Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari
gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada
keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam
sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat secara langsung,
seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan
disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi
mungkin muncul gejala yang berbeda banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa
tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda
dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga
bervariasi.(Keliat, 2005).
Kesehatan jiwa menurut undang-undang no. 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadasan orang lain. Makna
kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan
manusia dan cara berhubungan denan orang lain. Dari pengertian dapat disimpulkan
bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subjektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencangkup aspek konsep diri,

kebugaran dan kemanpuan mengendalikan diri (Riyadi, Suyono dan Purwanto


Teguh,2009).
Seseorang dikatakan sehat jiwa menurut Stuart dan Laraia (2005) apabila
terpenuhi kriteria memiliki perilaku positif, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, memiliki
integritas diri, memiliki otonomi, memiliki persepsi sesuai realita yang ada serta mampu
beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mampu melaksanakan peran sosial
dengan baik.
Gangguan jiwa merupakan masalah yang sangat serius, penting, dan berbahaya
diseluruh dunia. Karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian diri sendiri
maupun orang lain. Tidak hanya itu, gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang
kompleks, meliputi segi fisik, pola hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau
kejiwaan seseorang (Videbeck, 2008). Penanganan penderita gangguan jiwa bersifat
holistic atau menyeluruh, tidak sekedar minum obat saja, tetapi meliputi terapi
psikologis, terapi psikoreligius dan terapi psikososial yang melibatkan berbagai pihak
sehingga tidak terjadi peningkatan penderita gangguan jiwa yang dapat ditemui di
berbagai dunia( Hawari, 2007).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan 14,1% penduduk
Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Data jumlah pasien
gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah. Dari 33 Rumah Sakit Jiwa diseluruh
Indonesia diperoleh data bahwa hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat
mencapai 2,5 juta orang. Kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi di sejumlah
kota besar.
Penderita gangguan kesehatan jiwa di kota Yogyakarta dinyatakan tinggi. Data
riset kesehatan dasar (Rinkesda), menunjukkan untuk prevalensi gangguan mental
emosional 11,3 persen dari jumlah pendudukan. Padahal, untuk batas prevalensi untuk
gangguan jiwa 0,5 persen. Sementara data kependudukan badan pusat statistik (BPS)

tahun 2010, dari 387.813 jumlah penduduk Kota Yogyakarta, 32.033 atau 8,25 persen
diantaranya mengalami gangguan kesehatan jiwa. Terdiri dari 30.676 orang gangguan
mental

emosional,

dan

1.357

orang

ganguan

jiwa

berat.(

httpdaerah.sindonews.comread72188922penderita-gangguan-jiwa-di-yogya-tinggi1361880468)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, pada penduduk di
atas usia 50 tahun dijumpai prevalensi Orang dengan Gangguan Jiwa Ringan (ODGJR)
berjumlah 6% atau sekitar 16 juta orang. Sedangkan prevalensi Orang dengan
Gangguan Jiwa Berat (ODGJB) 1,72 per seribu atau sekitar 400 ribu orang, 14,3% atau
sekitar 57 ribu orang dengan Gangguan Jiwa Berat pernah dipasung oleh keluarga.
Akses Orang dengan Gangguan Jiwa ke fasilitas pelayanan kesehatan masih perlu
ditingkatkan. Perlakuan diskriminatif terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa juga masih
cukup tinggi serta upaya kesehatan jiwa saat ini, dilaksanakan baru sebatas pengobatan
dan rehabilitasi dan belum banyak menjangkau upaya preventif dan promotif.
Freeman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu,
mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, member keperwatan kepada anggota
keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membanti dirinya sendiri karena cacat atau
usianya terlalu muda, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan bagi
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga danlembaga kesehatan, pemanfaatan fasilitas
kesehatan (Setiadi, 2008).
Menurut penelitian Yosep tahun 2008 proses perawatan yang melibatkan klien dan
keluarga akan membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh lagi
setelah pulang. Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan
merupakan perawatan utama bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara

atau asuhan yang diperlukan di rumah. Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia
sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian 4 mengakibatkan klien harus di rawat
kembali. Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat klien dirumah sehingga kemungkinan kambuh dapat
dicegah.
Rendahnya peran keluarga juga dipicu oleh rendahnya motivasi dari keluarga
sebagai tenaga penggerak. Motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
perilaku manusia karena dengan adanya motivasi maka manusia akan berusaha
semampunya untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan pengertian motivasi
menurut Ngalim Purwanto Motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mempengaruhi
atau memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan
(Purwanto, 2003).
Menurut studi kasus oleh peneliti, pada tanggal 20 Desember 2014 di RSJ Grhasia
terdapat data

kunjungan pasien rawat jalan dan pelayanan penunjang RS Grhasia

menurut jenis kelamin tahun 2013 bahwa terdapat kasus jiwa perempuan 5968 dan lakilaki 7103 jadi jumlah kasus jiwa di klinik jiwa sebanyak 13071 kasus jiwa. Berdasarkan
data kunjungan kasus jiwa di klinik jiwa RS jiwa Grhasia tahun 2009 terdapat 9449
kasus jiwa, tahun 2010 terdapat 9094 kasus jiwa, tahun 2011 terdapat 10176 kasus jiwa,
tahun 2012 terdapat 11433 kasus jiwa dan tahun 2013 terdapat 13071 kasus jiwa, jadi
dari tahun 2009 sampai tahun 2013 kasus jiwa mengalami peningkatan sebesar 12,53
%. Berdasarkan hasil wawancara 8 keluarga penderita gangguan jiwa ada 2 keluarga
yang menyatakan pernah mengurung anggota yang menderita gangguan jiwa karena
keluarga mengatakan yang penting tidak membahayakan lingkungan rumah, selama di
kurung penderita hanya di beri makan melalui pintu kamar, penderita tidak dimandikan,
dan tidak diperbolehkan untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Ada 2 keluarga dari
penderita yang mengeluh dengan keadaan penderita, keluarga mengeluh dalam

merawat penderita gangguan jiwa, sebenarnya keluarga sudah mengetahui kondisi


penderita harus dirawat bagaimana tetapi keluarga masih belum melaksanakan seperti
contoh keluarga mengetahui bahwa kebersihan diri pasien penting tetapi keluarga hanya
membiarkan penderita. Dan satu keluarga mengatakan belum ikhlas sepenuhnya
merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa karena tidak ada lagi yang
merawat, keluarga juga mengatakan penderita jarang di ajak bersosialisasi, penderita
hanya dibiarkan yang penting tidak mengganggu yang lainnya. Dari studi pendahuluan
tersebut motivasi keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa
kurang padahal bukan hanya perawat saja yang mearawat tetapi keluarga juga lebih
penting karena keluarga adalah orang yang selalu ada dan orang terdekat dengan
penderita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana gambaran motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa di poli klinik jiwa RSJ Grhasia
DIY.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi motivasi internal keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan gangguan jiwa di poli klinik jiwa RSJ Grhasia DIY.
b. Mengidentifikasi motivasi eksternal keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan gangguan jiwa di poli klinik jiwa RSJ Grhasia DIY.
c.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan jiwa.
E. Manfaat Penelitian
1.

Secara teoritis
Hasil penelitian ini sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
keperawatan jiwa tentang motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa

2.

Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :
a.

Institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian ilmiah dalam penelitian bagi
pembaca tentang motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa di poli klinik jiwa RSJ Grhasia DIY.

b.

Peneliti lain
Dapat memperkaya wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan
dan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

c.

Petugas Kesehatan di Poli klinik jiwa RSJ Grhasia DIY


Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang motivasi keluarga dalam
merawat anggota gangguan jiwa untuk memberikan perawatan sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan referensi dalam melakukan upaya promotifpreventif bidang kesehatan khususnya untuk keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan gangguan jiwa.

d.

Keluarga dengan anggota gangguan jiwa


Dapat membuka wawasan keluarga dengan anggota gangguan jiwa melalui upaya
promotif-preventif dari pihak RSJ Grhasia DIY.

F. Keaslian Penelitian

Dadang Hawari. 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia.Jakarta :


FKUI.
Keliat, B.A. (2005). Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
M Ngalim Purwanto. (2003).Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaaja RosdaKarya
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta,
Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa , Renata
Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko Karyuni, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • JIWA
    JIWA
    Dokumen19 halaman
    JIWA
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • PBL Jadi 2
    PBL Jadi 2
    Dokumen30 halaman
    PBL Jadi 2
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • PERENCANAAN Hirschsprung 3
    PERENCANAAN Hirschsprung 3
    Dokumen7 halaman
    PERENCANAAN Hirschsprung 3
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Proposal Terapi Bermain
    Proposal Terapi Bermain
    Dokumen8 halaman
    Proposal Terapi Bermain
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Cara Menangani Gangguan
    Cara Menangani Gangguan
    Dokumen5 halaman
    Cara Menangani Gangguan
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Soal Anak
    Soal Anak
    Dokumen11 halaman
    Soal Anak
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Proposal Terapi Okupasi
    Proposal Terapi Okupasi
    Dokumen8 halaman
    Proposal Terapi Okupasi
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii1
    Bab Ii1
    Dokumen23 halaman
    Bab Ii1
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen19 halaman
    JIWA
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Form MTBS
    Form MTBS
    Dokumen2 halaman
    Form MTBS
    Victoria Sampson
    Belum ada peringkat
  • Landasan Teori HTTP
    Landasan Teori HTTP
    Dokumen8 halaman
    Landasan Teori HTTP
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Stemselll
    Stemselll
    Dokumen14 halaman
    Stemselll
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • PBL Jadi 2
    PBL Jadi 2
    Dokumen30 halaman
    PBL Jadi 2
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan - Proses Menua
    Keperawatan - Proses Menua
    Dokumen11 halaman
    Keperawatan - Proses Menua
    Migo Ibn Sakhr Hehamahua
    Belum ada peringkat
  • Pemenuhan Kebutuhan Cairan
    Pemenuhan Kebutuhan Cairan
    Dokumen20 halaman
    Pemenuhan Kebutuhan Cairan
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat
  • Asertif
    Asertif
    Dokumen4 halaman
    Asertif
    Maizan Rahmatina Joyokusumodiningrat
    Belum ada peringkat