Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Definisi Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya atau surfaktan
yang cocok ( Farmakope Indonesia Ed.III )
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur,
biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir butir ini bergabung ( koalesen )
dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat
pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk
memperoleh emulsa yang stabil .
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir-butir
tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan
terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah
air dan fase ekstern adalah minyak .
Zat-zat pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS, Gelatin,
Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan seperti Tween dan
Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll.

B. Teori Emulsifikasi
Ada 3 teori tentang pembentukan emulsi , yaitu :
1. Teori Tegangan Permukaan
Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang
menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur .
2. Teori Orientasi Bentuk Baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan
selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau
mudah larut dalam air ( hidrofil ) dan ada bagian yang suka dengan minyak atau larut dalam
minyak ( Lifofil ) .
3. Teori Film Plastik
Teori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukan masing-masing
butir tetesan fase dispersi dalam bentuk film yang plastis.

( Farmasetika , 180 )
Surfaktan dapat membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka,
dengan menurunkan tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir
tetesan tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu :
1.Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi termodinamika ).
2.Terbentuknya film antar muka yang kaku ( pelindung mekanik terhadap koalesen ).
3.Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari pertikel.

C. Penggunaan Emulsi

Penggunaan Emulsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan
emulsi untuk pemakaian luar.
Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi peroral atau injeksi intravena sedangkan untuk
pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran mukosa yaitu liniment, lotion, krim dan
salep.
Emulsi utuk penggunaan oral biasanya mempuyai tipe M/A. Emulgator merupakan film
penutup dari minyak obat agar menutupi rasa obat yang tidak enak. Emulsi juga berfaedah
untuk menaikkan absorpsi lemak melalui dinding usus. Emulsi parental banyak digunakan
pada makanan dan minyak obat untuk hewan dan juga manusia.
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi M/A atau
A/M, tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke
dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolient atau pelembut jaringan dari
preparat tersebut dan dengan keadaan permukaan kulit. Zat obat yang mengiritasi kulit
umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung
dengan kulit.
( Ansel , 377 )

D. Pembuatan Emulsi

Dalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode , yaitu :

1.Metode Gom Basah ( Metode Inggris )

Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn sedikit air lalu ditambahkan minyak
sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit
demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak
sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini
digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan
dulu dengan air.

2. Metode Gom Kering

Metode ini juga disebut metode 4:2:1 ( 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ),
Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1
bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur
benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan
tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan
setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi .

3. Metode HLB

Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif
dari keseimbangan HLB ( Hydrophiel-Lyphopiel Balance ). ( Farmasetika , 186-187 )

E. Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut , yaitu :

1. Flokulasi dan Creaming


Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masingmasing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.

2. Koalesen dan pecahnya emulsi ( Craking atau breaking )


Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana akan gagal
untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.

3.

Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipa A/M atau sebaliknya .(

IMO , 148 )

BAB II
Pembahasan

A. Lotion

1. Definisi
Lotion adalah Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat
luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang
cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok.

2. Kegunaan : membersihkan make-up (rias wajah) dan lemak dari wajah dan leher.

3. Ciri-ciri Lotion :
v Lebih mudah digunakan (penyebaran losio lebih merata daripada krim)
v Lebih ekonoms (Lotio menyebar dalam lapisan tipis)
v Ada 2 jenis Lotio :
-

Larutan detergen dalam air

Emulsi tipe M/A


B. Krim

1. Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dan
menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat,
berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.

2. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asamasam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat

melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan krim tipe air
dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai
tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan
salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan
dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam
jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben
(nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar
0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube
ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera obat luar. Cream M/A Biasanya
digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran
surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi. Campuran Pengemulsi Yang
Sering Dipakai :
Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream : Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan
tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang
mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik
adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu
hidrasi kulit.

Cream A/M Konsistensi dapat bervariasi, sangat tergantung pada komposisi

fasa minyak & fasa cair. Cream ini mengandung zat pengemulsi A/M yang spesisifik,
seperti : Ester asam lemak dengan sorbitol. Garam garam dari asam lemak dengan logam
bevalensi.

3. Alasan Pembuatan Sediaan Krim


Alasan Pembuatan Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien atau
pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi yang
dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a ( minyak dalam air ) atau
emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik
yang akan dimasukan ke dalam emulsi. Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya
kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.

Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat
yang digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang
harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan . Pada kulit yang tidak
luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena kulit diselaputi
oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak
daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia
mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika
diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi
minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi,
abnsorpsi melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran
partikel dari fase dalam.

4. Kelebihan menggunakan sediaan cream adalah:

mudah menyebar rata

Praktis

lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)

cara kerja langsung pada jaringan setempat

tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )

bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun,

sehingga pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.

aman digunakan dewasa maupun anak anak.

Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )

Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada

fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.

Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan

deodorant.

Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit

berminyak.

5.

Kekurangan menggunakan Sediaan Krim adalah :

mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena

terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan

komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2
tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.

susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas.

mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )

gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.

pembuatannya harus secara aseptic

Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai

lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih
mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih
lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena
air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus
dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti
untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan
mengurangi ukuran partikel dari fase dalam.

6. Formulasi dan Metode Pembuatan


Formula pembentuk krim: Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak
dalam air atau air dalam minyak. Berikut ini adalah bahanbahan penyusun sediaan krim:
1.

Zat berkhasiat Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat

menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak
dalam air atau tipe air dalam minyak.
2.

Minyak Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar

3.

Air. Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang

telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.


4.

Pengemulsi: Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan

surfaktan didasarkan atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyakair
digunakan zat pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat,
poliglikol, sabun. Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti
lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.

7. Bahan tambahan; Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada
kulit:

1.

Zat untuk memperbaiki konsistensi Konsistensi sediaan topical diatur untuk

mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan
formula yang estetis dan acceptable. Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan
yang dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang
penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan
dengan mengatur komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk
krim adalah jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi.
2.

Zat pengawet.

Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk
meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme.
Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah
ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil
paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% - 0,05 %.
3.

Pendapar

Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas


sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus
diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan,
terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan
kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin
pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah
(tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.
4.

Pelembab

Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk


meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat
tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
5.

Pengompleks (sequestering)

Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk
kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses
pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA,
dsb.
6.

Anti Oksidan

Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh


cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas : a.
Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan
radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT. b.
Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi
sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadangkadang bekerja
dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit. c.
Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam,
karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat,
tartrat, EDTA.
7.

Peningkat Penetrasi. Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat

yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal
(kulit).
Syarat-syarat:

Tidak mempunyai efek farmakologi.

Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.

Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).

Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.

Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.

Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.

Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.

Dapat menyebar pada kulit.

Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.

Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit


dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara
reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat
bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya.
8. Metode Pembuatan
1.

Metode Pelelehan ( fusion) Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-

sama, setelah meleleh diaduk sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat
khasiat.

2.

Metode Triturasi Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis

ditambahkan terakhir. Di sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan
zat khasiatnya. Pada skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan
keberhasilan produksi sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses
pemindahan dari satu tahap pembuatan ke tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat
berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu .
Kontaminasi dengan kotoran . Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap.

9.

Dasardasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat

dibagi:

Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat

dalam suatu sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel
dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya partikel
yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.

Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan

bahan berkhasiat, pencampuran bahan- bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi.
Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi
bahan- bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila
didalam sediaan tersebut ada bahan-bahan yang termolabil.

1.

Pencampuran terdiri dari tiga macam:

a.

Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah

menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b.

Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua

tujuan yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.


c.

Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan

alat pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan
sigma blade dapat membersihkan salep/ krim yang menempel pada dinding wadah dan
menjamin homogenitas produk serta proses transfer panas lebih baik.
2. Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan
adalah penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan
baik. Contoh formulasi krim :
BETAMETHASONI CREMOR (krim betametason)
Tiap 10 g mengandung:

Betamethasonum 20 mg

Cetomacrogolum-1000 300 mg

Cetostearylalcoholum 1,2 g

Paraffinum liquidum 1 g

Vaselinum album 2,5 g

Aqua destillata hingga 10 g

Catatan: Betamethasonum sebagai zat berhasiat dari krim ini. Cetomacrogolum-1000,


cetostearylalcoholum, paraffinum liquidum, dan vaselinum album. campurannya merupakan
fase minyak. Aqua destillata merupakan fase air. Dalam formula ini merupakan krim tipe
airminyak, karena fase minyak bertindak sebagai fase kontinyu dan fase air didispersikan
sebagai bola- bola kecil ke seluruh fase kontinyu.
10. Kegunaan Cream/krim :

Kegunaan Cleansing Cream adalah membersihkan make-up (rias wajah) dan


lemak dari wajah dan leher. Krim pembersih adalah modifikasi dari cold cream (krim
sejuk). Cold cream diformulasi oleh Galen (150 AD), terdiri atas campuran malam lebah,
minyak zaitun dan air.
Ada 2 jenis cleansing cream : tipe beeswax-borax dan tipe krim cair.
1.

Tipe Emulsi Beeswax-Borax

Formula populer untuk kim pembersih

Berwarna putih dan bebas dari butiran

Mudah mencair dan menyebar pada kulit

Mengandung mineral oil dalam jumlah besar

Tipe emulsi M/A Inversi ke Tipe A/M pada kulit

2.

Tipe Krim Cair

o Terdiri dari campuran minyak dan malam yang mencair jika dioleskan
o

Efek membersihkan sama dengan tipe beeswax-borax

Dapat ditambahkan emolien untuk meninggalkan lapisan berminyak pada kulit

o Tampilannya tembus cahaya (translucent)


o Untuk membuat tampilannya buram (opaque) ditambah 2 % ZnO, TiO2,Mg stearat,
atau Zn stearat
o Ditujukan untuk kulit kering

Pada umumnya sediaan perawatan dan pembersih kulit terdapat dalam bentuk krim atau
emulsi, dan yang akan dibicarakan dalam bab ini meliputi :
1.

Krim Penghapus dan Krim Dasar

2.

Krim Pembersih dan Krim Pendingin

3.

Krim Urut dan Krim Pelembut

4.

Krim Tangan dan Badan.


1. Krim Penghapus dan Krim Dasa

Vanishing and Faundation Cream

v Krim penghapus adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud


menghilangkan tatarias wajah, sehingga wajah menjadi bersih dan siap dilekati dengan krim
dasar.
v Krim dasar adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud sebagai dasar
tatarias wajah.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk
parfum dan zat warna.
2. Krim Pembersih dan Krim Pendingin
Cleansing and Cold Cream

v Krim pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud


menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak secara
efisien.
v Krim pendingin adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit.
Ciri khas krim pendingin ialah kandungan airnya relatif banyak yang diikat dalam bentuk
emulsi m-a.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk
parfum dan zat pengawet.

3. Krim Urut dan Krim Pelembut


Massage and Emollient Creams

v Krim urut dan krim pelembut adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memperbaiki kulit rusak karena suatu unsur atau bahan misalnya, detergen.
v Biasanya, krim ini tetinggal pada kulit untuk beberapa jam, umumnya semalam. Krim
ini tidak boleh digosokkan karena terlalu cepat diabsorpsi melalui kulit. Krim yang tetinggal
merupakan lapisan yang tidak boleh telalu ditekan atau cepat hilang karena gesekan dengan
kain alas tidur.
v Dasar krim, terutama yang mengandung banyak minyak, yaitu air dalam minyak, krim
lembut atau emulsi kental, mudah digunakan tetapi tidak mudah hilang. Krim sepeti ini akan
lama tinggal di kulit, sehingga dapat melindungi kulit dan mengurangi penguapan air dari
kulit. Makin lama tinggal di kulit makin banyak krim yang diaborpsi. Juga dapat berfungsi
sebagai lubrikan dan sebagai emolien.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat, antara lain emolien termasuk
emolien alami yang larut dalam minyak,pelembab humektan, dan zat tambahan termasuk zat
pengawet dan parfum.
4.

Krim Tangan dan Badan

Hand and Body Cream

v Krim tangan dan badan adalah sediaan dan kosmetika yang digunakan untuk maksud
melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut dan kering, bersisik dan mudah pecah.
v Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum, untuk mempertahankan agar
permukaan kulit tetap lembut, lunak dan terlindung. Lapisan sebum dapat menjadi rusak
atau hilang jika kulit dicuci atau dicelupkan dalam larutan sabun atau detergen.
v Jika sebum hilang sacara lebih cepat dari pada terbentuknya, kulit menjadi kering dan
bersisik. Permukaan kulit dapat pecah, mempermudah masuknya bakteri, dapat terjadi
infeksi, akhirnya kulit akan mengeluarkan cairan, jika dibiarkan dapat menyebabkan
dermatitis.
v Kulit juga mengandung lapisan lemak yang berfungsi untuk mengontrol penguaan air,
kulit juga mengeluarkan cairan pelembab alami. Keseimbangan kandungan kulit air dalam
kulit sangat penting untuk diperhatikan.
v Pada umumnya kulit tahan terhadap penggunaan sabun dan air untuk waktu yang tidak
terbatas. Kulit tidak tahan jika terus menerus terkena angin atau udara kering, atau terlalu
sering dan terus menerus menggunakan sabun atau detergen, kecuali dilindungi dengan cara
tertentu.
Biasanya disajikan dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi.

Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup
untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat
pengemulsi, zat pengawet, parfum, dn zat warna.
(Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, 330-357)

F. Contoh Produk

Caladine Lotion 95 ml

- Indikasi:
Mengobati gatal karena biang keringat, udara panas, gigitan serangga. Juga sebagai
antiseptik kulit, astringensia dan anti alergi.
-Kontra Indikasi:
N/A
-Deskripsi:
N/A
Jenis: Botol

Produsen: PT Galenium Pharmasia

Cream Lotion Pemutih Kulit Dan Wajah Merk Satto Hand & Body

Whitening Moisturizer
Manfaat Produk :

Satto hand & body whitening moisturizer adalah cream lotion pemutih untuk kulit
dan wajah yang sangat bagus untuk memutihkan wajah dan kulit badan, agar kelihatan putih
bersih dan sehat. Berkhasiat untuk memutihkan kulit atau bagian tubuh yang warna gelap
atau hitam.
Satto whitening ini sangat aman bagi semua jenis kulit, tidak menyebabkan iritasi dan
gangguan kulit. Tidak menyebabkan gatal gatal pada kulit wanita. Aroma nya wangi dan
bisa bikin rileks,
Satto whitening ini bisa juga untuk pria dan wanita, usia remaja hingga orang tua. Bagi
anda yang ingin memutihkan kulit atau bagian tubuh lain nya, maka satto hand body
whitening moisturizer lotion ini sangat cocok untuk anda.
Bekerja secara cepat dan aman. Produk pemutih ini telah terdaftar di DEPKES RI
dan Badan POM RI.
Jika kulit anda jadi halus, putih dan kenyal maka pasangan anda akan jadi suka dan
betah berlama lama dengan anda, orang yang melihat pun akan jadi tertarik dan suka pada
anda. Perubahan pada penampilan anda akan membuat orang lain jadi terkesan dan terpikat
dengan perubahan penampilan anda. Kosmetik pemutih yang telah teruji dan aman.
Bagi anda yang punya kulit gelap, kasar dan tidak mulus, pakailah satto whitening
hand and body. Sangat bagus untuk memutihkan secara cepat dan aman. Satto adalah merk
cream pemutih yang sudah terkenal. Banyak dipakai oleh wanita dan pria yang
mendambakan kulit putih halus dan berseri.
Komposisi Bahan :
Satto hand and body whitening moisturizer adalah cream yang mengandung collagen,
vitamin E dan whitening ( dermawhite ) yang dapat membantu merawat kulit anda agar jadi
lembut, halus, kelihatan putih alami dan tidak kering. Collagen nya bisa membuat kulit jadi
kencang dan singset, vitamin E memberikan gizi bagi kulit dan menutup pori pori. Dan
pemutih alami yang bekerja secara cepat memutihkan secara aman dan tanpa iritasi kulit.
Cara pemakaian :
Gunakanlah dua kali sehari pada pagi dan sore hari selepas mandi. Oleskan merata ke
seluruh tubuh atau bagian tubuh yang ingin di putihkan. Oleskan secara merata dan pas pas,
jangan tebal-tebal. Biarkan hingga kering, jangan di bilas. Setelah di oleskan maka akan
bereaksi dan bekerja dari dalam kulit mengubah pigment agar jadi cerah dan mulus.
Gunakan setelah mandi.
Satto hand and body whitening moisturizer ini sangat aman, terbuat dari resep kuno
wanita jepang, yang di olah menggunakan teknologi tinggi yang modern sehingga khasiat

nya tetap terjaga. Cream pemutih satto hand body lotion ini terdaftar di DEPKES RI, di
badan POM. Jadi aman dan sudah di uji oleh pemerintah RI. Tidak perlu soal khasiat dan
efek samping dari cream ini, jelas aman dan terbukti bagus untuk memutihkan kulit dan
anggota

badan

yang

hitam

atau

kurang

putih.

Dibawah ini adalah gambar produk dari krim pemutih, yaitu satto hand and body
whitening moisturizer cream lotion :

kosmetikitapemutih.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA

Anonim .1979 . Farmakope Indonesia Ed . III . Depkes RI : Jakarta


Anief. Farmasetika Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed 4. Universitas Indonesia
Press: Jakarta.
Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai