UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
2008
Oleh:
ANDHYNI ERIEL TOMBE
0304040125
DEPOK
2008
SKRIPSI
NAMA
NPM
: 0304040125
Dr. ABINAWANTO
PEMBIMBING II
()
( ...)
(.)
Dedicated to
KATA PENGANTAR
ii
Mbak Neneng, Mbak Rere, Mbak Ainun, Ibu Shanti, Ibu Lina, Njoom, dan
Agus serta rekan-rekan di Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong atas segala
persahabatan, diskusi, dan kerjasama yang terjalin selama penelitian.
Terimakasih kepada seluruh rekan senasib seperjuangan Biologi 2004
(Baliveau), asisten Genetika, secara khusus penulis ucapkan kepada CC,
Mbem, Tina, Acidz, dan Tibo untuk semua kebersamaan, persahabatan, tawa
dan tangis yang telah kita lewati bersama, serta empat sekawan Ades, Aldi,
Bancedz, dan Bill untuk semua hal yang menghibur hati penulis. Kehadiran
kalian membuat semuanya terlihat lebih indah. Terimakasih untuk Radutz,
rekan seperjuangan di Laboratorium Virologi Molekular LIPI, atas segala suka
duka, kerjasama, diskusi, dan dukungannya.
Penulis sangat berterima kasih kepada Ayah, Bunda, Kak Eva, dan
Kak Kiki atas segala doa, perhatian, pengertian, serta dukungan baik moril
maupun materiil. Terima kasih penulis ucapkan untuk Eben Haezer, S.T.,
atas dukungan, kasih sayang, doa, dan terlebih untuk kehadirannya yang
telah menghapus segala lara dan kejenuhan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya akhir yang belum
sempurna ini dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya dan
dapat memberikan ilmu kepada siapapun yang membacanya.
Penulis
2008
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................
ABSTRAK..............................................................................................
iii
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
viii
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN..
10
12
F. Streptomyces....................................................................
14
16
17
2. Kromatografi..................................................................
19
vi
3. Dialisis...........................................................................
21
H. Analisis protein.................................................................
23
1. Elektroforesis...............................................................
23
2. Elektroforesis SDS-PAGE...........................................
25
25
27
27
B. Alat ...................................................................................
27
C. Bahan...............................................................................
28
1. Sampel........................................................................
28
2. Medium.......................................................................
28
3. Bahan kimia................................................................
29
D. Cara kerja.........................................................................
30
30
31
32
35
36
37
vii
38
38
41
43
43
46
3. Dialisis...........................................................................
48
49
5. Analisis SDS-PAGE......................................................
51
53
56
A. Kesimpulan...........................................................................
56
B. Saran....................................................................................
57
DAFTAR ACUAN.....................................................................................
58
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
69
69
70
71
72
6. Gel filtrasi.......................................................................................
73
7. Dialisis............................................................................................
73
74
75
10. Skema kerja isolasi inhibitor RNA helikase virus JE dari kultur S.
achromogenes...............................................................................
76
77
77
78
78
79
79
80
80
ix
81
81
82
82
83
83
84
84
85
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
87
87
87
87
88
88
89
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
90
90
94
95
BAB I
PENDAHULUAN
Hatsu dkk. (2002: 6), inhibitor RNA helikase virus JE diduga sebagai suatu
molekul protein.
Penelitian diawali dengan produksi RNA helikase virus JE yang
digunakan sebagai substrat untuk uji aktivitas inhibisi senyawa inhibitor.
Enzim RNA helikase diekspresikan menggunakan vektor ekspresi pET21b/JEV NS3 yang ditransformasikan ke dalam bakteri Escherichia coli
BL21(DE3)pLysS dan diinduksi dengan isoprophyl--D-thiogalactoside
(IPTG). Enzim RNA helikase dipurifikasi menggunakan metode metal-chelate
affinity chromatography (MCAC) dan protein dianalisis dengan sodium
dodecyl sulfate- polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) 8%. Uji
aktivitas RNA helikase dilakukan dengan metode ATPase kolorimetrik.
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengisolasi senyawa inhibitor
RNA helikase virus JE dari kultur S. achromogenes, dengan menggunakan
metode isolasi protein. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai substansi dari kultur S. achromogenes yang bersifat
inhibisi terhadap RNA helikase virus JE serta bermanfaat sebagai acuan dan
data awal untuk tahapan selanjutnya dalam purifikasi dan karakterisasi
senyawa inhibitor RNA helikase virus JE.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ribosom sel inang menjadi poliprotein. Genom RNA untai positif juga
digunakan sebagai cetakan untuk replikasi genom RNA dengan melibatkan
RNA polimerase dan RNA helikase. Pematangan virus (virion assembly)
terjadi setelah komponen virus (struktural dan nonstruktural) terbentuk, virus
yang sudah matang akan dilepaskan dari sel (Brooks dkk. 2005: 45)
Virus JE mempunyai genom RNA positif untai tunggal dengan panjang
11 kb, dengan ujung 5UTR dan 3UTR nonpoli-A. Genom RNA virus JE
memiliki 98 nukleotida pada ujung 5' UTR dengan struktur cap tipe 1, open
reading frame (ORF) tunggal, dan 585-nukleotida pada ujung 3'-UTR
nonpoli(A) (Gambar 4). Sebagian besar dari ORF tunggal mengkode
poliprotein dari ~3,400 asam amino yang diproses oleh protease inang dan
virus menjadi tiga protein struktural dan tujuh protein nonstruktural (Kim dkk.
2007: 59). Protein struktural (capsid (C), precursor to the membrane (prM),
dan envelope (E)) berada di ujung N sepertiga dari poliprotein dan berfungsi
membentuk struktur virus. Protein nonstruktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3,
NS4A, NS4B, dan NS5) berada di ujung C dua pertiga dari poliprotein dan
berperan dalam proses replikasi genom virus (Kaur & Vrati 2003: 421--422).
Protein NS3 dengan berat molekul sekitar 68--70 kDa memiliki aktivitas serin
protease, NTPase (termasuk ATPase), serta RNA helikase (Utama dkk.
2000: 316).
Vektor pET-21b berukuran 5.422 kb dan memiliki sekuen T7 tag pada ujung
N dan sekuen His tag pada ujung C. Plasmid ditransformasi ke dalam E. coli
BL21 (DE3) pLysS. Utama dkk. (2000: 74), menggunakan vektor pET 21-b
dan inang E. coli BL21 (DE3) pLysS untuk produksi protein NS3 virus
Japanese encephalitis. Inkubasi kultur E. coli BL21 (DE3) pLysS dilakukan
pada suhu 37 C karena merupakan suhu yang optimum bagi pertumbuhan
bakteri (Weaver 2005: 220).
Induksi ekspresi RNA helikase virus JE dilakukan dengan
menggunakan IPTG. Proses induksi IPTG terjadi melalui dua tahap. Tahap
pertama, IPTG akan berikatan dengan protein lac represor dan merubah
struktur protein lac represor. Perubahan struktur protein lac represor
menyebabkan terlepasnya protein tersebut dari sekuen lac operator pada
genom E. coli, sehingga RNA polimerase E. coli dapat berikatan dan
mentranskripsi T7 RNA polimerase. Enzim T7 RNA polimerase digunakan
untuk transkripsi sekuen insersi. Tahap kedua, induksi dimulai pada saat
IPTG berikatan dengan represor protein pada plasmid pET-21b dan merubah
konformasinya sehingga represor terlepas dari daerah operator dan T7RNA
polimerase dapat berikatan dengan plasmid dan mentranskripsi gen
NS3/RNA helikase virus JE (Spangler 2002: 114).
2. Purifikasi
Purifikasi protein RNA helikase dilakukan dengan kromatografi afinitas
menggunakan resin BD TALONTM. Resin BD TALONTM merupakan resin
dengan muatan ion kobalt (Co2+), yang didesain untuk memurnikan protein
rekombinan yang mengandung polihistidin. Utama dkk. (2000: 74)
melaporkan bahwa plasmid yang digunakan untuk ekspresi protein RNA
helikase mengkode asam amino 163--619 dari protein NS3 JEV, dengan His
tag (Histidine-tagged) pada ujung C dari asam amino tersebut. Histidin
merupakan asam amino yang paling penting dalam memediasi pengikatan
sebagian besar protein pada ion logam Co2+ yang diam (tidak bergerak).
Histidin berikatan secara selektif ke ion logam Co2+ meskipun dalam larutan
tersebut terdapat ion metal bebas (Petty dkk. 1997: 9.4.12).
Resin BD TALONTM mengikat protein yang memiliki polihistidin dengan
lebih selektif dibandingkan resin lain seperti resin Ni-NTA. Resin Ni-NTA
sering menunjukkan kecenderungan yang tidak diinginkan yaitu berikatan
dengan protein inang yang tidak diinginkan yang juga memiliki residu histidin.
Menurut BD Biosciences (2003: 4--5), BD TALONTM secara signifikan
menunjukkan afinitas yang lebih rendah terhadap protein inang, dengan
demikian tidak perlu dilakukan pencucian sebelum proses elusi
Ikatan antara protein target yang memiliki residu 6xHis tag dan resin.
dilepas menggunakan imidazol 400mM. Imidazol identik dengan situs
pengikatan pada histidin, sehingga akan lebih kuat untuk berikatan dengan
10
11
12
substansi yang positif bersifat inhibisi akan menghasilkan pita yang sejajar
dengan kontrol RNA untai ganda (Hatsu dkk. 2002: 7).
13
14
2001: 739). Inhibitor juga dapat ditemukan secara alami di alam sekitar,
seperti dari hewan, tanaman, atau dari mikroorganisme (Hiraga dkk. 2000:
25173). Beberapa mikroorganisme yang telah diketahui menghasilkan suatu
substansi inhibitor di antaranya adalah: Neurospora crassa, Streptomyces
albogriseolus, Streptomyces antifibrinolyticus, dan Streptomyces caespitosus
(Kakinuma dkk. 1978: 1529).
F. Streptomyces
Streptomyces merupakan salah satu genus dari Famili
Streptomycetaceae, kelompok Actinomycetes, bakteri Gram positif berfilamen
yang menghasilkan spora, dan memiliki DNA kaya dengan basa G+C dari 57-75%. Sebagian besar Streptomyces hidup secara bebas di alam, tersebar di
tanah, laut, sungai, udara, dan hidup berkoloni di tanaman (Lo dkk. 2002: 1).
Streptomyces dapat membentuk miselium yang bercabang, terbentuk
sempurna, umumnya tidak berfragmen bila dikultur pada substrat agar, dan
membentuk koloni yang padat. Struktur filamen pada fase vegetatif
umumnya memiliki sedikit miselium substrat. Miselium aerial yang spesifik
terbentuk seiring dengan pertumbuhan koloni. Miselium aerial terbentuk
sebagai respons terhadap keterbatasan nutrisi dari lingkungan.
Streptomyces memiliki kemampuan untuk menghidrolisis senyawa organik
kompleks di lingkungan sekitarnya. Streptomyces tidak memiliki outer
mebrane, sehingga Streptomyces dapat langsung mensekresikan protein ke
lingkungannya (Strickler dkk. 1992: 3236).
15
: Bacteria
Filum
: Actinobacteria
Kelas
: Actinobacteria
Ordo
: Actinomycetales
Famili
: Streptomycetaceae
Genus
: Streptomyces
Spesies
: Streptomyces achromogenes
16
17
protein dengan sifat tertentu dari protein lain yang tidak diinginkan dalam
analisis. Suatu teknik isolasi dan identifikasi protein harus
mempertimbangkan sifat-sifat fisik, kimiawi, dan kelistrikan suatu protein
sehingga struktur dan aktifitasnya tidak berubah. Metode yang biasa
digunakan untuk tahap awal isolasi adalah metode yang memiliki daya
pemisah terendah seperti pengendapan dengan amonium sulfat (Englard &
Seifter 1990: 285).
1. Pengendapan protein dengan amonium sulfat
Pengendapan protein dilakukan dengan tujuan memisahkan protein
dari monosakarida, oligosakarida, nukleotida, asam amino bebas, dan protein
lainnya yang masih tertinggal di larutan. Proses pengendapan dilakukan
dengan melibatkan pH dan konsentrasi senyawa organik atau konsentrasi
garam dari medium (Palmer 1987: 320). Garam yang sering digunakan untuk
meningkatkan efektifitas pemisahan dan presipitasi protein adalah amonium
sulfat. Beberapa kelebihan metode pengendapan menggunakan amonium
sulfat antara lain dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
mempertahankan protein dalam tahap folding, pengkoleksian protein lebih
mudah dilakukan yaitu dengan pembentukan pelet dari proses sentrifugasi,
karena densitas larutan jenuh bernilai rendah (Sigma-Aldrich 2002: 1).
Proses presipitasi menggunakan amonium sulfat dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu salting-in dan salting-out. Metode salting-in
dilakukan dengan menambahkan garam yang tidak jenuh atau pada
18
19
20
a. Affinity chromatography
Metode Affinity chromatography merupakan metode purifikasi yang
umum digunakan untuk purifikasi enzim (protein aktif). Enzim yang akan
dipurifikasi dilewatkan melalui sebuah tabung yang mengandung polimer atau
gel yang mengandung protein spesifik yang terikat secara kovalen.
Beberapa jenis affinity chromatography antara lain: lectin affinity
chromatography, dye affinity chromatography, immunoaffinity
chromatography, dan metal-chelate affinity chromatography (Petty 1997:
9.0.1).
Metal-chelate affinity chromatography (MCAC) merupakan metode
purifikasi protein rekombinan yang memiliki 6 residu histidin bertautan pada C
terminal atau N terminal. Metode MCAC dilakukan berdasarkan kemampuan
asam amino (histidin, triptofan, tirosin, atau fenilalanin) tertentu yang
berperan sebagai donor elektron pada permukaan protein untuk berikatan
secara reversibel pada ion logam transisi yang telah berikatan secara
kovalen dengan komponen padat. Histidin merupakan asam amino yang
paling penting dalam mediasi pengikatan sebagian besar protein pada ion
logam yang diam (tidak bergerak). Histidin berikatan secara selektif pada ion
logam yang diam tersebut meskipun dalam larutan tersebut terdapat ion
logam bebas. Ion tembaga (Cu2+) memiliki afinitas terbesar terhadap histidin
(Petty 1997: 9.4.12). Purifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan resin
BD Talon yang mengandung ion tembaga (Cu2+) (Petty 1996: 9.4.1). Utama
21
dkk. (2000: 74) menggunakan metode MCAC untuk purifikasi RNA helikase
virus JE dengan resin Ni-NTA dan BD-Talon. Protein yang berikatan dengan
resin dilepas menggunakan buffer elusi (mengandung imidazole 400 mM).
b. Kromatografi filtrasi gel
Kromatografi filtrasi gel adalah teknik yang umum digunakan untuk
memisahkan molekul protein berdasarkan ukuran relatifnya. Fasa diam
kromatografi filtrasi gel (molecular-sieve chromatography) menggunakan
kolom berupa partikel resin polimer berpori yang memisahkan komponen
sampel berdasarkan ukuran molekulnya. Proses pemisahan molekul protein
bergantung pada kecocokan ukuran pori dengan ukuran molekul protein yang
akan dipisahkan (Gambar 6). Molekul protein yang berukuran kecil dapat
masuk ke dalam pori dari partikel resin polimer. Protein tersebut diperlambat
pada saat melewati fasa diam. Molekul protein yang terlalu besar untuk
menembus pori-pori butiran gel akan melewati kolom secara cepat, sehingga
molekul terpisah ke beberapa fraksi menurut ukuran molekulnya. Fasa gerak
dalam tipe tersebut berupa zat cair (Kenkel 1994: 335--336).
3. Dialisis
Dialisis merupakan metode pemisahan molekul kecil dan molekul
besar dengan gaya difusi selektif melalui membran semipermeabel. Sampel
yang mengandung protein umumnya mengandung komponen yang tidak
diinginkan, seperti garam buffer (Tris, PBS, dan lain-lain). He dkk. (1995:
22
23
H. ANALISIS PROTEIN
1. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan salah satu metode yang umum digunakan
untuk analisis protein. Analisis protein merupakan studi mengenai aktivitas
dan struktur umum dari suatu protein. Elektroforesis adalah suatu teknik
pemisahan molekul organik yang bermuatan pada sebuah gel berdasarkan
kecepatan migrasi dalam suatu medan listrik (Seidman & Moore 2000: 263).
Molekul yang bermuatan negatif akan bermigrasi menuju kutub positif
(anoda), sedangkan molekul yang bermuatan positif akan bermigrasi menuju
kutub negatif (katoda) (Bregman 1990: 66).
Teknik elektroforesis banyak digunakan untuk memisahkan berbagai
macam molekul organik (seperti DNA, RNA, dan protein), menentukan berat
protein spesifik, menentukan isoelectric point suatu protein yang
menunjukkan nilai pH netral, dan menentukan kemurnian protein yang telah
diisolasi (Klug & Cummings 1994: A-6; Seidman & Moore 2000: 582). Tujuan
elektroforesis adalah memisahkan molekul dari protein besar menjadi
polipeptida-polipeptida dan rantai asam nukleat atau bahkan nukleotida
tunggal, sehingga berat molekul dari protein yang diinginkan dapat diukur
(Wolfe 1993: 126).
Kecepatan migrasi molekul melalui gel dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti faktor ukuran, bentuk, densitas, dan voltase. Molekul yang
berukuran lebih besar, bergerak lebih lambat dibandingkan molekul yang
24
lebih kecil karena molekul tersebut mengalami hambatan dalam melewati gel.
Faktor bentuk juga memiliki efek yang hampir sama. Molekul dapat
berbentuk spherical (bulat), elips, atau fibrillar (serat) panjang. Molekul yang
berbentuk bulat lebih cepat bermigrasi melalui gel, sedangkan molekul yang
berbentuk elips atau serat panjang lebih lama. Faktor densitas muatan
berkaitan dengan jumlah relatif ion positif dan negatif per unit area pada
permukaan media. Semakin tinggi densitas muatan, semakin padat atau
banyak molekul yang bergerak ke ujung gel yang berlawanan arah dengan
sumber arus (Wolfe1993: 126). Voltase adalah besarnya tegangan listrik
yang digunakan di dalam elektroforesis. Voltase rendah digunakan untuk
pemisahan molekul yang berukuran lebih besar, sedangkan voltase tinggi
digunakan untuk pemisahan molekul berukuran lebih besar (Birren & Lai
1993: 132).
Komponen-komponen elektroforesis terdiri atas gel, buffer, marker,
apparatus electrophoresis (Vodopich & Moore 2005: 61). Jenis-jenis gel
yang dapat digunakan untuk teknik elektroforesis ada empat, yaitu gel
selulosa asetat, gel agarosa, gel poliakrilamida, gel pati. Gel selulosa asetat
digunakan untuk pemisahan protein secara cepat. Pemisahan secara
perlahan dapat dilakukan dengan menggunakan gel yang terbuat dari
agarosa, poliakrilamida, atau pati. Poliakrilamida dibentuk dari bahan sintetik
(molekul akrilamida). Gel poliakrilamida memiliki ukuran pori yang lebih kecil
daripada gel agarosa, sehingga lebih akurat dalam pemisahan molekul, akan
tetapi sukar dalam persiapannya (Martin 1996: 13--14).
25
2. Elektroforesis SDS-PAGE
Elektroforesis SDS-PAGE menggunakan gel poliakrilamida untuk
elektroforesis protein, dengan buffer yang mengandung sodium dodecyl
sulfate (Freifelder 1987: 73). Protein tersusun dari sejumlah asam amino,
beberapa di antaranya tidak bermuatan, beberapa bermuatan positif, dan
yang lainnya bermuatan negatif. Protein memiliki struktur sekunder, tersier,
dan kuartener. Protein yang telah diberi perlakuan dengan deterjen yang
mengandung ion kuat seperti sodium dodecyl sulphate (SDS) dan agen
pereduksi seperti mercaptoethanol, akan mengalami eliminasi struktur
sekunder, tersier, dan kuartener (Weaver 2005: 93--94). Setelah
elektroforesis, protein dapat divisualisasi dengan pewarna seperti coomassie
brilliant blue atau silver stain yang berikatan dengan protein (Burden &
Whitney 1995: 128).
3. Pengukuran konsentrasi protein menggunakan uji Bradford
Uji Bradford merupakan salah satu metode yang umum digunakan
untuk menghitung konsentrasi protein. Metode Bradford lebih cepat dan
akurat dibandingkan metode lainnya, serta sensitif terhadap jumlah protein
yang sedikit (5--200 g). Pengukuran konsentrasi protein dilakukan
berdasarkan nilai absorbansi maksimum reagen pewarna coomassie brilliant
blue G-250 yang terikat pada protein. Pengukuran dilakukan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 465--595 nm. Uji Bradford
26
27
BAB III
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
B. ALAT
Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah
oak ridge centrifuge tube with sealing cap ukuran 50 ml [Nalgene]; microtube
ukuran 1,5 ml [Axygen]; gelas Beaker 100 ml, 200 ml, dan 500 ml [Iwaki];
Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, 1.000 ml & 2.000 ml [Iwaki]; tip mikropipet;
mikropipet p20, p200, dan p1000 [Gilson]; gelas ukur 50 ml, 100 ml, dan
1.000 ml [Iwaki]; kuvet disposable; filter 0,22 Vm [Millex]; syringe 5 ml [Millex];
cawan petri disposable; kawat ose; stopwatch [Hoseki]; vortex-mixer
[Barnsted Thermolyne Maxi Mix II 37600 mixer]; timbangan digital [Precisa
XT 120A]; timbangan analitik; pH meter [Thermo Orion 410 A+]; rocking
platform [N-BIOTEK], hot plate stirrer [Spin bar]; filter magnetic stirring bars
[Spinbar]; rotator [N-BIOTEK]; 96-well microtiter plate [Nalge Nunc],
microplate reader [Multiscan EX Thermo], reservoir 100 ml [Labcor]; laminar
28
C. BAHAN
1. Sampel
Sampel yang digunakan dalam ekspresi dan purifikasi RNA helikase
virus JE adalah Escherichia coli BL21(DE3)pLysS yang membawa plasmid
pET 21b/JEV NS3. Sampel yang digunakan dalam purifikasi inhibitor RNA
helikase virus JE adalah isolat 06-399 yang telah diidentifikasi secara
morfologi dan molekular oleh Laboratorium Mikrobiologi Pusat Penelitian dan
Bioteknologi LIPI, dan diketahui merupakan spesies Streptomyces
achromogenes (Okami dan Umezawa 1953).
2. Medium
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan E. coli
BL21(DE3)pLysS adalah medium Luria Bertani (LB) cair [Qbiogene]. Medium
yang digunakan untuk menumbuhkan S. achromogenes adalah medium
International Streptomyces Project 2 (ISP2).
29
3. Bahan kimia
a. Bahan kimia untuk ekstraksi, purifikasi, dan RNA helikase virus JE
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi dan purifikasi RNA
helikase virus JE adalah larutan 10 mM Tris HCl [MP Biomedicals]; 0,25%
Tween 20 [MP Biomedicals]; 100 mM NaCl [Merck]; 400 mM imidazol [MP
Biomedicals]; resin BD-TALONTM [Qiagen]; 0,3 mM IPTG [MP Biomedicals];
100 mM ampisilin [MP Biomedicals]; dan alkohol 70% serta 96% [Merck];
b. Bahan kimia untuk dialisis
Buffer dialisis (10 mM Tris HCL pH 8,5 [Qbiogene].; 100 mM NaCL
[Merck]; 10% gliserol); dan kantung dialisis DO405-10 ft Seamless Cellulose
Tubing (20 mm x 15 mm).
c. Bahan kimia untuk isolasi inhibitor RNA helikase virus JE
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk purifikasi inhibitor RNA
helikase virus JE adalah amonium sulfat [Merck]; Sephadex G-50 fine [GE
Healthcare]; dan 20 mM buffer Tris pH 7,5 [Qbiogene].
d. Bahan kimia untuk uji ATPase
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk uji ATPase adalah 1 mM &
1 M MgCl2 [MP Biomedicals]; 10 mM MOPS [Qbiogene]; malachite green
oxalate salt [MP Biomedicals]; citric acid trisodium salt dehydrate [MP
30
D. CARA KERJA
Skema seluruh rangkaian cara kerja dapat dilihat pada Gambar 8,
Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11.
1. Pembuatan larutan, buffer, dan medium
Pembuatan larutan, buffer, dan medium yang digunakan selama
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
31
32
33
34
stirring bar selama 3 jam pada suhu 4 C. Buffer dialisis diganti setiap satu
jam sekali. Sampel hasil dialisis dikoleksi dan disimpan pada suhu -20 C
untuk selanjutnya digunakan dalam uji kolorimetrik ATPase. Aktivitas inhibisi
tiap sampel variasi saturasi diuji, persentase saturasi dengan nilai inhibisi
tertinggi digunakan untuk mengendapkan protein inhibitor dari 200 ml
supernatan (medium) kultur S. achromogenes.
c. Fraksinasi
Hasil dialisis resuspensi pengendapan 200 ml supernatan
menggunakan amonium sulfat dipurifikasi dan difraksinasi menggunakan
metode kromatografi filtrasi gel dengan fasa diam Sephadex G-50 fine.
Sebelum digunakan, terlebih dahulu fasa diam Sephadex G-50 fine sebanyak
5 g dicampur dengan 100 ml ddH2O, kemudian diautoklaf selama 15 menit.
Sephadex G-50 fine yang telah steril diekualibrasi dengan 20 mM buffer Tris
pH 7,5. Sephadex yang telah siap dimasukkan ke dalam kolom yang
sebelumnya telah dicuci dengan etanol 95% sebanyak 1 x volume kolom,
kemudian dibilas dengan ddH2O sebanyak 1,5 x volume kolom. Sephadex
G-50 fine dalam kolom kembali diekuilibrasi dengan 20 mM buffer Tris pH
7,5. Setelah kolom siap digunakan, sebanyak 1 ml sampel hasil dialisis
dimasukkan ke bagian atas Sephadex di dalam kolom. Sampel dielusi
dengan 20 mM buffer Tris pH 7,5, dengan laju alir 0,4 ml/menit. Setiap 1 ml
hasil elusi ditampung ke dalam fraksi-fraksi, aktivitas inhibisi setiap fraksi
35
36
37
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
39
Berdasarkan Brock dkk. (1994: 328), pada fase stasioner, tidak terjadi
pertambahan jumlah sel.
Enzim RNA helikase virus JE hasil induksi dengan IPTG disekresikan
secara intraselular, sehingga untuk memperoleh RNA helikase tersebut, sel
harus dilisis terlebih dahulu. Proses pelisisan sel dilakukan dengan metode
freeze-thaw dan sonikasi. Hasil pelisisan (cell lysate) berupa supernatan
tidak hanya berisi protein target tetapi juga berisi protein non target yang
merupakan hasil metabolisme E. coli. Oleh sebab itu, diperlukan tahapan
purifikasi untuk pemurnian RNA helikase virus JE.
2. Purifikasi RNA helikase virus JE
Purifikasi protein RNA helikase dilakukan dengan metode kromatografi
afinitas menggunakan resin BD TALONTM melalui tiga tahapan. Tahap
pertama merupakan tahap pengikatan protein dengan resin BD TALONTM.
Hasil purifikasi tahap pertama menunjukkan tidak munculnya pita protein
NS3/RNA helikase pada lajur 2 gel SDS-PAGE (Gambar 13). Hal tersebut
menunjukkan bahwa keseluruhan protein yang terekspresi telah berhasil
terikat oleh resin BD-TALONTM. Pengikatan terjadi antara His tag pada ujung
C protein NS3/RNA helikase dengan ion Co2+ dari resin BD-TALONTM.
Menurut Petty (1996: 9.4.12), histidin akan tetap berikatan secara selektif ke
ion logam Co2+ resin BD TALONTM meskipun dalam larutan tersebut terdapat
ion metal bebas lainnya. Oleh sebab itu, resin BD TALONTM tepat untuk
40
41
42
43
44
45
46
47
seharusnya dilakukan hingga saturasi 100%, akan tetapi hal tersebut tidak
dilakukan sebab endapan yang diperoleh sangat sedikit karena sebagian
besar protein telah diendapkan pada persentase saturasi 75%, sehingga
endapan tidak berhasil diisolasi
Hasil fraksinasi amonium sulfat menunjukkan aktivitas inhibisi cukup
tinggi pada variasi saturasi 0--50 % dan meningkat pada saturasi 50--75 %.
Menurut Hernawan dkk. (1999: 76), apabila dua atau lebih variasi saturasi
fraksinasi amonium sulfat menghasilkan persen inhibisi yang cukup tinggi,
maka persen saturasi terendah hingga tertinggi merupakan persen saturasi
yang tepat untuk mengendapkan protein target dari ekstrak kasar. Oleh
sebab itu, berdasarkan hasil yang diperoleh, variasi saturasi amonium sulfat
yang digunakan untuk pengendapan protein target selanjutnya adalah
pengendapan tidak bertahap 0--75 %.
Pengendapan menggunakan amonium sulfat tidak bertahap tidak
menyebabkan penurunan aktivitas inhibisi protein inhibitor. Strickler dkk.
(1992: 3237), telah berhasil mengendapkan protein inhibitor protease dari
Streptomyces menggunakan amonium sulfat pada saturasi 0--60 %.
Kakinuma dkk. (1978: 1530), berhasil mengisolasi plasminostreptin (protein
inhibitor plasmin dan tripsin) dari 79 l medium kultur menggunakan
pengendapan amonium sulfat 0--60 %. Hiraga dkk. (2000: 25274), berhasil
mengisolasi ScNPI (protein inhibitror ScNP) dari kultur Streptomyces dengan
menggunakan amonium sulfat pada saturasi 0--80 %.
48
3. Dialisis
Hasil pengendapan protein inhibitor yang dilarutkan dalam buffer
masih memiliki kandungan garam amonium sulfat. Oleh sebab itu perlu
dilakukan dialisis menggunakan membran dialisis dengan molecular weight
cut off 12.000 Da untuk memisahkan protein inhibitor RNA helikase virus JE
dari garam amonium sulfat dengan cara melewatkan larutan melalui
membran semipermeabel.
Menurut Pohl (1997: 72--73), proses dialisis memungkinkan terjadinya
penurunan aktivitas enzim. Oleh sebab itu, sejumlah sampel diambil terlebih
dahulu sebelum proses dialisis dan digunakan untuk uji aktivitas inhibisi dan
analisis SDS-PAGE. Berdasarkan hasil uji aktivitas inhibisi (Gambar 19;
Tabel 3), persentase inhibisi meningkat setelah dialisis dari 82,36% menjadi
87,77%. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh terbuangnya garam
pengotor amonium sulfat yang dapat mengganggu kuantifikasi dan kualifikasi
aktivitas inhibisi dari protein inhibitor. Menurut Philips (1997: 4.4.10), apabila
sampel protein yang terdapat dalam resuspensi amonium sulfat- buffer 20
mM Tris didialisis dalam buffer yang sama tanpa amonium sulfat, maka
sampel protein akan mengalami penurunan konsentrasi amonium sulfat
hingga mencapai konsentrasi < 0,001 M. Proses dialisis membuang
sebagian besar garam amonium sulfat dari protein inhibitor, namun demikian
masih terdapat beberapa sisa garam amonium sulfat dan dapat
memengaruhi proses pemurnian, sehingga hasil dialisis dilewatkan melalui
49
50
51
52
53
tersebut, pita tersebut positif diduga protein target yang merupakan substansi
inhibitor RNA helikase virus JE dengan berat molekul 37 kDa.
6. Pengukuran konsentrasi protein
Pengukuran konsentrasi protein dilakukan dengan menggunakan
metode Bradford. Berdasarkan pembentukan warna (Gambar 25 & 26),
warna pada fraksi aktif (fraksi 4--8) protein inhibitor berwarna lebih biru
dibandingkan fraksi tanpa protein inhibitor (Tabel 7). Perubahan warna
menjadi biru terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi protein. Menurut
Bradford (1976: 248--250), interaksi hidrofobik dan ionik menstabilkan bentuk
anionik pewarna, menyebabkan perubahan warna yang nyata. Reagen
Bradford berwarna biru kecokelatan. Semakin banyak jumlah protein, maka
semakin banyak protein yang terikat oleh coomasie, dan intensitas warna biru
yang terbentuk meningkat. Menurut Palmer (1987: 382), penentuan
konsentrasi protein setiap fraksi dilakukan untuk menentukan tingkat
kemurnian. Uji Bradford merupakan metode yang cepat dan tepat untuk
menghitung konsentrasi protein. Uji tersebut sensitif untuk 5--200 g protein,
tergantung kualitas pewarnaan.
Menurut Stoscheck (1990: 50), konsentrasi protein sampel ditentukan
dengan membandingkan nilai absorbansi protein sampel dengan kurva
standar. Kurva standar yang digunakan adalah kurva Bovine Serum Albumin
(BSA). Berdasarkan kurva standar BSA (Gambar 27; Tabel 5), diperoleh
persamaan y = 2,2714x + 0,0484 dengan nilai R2 = 0,9977. Nilai absorbansi
54
55
tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian ini, tahap isolasi dan purifikasi
protein inhibitor RNA helikase virus JE berhasil dilakukan hingga tahap
pengendapan menggunakan amonium sulfat 75% dan tahapan dialisis,
sedangkan pemurnian dan fraksinasi mengunakan kromatografi filtrasi gel
terbukti kurang efektif. Oleh sebab itu, data yang dihasilkan dalam penelitian
ini dapat digunakan sebagai acuan dan data awal untuk purifikasi dan
karakterisasi protein inhibitor RNA helikase virus JE lebih lanjut dari kultur S.
achromogenes.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Protein inhibitor RNA helikase virus JE dihasilkan dari kultur Streptomyces
achromogenes pada hari ke-3 masa pertumbuhan dengan persentase
inhibisi sebesar 26,81%.
2. Protein inhibitor berhasil diisolasi dengan pengendapan amonium sulfat
saturasi 0--70% dengan persentase inhibisi sebesar 82,36%.
3. Protein inhibitor berhasil dimurnikan dengan proses dialisis dengan nilai
persentase inhibisi sebesar 87,77%
3. Pemurnian protein inhibitor dengan kromatografi filtrasi gel kurang efektif.
Hasil fraksinasi menunjukkan adanya 7 fraksi (fraksi 4--10) dengan
persentase inhibisi 55,13--78,89 %.
4. Hasil analisis SDS-PAGE menunjukkan kemungkian senyawa inhibitor
RNA helikase virus Japanese encehalitis merupakan suatu substansi
protein dengan berat molekul 37 kDa.
57
B. SARAN
Saran yang diberikan untuk penelitian di waktu yang akan datang
adalah sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan optimasi buffer elusi kromatografi filtrasi gel dan optimasi
fasa diam untuk mendapatkan fraksinasi protein inhibitor yang lebih tepat.
2. Perlu dilakukan fraksinasi dengan menggunakan kromatografi penukar ion
untuk mendapatkan protein inhibitor yang lebih murni.
3. Perlu dilakukan penentuan aktivitas spesifik setiap fraksi untuk
menentukan tingkat kemurnian setiap tahapan isolasi dan purifikasi.
58
DAFTAR ACUAN
59
Brock, T.D., M.T. Madigan, J.M. Martinko, & J. Parker. 1994. Biology of
microorganism. 7th ed. Prentice-Hall, New Jersey: xvii + 909 hlm.
Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2001. Medical microbiology. 2nd ed.
McGraw-Hill Companies Inc., Boston: x + 528 hlm.
Burden, D.W. & D.B. Whitney. 1995. Biotechnology: Protein to PCR: A course
in strategies and lab techniques. Birkhuser, Boston: xv + 317 hlm.
Chan, K.M., D. Delfert, & K.D. Junger. 1986. A direct colorimetric assay for
Ca2+ -stimulated ATPase activity. Analysis Biochemical 157(2): 375-380.
Chino, M., K. Nishikawa, M. Umekita, C. Hayashi, T. Yamazaki, T. Tsuchida,
T. Sawa, M. Hamada, & T. Takeuchi. 1996. Heliquinomycin, a new
inhibitor of DNA helikase, produced by Streptomyces sp. MJ929-SF2.
The Journal of Antibiotics 49(8): 752--757.
Chou, W.Y., S.M. Huang, & G.G. Chang. 1997. Functional roles of the Nterminal amino acid residues in the Mn(II)L-malate binding and
subunit interactions of pigeon liver malic enzyme. Protein Engineering
10(10): 1205--1211.
Duografikmedia. 2006. Family Medical Practice. (?). 1 hlm.
www.vietnammedicalpractice.com/medical_news, 15 September 2007,
pk. 09.30.
Duval, C., P. Cosette, G. Molle, G. Muller, & E. D. 2002. Amphiphilic
biopolymers (amphibiopols) as new surfactants for membrane protein
solubilization. Protein Science 12 : 681--689.
60
61
62
63
64
65
66
67
Weaver, R.F. 2005. Molecular biology. 3rd ed. McGraw-Hill Companies Inc.,
Boston: xvii + 894 hlm.
Willson, R.C. 1999. Purification and characterization of proteins. Dalam:
Manual of industrial microbiology and biotechnology. 2nd ed. A.L.
Demain & J.E. Davies. ASM Press, Washington: 266--272.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and cellular biology. Wadsworth Publishing
Company, Belmont: xviii + 1165 hlm.
Zulaichah, S. 2008. Skrining inhibitor RNA helikase virus Japanese
encephalitis dari Actinomycetes. Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan
Farmasi Bogor, Bogor: viii +42 hlm.
68
GAMBAR
69
Nyamuk menggigit
burung dan membawa
virus JE.
Nyamuk terinfeksi
menggigit binatang
dan menularkan
virus JE.
Virus bereplikasi
didalam sel tubuh
Nyamuk terinfeksi
menggigit burung dan
menularkan virus JE.
Nyamuk menggigit
binatang terinfeksi dan
membawa virus JE.
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Papua
Jawa Barat
NTB
Bali
NTB
NTT
70
Keterangan:
Pro
Pol
NS
: Protease
: Polimerase
: NonStruktural
71
Protein nonstruktural
Protein struktural
Keterangan:
C
:
prM
:
E
:
NS1--NS5 :
Capsid
Pre Membrane
Envelope
NonStructural Protein 1--5
Gambar 4. Genom dan protein virus japanese encephalitis [Sumber: Utama dkk. 2000: 317.]
72
3
5
5
3
5
5
3
73
Butiran polimer
Molekul besar
tidak dapat
masuk ke dalam
butiran polimer
Sampel protein
Molekul kecil
masuk ke dalam
pori-pori pada
butiran polimer
Gel molekular
Kantung dialisis
Sampel protein
Buffer
Dialisis mencapai
kesetimbangan
74
Reidentifikasi 6-399
(Streptomyces achromogenes)
Transformasi
Morfologi
Metode 16S RNA
Kultur
Fraksinasi
Protein Inhibitor
Pengendapan Protein
Amonium Sulfat saturasi 0-75%
Uji Aktivitas
SDS PAGE 12 %
SDS PAGE 12 %
Uji Kolorimetrik
Gambar 8. Skema keseluruhan rangkaian kerja isolasi inhibitor RNA helikase virus JE
75
Pelet
Sentrifugasi
Pelet
Supernatan
Pengikatan protein menggunakan
resin BD TALON TM
Sentrifugasi
Supernatan
Pencucian dengan
buffer B
Resin
Sentrifugasi
Resin
Supernatan
Supernatan
76
Sentrifugasi
Pelet
Supernatan
Sentrifugasi
Pelet
Supernatan
Resuspensi dalam 3 ml 20 mM
buffer Tris pH 7,5
Sentrifugasi
Pelet
Supernatan *
Dialisis
Fraksinasi dengan
Kromatografi Filtrasi Gel
Fraksi aktif
77
ATPase Kolorimetrik
Utama dkk. (2000: 74)
Master mix
Master mix +
enzim
Master mix +
enzim + inhibitor
Inkubasi 30 menit.
+
pewarna
Akuades: 0,081% malachite green:
5,7% ammonium molybdate in 6 N HCl:
2,3% polyvinyl alcohol = 2:2:1:1
Inkubasi 5
menit.
Master mix
5 l 0,1M buffer MOPS
0,5 l 0,1M MgCl2
1 l 0,1M ATP
38,5l H2O
A = Aktivitas RNA
helikase tanpa
inhibitor
I = Aktivitas RNA
helikase dengan
adanya inhibitor
+ 25 l/well
30% Sodium
Gambar 11. Skema kerja uji aktivitas protein inhibitor terhadap ATPase RNA
helikse virus JE.
78
116
66,2
54 kDa
45
35
Lajur 1,
Lajur 2,
Lajur 3, 4,
Lajur 5,
Lajur 6, 7,
Lajur 8
: Lisis sel ;
: Fraksi yang tidak terikat resin;
: Fraksi pencucian;
: Marka berat molekul protein;
: Elusi RNA helicase virus JE;
: Resin BD TalonTM berikatan dengan protein
2.5
Log MW
2
1.5
Series1
Linear (Series1)
y = -0.7729x + 2.2049
R2 = 0.9995
0.5
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
Rf
Keterangan:
Rf
: Retention factor
MW : Molecular weight
Gambar 14. Kurva standar berat molekul protein
79
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan
1
: Substrat ATP
2
: Substrat ATP + RNA helikase
3
: Substrat ATP + RNA helikase + Pelet saturasi 50%
4
: Substrat ATP + RNA helikase + Pelet saturasi 75%
5--8 : Substrat ATP + RNA helikase + Fraksi Filtrasi gel
Gambar 15. Hasil uji kolorimetrik ATPase
80
35
30
25
20
15
10
5
0
1
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0--25 %
25--50%
50--75%
75--100%
Fraksi Saturasi
81
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ekstrak kasar
Supernatan
saturasi
Pelet sebelum
dialisis
Pelet sesudah
dialisis
Tahapan Isolasi
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10
12
14
16
18
20
82
Keterangan:
1--10 : Fraksi ke-1 sampai fraksi ke-10 kromatografi filtrasi gel
Gambar 21. Fraksi hasil kromatografi filtrasi gel
75
50
37
25
15
10
10
11
12
Keterangan:
1
: Crude extract (supernatant kultur)
2
: Pelet pengendapan amonium sulfat saturasi 75%
3--11 : Fraksi ke-3 sampai fraksi ke-11 kromatografi filtrasi gel
12
: Marka berat molekul protein
X
: Pita protein inhiitor
Gambar 22. Hasil SDS-PAGE fraksi kromatografi filtrasi gel pewarnaan
Silver stain
83
75
50
36,72 kDa
37
25
15
10
M
Keterangan:
M
: Marka berat molekul protein
1--7 : Fraksi aktif (4--10)
Gambar 23. Hasil SDS-PAGE fraksi aktif kromatografi filtrasi gel
2
1.8
1.6
Log MW
1.4
1.2
Series1
Linear (Series1)
0.8
0.6
y = -0.1374x + 1.9913
R2 = 0.9943
0.4
0.2
0
0
Rf
Keterangan:
Rf
: Retention factor
MW
: Molecular weight
84
Keterangan:
1--10: Fraksi 1--10 kromatografi filtrasi gel
Gambar 25. Pengukuran kadar protein fraksi aktif filtrasi gel
Keterangan:
1. Reagen Bradford
2. Crude extract
3. Amonium sulfat 50%
4. Amonium sulfat 75%
1
10
85
Absorbansi
1
0.8
Series1
0.6
Linear (Series1)
0.4
y = 2.2714x + 0.0484
R2 = 0.9977
0.2
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Keterangan:
BSA
86
TABEL
87
Tabel 1
Persentase inhibisi optimasi suhu kultivasi S. achromogenes
Suhu inkubasi
Inhibisi (%)
30 C
21,843
37 C
11,322
Tabel 2
Persentase inhibisi optimasi waktu kultivasi S. achromogenes
Waktu
kultur
Absorbansi
enzim
Absorbansi
enzim + inhibitor
Inhibisi
(%)
Hari-1
1,137
1,256
Hari-2
1,137
1,057
7,079
Hari-3
1,137
0,854
24,963
Hari-4
1,137
0,788
30,676
Hari-5
1,137
0,799
29,768
Hari-6
1,137
0,823
27,648
Hari-7
1,137
0,834
26,632
Hari-8
1,137
0,833
26,814
Tabel 3
Persentase inhibisi tahapan pengendapan amonium sulfat
No
Sampel
Inhibisi (%)
Ekstrak kasar
26,814
Supernatan Saturasi
23,971
399-50%
53,089
399-75%
71,349
82,362
Dialisis
87,771
88
Tabel 4
Persentase inhibisi dari setiap fraksi hasil gel filtrasi
Absorbansi
enzim
1,442
Absorbansi
enzim + inhibitor
1,326
Persen
inhibisi
8,021
1,442
1,281
11,165
1,442
0,890
38,257
1,442
0,304
78,895
1,442
0,308
78,594
1,442
0,316
78,086
1,442
0,366
74,595
1,442
0,445
69,093
1,442
0,496
65,581
10
1,442
0,492
65,857
11
1,442
0,647
55,131
12
1,442
0,753
47,734
13
1,442
0,757
47,480
14
1,442
0,920
36,176
15
1,442
1,084
24,780
16
1,442
1,011
29,900
17
1,442
1,215
15,718
18
1,442
1,084
24,803
19
1,442
1,195
17,082
20
1,442
1,170
18,839
Fraksi
1
89
Tabel 5
Konsentrasi kurva standar BSA
No
Absorbansi
0,05
0,143
0,10
0,282
0,15
0,409
0,20
0,494
0,25
0,633
0,30
0,721
0,35
0,841
0,40
0,953
Tabel 6
Konsentrasi protein hasil pengendapan amonium sulfat
No
Tahapan
Absorbansi
Konsentrasi protein
(mg/ml)
Crude extract
0,186
0,061
Saturasi 50%
0,851
0,353
Saturasi 75%
0,802
0,332
90
Tabel 7
Konsentrasi protein fraksi kromatografi filtrasi gel
Fraksi Absorbansi
Konsentrasi protein
(mg/ml)
-0,072
-0,098
-0,045
0,429
0,167
0,622
0,252
0,512
0,204
0,268
0,096
0,258
0,092
0,027
10
0,063
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 1
Perhitungan persentase inhibisi RNA helikase dari S. achromogenes
Rumus:
Persentase inhibisi =
A-I
A
x 100
Keterangan:
A = absorbansi RNA helikase tanpa adanya senyawa inhibitor
I = absorbansi RNA helikase dengan adanya senyawa inhibitor
[Sumber: Hatsu dkk. 2002: 6.]
Lampiran 2
Komposisi medium dan larutan yang digunakan dalam penelitian
Medium/ Larutan
a. Medium LB cair
b. Medium ISP2
93
Lanjutan (Lampiran 2)
Medium/ Larutan
d. Buffer elusi
94
Lanjutan (Lampiran 2)
Medium/ Larutan
l . Destain buffer
m. Reagen Bradford
Lampiran 3
Perhitungan berat molekul RNA helikase protein NS3 virus Japanese
encephalitis
Nilai Rf protein sampel adalah 0,61
Persamaan garis linear kurva standar: y= -0,7729x +2,2049
Logaritma berat molekul protein sampel: y= -0,7729(0,61) + 2,2049
y= - 0,4714 + 2,2049
y= 1,733
Berat molekul protein sampel: 101,733= 54,075 kDa (54 kDa)
[Sumber: Gallagher 1995: 10.1.30.]
95
Lampiran 4
Perhitungan berat molekul protein inhibitor RNA helikase virus Japanese
encephalitis