Kematian maternal banyak disebabkan oleh kegawatdaruratan obstetri,
seperti perdarahan, sepsis, persalinan macet, dan kelainan hipertensi, dengan eklampsia menjadi penyebab utama mortalitas maternat dan perinatal dalam beberapa dekade terakhir (Guerrier dkk, 2013). Kasus hipertensi terjadi pada 57% kehamilan, dan dapat membahayakan ketika peningkatan tekanan darah ini diakibatkan oleh keadaan preeklampsia, baik murni maupun superimposed pada kasus hipertensi gestational (Lindheimer dkk, 2008). Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik dengan superimpoised preeeklampsia, dan hipertensi gestational (Sarwono, 2010). Preeklampsia mengenai 3-5% wanita hamil di seluruh dunia dan menjadi salah satu komplikasi medis yang paling sering ditemui dalam kehamilan. Secara klasik, seorang ibu hamil dikatakan mengalami preeklampsia ketika timbul onset hipertensi yang baru dan proteinuri setelah 20 minggu masa kehamilan. Di negara berkembang dimana akses tenaga dan sarana kesehatan masih susah didapatkan, preeklampsia menjadi sebab utama mortalitas maternal, yaitu >60.000 kematian maternal diseluruh dunia pertahun. Sementara di negara maju, induksi persalinan preterm pada kasus preeklampsia untuk melindungi kesehatan ibu menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada neonatus (Young dkk, 2010). Preeklampsia merupakan penyebab utama kelahiran preterm dan pertanda awal dari kelainan metabolik dan kardiovaskular di kemudian hari. Kondisi klinis ini telah menjadi beban ekonomi sejak lama, tetapi hingga saat ini kelainan ini masih menjadi penyakit yang kurang diteliti dibandingkan penyakit-penyakit lain (Lindheimer dkk, 2008). Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya kondisi ini seperti primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, umur ekstrim, riwayat keluarga, penyakit ginjal dan hipertensi sebelumnya, dan obesitas (Sarwono, 2010).
Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga
masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi yang tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medis dan sistem rujukan yang masih belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medis baik di pusat maupun di daerah (Sarwono, 2010).