Anda di halaman 1dari 18

RESUME SEISMOLOGI

PENENTUAN HIPOSENTER DAN EPISENTER

Oleh:
Reditha Ayu Rositadewi
125090701111004

BIDANG MINAT GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

PENGANTAR TENTANG GEMPA BUMI


Pengertian gempabumi

Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba berupa gelombang, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi
energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah bumi.

GELOMBANG SEISMIK
Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan gangguan di dalam kerak
bumi, karena adanya pergeseran atau ledakan. Gelombang yang menggambarkan perjalanan
energi melalui bumi yang padat.

Gelombang Badan (Body Wave)


Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah
perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada
media dan arah penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan
gelombang S seperti yang tampak pada gambar.

Gambar (a) Penjalaran Gelombang P dan Penjalaran Gelombang S (Lilie, 1999)


Gelombang P
Gelombang P disebut juga gelombang longitudinal yaitu gelombang yang
arah getarannya sejajar dengan arah penjalarannya. Sedangkan gelombang S adalah
gelombang transversal dimana arah getarannya tegak lurus dengan arah penjalaran
gelombang.

Gambar Gelombang P (Elnashai & Sarno, 2008)

Gelombang S
Gelombang S disebut juga gelombang shear/ gelombang transversal.
Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan
gelombang P dan hanya dapat merambat pada medium padat saja. Gelombang S
tegak lurus terhadap arah rambatnya.

Gambar Gelombang S (Elnashai & Sarno, 2008)

Gelombang Permukaan (Surface Wave)


Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain
gelombang badan. Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan
pada sifat gerakan partikel media elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang
yang kompleks dengan frekuensi yang rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar
akibat adanya efek free survace dimana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati,
2008).
Gelombang permukaan mempunyai frekuansi lebih rendah dari gelombang
badan, sehingga sifat gelombang tersebut merusak. Gelombang ini akan semakin
melemah amplitudonya bila semakin masuk ke dalam medium. Ada beberapa tipe
gelombang permukaan, yakni gelombang Rayleigh dan gelombang Love.

Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh adalah jenis gelombang permukaan yang terjadi akibat
adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang geser secara
konstruktif. Gerakan partikel pada wavefront gelombang Rayleigh terdiri atas
kombinasi gelombang P dan SV pada bidang vertikal. Gelombang Rayleigh
merupakan salah satu jenis gelombang permukaan yang merambat pada medium
half space. Karakteristik lain dari gelombang Rayleigh adalah amplitudonya
menurun atau berkurang secara eksponensialterhadap kedalaman di bawah
permukaan. Umumnya memiliki frekuensi rendah dengan spektrum yang tidak
tajam. Gelombang Rayleigh merupakan jenis gelombang permukaan yang dapat
mencitrakan struktur bawah permukaan dengan mudah yang diaplikasikan pada
karakterisasi geoteknik. Sebab, gelombang Rayleigh mempunyai sifat yang unik,
yaitu setiap perambatan gelombang yang melewati batas lapisan material bumi
akan mengalami dispersi (Sholihan, 2009)

Gambar 1. Gelombang Rayleigh (Elnashai & Sarno, 2008)

Gelombang Love
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam
bentuk gelombang transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang
penjalarannya paralel dengan permukaannya (Galladah & Fisher, 2009)

Gambar 2. Gelombang Love (Elnashai & Sarno, 2008)

ENERGI GEMPABUMI

Energi gempa bumi dapat ditaksir dari pengamatan makroseismik. Gelombang seismik
merupakan bentuk energi yang paling mudah dideteksi yaitu dengan cara pencatatan
pada alat.

Energi gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu sumber alami berarti
sumbernya dari alam dan sumber buatan yang berarti sumbernya dibuat oleh manusia.

Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total yang dilepaskan oleh
gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya dihitung dengan
mengintegralkan energi gelombang, misal gelombang badan dan seluruh luasan yang
dilewati gelombang, dimana bola untuk gelombang badan dan silinder untuk gelombang
permukaan. Sehingga secara tidak langsung, perhitungan energi yang dilepaskan gempa,
berarti mengintegralkan energi keseluruhan ruang dan waktu.

TRAVEL TIME

Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh gelombang gempa untuk menjalar
dari hiposenter ke stasiun pencatat. Ditentukan dari waktu tiba (arrival time) dikurangi
origin time.

Informasi tentang bagian-dalam bumi didasarkan pada struktur kecepatan penjalaran


gelombang P dan gelombang S. Untuk menentukan kecepatan ini, kedudukan episenter
dan origin time serta waktu tempuh gelombang gempa tersebut harus diketahui secara
akurat.

Dalam tomografi waktu tempuh (travel time) gelombang seismik, input yang biasa
digunakan dalam inversi adalah waktu tunda dari gelombang tersebut (baik gelombang P
maupun S).

Waktu tunda adalah selisih antara waktu tempuh yang diamati (observed) dan waktu
tempuh yang dihitung (calculated) pada model kecepatan bumi tertentu. Waktu tempuh
yang diamati (observed) ditentukan dari pembacaan (picking) waktu tiba suatu
gelombang pada seismogram.

Waktu tempuh yang dihitung (calculated) adalah waktu tempuh sintetik berdasarkan
model kecepatan bumi yang digunakan (biasanya model 1D).

Dengan menggunakan kurva travel time yang merupakan kurva hubungan antara travel
time dan jarak episenter ke stasiun pencatat, dapat memberikan gambaran variasi

kecepatan pada kerak bumi secara radial. Dari kurva tersebut dapat diperoleh gradien
kecepatan pada interval kedalaman tertentu .

Pada gambar di bawah terlihat adanya 2 kurva travel time. Gambar sebelah kanan
merupakan contoh kurva travel time untuk memahami konsep gelombangnya, sedangkan
gambar sebelah kanan meninjukkan kurva travel time yang sebenarnya dimana dalam 1
kejadian gempa gelombang yang terbentuk sangat banyak.

Gambar kurva travel time

PENENTUAN HIPOSENTER DAN EPISENTER

Hiposenter adalah titik awal terjadinya gempabumi dimana focus (bagian dalam bumi).
Kedalaman sumber gempabumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari
permukaan bumi.

Jarak tempuh gelombang P dan S dari pusat gempa ke stasiun adalah


= (1a)
= (1b)

Secara matematis hubungan antara jarak tempuh (D) dan S-P adalah

(2)

Dimana
=

Dimana k merupakan koefisien jarak dan nilai tetapan dari konstanta Omori, Vp dan Vs
adalah kecepatan gelombang primer dan sekunder, to adalah waktu terjadinya gempa
bumi, sedangkan tp dan ts adalah waktu tiba gelombang primer dan sekuder.

Terdapat hubungan linier antara D dan S-P yaitu pada persamaan (2). Semakin besar
harga dari S-P maka semakin jauh sumber gempa tersebut, tetapan k disebut sebagai
tetapan Omori yang bergantung pada kecepatan Vp, Vs atau Vp/Vs.

Episenter adalah titik di permukaan bumi yang merupakan refleksi tegak lurus dari
Hiposenter atau fokus gempabumi. Lokasi Episenter dibuat dalam sistem koordinat
kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang
dan bujur.

Untuk menentukan lokasi sumber gempabumi diperlukan data waktu tiba gelombang
seismik dengan sekurang kurangnya 4 data waktu tiba gelombang P. Selain itu juga
diperlukan data posisi stasiun yang digunakan dan model kecepatan gelombang seismik.

METODE SINGLE STATION

Merupakan salah satu pengolahan data gempa dengan menggunakan satu station pencatat
gempa.

Metode ini menentukan parameter gempa bumi dari catatan seismograf pada satu stasiun
yang menggunakan seismometer tiga komponen. Satu komponen vertikal: Z dan dua
komponen horizontal: North-Southdan EastWest.

Komponen vertikal digunakan untuk menentukan kedalaman. Sedangkan 2 komponen


horisontal untuk menentukan episenternya

Hal yang terpenting pada metoda single-station adalah particle motion (lokus), yaitu
gerakan tanah akibat gempa yang tercatat oleh seismometer. Amplitudo pada gerakan
awal sinyal gempa yang tercatat pada masing-masing komponen dapat menentukan dari
mana arah pusat gempa.

Secara

sederhana

dapat

ditentukan

arah

episenter

menggunakan metode grafis.

DIAGRAM WADATI

Ditemukan oleh Profesor Kiyoo Wadati

Diagram wadati merupakan teknik grafis untuk menentukan origin time (waktu
terjadinya gempa).

Beda waktu tiba gelombang P dan S (ts-tp) diplot terhadap waktu tiba gelombang P.

Kemudian ditarik garis lurus yang mewakili sebagian besar titik yang sudah diplot
tadi hingga memotong sumbu x (komponen tp).

Karena di hiposenter ts-tp akan menjadi nol, maka titik potong garis lurus dalam
diagram wadati dengan sumbu tp adalah pendekatan waktu terjadinya gempa (to).

Setelah to ditentukan, jarak episenter dari setiap stasiun dapat dihitung dengan
mengalikan waktu tempuh gelombang P dengan kecepatan gelombang rata-ratanya.
=

Titik episenter harus terletak di atas suatu setengah bola bawah yang beradius Di yang
berpusat pada stasiun ke i.

METODE MULTIPLE STATION

Dapat digunakan untuk kasus tiga stasiun serta diturunkan dari anggapan bahwa
gelombang seismik merambat dalam medium homogen isotropis, sehingga kecepatan
kecepatan gelombang tetap dalam penjalarannya.

Pada penentuan episenter dan hiposenter dibutuhkan hasil rekaman gempa, yaitu
waktu tiba gelombang P, waktu tiba gelombang S pada tiap stasiun.

Selisih waktu tiba kedua gelombang (S-P) akan terus bertambah sebanding dengan
bertambahnya jarak tempuh (D) kedua gelombang tersebut. Hubungan yang lebih
jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar Penjalaran gelombang P dan S

Jari-jari lingkaran (D) yang dihitung sebagai berikut:


= ( )
=

Jarak tempuh gelombang P dan S dari pusat gempa (S) ke stasiun (R) adalah:
= ( )
= ( )

Dimana k adalah konstanta Omori , Vp dan Vs adalah cepat rambat gelombang primer
(P) dan gelombang sekunder (S) dalam km/s. Serta nilai Vp > Vs. tp dan ts adalah
waktu tiba gelombang P dan S dalam detik, serta tp < ts. Sedangkan Vp/Vs
merupakan perbandingan antara cepat rambat gelombang P dan gelombang S. To
adalah waktu terjadinya gempa bumi.

Untuk kasus tiga stasiun maka jari-jari lingkaran dihitung untuk setiap stasiun, lalu
dibuat lingkaran dengan pusat pada masing-masing stasiun dengan jari-jari lingkaran
yang telah dihitung. Pada daerah yang dibatasi oleh perpotongan ketiga lingkaran
maka ditarik ketiga garis dari titik-titik perpotongannya sehingga diperoleh suatu
segitiga. Perpotongan garis bagi ketiga sisi-sisi segitiga tersebut adalah episenter.
Seperti pada langkah-langkahnya berikut ini :
a) Membuat lingkaran dari jari-jari yang diketahui tiap stasiun

b) Menentukan episenternya

c) Membuat lingkaran baru dari titik perpotongan

d) Menentukan Hiposenter

METODE GEIGER

Metode geiger merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penentuan posisi
hiposenter terutama dalam penentuan lokasi hiposenter gempa di daerah gunung api
atau daerah yang relatif dekat antara sumber gempa dan penerima (receiver).

Prinsipnya adalah menghitung residual antara waktu rambat gelombang pengamatan


(observed) dengan waktu rambat gelombang perhitungan (calculate).

Anggapan yang digunakan dalam metode ini adalah bumi terdiri dari lapisan datar yang
homogen isotropis sehingga waktu tiba gelombang gempa yang disebabkan oleh
pemantulan dan pembiasan untuk setiap lapisan dapat dihitung.

ri

: selisih waktu antara hasil observasi dan hasil kalkulasi pada stasiun ke - i

tobsi

: waktu tempuh gelombang seismik pada stasiun ke i dari hiposenter

tcali

: waktu tempuh gelombang yang dikalkulasi berdasarkan model kecepatan


bawah permukaan
=

+
+
+

METODE SINGLE EVENT DETERMINATION (SED)

Prinsipnya adalah penyelesaian fungsi objektif yang memberikan jumlah kuadrat residual
seluruh stasiun minimum.

=
=1

M adalah jumlah stasiun dan p adalah parameter hiposenter (to, xo, yo, zo). Linierisasi
persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :

+
+
+

Untuk semua stasiun yang merekam gempa maka akan terbentuk sebuah matriks
persamaan residual waktu tempuh. Matriks persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut :
=
Penyelesaian inversi matriks :

Elemen penyusun matriks diatas sebagai berikut:


1

2
, 1 = , =

Matriks A adalah matriks kernel inversi. Matriks ini berisi partial derivative residual
waktu tempuh tiap stasiun terhadap parameter hiposenter (to, Xo, Yo, Zo). Matriks A
berukuran nx4 adalah jumlah stasiun pengamatan dan representasi jumlah parameter
hiposenter yang dicari.

Matriks r adalah matriks data inversi. Matriks ini berisi residual waktu tempuh tiap
stasiun pengamat dan berukuran nx1. Matriks delta P adalah matriks model inversi.
Matriks ini berisi vektor perubahan posisi terhadap hiposenter dugaan awal dan
berukuran 4x1. Perbaikan lokasi hiposenter yang diperoleh :
+ = , + = , + = , + =

Metode joint hypocenter determination (JHD)

Metode ini secara simultan akan menginversi waktu tempuh sekelompok hiposenter
untuk mendapatkan lokasi hiposenter serta besaran koreksi stasiun sebagai koreksi
terhadap kesalahan akibat model kecepatan 1D yang digunakan dan memperbaiki
kesalahan akibat penggunaan model 1D.Dengan menggunakan model kecepatan yang
sama, metode JHD berhasil mengurangi error akibat kesalahan model kecepatan dan
memberikan posisihiposenter yang lebih baik dari pada SED

Metode Double Differential (DD)

Metode Double Difference merupakan suatu metode penentuan posisi relatif suatu
hiposenter. Metode ini menggunakan data waktu tempuh antar dua gempa.

Prinsip metode ini adalah jika jarak persebaran hiposenter antara dua gempa sangat kecil
dibanding jarak antara stasiun gempa, maka raypath dan waveform kedua gempa dapat
dianggap mendekati sama. Dengan asumsi ini, maka selisih waktu tempuh antara kedua
gempa yang terekam pada satu stasiun yang sama dapat dianggap hanya sebagai fungsi
jarak antara kedua hiposenter.

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Double-Difference

= ( ) ( )
i dan j : dua buah hiposenter yang saling berdekatan
k

: suatu stasiun yang sama yang merekam kedua kejadian gempa

: nilai residu waktu tempuh pengamatan dikurangi waktu tempuh perhitungan dari
model dari gempa i dan j yang diterima oleh stasiun k.

STUDI KASUS
Studi Relokasi Hiposenter Gempa di Sekitar Patahan Palu Koro dan Matano Menggunakan
Metode Geiger

Rumusan masalah

Bagaimana cara merelokasi hiposenter di sekitar patahan Palu Koro dan Matano?

Bagaimana perbandingan posisi hiposenter sebelum dan sesudah direlokasi, dan cara
menentukan model kecepatan lokal 1-D gelombang P dan koreksi stasiun?

Tujuan

Menganalisis perbedaan posisi hiposenter gempabumi sebelum dan sesudah relokasi


di sekitar patahan Palu Koro dan Matano

Menganalisis posisi hiposenter baru terhadap patahan Palu Koro dan Matano yang
didapatkan setelah dilakukan relokasi

Menentukan model kecepatan lokal 1-D gelombang P dan koreksi stasiun daerah
penelitian setelah direlokasi.

Metode

Data yang digunakan yaitu sebanyak 141 gempabumi dengan 683 waktu tiba
gelombang P yang terjadi sepanjang tahun 2013.

Software yang digunakan

Microsoft Excel untuk plotting model baru kecepatan gelombang P 1D

Notepad++ untuk membuat script proses pengolahan data

Velest33 untuk merelokasi hiposenter

Generic Mapping Tool (GMT) untuk menvisualisasikan hasil relokasi.

Hasil dan Pembahasan

Perbedaan Hiposenter

Nilai RMS menurun dari 0.954 detik menjadi 0.69 detik. RMS travel time residual
menunjukkan kualitas dari travel time kalkulasi. Data waktu tiba gelombang P dari gempa
lokal dengan kualitas baik akan memberikan nilai RMS travel time residual yang kecil. Hal
ini dikarenakan penentuan waktu tiba gelombang P akan mempengaruhi besarnya nilai travel
time gelombang P observasi dan menghasilkan travel time residual yang mendekati nol.
jumlah gempa setelah relokasi relatif lebih tinggi pada skala RMS <1 detik. Jumlah gempa
setelah relokasi menurun secara signifikan pada skala RMS >1 detik dibandingkan jumlah
gempa sebelum relokasi. Pada RMS travel time residual setelah relokasi diperoleh lower
confidence limit 0,6082 detik dan upper confidence limit 0,7055 detik dengan tingkat
kepercayaan 95%.

Pada peta sebaran hiposenter setelah direlokasi terjadi pergeseran posisi hiposenter
hingga 2 km. Posisi hiposenter yang dihasilkan memiliki ketelitian hingga 0,01 km.Terdapat
zona seismisitas tinggi yang mengumpul di dekat patahan Palu Koro dan Matano. Pada zona

yang memiliki kerapatan distribusi gempabumi yang cukup rapat diindikasikan terdapat
patahan lokal yang dipicu oleh gempa-gempa di patahan utama Palu Koro dan Matano. Zona
seismistas tinggi di sekitar patahan Palu Koro yakni berada di sekitar Taman Nasional Lore
Lindu yang dahulunya terbentuk melalui proses tektonik.

Perubahan posisi hiposenter terjadi secara vertikal dan horizontal. Perubahan secara
horizontal terlihat dari perubahan posisi episenter, sedangkan perubahan secara vertikal
terlihat dari peta penampang kedalaman.

Sample gempa yang digunakan yaitu sebanyak 5 gempa di sekitar kedua patahan
tersebut. Pada peta tersebut terlihat terjadi pergeseran posisi hiposenter dari posisi
sebelumnya. Episenter setelah direlokasi cenderung lebih dekat dengan patahan utama
daripada sebelum direlokasi. Hal ini menandakan bahwa aktivitas seismik dipengaruhi oleh
pergerakan patahan utama. Relokasi ini memperbaiki fix depth yang digunakan oleh BMKG
dalam penentuan posisi hiposenter.

Koreksi Stasiun
Koreksi stasiun merupakan perbaikan waktu penjalaran gelombang seismik gempabumi
untuk sampai pada stasiun seismik. Pada penelitian ini digunakan stasiun PCI sebagai stasiun
referensi.

Stasiun referensi memiliki nilai nol, sedangkan stasiun-stasiun yang lainnya benilai
negatif atau positif. Nilai koreksi stasiun ini bergantung pada kondisi geologi di sekitar
stasiun pencatat. Adanya penambahan koreksi stasiun ternyata mampu mengurangi efek
akibat variasi kecepatan lateral yang tidak diperhitungkan dalam metode SED. Pada stasiun
yang bernilai negatif, harga pembacaan waktu tiba gelombang P yang terekam dikurangi
dengan nilai koreksi stasiun. Hal ini mengindikasikan bahwa batuan di bawah permukaan
lebih kompak daripada batuan di sekitar stasiun referensi. Sedangkan untuk sasiun yang
memiliki nilai koreksi positif harga pembacaan waku tiba ditambah dengan nilai koreksi
stasiun. Hal ini mengindikasikan batuan penyusun di sekitar stasiun lebih renggang.
Model Baru Kecepatan Gelombang P 1D

Model baru memiliki kecepatan yang lebih lambat daripada model awal. Perbedaan
kecepatan ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geologi bawah
permukaan daerah penelitian, cakupan luas daerah penelitian dan model awal yang
digunakan.
Simpulan
1. Iterasi data menghasilkan RMS travel time residual konvergen pada iterasi ke-12.
Nilai RMS menurun dari 0.954 menjadi 0.69 detik, sehingga posisi hiposenter
mengalami pergeseran.
2. Posisi hiposenter setelah dilakukan relokasi cenderung lebih dekat dengan patahan
Palu Koro dan Matano daripada sebelum direlokasi. Posisi hiposenter yang dihasilkan
memiliki ketelitian hingga 0,01 km.
3. Model baru kecepatan gelombang P 1D memiliki kecepatan yang lebih lambat
daripada model awal yang digunakan. Sebanyak 8 stasiun yang berada di daerah
penelitian memiliki nilai koreksi stasiun berkisar antara -0.96 detik sampai 0.4 detik.

Anda mungkin juga menyukai