Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.Sedangkan reproduksi menurut Koblinsky
adalah kemampuan perempuan hidup dari masa adolescence/ perkawinan tergantung
mana yang lebih dahulu, sampai dengan kematian, dengan pilihan reproduktif, harga
diri danproses persalinan yang sukses serta relatife bebas dari penyakit ginekologis
dan risikonya. Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kesehatan yangsempurna
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari
penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya (Melyana,2005).
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12-24 tahun. World Health
Organization (WHO) memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya aktivitas
seksual di antara kaum muda di kawasan Asia-Pasifik. Di Indonesia, usia pernikahan
pertama kali pada kelompok usia 10-16 tahun adalah29,5% pada kelompok usia 1718 tahun sekitar 28,23%, kelompok 19-24 tahunadalah 36,47% dan pada usia di atas
25 tahun sekitar 6,9% (BKKBN, 2004).
Seks merupakan perbedaan badaniah atau biologis perempuan dan laki-laki,
yang sering disebut jenis kelamin. Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan
sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang di dorong oleh hasrat

seksual dengan lawan jenisnya, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri.
Bentuk-bentuk perilaku ini mula-mula dalam bentuk yang ringan sampai pada
akhirnya ke tahap hubungan seksual. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan
perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hokum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu
(Widiastuti.dkk, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa kebanyakan remaja melakukan
hubungan seksual di bangku SMA yaitu umur 15-18 tahun, kecenderungan perilaku
seksual pranikah dikalangan remaja semakin banyak terjadi. Di Indonesia ada sekitar
16-20% dari remaja yang berkonsultasi telah melakukan hubungan seks pranikah,
jumlah kasus ini cenderung naik. Bias dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus
abordi di Indonesia yang mencapai 2,3 juta pertahun, yaitu aborsi dikalangan remaja
diperkirakan sekitar 700 ribu kasus pertahun atau sekitar 30% dari seluruh kasus
aborsi per tahun di Indonesia (Soetjiningsih, 2009).
Dijawa tengah ada sekitar 60 ibu yang melakukan aborsi perbulan atau sekitar
720 pertahun, tragisnya 15-305 dari perilaku aborsi itu adalah remaja yang berstatus
Siswi SMP (Sekolah Menengsh Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), ini
menunjukkan rentannya remaja terhadap masalah seks bebas (Soetjiningsih, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa di SMK PGRI (Sekolah Menengah
Kejuruan PGRI) Karangmalang, para remaja itu biasanya mendapat informasi tentang
aktivitas seksual dari VCD porno yang mereka liat, teman, internet, serta dari media
cetak seperti tabloid, Koran dan majalah. Itu semua bias merubah persepsi dan
perilaku seksual yang terjadi ada remajayang dapat menimbulkan kesenjangan

ditengah masyarakat, sehingga bias mengakibatkan peningkatan hubungan seks


pranikah,kehamilan pranikah atau kehamilan yang tidak di inginkan, tingginya
kejadian aborsi dan termasuk juga rentannya PMS. Salah satu bentuk perilaku risiko
tinggi yang terjadi dan menjadi masalah anak pada masa remaja ini adalah perilaku
yang berkaitan dengan perilaku seks pranikah (udhi, 2008).
Pusat studi kriminologi universitas islam Indonesia di Yogyakarta menemukan
26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah dimana 50% diantaranya menyebabkan kehamilan. Dikabupaten kulon
progo sendiri berdasarkan pantauan dinas kesehatan tahun 2006, sekitar 44 percen
calon pengantin yang melakukan test telah diketahui positif hamil. Yang
mengejutkan, sebagaimana direlease oleh BKKBN Online, sekarang ini tiap hari ada
100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan diluar nikah. Jika dihitung
pertahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan
pergaulan seks bebas dikalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan
(Soetjiningsih, 2009).
National Surveys of Family Growth pada tahun 1988 melaporkan bahwa 80%
laki laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual selama masa pubertas
dan 20% dari mereka mempunyai empat atau lebih pasangan. Ada sekitar 53%
perempuan berumur antara 15 19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa
remaja, sedangkan jumlah laki laki yang melakukan hubungan seksual sebanyak dua
kali lipat daripada perempuan.Di Amerika Serikat setiap menit kelompok remaja
melahirkan satu bayi dan 50 % dari mereka melahirkan anaknya dan sisanya tidak
melanjutkan kehamilannya. Menurut Craig, kadang kadang remaja menemui

pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik, namun orang tua dalam
melalui proses tersebut berusaha meminimalkan konflik dan membantu anak
remajanya untuk mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri. (Soetjiningsih, 2004).
Dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan
pada tahun 2002-2003 didapatkan 2,4% atau sekitar 511.336orang dari 21.264.000
jumlah remaja berusia 15-19 tahun dan 8,6% atausekitar 1.727.929 orang dari
20.092.200 remaja berusia 20-24 tahun yangbelum menikah di Indonesia pernah
melakukan hubungan seks pra nikahdan lebih banyak terjadi pada remaja di
perkotaan (5,7%). Secarakeseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun belum
menikahmelakukan

hubungan

seks

pra

nikah

lebih

banyak

dibandingkan

wanitadengan usia yang sama. Menurut hasil Survei BKKBN LDFE UI pada
tahun2002 di Indonesia terjadi 2,4 kasus aborsi per tahun dan sekitar 21 %dilakukan
oleh remaja (Widiastuti, 2005).
Menurut Prof. Dr. Dadang hawari, psikiater, pengaruh gaya hidup barat sebagai
penybab utama para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka menganggap seks
bebas sebagai sesuatu yang wajar. Padahal agama melarang keras seks bebas.
Menurut prof. dadang, namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tidak boleh,
apalagi melakukannya. Ini membuktikan, remaja sekarang ini sangat rentan terkena
pengaruh dampak buruk informasi seks yang tidak mendidik, dan tidak sesuai kaidah
agama. Menurut hasil penelitian puslit ekologi kesehatan, badan litbang kesehatan,
depkes RI pada tahun 1990 terhadap siswa-siswi di Jakarta dan ygyakarta
menyebutkan bahwa fakta utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan seks

pranikah adalah: membaca buku porno dan menonton film biru (54,39% di Jakarta
dan 49,2% di Yogyakarta). Motivasi utama melakukan seks pranikah adalah suka
sama suka (76% dijakarta dan &5,6% di Yogyakarta). Kebutuhan biologic 14-18%
dan merasa kurang taat pada nilai agama antara 20-26% (Chandra.A, 2009).
Satu penelitian yang mengambil sampel sebesar 8,941 pelajar dari 119 SMA
dan yang sederajat dijakarta menunjukkan bahwa perilaku pacaran remaja Indonesia
yaitu ngobrol, curhat 95,7%, pegangan tangan

67,(%, berangkulan 49,0%,

berpelukan 38,0%, berciuman pipi 40,4%, berciuman bibir 20,5%, meraba-raba dada
13,5%, meraba alat kelamin 7,2%, menggesek kelamin 4,5%, melakukan seks oral
3,3%, hubungan seks 3,2% (kurniawan, 2008).
Masturbasi atau onani merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan
oleh para remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan oleh SIECUS ( Sex
Information and Education Council of the United States ) menunjukkan bahwa 88%
remaja laki laki pada umur 16 tahun melakukan masturbasi dan remaja perempuan
sebanyak 62%. Frekuensinya makin meningkat sampai pada masa sesudah
pubertas.Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang
sebaya.Masturbasi ini dilakukan sendiri sendiri dan juga dilakukan secara mutual
dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan
masturbasi secara mutual dengan pacar (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan penelitian purwati (2007), khususnya anak gadis (siswi), pada
umumnya sudah kehilangan budaya siri. Mereka tak segan-segan melakukan
perilaku seks di tempat umum (public space). Ironisnya, mereka pula yang
memancing kaum lelaki untuk berperilaku demikian. Hasil tersebut diakumulasikan

dari 260 siswi (responden) sekota Makassar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
jumlah siswi yang meminta untuk berpelukan 69 orang, mengelus tangan 82 orang,
dicium 38 orang, bermesraan 39 orang. Jumlah ini adalah kategori responden yang
mau tanpa menolak. Sedangkan yang meminta, berpelukan 45 orang, berpegangan
tangan 125 orang, berciuman 5 orang. Dan diperkuat lagi dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh saudari hasriani (2009), disalah satu SMP Negeri di Makassar tahun
2009 dengan besar sampel 192 siswa dengan hasil bahwa ada pengaruh peran orang
tua, media massa, teman sekolah, dasn pengetahuan terhadap seks pranikah.
Kesedian ibu untuk menjelaskan cerita pribadinya tentang pacaran dan
pengalaman seksual pada anaknya secara positif behubungan dengan sikap remaja
dalam seks pranikah dan persepsi anak mengenai keterbukaan ibunya dalam
berkomunikasi. Remaja yang memiliki ibu yang bercerita tentang kehidupan
pribadinya dilaporkan lebih memiliki sikap konservatif terhadap seks pranikah
dibandingkan remaja yang ibunya tidak bercerita tentang kehidupan pribadinya
(Ayu.L, 2006).
Peran media massa dinilai banyak menyuguhkan materi pornografi dan poro
aksi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang
mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya
libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi
oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah. Hal lain yang berhubungan dengan
seks pranikah adalah pengetahuan tentang seks baik yang didapat melalui pendidikan
formal atau informal, pengetahuan itu diperoleh melalui suatu proses dan
perkembangan sesuai dengan kebudayaan yang ada (yatmi.P, 2009).

Teman sebaya dapat mempengaruhi remaja dalam hal seks pranikah, teman
sebaya sering kali mengejek, mengolok-ngolok bahkan menertawakan bila
dikelompok ada salah satu dari mereka yang belum punya pacar. Ejekan dan cemohan
inilah yang paling ditakuti remaja, sehingga mereka lalu biasanya memaksakan untuk
berpacaran adalah status supaya bias keliatan sudah punya pacara (Zohra.dkk,
2005).
Berdasarkan dari masalah tersebut diatas, tidak menutup kemungkinan SMA
AMMANAGAPPA Makassar juga terkena pergaulan bebas, ada 3 siswi SMA
AMMANAGAPPA Makassar telah hamil diluar nikah, dan belum pernah ada yang
melakukan penelitian sebelumnya tentang seks pranikah, sehingga peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan antara orang tua, media massa, teman sekolah dan
pengetahuan

seks

terhadap

perilaku

seks

pranikah

siswa-siswi

SMA

AMMANAGAPPA Makassar tahun 2013.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Apakah ada hubungan, Peran orang tua, peran media massa, teman sekolah dan
pengetahuan Seks terhadap perilaku seks Pranikah ?
C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum

Diketahuinya faktor yang berhubungan terhadap perilaku seks pranikah pada Siswasiswi di SMA AMMANAGAPPA Makassar tahun 2013.

2.

Tujuan Khusus
a.

Diketahuinya hubungan peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah


Siswa-siswi SMA AMMANAGAPPA Makassar.

b.

Diketahuinya hubungan peran Media massa terhadap perilaku seks pranikah


Siswa-siswi SMA AMMANAGAPPA Makassar.

c.

Diketahuinya hubungan peran Teman Sekolah terhadap perilaku seks


pranikah Siswa-siswi SMA AMMANAGAPPA Makassar.

d.

Diketahuinya hubungan Pengetahuan terhadap perilaku seks pranikah Siswasiswi SMA AMMANAGAPPA Makassar.

D. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Bagi Peneliti


Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

2.

Manfaat Bagi Masyarakat


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pentingnya pengetahuan dan sikap remaja mengenai seks pranikah agar dapat
mengurangi atau bahkan mecegah terjadinya perilaku seks pranikah.

3.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang seks pranikah


dansebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Remaja
1.

Pengertian Tentang Remaja


Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa

kanakkanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik dan
kematangan biologis atau seksual, perubahan secara psikologis yaitu dengan adanya
proses pembentukan diri dan secara sosial yang ditandai dengan penyesuaian diri
terhadap tuntutan masyarakat.
Medinnus dan Johson menyatakan bahwa remaja merupakan suatu periode
dalam perkembangan individu yang ditandai oleh adanya tandatanda kematangan
seksual. Kematangan ini mulai terjadi pada perkembangan fisik dan sosial serta
berakhir pada saat seseorang telah mengambil peranperan dewasa dan diterima
dalam banyak hal sebagai orang dewasa oleh reference group-nya, yaitu orangorang
kepada siapa individu menunjukkan atau mengharapkan tingkah lakunya untuk
diterima (Roni, 2008).

Remaja merupakan masa peralihan antara tahap anakanak dan dewasa yang
jangka waktunya berbedabeda tergantung faktor sosial budaya (Febriani, 2009).
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilahlain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesiasering pula
dikaitkan pubertas atau remaja.Remaja merupakan suatu faseperkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsungantara usia 12 sampai 21 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awalusia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
usia 15-18 tahun, dan masaremaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa
remaja disebutjuga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
danperilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock,2004).
2.

Karakteristik Remaja
Perubahan pada remaja dimulai dengan adanya percepatan pertumbuhan fisik

yang diikuti kematangan biologis yang sering dikenal dengan istilah pubertas, yaitu
mulai berfungsinya organ organ reproduksi baik baik untuk lakilaki maupun anak
perempuan dan mulai tumbuhnya alat kelamin sekunder. Pada anak perempuan
priode ini umumnya terjadi antara umur 11 15 tahun dan pada anak lakilaki terjadi
pada umur 12 16 tahun (Roni, 2009).
Kematangan biologis pada anak perempuan ditandai dengan permulaan haid
(menarchee) dan pelepasan air mani (ejaculation) pada anak lakilaki, serta
tumbuhnya kelamin sekunder yang merupakan tandatanda khas lakilaki dan
perempuan misalnya: tumbuhnya kumis, jambang, membesarnya payudara,
perubahan pada suara, dan sebagainya. Secara fisik lakilaki terjadi pertumbuhan utar
daging yang pesat dan pada perempuan terjadi pertumbuhan pada jaringan pengikat

atau lemak di bawah kulit yang lebih menonjol. Akibat dari perubahanperubahan
tersebut secara fisik membuat membuat laki-laki dan perempuan nampak berbeda.
Masa remaja secara global berlangsung antara usia 13 sampai dengan 21
tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi dua, yaitu (Febriani, 2009):
a.

Masa remaja awal dengan usia 13 18 tahun, pada masa ini khusus bagi remaja

putri rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang
bulan) yang pertama.
b.

Masa remaja akhir dengan uasia 18 21 tahun, pada masa ini remaja mengalami

kematangan seksual (dalam kondisi seks yang optimum) dan telah membentuk pola
pola kencan yang lebih serius dan mendalam dengan lawan jenis atau berpotensi aktif
secara seksual, terutama remaja putri akan lebih sensitif dorongan seksualnya dan
memiliki rasa ingin tahu sangat besar dari pada remaja putra.

3.

Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciriciri tertentu yaitu:


a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.


Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masaperalihan dari
masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembanganyang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspekperkembangan dalam masa remaja
secara global berlangsung antara umur1221 tahun, dengan pembagian usia 12-15
tahun adalah masa remajaawal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21
tahun adalahmasa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
1.

Problematika Masa Remaja


Remaja

memiliki

dua

nilai

yaitu

nilai

harapan

(idelisme)

dan

kemampuan. Apabila kedua nilai tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan muncul
bentukbentuk frustasi. Macammacam frustasi ini pada gilirannya akan merangsang
generasi muda untuk melakukan tindakantindakan menyimpang.
Dari

sudut

pandang

kesehatan,

tindakan

manyimpang

yang

akan

mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected


sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan dilur nikah atau kehamilan yang
tidak dikehendaki (adolecent unwanted pragnancy) dikalangan remaja. Masalah
masalah seperti kehamilan yang tidak diinginkan dapat menimbilkan masalah sertaan
lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut
sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja.
Masalahmasalah yang dihadapi remaja tentu bervariasi menurut waktu dan
tempat . Semakin moderen suatu masyarakat biasanya akan semakin kompleks
kriteria yang dituntut untuk dikatakan sebagai dewasa dalam arti benarbenar
mandiri. Adanya jarak yang cukup jauh antara kematangan biologis seseorang dengan

kesiapan untuk menikah banyak menimbulkan masalah dalam pemenuhuan


kebutuhan seksual (Roni, 2009).
2.

Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
6. Perkembangan Fisik Remaja
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaituciri-ciri seks primer

dan ciri-ciri seks sekunder.Berikut ini adalah uraianlebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut.
a. Ciri-ciri seks primerDalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002)
disebutkanbahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila tela mimpi basah.
Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki- laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi),menstruasi adalah
peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya
lapisan dinding dalam rahimyang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada
masa remajaadalah sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,tangan, dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar danmenonjol, serta
berkembangnya kelenjar susu, payudaramenjadi lebih besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang poriporibertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringatmenjadi lebih aktif.

c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama padapertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehinggamemberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

B.

Tinjauan Umum Tentang Seks Pranikah

1. Pengertian Seks Pranikah


Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak bisa
ditolak. Sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan begbagai masalah apabila tidak
dikendalikan, diatur dan diredam secara baik (Carles, 2007).
Hubungan

seksual

adalah

suatu

hal

yang

sakral

dan

bertujuan

untukmengembangkan keturunan.Kenikmatan yang diperoleh dari hubungantersebut


merupakan

karunia

Tuhan

kepada

manusia

dalam

melaksanakanfungsinya

meneruskan keturunan.Oleh karena itu hubungan seksual harusdilakukan dalam


ikatan yang sah, dimana pasangan terikat komitmen dantanggung jawab moral
(Jernih, 2010).
Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan
remajasebelum menikah (BKKBN, 2007).Definisi yang dirumuskan oleh WHO,
remaja adalah suatu masa ketikaindividu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
darikanak-

kanak

socialekonomi
(Sarwono,2006).

menjadi

yang

penuh

dewasa,
kepada

terjadi
keadaan

peralihan
yang

dari
relatif

ketergantungan
lebih

mandiri

Perkembangan

seorang

remaja

menurut

Smith

dan

Anderson

dalamDhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu remaja dini (10-13
tahun),remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja akhir (17-21 tahun).Aspek seksual
pada remaja mempunyai kekhususan antara lainpengalaman berfantasi dan mimpi
basah. Fantasi ini tidak hanya dialami olehpara remaja, tetapi ternyata masih sering
dialami sampai pada saat dewasa.Remaja menginginkan kebebasan yang lebih
banyak dan kadang-kadangingin lebih leluasa melakukan aktifitas seksual, walaupun
tidak jarangmenimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian merasa berdosa
dancemas (Soetjiningsih, 2007).
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang
menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter
bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenagkan,
puncak rasa kecintaan yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan
sehingga berkembang pula opino seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu
dicoba (Soetjiningsih, 2007).
Gunarsa menyatakan bahwa dorongan atau hasrat melakukan hubungan seks,
selalu muncul jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Inilah
yang terjadi pada remaja dengan gojolak hasrat seksnya yang besar padahal ia belum
menikah dan karena itulah muncul berbagai masalah seksualitas pada remaja salah
satunya perilaku seks pranikah (Carles, 2007).
2.

Faktor faktor pendukung perilaku seks pranikah

Perilaku seks bebas dapat disebabkan karena remaja memiliki rasa ingin tahu
yang amat besar tentang sesuatu dan selalu ingin mencoba apa yang dilakukan oleh
orang dewasa.
Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks yaitu (Carles,
2007):
a.

Tekanan yang datang dari teman pergaulannya.


Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga

berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi
remaja tersebut tekanan dari temantemannya dirasakan lebih kuat dari pada yang
didapat dari pacarnya sendiri.
b.

Adanya tekanan dari pacar


Kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela

melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan
dihadapinya.
c.

Adanya kebutuhan badaniah


Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali
remaja menginginkan hubungan seks ini , sekalipun akibatnyatidak sepadan dengan
resiko yang akan dihadapinya.
d.

Rasa penasaran
Pada usia remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks ditabah lagi

adanya informasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut

semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
e.

Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur

berbuat seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang
dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa
putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan
bebas. Faktor lain datang dari lingkungan keluarga, bagi seorang remaja mungkin
aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan
kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan
sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak,
yang salah satunya adalah masalah seks.
1. Dampak - dampak seks pranikah
Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri,
perasaan dihantui dosa, perasaan tkut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang
menyebabkan kegagalan setelah menikah serta penghinaan terhadap masyarakat.
Dilihat dari segi kesehatan dampak dari seks pranikah antara lain :
a.

Kehamilan tak diharapkan


Hubungan

seks

pranikah

yang

dilakukan

remaja

secara

tidak

bertanggungjawab terbukti telah banyak mengakibatkan kehamilan tak diharapkan


(KTD). KTD diikuti dengan aborsi yang dapat merusak organ reproduksi remaja
perempuan, juga bisa menyebabkan kematian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo(2007)


yaitu:
1) Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang
ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkatpendidikan akan tinggin
sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.
2) Kultur (budaya, agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena
informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan
agama yang dianut.
3) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal barudan mudah
menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
4) Pengalaman
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yangtinggi maka
pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umurseseorang maka pengalaman
akan semakin banyak.
b.

Seksual Pra nikah Remaja

Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan untukmengembangkan
keturunan.Kenikmatan yang diperoleh dari hubungantersebut merupakan karunia
Tuhan kepada manusia dalam melaksanakanfungsinya meneruskan keturunan.Oleh
karena itu hubungan seksual harusdilakukan dalam ikatan yang sah, dimana pasangan

terikat komitmen dantanggung jawab moral (Jernih, 2010).Seksual pranikah remaja


adalah hubungan seksual yang dilakukan remajasebelum menikah (BKKBN, 2007).
Definisi yang dirumuskan oleh WHO, remaja adalah suatu masa ketika
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa,
terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2006). Perkembangan seorang remaja menurut
Smith dan Anderson dalam
Dhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu remaja dini (10-13 tahun),
remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja akhir (17-21 tahun). Aspek seksual pada
remaja mempunyai kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah.
Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering dialami
sampai pada saat dewasa.Remaja menginginkan kebebasan yang lebih banyak dan
kadang-kadang ingin lebih leluasa melakukan aktifitas seksual, walaupun tidak jarang
menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian merasa berdosa dan cemas
(Soetjiningsih, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang
pertama dialami oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:
1) waktu/ saat mengalami pubertas
2) kontol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol dari
orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,

3) frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin romantis,


adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada pacarnya, penerimaan aktifitas
seksual pacarnya.
4) status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anakanak untuk memasuki masa remaja dengan baik,
5) korban pelecehan seksual,
6) tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alcohol, merasa
sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa matang secara
fisik,
7) sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya,
8) terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon
reproduksi atau seksual. Menurut Smith dan Anderson dalam Dhamayanti (2009)
munculnya dorongan seksual terjadi pada remaja pertengahan. Faktor- faktor yang
meningkatkan dorongan seksual pada remaja menurut BKKBN (2007) yaitu
menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar cerita porno, berduaan di
tempat sepi, berkhayal tentang seksual, menggunakan zat perangsang atau napza.Cara
mengendalikannya yaitu dengan taat beribadah, remaja memahamitugas utamanya
misalnya belajar dan bekerja, mengisi waktu sesuaidengan bakat, minat dan
kemampuan

misalnya

olahraga,

kesenian

danberorganisasi.Akibat

terjadinya

hubungan seksual pranikah bagi remaja menurut Chyntia(2003) yaitu:


1) Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan biladilakukan pada masa
subur/ masa ovulasi.

2) Aborsi tidak aman


Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman dapatmengakibatkan
kematian.
3) Penyakit kelamin
Definisi

penyakit

kelamin

menurut

Saabah

(2001)

yaitu

penyakit

yangdiakibatkan oleh infeksi diikuti peradangan dan ditularkan melaluihubungan


seksual.Hubungan seks satu kali saja dapat menularkanpenyakit bila dilakukan
dengan orang yang tertular salah satu penyakitkelamin.
2.

Perkembangan perilaku seksual remaja


Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta

peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun
pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis.Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).Pada masa remaja rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis.Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul
pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.Sebagian
besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan

jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan.Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadangkadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
(Soetjiningsih, 2004).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan.Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan
tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa
mereka terhanyut cinta.Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan,
lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara
seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang
diketahui. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suriasumantri bahwa pengetahuan
adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan juga
merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam
pikiran manusia (Hasah, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra

manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu
(Soekidjo, 2003):
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan tahu terhadap apa yang telah dipejari
adalah dengan melihat kemampuan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan lain sebagainya;
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Aplication).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi real.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan diperlukan untuk menghasilkan suatu perilaku tertentu ketika
menghadapi suatu keadaan tertentu. Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku dan
perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Soekidjo, 2007).
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahaya-bahaya
dari perilaku seks yang menyimpang tentu akan muncul kesadaran dalam dirirnya
agar selalu menjaga perilaku seksnya dan ini akan mendorong terbentuknya suatu
sikap yang positif terhadap perilaku seks yang sehat, sehingga akan berpengaruh
terhadap terciptanya sebuah perilaku. Oleh karena itu pengetahuan sangat
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap dan tindakan.
D. Tinjauan Umum Tentang Sumber Informasi/Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat alat komunikasi
mekanik seperti televisi, radio, film dan surat kabar atau majalah. Karakteristik media
massa adalah :
1. Bersifat melembaga artinya pihak yang mengelola media massa terdiri dari banyak
orang, yakni mulai dari pengumpul pengelola sampai penyaji informasi;
2. Bersifat satu arah artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan;

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena
memiliki kecepatan;
4. Memakai peralatan teknis dan mekanis, seperti televisi, radio dan surat kabar dan
semacamnya,
5. Bersifat terbuka artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan imana saja tanpa
mngenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Media massa dengan demikian bisa
dikatakan sebagai mediapembelajaran untuk memperoleh informasi dan menambah
wawasanpengetahuan kaena mengandung pesan yang seerhana sampai pesanyang
sangat kompleks.Pendapat lain menurut teori informasi informasi dalam
mediamassa lebih memusatkan pada cara cara orang mengakumulasikan
danmengorganisasikan

informasi

mengenai

objek,

orang,

situasi

atau

ide

danmembentuk sikap. Selanjutnya hubungan antara media massa dengansikap adalah


merupakan kecendeungan kecenderungan untuk bertindakdengan cara positip atau
negatip terhadap suatu obek, sedangkanpendekatan informasi intergrasi dalam
media massa adalah merupakansalah satu model yang sangat dikenal pada sifat sikap
dan peruahan perubahan sikap. Berdasarkan teori tersebut ada dua variabel
mengapaterjadi perubahan sikap, yaitu :
1. Valence atau arahan yang menunjukkan informasi yang mendukungkeyakinan atau
ketidakyakinan seseorang, ketika informasi mendukung keyakinan dan sikap
seseorang maka dia akan melakukan valensi positip, dam ketika terjadi sebaliknya
maka seseorang akan memiliki valensi negatif;
2. Weight (bobot) yang diberikan seseorang terhadap informasi artinya bobot adalah
merupakan fungsi kredibilitas, jika seseorang berpendapat bahwa kemungkinan

sebuah informasi itu benar maka orang tersebut akan memberikan bobot lebih tinggi.
10 Pengaruh media massa terhadap sikap menurut Fishbien pada awalnya akan
menimbulkan sebuah keyakinan (believe) untuk bersikap atau tidak bersikap. Dalam
hal ini terdapat dua bentuk keyakinan, yaitu ;
a. Believe in think, artinya jika seseorang mempunyai kepercayaan atau pengetahuan
yang sesuai maka orang tersbut akan mengatakan bahwa hal iniada;
b. Believe about, artinya jika seseorang merasakan adanya hubungan dua objek.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa peran media massa yang
disampaikan secara terbuka dalam bentuk pesan sederhana sampai yang sangat
kompleks akan menambah pengetahuahnn seseorang. Serta akan mempengaruhi sikap
seseorang. Informasi dari media massa yang disampaiakan scara terbuka dalam
bentuk

pesansedehana

sampai

yang

sangat

kompleks

akan

menambah

pengetahuanseseorang. Serta akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil


sikapuntuk mengambil keputusan bertindak dengan cara positip (Khotari, 2003).

F. Tinjauan Umum Tentang OrangTua


Peran orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan pembentukan karakter dan
perkembangan kepribadian anak. Selanjutnya hubungan komunikasi yang baik antara
orang tua dan anak akan menciptakan saling memahami terhadap masalah masalah
keluarga, khususnya mengenai problematika remaja, sehingga akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku yang dibawa anak yang sesuai dengan nilainilai yang
ditanamkan kepada anak oleh orang tua mereka.

Pendapatlain

menyatakan

bahwa

orang

tua

memegang

peranan

penting

untukmeningkatkan pengetahuan anak remaja secara umum dan khususnyakesehatan


reproduksi dan bahaya seks pranikah.
Komunikasi adalah inti suksesnya suatu hubungan antara orangtua dan
remaja.Hubungan komunikasi secara lancar dan terbuka harusselalu dijaga agar dapat
diketahui hal hal yang diinginkan oleh remajasehubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Lebih jauhdikatakan bahwa orang tua harus dapat
menyediakan waktu yang cukupuntuk berinteraksi dengan anak remaja di rumah dan
berbicara apasajamengenai kehidupan yang berhubungan dengan remaja dan
janganmenggurui atau mengatakan tidak, serta dapat menjadi teman yang baik bagi
remaja (Manuaba, 1999).

G. Tinjauan Umum Tentang Teman Sebaya/Teman sekolah


Informasi mengenai kesehatan reproduksi dan hubungan seksual yang
diperoleh dari teman sebaya (peer) sedikit banyak telah memberikan dorongan untuk
mennetukan sikap remaja dalam melakukan interaksi dengan pasangan. Teori lain
menyatakan dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dan pembentukam
identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama saat dia menjalin
asmara dengan lawan jenis. Selanjutnya teman sebaya dalam pergaulan kadangkala
menjadi salah satu sumber informasi yang cukup signifikandalam membentuk
pengetahuan seksual dikalangan remaja, bahakaninformasi teman sebaya bisa
menimbulkan dampak negatif karenainformasi yang mereka peroleh hanya melaalui
tayangan media massaseperti; film, VCD,televisi maupun pengalaman diri sendiri.

Collins dan Loursen menyatakan remaja cenderung lebih terbukadalam


menyelaisaikan masalah dengan kelompoknya, hal ini karenaadanya konflik atau
perbedaan nilai yang dianut remaja dengan keluarga.Dengan demikian peran teman
sebaya bagi remaja sangat berarti dalammenjalin informasi mengenai kesehatan
reproduksi dan segalaproblematika seksual di kalangan remaja.

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yang
merupakan landasan teoritik didalam penyusunan kerangka konsep ini, maka telah
didentifikasi beberapa variabel baik variabel independent maupun variabel dependent
yang dianggap berhubungan dengan seks pranikah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dari uraian pada tinjauan pustaka tersebut telah ditetapkan
variabel independent yaitu pengetahuan, peran orang tua, peran media massa, peran
teman sekolah/teman sebaya dan variabel dependent yaitu perilaku seks pranikah.
Secara sistematik uraian masing-masing variabel tersebut sebagai berikut :
1.

Perilaku seks pranikah

merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria
dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan
oleh pasangan suami istri, dimana dilakukan tanpa melalui proses perniakahan yang

resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing


individu (Widiastuti.dkk, 2009).

2.

Peran Orang Tua


Informasi yang pertama kali didapatkan oleh manusia adalah adalah dari

lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga sebagaimana fungsi keluarga itu sendiri


adalah untuk sosialisasi dan pendidikan.Remaja yang menghabiskan lebih banyak
waktunya bersama dengan orang tua, biasanya memiliki control diri yang lebih baik
dan ebih sukses disekolahnya dibandingkan dengan remaja yang lebih banyak waktu
bersama dengan teman-temannya (Manuaba, 1999).
3.

Peran Media Massa


Kelompok media massa terdiri dari media cetak, (surat kabar, majalah,

tabloid), dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
massa sangt tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Peran
media massa dinilai bnyak menyugahkan materi pornografi dan pornoaksi secara
langsung maupun secara tidak langsungdapat memberikan kesan yang mendalam dan
gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya libido seksual
remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk
melakukan seksual pranikah (Kothari, 2003)
4.

Peran Teman Sekolah/teman sebaya


Teman sebaya adalah kelompok manusia kedua yang paling dekat dengan

seseorang setelah keluarga.Peranan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap

dan tindakan seseorang terutama pergaulan, baik positif maupun negative.Karena


untuk dapat diterima oleh teman pergaulannya, remaja berusaha untuk bertingkah
laku sesuai dengan tingkah laku teman pergaulannya dan menampilkan identitas
sesuai dengn norma-norma yang ada pada teman tersebut.
5.

Peran Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh

seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan, mengamati atau yang didapat


semenjak dia lahir sampai menjadi dewasa, baik yang didapat melalui pendidikan
formal atau informal, pengetahuan itu diperoleh melalui suatu proses dan
perkembangan sesuai dengan kebudayaan yang ada.

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


1.

Remaja
Remaja Yang dikmaksudkan disiniadalah periode perkembangan selama di

mana individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa,
dimana perempuan sudah mengalami menstruasi, berubahnya bentuk tubuh mulai
dari payudara, pinggul. Sedangkan laki-laki mulai mengalami mimpi basah, suara
mulai berubah, tumbuh cakung, biasanya antara usia 13 20 tahun.

2.

Perilaku Seks Pranikah


Perilaku Seks Pranikah yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah perilaku

yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang

telah mencapai pada tahap hubungan intim yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masingmasing individu seperti berpelukan, berciuman dan melakukan hubungan seks.
Kriteria Objektif
Melakukan

: jika responden melakukan salah satu dari perilaku seks

pranikah
Tidak Melakukan

: jika responden tidak melakukan salah satu dari perilaku seks

pranikah.
3.

Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui

responden mengenai seks pranikah, dengan menggunakan skala likert.


Kriteria Objektif
Cukup

: Jika total skor yang dicapai oleh responden 60%

Rendah

: jika total skor yang dicapai oleh responden 60%

4.

Peran Media Massa


Media massa yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pengaruh yang

diberikan oleh media massa yang berkaitan dengan pemicu seksualitas seperti
mengakses situs porno, menonton film porno dan membaca majalah porno.

Kriteria Objektif
Negatif

: Pernah mendapatkan informasi tentang perilaku seks pranikah dari

media massa
Positif

:Tidak pernah mendapatkan informasi tentang perilaku seks pranikah

dari media massa

5.

Peran Orang Tua


Peran orang tua yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah meliputi

keberadaan orang tua (masih hidup), status perkawinan orang tua (pertama), latar
belakang keluarga (harmonis), kehidupan keagamaan keluarga (sholat berjamaah) dan
kebersamaan dengan orang tua (tinggal dengan orang tua).
Jika responden menjawab (ya : skor 1), (tidak : skor 0)
Kriteria Objektif
Cukup
Kurang

: Jika jawaban responden berada dari nilai rata-rata


: Jika jawaban responden berada dari nilai rata-rata

6. Peran Teman Sekolah/Teman Sebaya


teman sebaya pada penelitian ini adalah pengaruh yang didapatkan oleh
responden dari teman sebayanya, seperti kebersamaan dengan teman yang punya
pacar, dan melakukan seks pranikah.
Jika responden menjawab (ya : skor 1), (tidak : skor 0)
Kriteria Objektif
Negatif

: Jika jawaban responden berada dari nilai rata-rata

Positif

: Jika jawaban responden berada dari nilai rata-rata

D.

Hipotesis Penelitin

1.

Hipotesis Nol (Ho)

a.

Tidak ada hubungan peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah

b.

Tidak ada hubungan peran media massa terhadap perilaku seks pranikah

c.

Tidak ada hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seks pranikah

d.

Tidak ada hubungan peran pengetahuan tentang seks pranikah

2.

Hipotesis Alternatif

a.

Ada hubungan peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah

b.

Ada hubungan peran media massa terhadap perilaku seks pranikah

c.

Ada hubungan peran teman sebaya teradap perilaku seks pranikah

d.

Ada hubungan pengetauan seks terhadap perlaku seks pranikah

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
obserfasional analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan antara variable independen dengan variable dependen
sekaligus pada waktu yang sama.

B. Lokasi penelitian

Lokasipenelitianini di lakukan di SMA AMMANAGAPPA Makassar.


Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan belum ada penelitian serupa
dilokasi tersebut dan juga situasi di SMA AMMANAGAPPA Makassar tersebut
memiliki siswa-siswi yang memiliki pergaulan yang bebas dan acuh tak acuh
terhadap pelajaran, serta ada 3 siswa yang pernah hamil diluar nikah.

C. Populasi dan sampel


1.

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA AMMANAGAPPA


Makassar, Kelas X (37), kelas XII (24), kelas XIII (26) yang masih aktif dalam proses
pembelajaran, dengan total jumlah 90 siswa.
2.

Sampel

Menggunakan exhaustive sample, dimana seluruh populasi di jadikan sampel. Semua


siswa-siswi SMA kelas X, XI, XII dan yang bersedia mengisi kuesioner.

D. Cara Pengumpulan data


1.

Data primer

Data primer diperoleh dari jawaban responden dengan menggunakan kuesioner berisi
variabel-variabel yang disusun berdasarkan tujuan penelitian. Data dikumpulkan
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dimana respondent diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan kuesioner dengan jujur.
2.

Data sekunder

Dari sekunder di peroleh dari sekolah yang dijadikan observasi penelitian


sedangkan data berupa gambaran tentang seks pranikah di indonesia dan sulawesiselatan diperoleh dari sumber bacaan.

E. Pengolahan penyajian data


Data diolah dengan menggunakan program spss versi 16 dengan langkah-langkah
menurut singarimbun (2001) sebagai berikut :
1.

Editing

2.

Koding kuesioner

3.

Pembuatan program entry data

4.

Entry data

5.

Analisis data

F.

Analisis dan Penyajian Data

1.

Analisis Univariat

Pada tahap ini dilakukan analisis sebaran persentase variable tunggal yang termasuk
karakteristik umum responden.
2.

Analisis bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan variable independen dan


variable dependen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan
system komputerisasi program spss for windows versi 16.

Untuk melihat hubungan antara variable independen dan variabel dependen


menggunakan uji chi-square dengan rumus (djarwanto, 2001) :

( ad- bc 1/2n)2n
X2 =
r1r2S2S2
Dimana : X2 = Nilai Yates Correction
N = Besar sampel
Tabel 4.1
Tabel Kongtingensi 2x2
Variabel

Variabel Dependen
total

Independen

II

a+b =r1

c+d =r2

Total

a+c =S1

b+d =S2

Sumber : Djsrwanto, 2001


Interpretasi

: dinyatakan ada hubungan yang berwarna atau Ho ditolak

apabila value 0,05

G. Jadwal penelitian
Waktu Kegiatan
Bulan Desember
No.

Bulan

Bulan

Januari

Maret

Jenis kegiatan

I
1.

Penyusunan proposal

2.

Seminar proposal

3.

Pengumpulan data

4.

Pengolahan data

5.

Seminar hasil

6.

Ujian skripsi

II

III

IV

A. Organisasi Penelitian
Pembimbing I

: Wahiduddin, SKM, M.Kes

II

III

IV

II

III

IV

Pembimbing II

: Alfina Baharuddin, SKM, M.kes

Peneliti

: Munawar

Stambuk

: 14120100368

Anda mungkin juga menyukai