PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.Sedangkan reproduksi menurut Koblinsky
adalah kemampuan perempuan hidup dari masa adolescence/ perkawinan tergantung
mana yang lebih dahulu, sampai dengan kematian, dengan pilihan reproduktif, harga
diri danproses persalinan yang sukses serta relatife bebas dari penyakit ginekologis
dan risikonya. Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kesehatan yangsempurna
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari
penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya (Melyana,2005).
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12-24 tahun. World Health
Organization (WHO) memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya aktivitas
seksual di antara kaum muda di kawasan Asia-Pasifik. Di Indonesia, usia pernikahan
pertama kali pada kelompok usia 10-16 tahun adalah29,5% pada kelompok usia 1718 tahun sekitar 28,23%, kelompok 19-24 tahunadalah 36,47% dan pada usia di atas
25 tahun sekitar 6,9% (BKKBN, 2004).
Seks merupakan perbedaan badaniah atau biologis perempuan dan laki-laki,
yang sering disebut jenis kelamin. Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan
sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang di dorong oleh hasrat
seksual dengan lawan jenisnya, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri.
Bentuk-bentuk perilaku ini mula-mula dalam bentuk yang ringan sampai pada
akhirnya ke tahap hubungan seksual. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan
perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hokum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu
(Widiastuti.dkk, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa kebanyakan remaja melakukan
hubungan seksual di bangku SMA yaitu umur 15-18 tahun, kecenderungan perilaku
seksual pranikah dikalangan remaja semakin banyak terjadi. Di Indonesia ada sekitar
16-20% dari remaja yang berkonsultasi telah melakukan hubungan seks pranikah,
jumlah kasus ini cenderung naik. Bias dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus
abordi di Indonesia yang mencapai 2,3 juta pertahun, yaitu aborsi dikalangan remaja
diperkirakan sekitar 700 ribu kasus pertahun atau sekitar 30% dari seluruh kasus
aborsi per tahun di Indonesia (Soetjiningsih, 2009).
Dijawa tengah ada sekitar 60 ibu yang melakukan aborsi perbulan atau sekitar
720 pertahun, tragisnya 15-305 dari perilaku aborsi itu adalah remaja yang berstatus
Siswi SMP (Sekolah Menengsh Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), ini
menunjukkan rentannya remaja terhadap masalah seks bebas (Soetjiningsih, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa di SMK PGRI (Sekolah Menengah
Kejuruan PGRI) Karangmalang, para remaja itu biasanya mendapat informasi tentang
aktivitas seksual dari VCD porno yang mereka liat, teman, internet, serta dari media
cetak seperti tabloid, Koran dan majalah. Itu semua bias merubah persepsi dan
perilaku seksual yang terjadi ada remajayang dapat menimbulkan kesenjangan
pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik, namun orang tua dalam
melalui proses tersebut berusaha meminimalkan konflik dan membantu anak
remajanya untuk mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri. (Soetjiningsih, 2004).
Dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan
pada tahun 2002-2003 didapatkan 2,4% atau sekitar 511.336orang dari 21.264.000
jumlah remaja berusia 15-19 tahun dan 8,6% atausekitar 1.727.929 orang dari
20.092.200 remaja berusia 20-24 tahun yangbelum menikah di Indonesia pernah
melakukan hubungan seks pra nikahdan lebih banyak terjadi pada remaja di
perkotaan (5,7%). Secarakeseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun belum
menikahmelakukan
hubungan
seks
pra
nikah
lebih
banyak
dibandingkan
wanitadengan usia yang sama. Menurut hasil Survei BKKBN LDFE UI pada
tahun2002 di Indonesia terjadi 2,4 kasus aborsi per tahun dan sekitar 21 %dilakukan
oleh remaja (Widiastuti, 2005).
Menurut Prof. Dr. Dadang hawari, psikiater, pengaruh gaya hidup barat sebagai
penybab utama para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka menganggap seks
bebas sebagai sesuatu yang wajar. Padahal agama melarang keras seks bebas.
Menurut prof. dadang, namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tidak boleh,
apalagi melakukannya. Ini membuktikan, remaja sekarang ini sangat rentan terkena
pengaruh dampak buruk informasi seks yang tidak mendidik, dan tidak sesuai kaidah
agama. Menurut hasil penelitian puslit ekologi kesehatan, badan litbang kesehatan,
depkes RI pada tahun 1990 terhadap siswa-siswi di Jakarta dan ygyakarta
menyebutkan bahwa fakta utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan seks
pranikah adalah: membaca buku porno dan menonton film biru (54,39% di Jakarta
dan 49,2% di Yogyakarta). Motivasi utama melakukan seks pranikah adalah suka
sama suka (76% dijakarta dan &5,6% di Yogyakarta). Kebutuhan biologic 14-18%
dan merasa kurang taat pada nilai agama antara 20-26% (Chandra.A, 2009).
Satu penelitian yang mengambil sampel sebesar 8,941 pelajar dari 119 SMA
dan yang sederajat dijakarta menunjukkan bahwa perilaku pacaran remaja Indonesia
yaitu ngobrol, curhat 95,7%, pegangan tangan
berpelukan 38,0%, berciuman pipi 40,4%, berciuman bibir 20,5%, meraba-raba dada
13,5%, meraba alat kelamin 7,2%, menggesek kelamin 4,5%, melakukan seks oral
3,3%, hubungan seks 3,2% (kurniawan, 2008).
Masturbasi atau onani merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan
oleh para remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan oleh SIECUS ( Sex
Information and Education Council of the United States ) menunjukkan bahwa 88%
remaja laki laki pada umur 16 tahun melakukan masturbasi dan remaja perempuan
sebanyak 62%. Frekuensinya makin meningkat sampai pada masa sesudah
pubertas.Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang
sebaya.Masturbasi ini dilakukan sendiri sendiri dan juga dilakukan secara mutual
dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan
masturbasi secara mutual dengan pacar (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan penelitian purwati (2007), khususnya anak gadis (siswi), pada
umumnya sudah kehilangan budaya siri. Mereka tak segan-segan melakukan
perilaku seks di tempat umum (public space). Ironisnya, mereka pula yang
memancing kaum lelaki untuk berperilaku demikian. Hasil tersebut diakumulasikan
dari 260 siswi (responden) sekota Makassar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
jumlah siswi yang meminta untuk berpelukan 69 orang, mengelus tangan 82 orang,
dicium 38 orang, bermesraan 39 orang. Jumlah ini adalah kategori responden yang
mau tanpa menolak. Sedangkan yang meminta, berpelukan 45 orang, berpegangan
tangan 125 orang, berciuman 5 orang. Dan diperkuat lagi dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh saudari hasriani (2009), disalah satu SMP Negeri di Makassar tahun
2009 dengan besar sampel 192 siswa dengan hasil bahwa ada pengaruh peran orang
tua, media massa, teman sekolah, dasn pengetahuan terhadap seks pranikah.
Kesedian ibu untuk menjelaskan cerita pribadinya tentang pacaran dan
pengalaman seksual pada anaknya secara positif behubungan dengan sikap remaja
dalam seks pranikah dan persepsi anak mengenai keterbukaan ibunya dalam
berkomunikasi. Remaja yang memiliki ibu yang bercerita tentang kehidupan
pribadinya dilaporkan lebih memiliki sikap konservatif terhadap seks pranikah
dibandingkan remaja yang ibunya tidak bercerita tentang kehidupan pribadinya
(Ayu.L, 2006).
Peran media massa dinilai banyak menyuguhkan materi pornografi dan poro
aksi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang
mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya
libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi
oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah. Hal lain yang berhubungan dengan
seks pranikah adalah pengetahuan tentang seks baik yang didapat melalui pendidikan
formal atau informal, pengetahuan itu diperoleh melalui suatu proses dan
perkembangan sesuai dengan kebudayaan yang ada (yatmi.P, 2009).
Teman sebaya dapat mempengaruhi remaja dalam hal seks pranikah, teman
sebaya sering kali mengejek, mengolok-ngolok bahkan menertawakan bila
dikelompok ada salah satu dari mereka yang belum punya pacar. Ejekan dan cemohan
inilah yang paling ditakuti remaja, sehingga mereka lalu biasanya memaksakan untuk
berpacaran adalah status supaya bias keliatan sudah punya pacara (Zohra.dkk,
2005).
Berdasarkan dari masalah tersebut diatas, tidak menutup kemungkinan SMA
AMMANAGAPPA Makassar juga terkena pergaulan bebas, ada 3 siswi SMA
AMMANAGAPPA Makassar telah hamil diluar nikah, dan belum pernah ada yang
melakukan penelitian sebelumnya tentang seks pranikah, sehingga peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan antara orang tua, media massa, teman sekolah dan
pengetahuan
seks
terhadap
perilaku
seks
pranikah
siswa-siswi
SMA
Tujuan Umum
Diketahuinya faktor yang berhubungan terhadap perilaku seks pranikah pada Siswasiswi di SMA AMMANAGAPPA Makassar tahun 2013.
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Diketahuinya hubungan Pengetahuan terhadap perilaku seks pranikah Siswasiswi SMA AMMANAGAPPA Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1.
pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
2.
pentingnya pengetahuan dan sikap remaja mengenai seks pranikah agar dapat
mengurangi atau bahkan mecegah terjadinya perilaku seks pranikah.
3.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Remaja
1.
kanakkanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik dan
kematangan biologis atau seksual, perubahan secara psikologis yaitu dengan adanya
proses pembentukan diri dan secara sosial yang ditandai dengan penyesuaian diri
terhadap tuntutan masyarakat.
Medinnus dan Johson menyatakan bahwa remaja merupakan suatu periode
dalam perkembangan individu yang ditandai oleh adanya tandatanda kematangan
seksual. Kematangan ini mulai terjadi pada perkembangan fisik dan sosial serta
berakhir pada saat seseorang telah mengambil peranperan dewasa dan diterima
dalam banyak hal sebagai orang dewasa oleh reference group-nya, yaitu orangorang
kepada siapa individu menunjukkan atau mengharapkan tingkah lakunya untuk
diterima (Roni, 2008).
Remaja merupakan masa peralihan antara tahap anakanak dan dewasa yang
jangka waktunya berbedabeda tergantung faktor sosial budaya (Febriani, 2009).
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilahlain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesiasering pula
dikaitkan pubertas atau remaja.Remaja merupakan suatu faseperkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsungantara usia 12 sampai 21 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awalusia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
usia 15-18 tahun, dan masaremaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa
remaja disebutjuga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
danperilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock,2004).
2.
Karakteristik Remaja
Perubahan pada remaja dimulai dengan adanya percepatan pertumbuhan fisik
yang diikuti kematangan biologis yang sering dikenal dengan istilah pubertas, yaitu
mulai berfungsinya organ organ reproduksi baik baik untuk lakilaki maupun anak
perempuan dan mulai tumbuhnya alat kelamin sekunder. Pada anak perempuan
priode ini umumnya terjadi antara umur 11 15 tahun dan pada anak lakilaki terjadi
pada umur 12 16 tahun (Roni, 2009).
Kematangan biologis pada anak perempuan ditandai dengan permulaan haid
(menarchee) dan pelepasan air mani (ejaculation) pada anak lakilaki, serta
tumbuhnya kelamin sekunder yang merupakan tandatanda khas lakilaki dan
perempuan misalnya: tumbuhnya kumis, jambang, membesarnya payudara,
perubahan pada suara, dan sebagainya. Secara fisik lakilaki terjadi pertumbuhan utar
daging yang pesat dan pada perempuan terjadi pertumbuhan pada jaringan pengikat
atau lemak di bawah kulit yang lebih menonjol. Akibat dari perubahanperubahan
tersebut secara fisik membuat membuat laki-laki dan perempuan nampak berbeda.
Masa remaja secara global berlangsung antara usia 13 sampai dengan 21
tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi dua, yaitu (Febriani, 2009):
a.
Masa remaja awal dengan usia 13 18 tahun, pada masa ini khusus bagi remaja
putri rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang
bulan) yang pertama.
b.
Masa remaja akhir dengan uasia 18 21 tahun, pada masa ini remaja mengalami
kematangan seksual (dalam kondisi seks yang optimum) dan telah membentuk pola
pola kencan yang lebih serius dan mendalam dengan lawan jenis atau berpotensi aktif
secara seksual, terutama remaja putri akan lebih sensitif dorongan seksualnya dan
memiliki rasa ingin tahu sangat besar dari pada remaja putra.
3.
memiliki
dua
nilai
yaitu
nilai
harapan
(idelisme)
dan
kemampuan. Apabila kedua nilai tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan muncul
bentukbentuk frustasi. Macammacam frustasi ini pada gilirannya akan merangsang
generasi muda untuk melakukan tindakantindakan menyimpang.
Dari
sudut
pandang
kesehatan,
tindakan
manyimpang
yang
akan
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
6. Perkembangan Fisik Remaja
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaituciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder.Berikut ini adalah uraianlebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut.
a. Ciri-ciri seks primerDalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002)
disebutkanbahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila tela mimpi basah.
Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki- laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi),menstruasi adalah
peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya
lapisan dinding dalam rahimyang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada
masa remajaadalah sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,tangan, dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar danmenonjol, serta
berkembangnya kelenjar susu, payudaramenjadi lebih besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang poriporibertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringatmenjadi lebih aktif.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama padapertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehinggamemberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
B.
seksual
adalah
suatu
hal
yang
sakral
dan
bertujuan
karunia
Tuhan
kepada
manusia
dalam
melaksanakanfungsinya
kanak
socialekonomi
(Sarwono,2006).
menjadi
yang
penuh
dewasa,
kepada
terjadi
keadaan
peralihan
yang
dari
relatif
ketergantungan
lebih
mandiri
Perkembangan
seorang
remaja
menurut
Smith
dan
Anderson
dalamDhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu remaja dini (10-13
tahun),remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja akhir (17-21 tahun).Aspek seksual
pada remaja mempunyai kekhususan antara lainpengalaman berfantasi dan mimpi
basah. Fantasi ini tidak hanya dialami olehpara remaja, tetapi ternyata masih sering
dialami sampai pada saat dewasa.Remaja menginginkan kebebasan yang lebih
banyak dan kadang-kadangingin lebih leluasa melakukan aktifitas seksual, walaupun
tidak jarangmenimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian merasa berdosa
dancemas (Soetjiningsih, 2007).
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang
menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter
bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenagkan,
puncak rasa kecintaan yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan
sehingga berkembang pula opino seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu
dicoba (Soetjiningsih, 2007).
Gunarsa menyatakan bahwa dorongan atau hasrat melakukan hubungan seks,
selalu muncul jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Inilah
yang terjadi pada remaja dengan gojolak hasrat seksnya yang besar padahal ia belum
menikah dan karena itulah muncul berbagai masalah seksualitas pada remaja salah
satunya perilaku seks pranikah (Carles, 2007).
2.
Perilaku seks bebas dapat disebabkan karena remaja memiliki rasa ingin tahu
yang amat besar tentang sesuatu dan selalu ingin mencoba apa yang dilakukan oleh
orang dewasa.
Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks yaitu (Carles,
2007):
a.
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi
remaja tersebut tekanan dari temantemannya dirasakan lebih kuat dari pada yang
didapat dari pacarnya sendiri.
b.
melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan
dihadapinya.
c.
dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali
remaja menginginkan hubungan seks ini , sekalipun akibatnyatidak sepadan dengan
resiko yang akan dihadapinya.
d.
Rasa penasaran
Pada usia remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks ditabah lagi
adanya informasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut
semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
e.
Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur
berbuat seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang
dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa
putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan
bebas. Faktor lain datang dari lingkungan keluarga, bagi seorang remaja mungkin
aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan
kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan
sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak,
yang salah satunya adalah masalah seks.
1. Dampak - dampak seks pranikah
Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri,
perasaan dihantui dosa, perasaan tkut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang
menyebabkan kegagalan setelah menikah serta penghinaan terhadap masyarakat.
Dilihat dari segi kesehatan dampak dari seks pranikah antara lain :
a.
seks
pranikah
yang
dilakukan
remaja
secara
tidak
Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan untukmengembangkan
keturunan.Kenikmatan yang diperoleh dari hubungantersebut merupakan karunia
Tuhan kepada manusia dalam melaksanakanfungsinya meneruskan keturunan.Oleh
karena itu hubungan seksual harusdilakukan dalam ikatan yang sah, dimana pasangan
misalnya
olahraga,
kesenian
danberorganisasi.Akibat
terjadinya
penyakit
kelamin
menurut
Saabah
(2001)
yaitu
penyakit
peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun
pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis.Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).Pada masa remaja rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis.Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul
pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.Sebagian
besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan
jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan.Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadangkadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
(Soetjiningsih, 2004).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan.Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan
tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa
mereka terhanyut cinta.Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan,
lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara
seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).
manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu
(Soekidjo, 2003):
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan tahu terhadap apa yang telah dipejari
adalah dengan melihat kemampuan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan lain sebagainya;
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Aplication).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi real.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan diperlukan untuk menghasilkan suatu perilaku tertentu ketika
menghadapi suatu keadaan tertentu. Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku dan
perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Soekidjo, 2007).
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahaya-bahaya
dari perilaku seks yang menyimpang tentu akan muncul kesadaran dalam dirirnya
agar selalu menjaga perilaku seksnya dan ini akan mendorong terbentuknya suatu
sikap yang positif terhadap perilaku seks yang sehat, sehingga akan berpengaruh
terhadap terciptanya sebuah perilaku. Oleh karena itu pengetahuan sangat
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap dan tindakan.
D. Tinjauan Umum Tentang Sumber Informasi/Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat alat komunikasi
mekanik seperti televisi, radio, film dan surat kabar atau majalah. Karakteristik media
massa adalah :
1. Bersifat melembaga artinya pihak yang mengelola media massa terdiri dari banyak
orang, yakni mulai dari pengumpul pengelola sampai penyaji informasi;
2. Bersifat satu arah artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan;
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena
memiliki kecepatan;
4. Memakai peralatan teknis dan mekanis, seperti televisi, radio dan surat kabar dan
semacamnya,
5. Bersifat terbuka artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan imana saja tanpa
mngenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Media massa dengan demikian bisa
dikatakan sebagai mediapembelajaran untuk memperoleh informasi dan menambah
wawasanpengetahuan kaena mengandung pesan yang seerhana sampai pesanyang
sangat kompleks.Pendapat lain menurut teori informasi informasi dalam
mediamassa lebih memusatkan pada cara cara orang mengakumulasikan
danmengorganisasikan
informasi
mengenai
objek,
orang,
situasi
atau
ide
sebuah informasi itu benar maka orang tersebut akan memberikan bobot lebih tinggi.
10 Pengaruh media massa terhadap sikap menurut Fishbien pada awalnya akan
menimbulkan sebuah keyakinan (believe) untuk bersikap atau tidak bersikap. Dalam
hal ini terdapat dua bentuk keyakinan, yaitu ;
a. Believe in think, artinya jika seseorang mempunyai kepercayaan atau pengetahuan
yang sesuai maka orang tersbut akan mengatakan bahwa hal iniada;
b. Believe about, artinya jika seseorang merasakan adanya hubungan dua objek.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa peran media massa yang
disampaikan secara terbuka dalam bentuk pesan sederhana sampai yang sangat
kompleks akan menambah pengetahuahnn seseorang. Serta akan mempengaruhi sikap
seseorang. Informasi dari media massa yang disampaiakan scara terbuka dalam
bentuk
pesansedehana
sampai
yang
sangat
kompleks
akan
menambah
Pendapatlain
menyatakan
bahwa
orang
tua
memegang
peranan
penting
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yang
merupakan landasan teoritik didalam penyusunan kerangka konsep ini, maka telah
didentifikasi beberapa variabel baik variabel independent maupun variabel dependent
yang dianggap berhubungan dengan seks pranikah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dari uraian pada tinjauan pustaka tersebut telah ditetapkan
variabel independent yaitu pengetahuan, peran orang tua, peran media massa, peran
teman sekolah/teman sebaya dan variabel dependent yaitu perilaku seks pranikah.
Secara sistematik uraian masing-masing variabel tersebut sebagai berikut :
1.
merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria
dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan
oleh pasangan suami istri, dimana dilakukan tanpa melalui proses perniakahan yang
2.
tabloid), dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
massa sangt tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Peran
media massa dinilai bnyak menyugahkan materi pornografi dan pornoaksi secara
langsung maupun secara tidak langsungdapat memberikan kesan yang mendalam dan
gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya libido seksual
remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk
melakukan seksual pranikah (Kothari, 2003)
4.
Peran Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh
Remaja
Remaja Yang dikmaksudkan disiniadalah periode perkembangan selama di
mana individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa,
dimana perempuan sudah mengalami menstruasi, berubahnya bentuk tubuh mulai
dari payudara, pinggul. Sedangkan laki-laki mulai mengalami mimpi basah, suara
mulai berubah, tumbuh cakung, biasanya antara usia 13 20 tahun.
2.
yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang
telah mencapai pada tahap hubungan intim yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masingmasing individu seperti berpelukan, berciuman dan melakukan hubungan seks.
Kriteria Objektif
Melakukan
pranikah
Tidak Melakukan
pranikah.
3.
Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui
Rendah
4.
diberikan oleh media massa yang berkaitan dengan pemicu seksualitas seperti
mengakses situs porno, menonton film porno dan membaca majalah porno.
Kriteria Objektif
Negatif
media massa
Positif
5.
keberadaan orang tua (masih hidup), status perkawinan orang tua (pertama), latar
belakang keluarga (harmonis), kehidupan keagamaan keluarga (sholat berjamaah) dan
kebersamaan dengan orang tua (tinggal dengan orang tua).
Jika responden menjawab (ya : skor 1), (tidak : skor 0)
Kriteria Objektif
Cukup
Kurang
Positif
D.
Hipotesis Penelitin
1.
a.
Tidak ada hubungan peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah
b.
Tidak ada hubungan peran media massa terhadap perilaku seks pranikah
c.
Tidak ada hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seks pranikah
d.
2.
Hipotesis Alternatif
a.
b.
c.
d.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
obserfasional analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan antara variable independen dengan variable dependen
sekaligus pada waktu yang sama.
B. Lokasi penelitian
Populasi
Sampel
Data primer
Data primer diperoleh dari jawaban responden dengan menggunakan kuesioner berisi
variabel-variabel yang disusun berdasarkan tujuan penelitian. Data dikumpulkan
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dimana respondent diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan kuesioner dengan jujur.
2.
Data sekunder
Editing
2.
Koding kuesioner
3.
4.
Entry data
5.
Analisis data
F.
1.
Analisis Univariat
Pada tahap ini dilakukan analisis sebaran persentase variable tunggal yang termasuk
karakteristik umum responden.
2.
Analisis bivariat
( ad- bc 1/2n)2n
X2 =
r1r2S2S2
Dimana : X2 = Nilai Yates Correction
N = Besar sampel
Tabel 4.1
Tabel Kongtingensi 2x2
Variabel
Variabel Dependen
total
Independen
II
a+b =r1
c+d =r2
Total
a+c =S1
b+d =S2
G. Jadwal penelitian
Waktu Kegiatan
Bulan Desember
No.
Bulan
Bulan
Januari
Maret
Jenis kegiatan
I
1.
Penyusunan proposal
2.
Seminar proposal
3.
Pengumpulan data
4.
Pengolahan data
5.
Seminar hasil
6.
Ujian skripsi
II
III
IV
A. Organisasi Penelitian
Pembimbing I
II
III
IV
II
III
IV
Pembimbing II
Peneliti
: Munawar
Stambuk
: 14120100368