Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Setiap orang saat ini terlihat begitu memperhatikan berat badan dan karena
kebanyakan orang pernah melakukan diet setidaknya sekali, sangat susah untuk
menyatakan diet yang normal dan mana diet yang dapat membahayakan dan
kebahagiaan.(1-2)
Penderita anorexia tidak bisa melihat bahwa tubuh mereka sudah
kekurangan nutrisi karena memandang makanan adalah masalah utama. Menurut
data yang dikutip situs womenfitness.com, sekitar 30 persen penderita anoreksia
mengalami gangguan ini seumur hidup, dan hampir semuanya pernah mengalami
fase yang membahayakan nyawa mereka. Sembilan puluh persen dari penderita
anorexia adalah perempuan. Setiap dua ratus perempuan dalam populasi umum,
satu hingga enam orang akan diserang anoreksia. lima hingga delapan belas
persen dari penderita akan meninggal akibat gangguan ini. Anorexia merupakan
penyebab kematian utama di antara orang-orang yang mencari bantuan psikiater.
(1-3)

Orang yang menderita anoreksia nervosa memiliki ketakutan yang


berlebihan apabila berat badannya bertambah. Sebisa mungkin penderita akan
mengurangi konsumsi makanannya agar memiliki tubuh yang luar biasa kurus.
Anoreksia nervosa berdampak pada tubuh dan pikiran. Anoreksia biasanya terjadi
karena depresi dan perasaan gemuk yang berlebihan. Anoreksia nervosa biasanya
menimpa para model dan penari balet karena tubuhnya dituntut untuk kurus agar
performanya tetap terlihat maksimal akan tetapi, anoreksia nervosa juga dapat
menimpa seseorang yang merasa bentuk tubuhnya tidak sempurna dan terusmenerus khawatir akan bentuk tubuhnya. Sekitar 9 dari 10 wanita menjadi
penderita anoreksia nervosa di Amerika. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan
seorang lelaki menjadi penderita anoreksia nervosa ini.(1-3)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya
tanpa dan orexis artinya hasrat untuk. Anoreksia memiliki arti tidak
memiliki hasrat untuk (makan), yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan
nafsu makan diatara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. (1,2,4)
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang
ditandai dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag
minimal, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh
atau menolak untuk mengakui bahwa ada masalah. Anoreksia Nervosa merupakan
sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal,
dan fisiologikal. (1,2,4)
EPIDEMIOLOGI
Gangguan makan dalam berbagai bentuk telah dilaporkan pada sampai 4
persen pelajar remaja dan dewasa muda. Anoreksia nervosa telah dilaporkan lebih
sering terjadi pada beberapa decade belakangan ini dibandingkan di masa lalu,
dengan meningkatnya laporan gangguan pada anak perempuan prapubertas dan
pada laki-laki. Usia yang tersering untuk onset gangguan adalah pada awal 20
tahun. Anoreksia nervosa diperkirakan terjadi pada kira-kira 0,5 sampai 1 persen
gadis remaja. Gangguan ini terjadi 10 sampai 20 kali lebih sering pada wanita
disbanding laki-laki. Prevalensi wanita muda yang memiliki beberapa gejala
anoreksia nervosa tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik diperkirakan adalah
mendekati 5 persen.(1,2,4,5)
ETIOLOGI
Faktor biologis, sosial, dan psikologis adalah terlibat dalam penyebab
anoreksia nervosa. Beberapa bukti menyatakan tingginya angka kesesuaian pada
2

kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Saudara perempuan dari


anoreksia nervosa kemungkinan terkena, tetapi hubungan tersebut dapat lebih
mencerminkan pengaruh sosial dibandingkan faktor genetik. Gangguan mood
berat adalah lebih sering ditemukan pada anggota keluarga dibandingkan populasi
umum. Secara neurokimiawi, turnover dan aktivitas norepinefrin yang menurun
diperkirakan oleh penurunan 3 methoxy-4-hydroxypnehylglycol (MHPG) pada
urin dan cairan serebrospinalis beberapa anoreksia nervosa. Suatu hubungan
terbalik ditemukan antara MHPG dan depresi pada pasien dengan anoreksia
nervosa. Peningkatan MHPG berhubungan dengan depresi.(1,2,4-7)
PATOGENESIS

Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan
pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko
tinggi daripada populasi umum. Model biologis etiologi gangguan makan
difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di hipotalamus, yang
mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan kenyang.
Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun
model biologis ini masih dalam tahap perkembangan. (1,2,4-7)
Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan
tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan
genetic mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress
emosional. Kerentanan genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian
tertentu atau kerentaan umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan
genetic mungkin secara langsung mencakup disfungsi hipotalamus. (1,2,4-7)

Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini
bahwa penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap

kehidupan

ini.

Perjuangan

untuk

mengembangkan

otonomi

dan

pembentukan indentitas yang unik adalah 2 tugas yang penting. Keterlibatan


faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia
cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang
bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini
menyebabkan tuntutan dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan
dalam konteks ini, penolakan wanita untuk makan mungkin tanpaknya
(tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang
lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan
seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita mengalami
underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin
yang sesunguhnya. (1,2,4-7)

Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk
mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami
gangguan makan sering dipersulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian
keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik. (1,2,4-7)

Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan
sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati hatian ,
perfectsionisme serta control infuse yang buruk. Aspek psikologis anoreksia
nervosa

yang

mendominansi

adalah

keinginan

yang

kuat

untuk

menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode
1 atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat
badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan
menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu perilaku
diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol. (1,2,4-7)

Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap


penyimpanan lemak normal yang merupakan karakteristik periode remaja
awal , atau komentar orang lain bahwa remaja putri terlihat gemuk.
Penurunan berat badan mungkin merupakan respon terhadap sindiran atau
pergantian sekolah atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki fase
pertumbuhan pubertas ketika akumulasi lemak biologis yang normal,
terutama rentan untuk muncul. Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh
ramping merupakan faktor yang sangat penting. Standar kecantikan
ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil seperti
model model yang ditampilkan oleh semua bentuk media. (1,2,4-7)
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah
seperti perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya
remaja mengalami kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak
makan menjadi sebuah area yang dapat melatih kontrol individu. (1,2,4-7)

Sosio kultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang
terjadi gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita
muda di Amerika Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan
pengendalian terhadap tubuh seseorang menjadi indicator untuk evaluasi
diri. Di Amerika serikat kelebihan berat badan dianggap sebagai tanda
kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna
disamakan dengan cantik. (1,2,4-7)
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari
500 700 kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori,
namun mereka merasa yang dimakan sudah cukup memadai untuk
kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu yang mengalami anoreksia
mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun melakukan pembatasan,
banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau terobsesi oleh
makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami
5

gangguan makan dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk


latihan olahraga yang berlebihan. Menggunakan diuretic yang diresepkan
dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid. Banyak pasien yang mencari
bantuan untuk menangani gangguan makan juga mengalami gangguan jiwa
seperti depresi , gangguan obsesifkonflusif dan gangguan kepribadian. (1,2,47)

MANIFESTASI KLINIS
Ada 2 tipe anoreksia nervosa:(2)

Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan,


mereka biasanya menyediakan makan sendiri

Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai
makan ia akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi,
menggunakan pencuci perut atau memperlancar buangan kotoran.

Gejala klinis/symptom :
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat
badan,

sampai

terjadi

phobia

terhadap

makanan.

Ketakutan

terhadap makanan disertai dengan penyalahartian dari body image;


banyak pasien merasa diri mereka sangat gendut, walaupun sebenarnya
mereka sangat kurus.(1-4)
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive
behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulangulang, pasien cenderung kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada
diagnosis gangguan kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat
gangguan kepribadian. (1-4)
3. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh
tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan

dalam kantong, saat makan mereka membuang makanan, memotong


makanan menjadi potongan kecil-kecil. (1-4)
4. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya. (1-4)
5. Muntah yang dipaksakan. (1-4)
6. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan. (1-4)

DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik anoreksia nervosa:(9)
1)

Berdasarkan DSM V

Penolakan mempertahankan berat badan pada atau diatas, berat badan


normal minimal sesuai dengan usia dan tinggi badan (penurunan berat
badan untuk mempertahankan berat badan hingga dibawah 85% dari
yang diharapkan atau kegagalan mencapai berat badan yang
diharapkan selama periode pertumbuhan, sehingga menyebabkan
berat badan dibawah 85% dari yang diharapkan).

Rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan atau menjadi gemuk
meskipun berat badannya kurang.

Gangguan cara menghayati berat atau bentuk tubuhnya, pengaruh


yang tidak semestinya pada evaluasi diri mengenai berat badan atau
bentuk tubuh, atau penyangkalan betapa seriusnya berat badan saat ini
yang rendah.

Pada perempuan pasca menstruasi, amenore, tidak adanya siklus


menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut.

Berdasarkan PPDGJ(9)

Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,


dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.

Untuk diagnosis pasti dibutuhkan semua hal-hal sepeti dibawah ini :

Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya


(baik yang berkurang maupun yang tak pernah dicapai). Pada
penderita pra-pubertas bisa saja gagal mencapai berat badan
yang diharapkan selama periode pertumbuhan.

Berkurangnya

berat

badan

dilakukan

sendiri

dengan

menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah


satu dari hal-hal seperti; merangsang muntah oleh diri sendiri,
olahraga berlebihan, memakai obat penekan nafsu makan dan
atau diuretika.
o

Terdapat distorsi body image dalam bentuk psikopatologi


yang spesifik

dimana

ketakutan

gemuk

terus

menerus

menyerang penderita, penilaian berlebihan terhadap berat badan


yang rendah.
o

Adanya

gangguan

endokrin

yang

meluas,

melibatkan

hypothalamic-pituitary-gonadal axis, dengan manifestasi pada


wanita sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat
dan potensi seksual.
o

Jika onset terjadinya pada masa prapubertas, perkembangan


pubertas tertunda, atau dapat juga tertahan (pertumbuhan
berhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang
dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki genitalnya
tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali normal, tetapi
menarche terlambat.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding anoreksia dipersulit oleh penyangkalan pasien terhadap
gejala, kerahasiaan seputar ritual makan mereka yang aneh, dan penolakan mereka
untuk mencari terapi. Dengan demikian, pengidentifikasian mekanisme penurunan
berat badan dan pikiran mengenai distorsi citra tubuh mungkin sulit. (1,2)

Klinis harus membuktikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit medis


yang dapat menyebabkan penurunan berat badan (contohnya tumor atau kanker
otak). Penurunan berat badan, perilaku makan aneh, dan muntah dapat terjadi
pada beberapa gangguan jiwa. Gangguan depresif dan anoreksia nervosa memiliki
beberapa gambaran yang sama, seperti perasaan depresi, menangis sambil
mengutuk, gangguan tidur, pikiran obsesif yang dalam, dan kadang-kadang
pikiran bunuh diri. Meskipun demikian, kedua gangguan ini memiliki beberapa
cara yang membedakan. Umumnya, seorang pasien dengan gangguan depresif
mengalami berkurangnya nafsu makan, sedangkan pasien anoreksia nervosa
mengatakan memiliki nafsu makan normal dan merasa lapar. Hanya pada tahap
anoreksia nervosa yang berat saja pasien benar-benar mengalami penurunan nafsu
makan.(1,2)
PENATALAKSANAAN
Memandang dampak medis dan psikologik anoreksia nervosa yang rumit,
disarankan melakukan rencana terapi yang komprehensif termasuk rawat inap di
rumah sakit, jika diperlukan dan terapi individual maupun keluarga. Pendekatan
kognitif, interpersonal, dan perilaku, serta beberapa kasus, obat-obatan, harus
dipertimbangkan.(1-8)
Pertimbangan pertama di dalam terapi anoreksia adalah mengembalikan
keadaan gizi pasien. Dehidrasi, kelaparan, dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius serta pada beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian. (1-8)
Adapun beberapa terapi untuk pasien anoreksia nervosa seperti :
1) Psikoterapi
a.

Terapi Perilaku-Kognitif
Terapi perilaku ternyata efektif untuk peningkatan berat badan.
Pantauan adalah komponen penting pada terapi perilaku-kognitif. Pasien
diajarkan untuk mengawasi asupan makanan, emosi dan perasaan, perilaku
makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta masalah mereka
9

didalam hubungan interpersonal. Pembentukan ulang struktur kognitif


adalah metode yang diajarkan pada pasien untuk menentang keyakinan inti
mereka.Pemecahan masalah merupakan metode yang spesifik. Pada metode
ini, pasien belajar berpikir dan membuat strategi untuk menghadapi masalah
intrerpersonal serta masalah yang berkaitan dengan makanan. (1-8)
b.

Psikoterapi Dinamik
Psikoterapi ekspresif-suportif yang dinamik kadang-kadang digunakan
untuk terapi pasien anoreksia nervosa, tetapi resistensi pasien bisa membuat
proses menjadi sulit dan harus dilakukan dengan seksama. Karena pasien
memandang gejala mereka sebagai inti keistimewaan mereka, terapis harus
menghindari upaya yang berlebihan untuk mengubah perilaku makan
pasien. Fase pembukaan proses psikoterapi harus diarahkan untuk
membangun hubungan terapeutik. Pasien akan mungkin merasakan
interpretasi awal seolah-olah seseorang mengatakan pada mereka apa yang
benar-benar mereka rasakan sehingga yang sebenarnya dirasakan sendiri
menjadi minimal dan tidak berlaku lagi. Namun terapis yang berempati
terhadap cara pandang pasien dan menunjukan minat aktif terhadap apa
yang pasien pikirkan dan rasakan, akan membuat pasien merasakan bahwa
otonomi mereka dihormati. Diatas semua itu, psikoterapis harus fleksibel,
persisten, dan tahan lama dalam menghadapi kecenderungan pasien
mengalahkan semua upaya untuk membantu mereka. (1-8)

c.

Terapi Keluarga
Analisis keluarga harus dilakukan pada semua pasien anoreksia
nervosa yang tinggal bersama keluarganya. Berdasarkan analisis ini,
penilaian klinis dapat dibuat untuk menentukan jenis terapi keluarga atau
konseling yang disarankan. Pada beberapa kasus, terapi keluarga tidak
mungkin dilakukan, dengan demikian terrapin individu disarankan untuk
menyelesaikan masalah hubungan keluarga. (1-8)

2)

Farmakoterapi

10

Studi farmakologi belum belum berhasil menemukan obat yang


menghasilkan perbaikan yang pasti untuk gejala inti anoreksia nervosa.
Sejumlah laporan mendukung penggunaan cyproheptadine (periactin), suatu
obat dengan antihistaminic dan antiserotonergik, untuk pasien dengan tipe
anoreksia nervosa yang membatasi. Amitriptyline juga telah dilaporkan
memberikan manfaat. Obat lain yang telah dicobakan kepada pasien
anoreksia nervosa dengan beragam hasil seperti clomipramine (anafranil),
pimozide (orap), dan chlorpromazine (thorazine). Percobaan fluoxetine
(Prozac) dalam beberapa laporan menyebabkan kenaikan berat badan, dan
serotonergik memberikan respon positif di masa mendatang. Pada pasien
anoreksia nervosa dengan gangguan depresif yang juga ada, keadaan
depresif harus diterapi. Terdapat kekhawatiran mengenai pengguanaan obat
trisiklik pada pasien depresi dengan berat badan rendah dan anoreksia
nervosa, yang mungkin rentan terhadap hipotensi, aritmia jantung, dan
dehidrasi. Jika status gizi yang adekuat telah diperoleh, resiko efek samping
serius obat trisiklikmungkin berkurang. Pada beberapa kasus, depresi
membaik disertai penambahan berat badan dan status gizi normal. (1-8)
PROGNOSIS
Anoreksia diperkirakan memiliki angka kematian tertinggi dari semua
gangguan jiwa, dengan mana saja 6-20% dari mereka yang didiagnosis dengan
gangguan akhirnya mati karena penyebab yang terkait. tingkat bunuh diri orangorang dengan anoreksia juga lebih tinggi dari itu dari populasi umum. Dalam
sebuah studi longitudinal wanita didiagnosis dengan DSM-IV baik anorexia
nervosa (n = 136) atau bulimia nervosa (n = 110) masing-masing yang dinilai
setiap 6 - 12 bulan selama 8 tahun berada di cukup risiko bunuh diri. Dokter
diperingatkan risiko sebagai 15% subyek melaporkan setidaknya satu usaha
bunuh diri. Telah dicatat bahwa secara signifikan lebih aneroxia (22,1%)
dibandingkan bulimia (10,9%) subyek membuat usaha bunuh diri. (1-8)

11

Pada pasien dengan anoreksia nervosa setiap sistem organ utama yang
terlibat, dan substansial risiko kematian. Daerah khusus perhatian yang disorot
dalam artikel dan termasuk perubahan Dermatologic (beberapa di antaranya
terbukti membutuhkan intervensi akut, misalnya, purpura), endokrin abnormalitas
(termasuk kesalahan manajemen diabetes), masalah gastrointestinal (termasuk
risiko

dilatasi

lambung)

masalah

jantung/paru

(termasuk

aritmia

dan

pneumomediastinum), kelainan elektrolit yang berat, dan demineralisasi tulang.


Dokter yang merawat pasien ini harus agresif dalam mengejar, dan ketika mereka
ditemukan dalam mengobati, ini berpotensi membahayakan hidup. (1-8)

12

DAFTAR PUSTAKA
1.

Sadock Benjamin James, M. D. and Sadock Virginia Alcott, M.D.:


KAPLAN and SADOCK Buku Ajar Psikiatri Klinis: Edisi 2: 2007: Chapter
20 Gangguan Makan: hal 329-36.

2.

Joel Yager, M.D., and Arnold E. Andersen, M.D.: Clinic Practice


ANOREXIA NERVOSA: The new england journal of medicine: 2010: hal
1481-8.

3.

National

Eating

Disorders

Association:

2005:

www.NationalEatingDisorders.org
4.

Nancy J.V. Bohannon, M.D.: ANOREXIA NERVOSA: Journal of


Osteopathic Medicine: October 1987: page 1-6.

5.

Greta Wozniak, Maria Rekleiti, Zoe Roupa: Contribution of social and


family factors in anorexia nervosa: HEALTH SCIENCE JOURNAL:
Volume 6, Issue 2 (April June 2012): page 257-69.

6.

Michael Sidiropoulos: Anorexia Nervosa: The physiological consequences


of starvation andthe need for primary prevention efforts: McGill Journal of
Medicine 10(1):20-25.

7.

Chris Dare, Ivan Eisler, Gerald Russell, Janet Treasure, and Liz Dodge:
Physiological Therapies for Adults With Anorexia Nervosa: British Journal
of Psychiatry (2008): 178, 216-21.

8.

Jun Jos Cervantes-Navarrete, a, Sarael Alcauter-Solrzanob, Carlos


Miguel-Buenoc, Jorge Julio Gonzalez-Olveraa, Roger Carrillo-Mezod,
Maria de Lourdes Martnez-Gudiob, Alejandro de Jess Caballero-Romoe:
NEUROFUNCTIONAL AREAS RELATED TO FOOD APPETENCY IN
ANOREXIA

NERVOSA:

International

Journal

of

Physicological

Research:2012: Page 91-7.


9.

Dr. dr. Rusdi Maslim SpKJ, Mkes: DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


RUJUKAN LENGKAP dari PPDGJ-III dan DSM 5: Cetekan 2: 2013: F50.0
Anoreksia Nervosa: hal 90-1.

13

Anda mungkin juga menyukai