAT

Total EAT
Umur Ekonomis (n)

Rata - rata investasi

c)

Investasi
2

Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV
investasi (capital outlay) selama umur investasi. Selisih antara nilai
kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV).
Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu harus diketahui berapa
PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat
dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi
tertentu.
Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah
sebagai berikut:
NPV

Kas bersih 1
Kas bersih 2
Kas bersih N

.....
Investasi
1 r
2
1 r
1 r n

39

NPV positif, maka investasi diterima

NPV negatif, maka investasi ditolak

d)

Internal Rate of Return


(IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur
tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua cara yang digunakan untuk
mencari IRR, yaitu:

1)

NPV
1
IRR i
(i i )
1
1
2
NPV NPV
1
2

Dimana:
i1

= tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan


NPV1)

i2

= tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan


NPV2)

NPV1

= net present value 1

NPV2

= net present value 2

Kesimpulan:

e)

Jika IRR > bunga pinjaman, maka diterima

Jika IRR < bunga pinjaman, maka ditolak


Profitability Index (PI)

40

Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio)
merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih
dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumusan yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai
berikut:
PI

PV Kas Bersih
100%
PV Investasi

Kesimpulannya:

Apabila PI > 1 maka diterima

Apabila PI < 1 maka ditolak

Anda mungkin juga menyukai