Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Puskesmas merupakan organisasi kesehatan yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah
kecamatan. Puskesmas memiliki tiga fungsi pokok yaitu pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Kepmenkes No
128 th 2004). Dalam pelaksanaannya, pemerintah akan mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan
dasar kepada masyarakat berdasarkan suatu standar dengan batas-batas
tertentu. Standar ini dalam bidang kesehatan disebut sebagai Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia yang merupakan unit pelaksana teknis daerah (UPTD)
kabupaten/kota berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten kota sehingga mempunyai tugas dan
tanggung jawab melaksanakan SPM di bidang kesehatan agar tercipta
masyarakat

sehat

yang

mandiri

dan

berkeadilan.

Sebagian

besar

penyelenggaraan program-program di puskesmas, termasuk Puskesmas Sibela,


mengacu pada SPM sebagai indikator dan target yang harus dicapai.
Akan tetapi, upaya puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat masih didapati masalah yakni kesenjangan antara harapan (das
sein) dan kenyataan (das solen). Masalah ini tentunya perlu ditindaklanjuti
untuk diselesaikan. Derajat kesehatan sendiri merupakan interaksi dari empat
faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, serta faktor keturunan
dan kependudukan (Notoatmojo, 2003). Oleh karena itu, tiap tempat/daerah
memiliki masalah yang berbeda, dan dengan masalah yang sama, penyebab
terjadinya masalah antar tempat/daerah bisa berlainan.
Oleh karena itu, pada kegiatan kami di kepaniteraan klinik ilmu
kedokteran masyarakat, kami mencoba melakukan problem solving cycle

(PSC) di Puskesmas Sibela dengan wilayah binaan Kelurahan Mojosongo


Surakarta, yakni melakukan identifikasi masalah di puskesmas, menentukan
prioritas masalah, menentukan penyebab terjadinya masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah, menentukan prioritas pemecahan masalah, dan
merancang plan of action. Akan tetapi, karena berbagai keterbatasan, pada
makalah ini tidak semua masalah akan dibahas, tetapi hanya masalah yang
menjadi prioritas paling tinggi saja yang akan mendapat mendapatkan
pembahasan yaitu mengenai tingginya house index pemukiman dan sekolah
yang berkaitan dengan kasus demam berdarah dengue (DBD).

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan identifikasi permasalahan di Puskesmas Sibela?
2. Bagaimana melakukan PSC terhadap masalah yang merupakan prioritas
masalah paling tinggi di Puskeksmas Sibela?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami cara melakukan problem solving cycle (PSC) di Puskesmas
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui program-program di Puskesmas beserta indikatornya
terutama di Puskesmas Sibela
b. Mengetahui cara melakukan PSC terhadap masalah yang merupakan
prioritas masalah paling tinggi di Puskesmas Sibela

D. Manfaat
1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai cara melakukan
PSC di puskesmas.
2. Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada pelaksana kebijakan
untuk menghadapi kendala di lapangan dalam rangka mengatasi
permasalahan di puskesmas
3.

BAB II
ANALISA SITUASI

A. Wilayah
1. Keadaan Wilayah
Wilayah binaan Puskesmas Sibela hanya 1 kelurahan yaitu Kelurahan
Mojosongo dengan luas 5.329 km2 yang merupakan dataran rendah dan
dilintasi oleh Kali Anyar dengan ketinggian hampir sama dengan sungai
Bengawan Solo yaitu kira-kira 92 meter dari permukaan laut.
2. Batas wilayah Puskesmas Sibela
Wilayah binaan Puskesmas Sibela yaitu Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara

: wilayah Dati II Kab. Karanganyar

Sebelah selatan

: wilayah Kelurahan Tegalharjo

Sebelah timur

: wilayah Kelurahan Jebres

Sebelah barat

:wilayah

Kelurahan

Nusukan

dan

Kelurahan

Kadipiro

B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah binaan Puskesmas Sibela,
diuraikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Wilayah Binaan Puskesmas Sibela
Tahun 2013
No

Fasilitas Kesehatan

Jumlah

Keterangan

1.

Puskesmas/Puskesmas Pembantu

1/2

2.

Klinik Pelayanan Dasar

Klinik Mojosongo

3.

Balai Pengobatan

Akper PPNI,
Seger waras

4.

Rumah Bersalin

5.

Apotek

6.

Dokter Praktek Umum Swasta

18

7.

Dokter Gigi Praktek Swasta

8.

Bidan Praktek Swasta

10

C. Data Sumber Daya


a. Ketenagaan
Jumlah pegawai yang bertugas di Puskesmas Sibela sebanyak 42 orang
yang terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis yang berada di
Puskesmas Induk maupun Puskesmas Pembantu.
Tabel 2. Data Pegawai UPT Puskesmas Sibela Tahun 2013
No Jenis
. Ketenagaan

Yang

Kekurangan

ada

Status

Keterangan

Kepegawaian

Sekaran
g
A. Puskesmas Induk
1. Dokter

3 orang

2. Dokter gigi

2 orang

PNS

1 Kepala

1 orang

PNS

UPT

a. SKM

3 orang

PNS

b. DIV

2 orang

3. Sarjana/DIV

Kebidanan
c. DIV/ S1

4 orang

Keperawatan
d. Apoteker

1 orang

4. Diploma 3
a. Kebidanan

6 orang

b. Keperawatan

4 orang

c. Gizi

2 orang

d. Rekam

1 orang

2 orang

Medik

5. D1 Kebidanan

1 orang

6. Perawat Gigi

1 orang

7. Tenaga

1 orang

1 orang

laboratorium

apoteker

8. Pengelola obat

4 orang

9. Tenaga

5 orang

1 orang

administrasi
10. Tenaga

1 orang

Pengelola
Keuangan
B. Puskesmas Pembantu (PP 1 dan 2)
1. Perawat (SPK)

1 orang

2. D3

1 orang

Keperawatan
3. D3 Kebidanan

Asisten

1 orang

1 orang

D. Data Penduduk dan Sasaran Program


a. Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Mojosongo yang merupakan satu-satunya
wilayah binaan Puskesmas Sibela menurut Laporan Monografi Dinamis
Kelurahan Mojosongo tahun 2013 adalah 49.808 jiwa, terdiri dari 24.856
laki-laki dan 24. 952 perempuan. Angka kepadatan penduduk wilayah binaan
Puskesmas Sibela adalah 9346,594 jiwa/km2. Rata-rata setiap KK terdiri dari
3-4 orang. Kepadatan penghunian rumah rata-rata 5-6 orang/rumah.

b. Data Sekolah
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Sibela berupa sekolah
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi dan pondok pesantren.
Tabel 3. Sekolah di Wilayah Kelurahan Mojosongo
No. Nama
Sekolah

Jumlah Siswa

Jumlah

Laki-laki Perempuan Sekolah UKS

Jumlah

Guru

Kader UKS

UKS

Dokter Kecil
1

TK

558

577

SD/MI

2061

1898

16

178

21

SMP/MTs 81

12

SMA/MA

408

17

439

Di wilayah Kelurahan Mojosongo terdapat 4 perguruan tinggi / akademi


yaitu:
1.Poltekes Surakarta
2.Universitas Setia Budi
3.Akper Mambaul Ulum
4.Akper PPNI
Terdapat pula 4 pondok pesantren yaitu
1.Ponpes Al Ahad
2.Ponpes Al Ikhlas
3.Ponpes Ali bin Abi Thalib
4.Ponpes Al Kahfi

E. Data Derajat Kesehatan


Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian ibu dan bayi dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Di samping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program kesehatan
lainnya.
1. Kematian ibu, bayi, dan balita
a. Angka Kematian Bayi (IMR)

0/697 x 1000
= 0 %0
b. Angka Kematian Kasar (CDR)

= 260/49808 x 1000
= 5, 22 %0
c. Angka Kematian Anak Balita (CMR)

= 0/3490 x 1000
=0
d. Angka Kematian Ibu (MMR)

= 0/697 x 1000
=0

F. Data Kematian Penyakit Menular dan Tidak Menular


Selain angka kematian di atas, di bawah ini disajikan data kematian
penduduk wilayah Mojosongo akibat penyakit menular maupun penyakit
tidak menular.

Tabel 4. Data Kematian di UPT Puskesmas Sibela tahun 2013


Penyebab Kematian

Kelompok Usia
Bayi

Balita

Usia

0-1

Jumlah

PUS

Lansia

Sekolah

Penyakit Menular
Diare/Gastroenteritis

Pneumonia

TB Paru

DHF/DSS

Penyakit Menular

23

52

76

Neoplasma/Tumor

Penyakit Jantung dan

15

16

Hipertensi

13

18

Penyakit Susunan

Diabetes Mellitus

Penyakit Hati

Penyakit Ginjal

Kecelakaan/Perlukaan

Sebab Persalinan

Trauma Lahir

Lainnya
Penyakit Tidak
Menular

Pembuluh Darah

Saraf Pusat

Asphxia

Penyakit Tidak

113

115

36

173

260

Menular Lainnya
JUMLAH

G. Sepuluh Besar Pola Penyakit


Tabel di bawah memberikan gambaran mengenai 10 besar pola
penyakit di Puskesmas Sibela tahun 2013
Tabel 5. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Sibela tahun 2013
No

Nama Penyakit

Kode

Total

Common cold

76

5624

Myalgia

118

4574

Hipertensi esensial

65

4140

Gastritis

98

3930

Observasi febris

151

2472

Pharingitis

78

2335

Batuk

142

2075

Influenza non virus

81

1988

Cephalgia non spesifik

152

1555

10

Kelainan pulpa dan jaringan periapikal

91

1171

Selama tahun 2013 tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di wilayah
binaan Puskesmas Sibela.

BAB III
ANALISA MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data hasil penilaian kinerja Puskesmas tahun 2013, masih
terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi dan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 6. Identifikasi Permasalahan di Puskesmas Sibela Tahun 2013
No. Program

Indikator Kerja

Target 2013

Realisasi

Capaian

Program Obat

Terpenuhinya jumlah

93%

92.43%

99.39%

dan Perbekalan

dan jenis obat di

Kesehatan

UPTD Puskesmas

Program

Persentase IRT

90%

88%

98%

Pengawasan

memenuhi syarat

Obat dan

Persentase keamanan

84%

71%

85%

Makanan

pangan yang beredar

170

169.04

97.67%

5%

0%

20%

80%

70%

88%

di pasaran
3.

Program Upaya

Jumlah kunjungan

Kesehatan

puskesmas per orang

Masyarakat

per hari
Persentase yankes
jiwa di puskesmas
dan RS di luar RS
Jiwa

4.

Program

Cakupan balita yang

Promosi

ditimbang (D/S) (%)

Kesehatan dan
Pemberdayaan
Masyarakat

10

5.

Program

Persentase balita gizi

5.60%

5%

111%

Perbaikan Gizi

kurang

Masyarakat

Persentase balita naik 78%

62%

80%

3.70%

11%

29.7%

78%

64%

83%

berat badan
Persentase ibu hamil
KEK
Persentase gizi baik
anak SD
Persentase pemberian 70%

0%

MP ASI pada anak


usia 6-24 bulan
maskin

6.

Program

Angka kesakitan

Pencegahan dan

demam berdarah per

9.77

38%

5%

10%

50%

0%

38%

62%

0%

13%

87%

84%

35%

42%

>2

Penanggulangan 10.000 penduduk


Penyakit

Angka House Indeks

Menular

Pemukiman <5%
Angka House Index
Nyamuk di
Sekolahan
Angka House Inde di
Tempat Tempat
Umum
Angka penemuan TB
paru
Angka penemuan
AFP per 100.000
penduduk <15 tahun

11

7.

Program

Persentase keluarga

Pengembangan

dengan rumah sehat

Lingkungan

Persentase rumah

sehat

dengan angka bebas

73%

68%

93%

95%

89.67%

94.39%

80%

50%

63%

100%

77%

77%

100%

98%

98%

90%

70%

78%

90%

70%

78%

50%

20.42%

41%

jentik >95%
Persentase air bersih
memenuhi syarat
bakteriologis
8.

Pengawasan

Persentase rumah

dan

makan memenuhi

Pengendalian

syarat

Kesehatan
Makanan
9.

Program

Persentase pelayanan

Peningkatan

ibu hamil K4

Keselamatan
Ibu Melahirkan
dan Anak
10.

Program

Cakupan pelayanan

Peningkatan

anak balita

Pelayanan

Cakupan deteksi dini

Kesehatan Anak tumbuh kembang

11.

Balita

balita

Program

Persentase pelayanan

Pelayanan

kesehatan pra usila

Kesehatan

dan usila

Lansia

B. Penetapan Prioritas Masalah


Cara penentuan prioritas masalah program kesehatan di sini menggunakan
metode Hanlon. Dalam hal ini, masalah program dikaji dalam empat aspek
12

yaitu besar masalah, berat/tingkat kegawatan, kemudahan penanggulangan,


dan pearl factor. Pearl factor sendiri terdiri atas Propriate (kesesuaian dengan
program daerah/kesepakatan dunia), Economic (secara ekonomi kegiatan
tersebut murah untuk dilaksanakan), Acceptability (dapat diterima oleh
masyarakat, pemerintah daerah), Resources (terjadinya sumber daya untuk
menunjang

kegiatan

tersebut),

Legality

(dasar

secara

hukum/etika

kedokteran/kesehatan). Metode ini cukup mudah dan hasilnya relevan. Rumus


metode Hanlon adalah :

(A+B) x C x D / 3

A : Besar masalah

(nilai 0-10)

B : Berat / tingkat kegawatan

(nilai 0-20)

C : Kemudahan penanggulangan

(nilai 0-10)

D : Pearl factor

(nilai 0-1 untuk tiap faktor)

Tabel 7. Prioritas Masalah dengan Metode Hanlon


Masalah

Total dari

Ranking

rumus
Terpenuhinya jumlah dan jenis

32

24

18

10

24

18

10

obat di UPTD Puskesmas


Belum terpenuhinya IRT
memenuhi syarat
Belum terpenuhinya keamanan
pangan yang beredar di pasaran
Jumlah kunjungan puskesmas per
orang per hari masih kurang
Kurangnya persentase yankes
jiwa di puskesmas dan RS di luar
RS Jiwa

13

42.66667

27

27

40

24

18

10

40

83.33333

83.33333

60

48

Rendahnya angka penemuan AFP

18

10

Rendahnya persentase keluarga

16

11

75

27

Kurangnya cakupan balita yang


ditimbang (D/S) (%)
Tingginya persentase balita gizi
kurang
Kurangnya persentase balita naik
berat badan
Tingginya persentase ibu hamil
KEK
Kurangnya persentase gizi baik
anak SD
Kurangnya persentase pemberian
MP ASI pada anak usia 6-24
bulan maskin
Tingginya angka kesakitan
demam berdarah per 10.000
penduduk
Tingginya Angka House Indeks
Pemukiman
Tingginya Angka House Index
Nyamuk di Sekolahan
Tingginya Angka House Index di
Tempat Tempat Umum
Rendahnya angka penemuan TB
paru

dengan rumah sehat


Rendahnya rumah dengan angka
bebas jentik
Rendahnya persentase air bersih

14

memenuhi syarat bakteriologis


Rendahnya persentase rumah

12

11

32

42.66667

42.66667

24

makan memenuhi syarat


Kurangnya persentase pelayanan
ibu hamil K4
Kurangnya cakupan pelayanan
anak balita
Kurangnya cakupan deteksi dini
tumbuh kembang balita
Kurangnya persentase pelayanan
kesehatan pra usila dan usila

Dari metode ini terlihat bahwa masalah yang menjadi prioritas pertama
adalah tingginya HI (house index) di pemukiman dan sekolah.

C. Identifikasi Penyebab Masalah


Prioritas masalah yang telah diperoleh dari kriteria Hanlon, perlu disusun
alternatif pemecahan masalahnya dengan terlebih dahulu menggali penyebab
dari masalah tersebut. Karena berdasarkan prioritas masalah yang paling tinggi
masalahnya adalah tingginya house index di pemukiman dan sekolah, maka
hanya masalah ini yang akan mendapatkan pembahasan selanjutnya. Dalam
upaya menentukan berbagai penyebab masalah, dilakukan upaya brainstorming
dan menggunakan alat bantu diagram hubungan sebab akibat (cause effect
diagram) atau popular dengan dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone
diagram).
Berdasarkan teori Blum derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4
faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan underlying disease.
Oleh karena itu untuk mencari alternatif pemecahan masalah perlu melihat
sumber permasalahan dari faktor penunjang kesehatan tersebut dalam diagram
tulang ikan sebagai berikut :

15

Diagram 1. Diagram Tulang Ikan Tingginya Angka House Index

a
Kinerja
Pelayanan
Kesehatan

e
c

a
c

Kondisi
Masyarakat

Tingginya angka House Index


(HI) di wilayah kerja

Lingkungan

Puskesmas Sibela Mojosongo

a
b

Keterangan:
1. Kondisi Masyarakat
a. Kesadaran masyarakat tentang pencegahan penularan penyakit DBD
masih rendah yaitu menganggap meskipun ada jentik asal keluarga
mereka sehat tidak terkena DBD tidak apa-apa,

bahkan merasa

terganggu bila ada petugas yang ingin memeriksa jentik nyamuk


padahal nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penyakit DBD
bisa terbang hingga 300 meter sehingga untuk pencegahan DBD harus
melibatkan semua warga masyarakat.
b. Pengetahuan masyarakat mengenai strategi yang paling efektif untuk
mencegah penularan DBD masih rendah di mana seharusnya lebih
efektif melalui melalui PSN (pemberantasan sarang nyamuk) , tetapi
masyarakat lebih mengandalkan fogging terutama bila terjadi kasus
DBD.
c. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara menguras bak
mandi yang benar. Mereka merasa cukup hanya dengan membuang air
yang tersisa kemudian membersihkan bagian bawahnya saja sehingga
telur yang menempel di dinding bak mandi akan menetas menjadi
jentik setelah diisi air meski sehabis dikuras.

16

d. Cara penggunaan abate yang kurang tepat sehingga mengurangi


efektivitas dari abate.

2. Lingkungan
a. Banyak rumah kosong di wilayah Mojosongo yang tidak terawat
sehingga rawan menjadi sarang nyamuk.
b. Akses air bersih sulit akibat pengaruh topografis daerah Mojosongo
sehingga masyarakat malas untuk menguras bak mandi terutama untuk
kamar mandi dengan bak besar.
c. Penerangan kamar mandi di beberapa rumah penduduk masih kurang
sehingga jentik nyamuk tidak terlihat
d. Kesibukan dari para penghuni rumah di wilayah Mojosongo yang
cukup tinggi sehingga tidak sempat untuk menguras bak mandi
seminggu 2 kali
e. Kurangnya tenaga kebersihan di sekolah-sekolah sehingga kamar
mandi juga jarang dikuras dan dibersihkan.

3. Kinerja pelayanan kesehatan


a. Jumlah kader dan tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan
maupun penyelidikan epidemiologi DBD terbatas sehingga beberapa
pengetahuan mengenai pencegahan DBD belum merata

D. Penetapan Cara Pemecahan Masalah


1. Menyusun Alternatif Jalan Keluar
Tabel 8 . Alternatif Pemecahan Masalah
No
1.

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

Kesadaran masyarakat tentang Meningkatkan peran kader DBD untuk


pencegahan penularan penyakit
DBD masih rendah

menjadi penggerak di masyarakat


Puskesmas

lebih

giat

untuk

memberitakan kasus DBD yang terjadi

17

di wilayah Mojosongo agar warga lebih


waspada
Pembuatan stiker atau media sederhana
lain

yang

mengingatkan

warga

melakukan PSN
Bekerjasama dengan lintas sektoral
untuk

membuat

kegiatan

yang

mendukung PSN seperti kerja bakti


massal tiap pekan
2.

lebih Peningkatan

Masyarakat
mengandalkan

fogging

bila

terjadi kasus demam berdarah

program

promosi

kesehatan mengenai PSN kepada kader


untuk disampaikan kepada masyarakat

daripada melakukan PSN


3

Masih banyak masyarakat yang Peningkatan


belum

mengetahui

menguras

bak

mandi

program

promosi

cara

kesehatan mengenai cara menguras bak

yang

mandi dan cara penggunaan abate yang

benar dan cara penggunaan

benar

abate yang kurang tepat .

penggunaan

melalui

kader

media

lain

ataupun
untuk

mengingatkan masyarakat seperti leaflet


atau stiker
4

Banyak

rumah

kosong

di Bekerjasama dengan lintas sektoral

wilayah Mojosongo yang tidak

untuk membuat kerja bakti massal tiap

terawat

pekan

sehingga

rawan

menjadi sarang nyamuk.


5

Akses air bersih

sulit akibat Peningkatan

pengaruh topografis
Mojosongo
masyarakat

daerah
sehingga

malas

program

promosi

kesehatan mengenai cara memberantas


jentik

yang

lain

yaitu

dengan

untuk

menggunakan ikan atau abate yang

menguras bak mandi terutama

disampaikan ke kader atau ke warga

untuk kamar mandi dengan bak

langsung saat PE

18

Memberikan

besar.

masyarakat

edukasi
untuk

lebih

kepada
baik

menggunakan ember atau bak mandi


kecil
Menggunakan media untuk promkes
seperti radio atau leaflet
6

Penerangan kamar mandi di Menyarankan warga untuk memberikan


beberapa

rumah

penduduk

penerangan cukup atau memakai senter

masih kurang sehingga jentik

untuk melihat jentik nyamuk seminggu

nyamuk tidak terlihat

2 kali

Kesibukan dari para penghuni Kerjasama lintas sector meninjaklanjuti


rumah di wilayah Mojosongo

lingkungan yang tidak sehat

yang cukup tinggi sehingga Mendorong masyarakat menggunakan


tidak sempat untuk menguras

cara lain untuk membunuh jentik

bak mandi seminggu 2 kali

nyamuk seperti menggunakan abate


atau ikan pemakan jentik apabila warga
kesulitan menguras

Kurangnya tenaga kebersihan Membentuk tim khusus pemberantas


di

sekolah-sekolah

kamar

mandi

sehingga

juga

jarang

jentik nyamuk yang melibatkan seluruh


komponen sekolah

dikuras dan dibersihkan.


9.

Jumlah

kader

kesehatan

untuk

penyelidikan
terbatas

beberapa
mengenai

melakukan

dan kader

maupun Mengoptimalkan peran kader dengan

penyuluhan

DBD

tenaga Menambah jumlah petugas kesehatan

dan

epidemiologi

memberikan reward bagi kader teladan

sehingga
pengetahuan

pencegahan

DBD

belum merata

19

Selain itu, dapat pula dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,


Opportunity, Threat) sehingga didapatkan suatu alternatif pemecahan masalah
yang sesuai dengan kondisi Puskesmas Sibela.
Tabel 9. Analisis SWOT
S
1. Ketersediaan sarana

SW

W
1. Kurangnya tenaga

untuk pencegahan DBD,

kerja di Puskesmas

seperti alat fogging,

untuk melakukan PE-

abate.

DBD secara serentak

2. Adanya beberapa

dan penyuluhan

program yang

kesehatan secara

mendukung pencegahan

merata.

DBD, seperti
penyuluhan baik secara
langsung maupun tidak

OT

langsung, Kerja Bakti,


pelatihan kader tentang
DBD.
O
1. Puskesmas mempunyai

Strategi SO

Strategi WO

1. Memberikan

1. Melibatkan seluruh

kader yang memiliki

pembinaan,

tenaga kesehatan dan

kepedulian tinggi terhadap

pembekalan

kader di puskesmas

masalah kesehatan di

mengenai cara

sibela untuk

masyarakat.

menguras bak mandi

melakukan PE-DBD

dan penggunaan

dan penyuluhan

abate yang benar dan

kesehatan

2. Adanya dana dari


Pemerintah untuk

apresiasi kerja bagi


para kader.

2. Membuat media
promkes DBD seperti

2. Penggunaan dana

leaflet, stiker, poster

secara optimal.

sehingga warga bisa

20

membaca secara
mandiri

T
1. Kesadaran dan kepedulian

Strategi ST

Strategi WT

1. Meningkatkan

1. Lebih melibatkan

masyarakat masih kurang

kegiatan promosi

peran serta tokoh

untuk melakukan PSN.

kesehatan dengan

masyarakat dan

cara yang lebih

organisasi masyarakat

menarik

setempat dalam

2. Kurang tersedianya air


bersih di lingkungan
Mojosongo.
3. Lingkungan yang kurang

2. Melakukan

mendukung program

pendekatan secara

PSN untuk

sehat di dalam wilayah

personal melalui

menurunkan HI.

kerja Puskesmas

kader-kader desa

Mojosongo.

agar dapat memberi

4. Kurangnya pengetahuan

penyuluhan pada saat

masyarakat mengenai

ada kegiatan-

bahaya DBD dan upaya

kegiatan masyarakat

pencegahan DBD melalui


PSN.
5. Kurang maksimalnya
kinerja petugas kebersihan
sekolah.

3. Menjalin kerjasama
dan komunikasi yang
baik dengan PDAM
setempat
4. Melibatkan pejabat
setempat untuk
menindak lanjuti
lingkungan yang
tidak sehat, seperti

21

lahan kosong yang


tidak terawat.
5. Meningkatkan
kinerja petugas
kebersihan sekolah
dengan cara
pemberian reward
and punishment
6. Membentuk tim
khusus untuk
memberantas jentik

Penentuan prioritas pemecahan masalah dapat dilakukan dengan teknik


matrikulasi yaitu dilakukan dengan skoring dengan kriteria sebagai berikut:
1. Efektivitas pemecahan masalah
a. Magnitude (M) yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b. Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah
c. Vulnerability (V) yaitu sensitivitas dalam mengatasi masalah yang
dihadapi
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai
dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif).
2. Efisiensi pemecahan masalah
Efisiensi

merupakan

biaya

(Cost,

C)

yang

diperlukan

untuk

melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya yang diperlukan


semakin tidak efisien. Nilai efisiensi yaitu angka 5 (paling tidak efisien)
sampai dengan angka 1 (paling efisien).
Perhitungan nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan masalah
didapatkan dengan mengalikan nilai M x I x V / C. Pemecahan masalah
dengan nilai P tertinggi adalah prioritas pemecahan masalah terpilih.

22

Tabel 10. Teknik Kriteria Matriks untuk Prioritas Pemecahan Masalah


No

Cara Pemecahan Masalah


Memberikan

Efektivitas

Efisiensi

Prioritas

(C)

=MxIxV/C

26.67

33.3

30

16

penyuluhan

kepada masyarakat akan


gejala, bahaya, pencegahan,
1

cara menguras yang benar


dan

penggunaan

abate

dengan cara yang lebih


menarik, seperti

leaflet,

poster dan lain-lain .


Untuk memotivasi warga
agar melakukan PSN secara
2

mandiri dilakukan dengan


membentuk

tim

khusus

pemberantasan jentik.
Meningkatkan keterlibatan
kader-kader
dalam

setempat

pelaksanaan

PSN

serta menjalin komunikasi


3

yang

berkesinambungan

dalam mengatasi masalah


yang mungkin menghambat
pelaksanaan

PSN

di

lapangan
Pengingatan untuk melihat
jentik nyamuk di kamar
4

mandi baik dengan stiker


atau

mengingatkan

pertemuan

warga

pada
untuk

23

meningkatkan

kesadaran

masyarakat terhadap jentik


nyamuk.
Meningkatkan

kerjasama

lintas sektoral baik dengan


pejabat

setempat,

masyarakat

untuk

tokoh
terjun

langsung

membantu

meningkatkan

kesadaran

masyarakat

dalam

pemberantasan

dan

12

pencegahan penyakit DBD


misal mengadakan program
kerja

bakti

terjadwal

kampong

serta

dengan

PDAM untuk ketersediaan


air bersih .
Membuat

reward

bagi

kader/daerah/sekolah yang
6

bisa menjalankan perannya


dengan

baik

dalam

menurunkan HI

Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar)

Kriteria penilaian efektifitas :


1 = tidak efektif
2 = agak efektif

24

3 = cukup efektif
4 = efektif
5 = paling efektif

Kriteria efisiensi :
C = Efficiency Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak
efisien)

Kriteria penilaian efesiensi :


1. = paling efisien
2. = efisien
3. = cukup efisien
4. = agak efisien
5. = tidak efisien

25

BAB IV
PLAN OF ACTION

A. Kegiatan

: Membentuk Tim Pemberantas Jentik Nyamuk

1. Tujuan :
a. Meningkatkan HI di pemukiman dan sekolah
b. Untuk meningkatkan peran serta seluruh komponen sekolah dan
masyarakat dengan membentuk tim khusus untuk memberantas jentik
nyamuk
2. Sasaran :
Seluruh sekolah dan pemukiman di wilayah binaan Puskesmas Sibela
3. Pelaksana :
a. Petugas P2PL Puskesmas
b. Seluruh penghuni rumah, kader, pejabat setempat
c. Guru, siswa, petugas kebersihan sekolah
4. Waktu :
Setiap hari atau tiap pekan dengan evaluasi setiap bulan (sesuai jadwal PJB)
5. Lokasi : Wilayah binaan Puskesmas Sibela
6. Pembiayaan dalam 1 tahun untuk setiap lokasi:
Pembuatan jadwal dan rapot evaluasi

1000 x 12 = 12.000

7. Mekanisme pelaksanaaan:
a. Tim Pemberantas Jentik Nyamuk
Untuk sekolah : Tim ini dibentuk melibatkan semua komponen di
sekolah : guru, siswa, dan petugas kebersihan sekolah. Hal ini
bertujuan untuk mendidik siswa dan masyarakat bahwa melakukan
PSN bukan hanya tanggung jawab puskesmas atau petugas kebersihan
saja tetapi semua komponen. Untuk siswa SD bisa melibatkan semua
siswa kelas 4, 5, 6 dengan penanggung jawab ketua kelas masingmasing atau dokter kecil, sedangkan siswa SMP dan SMA bisa dari
murid kelas 1-3. Tugas dari siswa adalah bertanggung jawab

26

mengamati adakah jentik nyamuk di bak mandi, jika ada maka harus
melaporkan ke guru UKS atau guru yang bertugas masalah kesehatan.
Guru bertugas menentukan tindakan pemberantasan jentik maupun
PSN yang paling tepat untuk kondisi tersebut dan menunjuk
pelaksananya. Petugas kebersihan bertugas untuk membersihkan
kamar mandi satu minggu 2 kali dan setiap ada laporan dari
siswa/guru.
Untuk pemukiman : Tim ini dibentuk melibatkan semua komponen di
masyarakat : warga, kader, dan pejabat setempat. Penghuni rumah
menetapkan strategi pemberantasan jentik yang mereka pilih, kader
melakukan PJB dan edukasi pada masyarakat yang jentiknya masih
positif dan pejabat setempat seperti ketua RT akan mengevaluasi atas
kondisi dalam 1 bulan.
4. Pembuatan Jadwal
Jadwal bisa dibuat fleksibel sesuai kebijakan sekolah atau kondisi
rumah/daerah masing-masing, misal disesuaikan dengan jadwal piket murid atau
dengan metode lainnya yang jelas setiap saat ada siswa, guru, dan petugas
kebersihan, warga rumah, kader, dan pejabat setempat yang ikut bertanggung
jawab memberantas jentik nyamuk.

Gambar 1. Contoh Jadwal Pemberantasan Jentik Nyamuk untuk sekolah

Bulan

Penanggung Jawab

: Ketua Kelas / Dokter Kecil :


Guru

Jumlah kamar mandi :


Jumlah kontainer

au
Kamar mandi 2 : Menguras Abate Ikan pemakan jentik Lainnya,
Kontainer 1 : Menguras Abate Ikan pemakan jentik Lainnya, ..

27

No.

Hari

Tanggal

Pengamat (Siswa)
Nama

Jentik (+/-)

TTD

KM 1

KM 2

Guru yang dilapori


Kont. 1

Nama

Tindakan

TTD

Jenis

Pelaksana

1.
2.
3.dst

Gambar 2. Contoh Jadwal Pemberantasan Jentik Nyamuk untuk Pemukiman


Bulan Tahun

Penanggung Jawab

: Kepala Keluarga
Kader

:
:

Pejabat setempat

Jumlah kamar mandi :


Jumlah kontainer

Strategi pemberantasan jentik yang dipilih :


Kamar mandi 1 : Menguras Abate Ikan pemakan jentik Lainnya,
Kamar mandi 2 : Menguras Abate Ikan pemakan jentik Lainnya,
Kontainer 1 : Menguras Abate Ikan pemakan jentik Lainnya, ..
Pengamat

Hari,

Pekan

Tanggal

Nama

TTD

Jentik (+/-)
KM 1

KM 2

Kont. 1

Tindakan
Jenis

I
II
III.dst
PJB kader / petugas puskesmas (PE) :
Hari, Tanggal :
Hasil

: Negatif Positif pada KM . Kontainer .

Tindakan

28

Pelaksana

Untuk membantu mengingatkan warga untuk mengecek jentik


nyamuk, ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu jadwal tersebut
dapat ditempelkan di kamar mandi di tempat yang paling terbaca saat
orang di kamar mandi ataupun stiker pengingat untuk melihat jentik
nyamuk. Penggunaan tempat berkumpul warga seperti saat PKK dan
arisan dapat dijadikan sebagai sarana mengingatkan para warga dan
memberikan penyuluhan.

Gambar 3. Contoh Stiker Pengingat Mengecek Jentik Nyamuk

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh petugas puskesmas atau kader tiap melakukan PJB.
Jika diketemukan jentik positif, maka semua komponen dikumpulkan dan
dievaluasi komponen apa yang masih harus diperhatikan untuk melakukan
perbaikan ke depan. Kemudian sekolah/rumah/daerah tersebut diranking untuk
mengetahui kinerja, dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan dengan
sekolah/rumah/daerah lain.

29

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Prioritas masalah pertama di Puskesmas Sibela berdasarkan data tahun
2013 adalah tingginya house index di pemukiman dan sekolah. Sedangkan
prioritas utama pemecahan masalah adalah dengan membentuk tim
pemberantas jentik nyamuk.

B. Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi berkesinambungan mengenai alternatif
pemecahan masalah untuk dilakukan perbaikan secara terus menerus
2. Peningkatan program promosi kesehatan perlu dilakukan dengan
pendekatan individual ke rumah-rumah warga secara langsung, melalui
kader, ataupun memanfaatkan momentum/kegiatan masyarakat tertentu
untuk mengingatkan program-program kesehatan berbasis masyarakat
pemberantasan jentik nyamuk
3. Perlu dilakukan kerja sama lintas sektoral yang lebih kuat dan konkret
untuk mendukung program-program kesehatan dari puskesmas

30

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan


Kedua. Binarupa Aksara. Jakarta.
Puskesmas Sibela. 2014. Plan of Action Puskesmas Sibela 2014

31

Anda mungkin juga menyukai