Anda di halaman 1dari 27

Skenario

Bayi U, usia 5 hari dibawa ke dokter dengan keluhan keluar banyak sekali kotoran
yang kental dan berwarna putih kekuningan dari kedua mata, disertai bengkak hebat pada
kedua kelopak mata sehingga mata tidak dapat dibuka dengan sempurna. Riwayat kelahiran:
bayi merupakan anak pertama, lahir cukup bulan, ditolong bidan, berat lahir :2700 gram,
panjang 48 cm. ayahnya merupakan seorang buruh bangunan. Ibunya seorang Ibu Rumah
Tangga.

Pendahuluan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular
seksual yang lain1, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Di
Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya
diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun. 2

Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan baru diumumkan
tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria. Gonokok termasuk golongan
diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U dan panjang 1,6U, bersifat tahan asam dan
Gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan.
Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen,
serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada
mucosa epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat
genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan
konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva
melalui tangan dan alat-alat.

Anamnesa
Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang
diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan
jawaban yang sesuai.
Jenis Anamnesis
A) Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya
B) Alloanamnesis yaitu anamnesis yang didapat dari orang lain selalunya pada pasien tidak
sadarkan diri,lemah atau dalam kasus ini adalah pasien seorang anak.
Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:
1.

Nama, usia, panjang badan , berat badan

Penting dalam menilai pertumbuhan tubuh bayi.

2.

Masalah atau komplain utama pasien.

3.

Riwayat penyakit sekarang

Sejak kapan mula timbul? Sudah berapa hari?

Di awal gejala apakah dimulakan dengan pengeluaran air mata?

Apakah ada sekret yang keluar? Sifat sekret padat, kental atau cair? Warnanya bagaimana?

Mata yang mana yang terkena? Salah satu atau kedua-duanya? Kelopak mata apakah turut
membengkak?

Apakah gejala semakin memburuk atau membaik sejak timbul gejala?

Apakah turut disertai timbul lesi vesikel di kulit atau margin palpebra?

Setelah timbul gejala apakah si ibu pernah coba merawat sendiri? Apakah gejala berkurang
atau memburuk?

4.

Status pola makan

Riwayat menyusu bayi bagaimana? Apakah bayi semakin meningkat atau berkurang ?

Apakah menolak apabila mahu diberi susu?

Refleks mengisap bayi bagaimana?


2

5.

Riwayat kesehatan pada masa lalu

a) Kehamilan dan melahirkan.

Umur ibu saat hamil berapa? Ini sudah kehamilan yang ke berapa?

Saat hamil apakah ada mengambil obat-obatan yang diresepkan atau obat-obat terlarang?

Saat hamil ada melakukan pemeriksaan TORCH ? Hasilnya bagaimana?

Jalur lahirnya bagaimana? Apakah pervagina atau operasi caesar?

Umur gestasinya berapa saat dilahirkan?

Ketuban pecah dini atau tidak?

Saat melahirkan apakah dengan dokter atau bidan? Sekiranya bidan apakah yakin alat yang
digunakan steril?

b) Riwayat neonatal

Saat lahir skor APGAR bayi bagaimana?

Apkah pernah diteteskan perak nitrat sejurus setelah dilahirkan?

Sejak dilahirkan apakah bayi pernah dirawat inap?

Sebelum timbul keluhan sekarang apakah pasien pernah derita penyakit lain?

6.

Kelainan pada organ

Selain dari mata. Organ bayi yang lain bagaimana? Apakah turut ada abnormalitas?

7.

Riwayat keluarga

Apakah ada antara ahli keluarga dan tetangga turut menderita penyakit seperti ini?

Ibu atau bapanya apakah pernah kencing nanah?

Di kemaluan dan tubuh ibu atau bapanya apakah ada bintik-bintik lesi? Sekiranya ada apakah
terasa sakit atau panas?

Antara ahli keluarga terdekat/tinggal serumah apakah ada yang menderita penyakit infeksi
misalnya sakitnya tenggorokan?

Apakah ibu atau bapa menggunakan handuk yang sama saat memandikan bayi?

8.

Status sosial, pekerjaan

Apakah perkerjaan ibu dan bapa?


3

Tinggal dimana? Kepadatan penduduk bagaimana?

Kondisi rumah bagaimana? Berapa orang penghuni? Kamarnya berapa? 1

Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, dilihat apakah pasien dalam keadaan tubuh yang baik, juga dilihat apakah
ada penurunan perfusi seperti hipo-hiperventilasi, cyanosis. Dilihat juga apakah bayi
kelihatan aktif atau tidak.
Warna kulit, perhatikan warna kulit pasien apakah terdapat kelainan seperti ikterus,
cyanosis,pallor, plethora.
Tanda vital, diukur suhu tubuh,tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas (pada neonatus
40-60 napas/menit), panjang badan, berat badan dan ukur lilit kepala.
Leher , leher pada bayi seringnya pendek maka sukar untuk dievaluasi. Maka dilakukan
palpasi apakah ada abnormalitas dan dilihat juga apakah ada pembesaran kelenjar getah
bening.
Thorak, dipalpasi untuk memastikan integritas iga dan klavikula dan juga untuk deteksi
apakah ada kekakuan atau pembengkakan pada sendi. Auskultasi untuk memeriksa
pergerakan udara, apakah ada kelainan seperti mengi, ronki.
Kardiovaskular , inspeksi sekiranya ada pergerakan abnormal. Di palpasi untuk menentukan
lokasi dan meraba sekiranya ada getaran (thrill). Diauskultasi untuk tentukan kualitas bunyi
jantung.
Abdomen , dilihat apakah rata atau menonjol, lesi. Pada neonatus yang abdomen rata dengan
bersamaan distress pernapasan bisa diindikasi hernia diafragmatika.
Ekstremitas , diuji tonus otot pasien, apabila disentuh apakah memberi reaksi kontraksi otot
atau tidak. Karena pada bayi yang terkena infeksi seringnya tonus oto akan berkurang.1

Pemeriksaan Fisik Lokal (Status Ophtalmologi)


Diperlukan beberapa usaha untuk memeriksa mata, karena edema kelopak yang bisa
berhubungan dengan proses kelahiran, obat-obatan atau infeksi menyukarkan pemeriksaan
ini.
Periksa kesimetrisan mata. Mata harus dalam ukuran yang sama dan harus dengan
kedalaman yang sama dalam orbita.
Kemudian lakukan inspeksi kelopak mata untuk melihat sekiranya terdapat trauma.
Gunakan kain lembut untuk menghilangkan verniks kaseosa dan eksudat konjungtiva dengan
lembut.
Metode terbaik untuk memeriksa mata neonatus adalah dengan memegangnya pada
lengan sementara dengan lambat melakukan rotasi dalam satu arah. Biasanya mata bayi akan
terbuka spontan.
Inspeksi kornea, kornea harus jernih. Kemudian lakukan inspeksi iris. Iris neonatus
sangat pucat karena pigmentasi yang penuh tidak terjadi sebelum 10-12 bulan kehidupan.
Lakukan inspeksi konjungtiva. Perdarahan konjungtiva kecil adalah lazim. Sebagai
akibat dari penetesan perak nitrat pada saat lahir, dapat ditemukan peradangan dari
konjungtiva demikian juga edema dari kelopak mata neonatus.
Pupil neonatus biasanya mengalami kontriksi sehingga sekitar minggu ketiga
kehidupan. Maka, respon pupil tidak dinilai pada kelompok umur ini.
Rotasikan bayi dengan lambat ke satu sisi. Mata harus berbalik ke arah bayi diputar.
Pada akhir gerakan, mata harus dengan cepat melihat kembali ke arah berlawanan setelah
beberapa gerakan nistagmoid cepat yang tidak menetap. Keadaan ini disebut respons
rotasional.
Dalam usaha untuk menguji tajam penglihatan pada neonatus , kita harus
mengandalkan pada metode tidak langsung seperti respon terhadap suatu cahaya terang yang
dikenal sebagai refleks kedipan optik. Refleks ini secara normal diamati ketika suatu cahaya
terang disinarkan pada tiap mata: neonatus berkedip dan melakukan dorsifleksi kepala.
Walaupun tidak pernah benar-benar diuji , ketajaman penglihatan dari neonatus diperkirakan
dalam rentang 20/600.
5

Penting dilakukan pemeriksaan funduskopi pada semua bayi. Walaupun demikian ,


seringkali pemeriksaan dapat ditunda sehingga bayi berumur 3-4 bulan, ketika mana ia lebih
kooperatif. Penundaan hanya dapat dilakukan setelah adanya kelainan intraokular
disingkirkan. Pada semua neonatus , adanya refleks merah bilateral menunjukkan tidak ada
kelainan intraokular. Tentukan adanya refleks merah dengan jarak oftalmoskop 10-12 inci
dari mata. Adanya refleks merah menandakan tidak adanya hambatan serius terhadap cahaya
antara kornea dan retina. Jika refleks merah tidak ada, maka diperlukan pemeriksaan
funduskopi.2

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan Gram (untuk identifikasi jenis kuman) , perwarnaan Giemsa ( untuk identifikasi
tipe sel dan morfologinya) dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek,
dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan
air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok
yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan
bahwa proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok,
untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-).
Sedang meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada
orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.3
Untuk menyingkirkan penyakit-penyakit yang lain turut dilakukan pemeriksaan
sediaan langsung sekret dari kerokan konjungtiva dan berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium yang untuk penyakit-penyakit konjungtivitis yang lain. Pada konjungtivitas
bakterialis ditemukan sel polimorfonukleas (PMN) terutama leukosit malah turut dilakukan
uji sensitivasi antibiotik untuk memberikan terapi spesifik sesuai dengan bakteri penyebab.
Konjungtivitas viral ditemukan sel mononukleus terutama limfosit. Konjungtivitis kimiawi
hasil pemeriksaan adalah negatif.

Konjungtivitis herpes simpleks ditemukan pseudomembran atau follikular. Pada


konjungtivitis yang ditemukan follikular maka reaksi inflamasinya adalah mononuklear
sedangkan pada yang pseudomembran ditemukan sel PMN. Dengan menggunakan fiksasi
Bouin dan pewarnaan Papanicolaou pada sel kornea dan konjungtiva akan terlihat inklusi
intranuklear.
Pada konjungtivitis inklusi jumlah neutrofil dan limfosit adalah sama dengan
pewarnaan Giemsa. Tetapi kini telah digantikan dengan uji diagnostik cepat seperti test
antibodi fluoresens, ELISA dan PCR sebagai praktek klinis rutin kerana untuk mengelakkan
komplikasi sistemik seperti pneumonitis chlamydial. Turut ditemukan plasma sel badan
inklusi. Uji serologi tidak terlalu penting melainkan penderita penyakit pneumonitis klamidia
pada pasien infantil karena terjadinya peningkatan jumlah antibodi Ig M yang bermakna.4

Tabel 1.1 Diagnosis awal berdasarkan pewarnaan Giemsa pada kerokan konjungtiva
Agen inflamasi

Karakteristik sitologi

Bakteria

Neutrofil , bakteria

Kimia

Neutrofil , limfosit kekadang, degenerasi sel


epitel, dan sedikit sel goblet

Klamidia

Neutrofil , limfosit, sel plasma, sel Leber,


inklusi intrasitoplasmik basofilik.

Viral

Limfosit , sel pasma, sel gergasi multinuklear


, kekadang inklusi intranuklear.

Diagnosis banding
1. Konjungtivitis inklusi
Konjungtivitis inklusi atau oftalmia klamidia selalunya muncul 5-14 hari selepas lahir.
Bisa bervariasi dari konjungtivitis sedang dengan mukopurulen minimal sehingga edema
kelopak mata yang berat dan disertai pembentukan psudomembran. Folikel tidak terbentuk
pada konjungtiva, berbeda dengan yang ada pada anak-ank dan dewasa.
Penyebab blenore inklusi adalah khlamidia okulogenitalis yang sangat erat
hunbungannya dengan C.trachomatis penyebab trakoma. Ada perbedaan pendapat mengenai
klasifikasi Khlamidia. Beberapa ahli percaya bahwa penyebab konjungtivitis inklusi dan
penyebab trakoma adalah sama yaitu C.trachomatis. Reservoir (sumber penular)
C.oculogenitalis adalah uretra dan serviks uteri, sehingga neonatus terinfeksi saat ke luar
lewat jalan lahir. Konjungtivitis inklusi terjadi sebagai akibat terkontaminasinya mata oleh
sekret (diska) genital. Merupakan penyakit oklugenital disebabkan oleh infeksi klamidia,
yang merupakan penyakit kelamin, dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap di
dalam jaringan uretra, prostat serviks, dan epitel rektum untuk beberapa tahun sehingga
mudah terjadi infeksi ulang. Konjungtivitis okulogenital pada bayi 3-5 hari setelah lahir.

Secara patofisiologinya adalah konjungtivitis inklusi neonatorum merupakan oftalmia


neonatorum yang paling sering saat ini. Ia muncul dalam bentuk konjungtivitis papilaris
mukopurulenta. Tidak terbentuk folikel, karena pada neonatus jaringan limfoid
konjungtivanya belum matur (masak, berkembang). Folikel-folikel baru akan muncul kalau
penyakit tadi menetap, yaitu antara 6 minggu sampai 3 bulan. Sering kali terjadi
pembengkakan konjungtiva dan palpebra. Dapat timbul pseudomembran. Tidak ada
limfadenopati preaurikularis. Dapat terjadi neovaskularisasi (pembentukan vasa baru)
superfisial kornea, yang disebut pannus dan terjadi keratitis epitelial terutama di bagian
perifer kornea. Penyakit ini akan membaik dalam 3 sampai 4 minggu atau lebih lama.
Apabila lama tidak mendapat pengobatan. Maka mikropannus tadi dapat menetap dan terjadi
parut (sikatriks) korneal subepitelial. Parut ringan pada konjungtiva akan timbul apabila
sebelumnya terbentuk membrane. Kerokan epitel konjungtiva yang diwarnai dengan
pewarnaan Giemsa atau Wright menunjukkan adanya lekosit polimorfonuklear. Dengan
pewarnaan Giemsa juga dapat diperhatikan badan inklusi basofilik yang terdapat dalam

sitoplasma epitel yang serupa dengan badan Halberstedter-Prowazek seperti yang terlihat di
trakoma. Konjungtivitis klamidia harus dibedakan dari oftalmia gonokokus.

Pada bayi dapat memberikan gambaran konjungtivitis sedang pada orang dewasa
dapat dalam beberapa 27 bentuk, konjungtiva hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel
yang nyata terutama pada kelopak bawah dan tidak jarang memberikan gambaran seperti
hipertrofi papil disertai pembesaran kelenjar preurikel. Sekitar 30-50% bayi yang dilahirkan
dari ibu positif klamidia berkembang konjungtivitis. Tandanya sangat variasi, berkisar dari
injeksi konjungtiva ringan dengan kotoran mukoid sedikit sampai konjungtivitis berat dengan
kotoran purulen banyak sekali, kemosis, dan pembentukan pseudomembran. Konjungtiva
mungkin amat rapuh dan berdarah bila digosok dengan pulasan.

Gambar 1.1 Oftalmia inklusi

Cara yang paling baik mencegah infeksi klamidia neonatus adalah skrining prenatal
dan pengobatan wanita hamil, seperti dilakukan infeksi gonokokus. Pengobatan penyakit ini
adalah dengan cara topikal tetrasiklin 1% dalam minyak, enam kali sehari selama 2 minggu,
atau sulfonamida topikal 6 kali sehari selama 2 minggu. Selain itu, pengobatan infeksi
Clamydia trachomatis memerlukan 1-2 minggu eritromisin, yang menimbulkan masalah
terkait kesetiaan dan toleransi. PPP dan Asosiasi Pediatri Amerika (APA) menganjurkan
suspense eritromisin oral, 50 mg/kg/24jam dalam 2 atau 4 dosis terbagi selama 10-14 hari
9

untuk konjungtivitis pada bayi. Penggunaan terapi oral pada konjungtivitis adalah karena
50% atau lebih bayi ini menderita infeksi nasofaring atau penyakit pada tempat-tempat lain,
dan penelitian telah memperagakan kekurangan kemanjuran terapi topical dengan tetes
sulfonamide. Angka kegagalan pada eritromisin oral tetap 10-20% dan beberapa bayi
memerlukan pemberian pengobatan kedua. Kedua ibu bapa juga harus dirawat dengan
tetrasiklin atau eritromisin oral untuk infeksi traktus genital mereka.
Komplikasi dari klamidia adalah menyebabkan pneumonitis onset lambat.
Prognosisnya baik sekiranya terapi dilakukan dengan cepat dan tepat.5

2. Konjungtivitis Bakteri Lain


Konjungtivitis bakteri lain pada neonates dapat disebabkan oleh bakteri
meningokokus, Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (including Klebsiella,
Enterobacter, Serratia, and Proteus), Staphylococcus dan Escherichia coli. Masa serangan
bakteri selain N. gonorrhea adalah 1 hingga 30 hari dan dikultur dengan menggunakan agar
darah. Stafilokokus memiliki masa inkubasi lebih dari 5 hari.
Gejala klasik pada konjungtivitis bakteri adalah kelopak mata udem, injeksi
konjungtivitis, hiperemi konjungtiva, papil pada kongjungtiva, kemosis konjungtiva.
Pseudomonas sangat jarang menyebabkan konjungtivitis neonates tetapi berpotensi tinggi
untuk menyebabkan ulkus kornea dan perforasi yang membawa kepada endoftalmitis dan
kematian. Pada pemeriksaan luaran dan mikroskopik akan ditemukan ulkus pada epithelium,
lipatan-lipatan pada membrane descement, udem pada kelopak mata superior, synechiae
posterior, inflamasi kornea sama ada fokal atau difus, hiperemi konjungtiva, eksudat
mukopurulen sehingga purulen dan plak inflamasi endotel.

Gambar 1.2 Konjungtivitis bakterialis akut


Secara patofisiologinya, terdapat gangguan pada epitel kornea yang intak/kukuh atau
abnormal robekan pada lapisan di kornea yang membenarkan mikroorganisme menginvasi
10

stroma di mana mikroorganisme memproliferasi dan menyebabkan ulkus. Factor virulen pada
mikroorganisme membolehkan invasi atau molekul efektor sekunder membantu proses
infeksi. Malah, toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri turut merosak substansi kornea.
Banyak bakteri yang boleh melekat pada sel kornea karena memiliki adhesions pada fimbriae
dan struktur nonfimbriated. Pada tahap awal, epitel dan stroma cedera dan bengkak. Sel
inflamasi akut terutama netrofil akan mengelilingi ulkus muda dan menyebabkan necrosis
pada lamella stroma. Difusi sitokin (produk inflamasi) secara posterior akan menyebabkan sel
inflamasi masuk ke ruang (chamber) anterior dan terbentuk hipopyon.
Pada konjungtivitis bakteri, pengobatan yang diberikan bersesuaian dengan hasil
kultur dan uji resistensi. Eritromisin 0.5% (Staphylococcus dan profilaksis oftalmia
neonatorum)dan basitrasin 500 unit/g (Gram positif) dalam bentuk salep diberikan pada
bakteri Gram positif manakala bakteri Gram negative diberi obat tetes gentamisin 3mg/g
(Gram negative dan Staphylococcus) atau tobramisin 3mg/g (terutama Staphylococcus dan
Pseudomonas). Secara sistemik diberikan eritromisin Syrup 50 mg/kg/d PO divided qid untuk
14 hari, gentamisin IV 5 mg/kg/d IM dibahagikan bid selama 7 hari.
Konjungtivitis bakterialis mudah menular maka sebagai langkah pencegahan karena
itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, ibu penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya

Komplikasi dari bakteri-bakteri ini seringnya self-limited jarang melibatkan


manifestasi sistemik. Prognosisnya umumnya baik. Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu
sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai,
1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun).4,5

11

3. Konjungtivitis mukopurulen
Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum
konjungtivitis kataral mukoid. Nama lainnya adalah konjungtivitis kataral akut ,
konjungtivitis akut simplek, pink eyes.
Penyebab utama adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan basil Koch
Weeks (Haemophylus aegeptius) pada iklim hangat. Penyebab yang jarang adalah
staphylococci dan streptococci yang lain-lain. Konjungtivitis yang disebabkan S.pneumoniae
dan H.aegyptius sering terjadi bersamaan dengan perdarahan subkonjungtiva. Konjungtivitis
H.aegyptius di Brazil telah diikuti dengan demam purpura fatal yang dihasilkan oleh toksin terkait
plasmid dari bakteri.

Gejala yang timbul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir
yang mengakibatkan kedua kelopak melekat terutama pada waktu bangun pagi dan pasien
merasa seperti kelilipan. Sering adanya halo atau gambaran pelangi yang sebaiknya
dibedakan dengan halo glaukoma. Gejala penyakit terberat terjadi pada hari ketiga dan bila
tidak diobati akan berjalan kronis.

Gambar 1.3 Konjungtivitis H.influenzae


Pengobatan spesifik konjungtivitis mukopurulen tergantung dari hasil identifikasi
agen mikrobiologi. Sementara menunggu laporan laboratorium , perawat bisa mulakan
dengan terapi topikal dengan antibakteri spektrum luas seperti polymyxin-trimethoprim.
Untuk konjungtivitis mukopurulen antibakteri yang bisa digunakan adalah seperti tetrasiklin ,
kloromisetin dan lain-lain. Kemudian sakus konjungtiva harus diirigasikan dengan cairan
saline diperlukan untuk membersihkan sekresi konjungtiva.

12

Untuk mengelakkan penyebaran penyakit , keluarga pasien diberikan edukasi


mengenai kebersihan peribadi.
Prognosis baik , konjungtivitis mukopurulen selalunya sering terbatas sendiri (selflimited). Jika tidak dirawat bisa bertahan sampai 10-14 hari dan sekiranya diterapi dengan
benar bisa sembuh dalam 1-3 hari.4,5

4. Konjungtivitis herpes simpleks


Antara konjungtivitis virus yang memiliki gejala paling dekat adalah konjungtivitis
herpetic yang merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada neonates atau anak
yang mendapat infeksi dari pembawa virus. Pada neonates, penyebab konjungtivitis herpetic
adalah virus Herpes Simplex tipe 2. Konjungtivitis virus Herpes Simplex biasanya muncul
dalam dua minggu setelah lahir dan mungkin diikuti dengan infeksi herpes sistemik atau lesi
vesikel pada kulit atau margin palpebra.
Pada pasien ditemukan udem kelopak mata, injeksi konjungtiva sedang/moderat dan
bertahi mata mukoid, sakit, fotofobia ringan dan pelebaran pembuluh darah secara unilateral
atau bilateral. Pada pasien keadaan ini sering disertai keratitis herpes simplex dengan kornea
menampakkan lesi-lesi epithelial yang tersendiri dan tipikal pada neonates yaitu ulkus-ulkus
epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler atau
pseodumembranosa tetapi jarang. Nodus preaurikuler yang nyeri apabila ditekan merupakan
gejala khas pada penyakit ini. Pada mikroskopik turut ditemukan sel epithelial raksasa
multinuclear.

Gambar 1.4 Konjungtivitis herpes

13

Pada neonates yang dijangka menghidapi infeksi herpetic diberikan asiklovir sistemik
dan dipantau di rumah sakit. Dosis efektif adalah 30mg/kg/hari IV dibahagi tid tapi
kebanyakan pakar mencadangkan pemberian dosis yang lebih tinggi yaitu antara 4560mg/kg/hari selama 14 hingga 21 hari. Obat topical yang dianjurkan adalah trifluridine 1%
setiap dua jam sewaktu bangun atau vidarabine 3% lima kali sehari atau idoxuridine 0.1%
satu tetes setiap jam sewaktu bangun dan satu tetes setiap dua jam pada waktu malam.
Keratitis herpes diobati dengan salep asiklovir 3% lima kali sehari selama 10 hari dan
asiklovir oral 20mg/kg q 8 h selama 14-21 hari. Terapi sistemik penting karena boleh terjadi
disseminasi ke system saraf pusat (SSP) dan organ lain. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi
penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan
berat.4-5,9
Tabel 1.2 : Differensiasi Umum Konjungtivitis
Klinik &

Bakteri

Virus

Klamidia

Alergi

Gatal

Minim

Minim

Minim

Hebat

Hiperemi

Umum

Umum

Umum

Umum

Berair mata

Sedang

Banyak/Profuse

Sedang

Sedang

Eksudasi

Mengucur:

Minim: air

Mengucur

Minim:

Sitologi

mukopurulen/purule

putih,

berserabu
t

Adenopati

Jarang

Lazim

preaurikular
Sakit

Lazim(konjungtiviti

Tidak

s inklusi)
Kadang

Kadang

Tidak

Bakteri, PMN

Monosit,limfosit PMN, plasma sel,

Tidak

tenggorokan &
demam
Pewarnaan

, sel plasma
Injeksi

Mencolok

Sedang

konjungtivitis
Hemoragi

Eosinofil

badan inklusi
Ringansedang

14

Kemosis

++

+/-

++

Pseudomembra

+/-

+/-

Papil

+/-

Folikel

Nodus

++

++

+/-

n
-

preaurikuler

5. Konjungtivitis kimiawi
Terjadinya inflamasi pada konjungtiva karena disebabkan iritasi secara kimiawi. Pada
pasien neonatus hal ini sering terjadi karena riwayat diberikan tetesan nitras argenti
profilaktik untuk proteksi neonatus daripada konjungtivitis gonorea dan konjungtivitis
klamidia. Simptom-simptom mula timbul 6-8 jam setelah penetesan, kelihatan jelas pada 2448 jam sejak lahir. Dan mula menghilang secara spontan dalam waktu 48 sehingga 96 jam.
Gejala yang timbul pada bayi adalah konjungtivitis kimia bilateral, inflamasi bilateral
kelopak mata, sekret seperti air.
Pada pewarnaan gram, tidak adanya bakteria patologi tetapi cuma beberapa sel darah
putih. Tidak diperlukan pengobatan untuk neonatus menderita konjungtivitis kimiawi tetapi
cuma waspada menunggu (watchful waiting) karena gejala-gejala akan menghilang sendiri.
Karena nitras argenti berkemungkinan mengakibatkan konjungtivitis kimia maka
sekarang lebih dianjurkan penggunaan topikal eritromisin atau tetrasiklin.
Prognosis baik, sembuh spontan menyeluruh setelah 48 jam. 4,6

6. Infeksi Kelopak Mata Atau Blefaritis

Blefaritis adalah suatu peradangan pada kelopak mata. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak
merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak
15

bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Blefaritis dapat
disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi
dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak
dapat disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus sp., dan Pseudomonas
sp. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis. Gejala
umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan
epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis
sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan
antibiotik yang sesuai.

Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :


1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya bulu
mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat
disebabkan infeksi dengan Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus
epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(non-ulseratif) umumnya
bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
2.

Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yang
lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak.
Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe
pada kulit kepala (dermatitis seboreik).

Secara patofisiologinya, blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal
ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun
atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan
kelainan fungsi kelenjar meibom.

Manifestasi klinis pada pasien blefaritis adalah:


1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng
atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
16

Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan,
bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun
kelopak mata sukar dibuka.
Tanda :
Skuama pada tepi kelopak

Sekresi Meibom keruh

Jumlah bulu mata berkurang

Injeksi pada tepi kelopak

Obstruksi dan sumbatan duktus meibom

Abnormalitas film air mata

Gambar 1.5 Bayi dengan blefaritis sederhana pada bagian kanan


Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat
minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih
khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnya
erythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika
terdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan
mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.
Komplikasi blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum,
kalazoin, dan madarosis. Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan
terapi.5

17

Tabel 1.3 : Ringkasan Etiologi Pada Konjungtivitis Neonatal


Agent

Onset

Gejala klinis

Terapi

Hari-1

Sering karena penggunaan

Self -limited

etiologi
Kimia

perak nitra, sekarang lebih


sering digunakan eitromisin
sebagai pengganti.
N

Hari 2-7

gonorrhoeae

Bisa sebabkan penyakit

Seftriakson 20-50 mg/kg IV

hiperakut dengan sekret yang

tidak melebihi 125 mg. Hati-

banyak.

hati dengan
hiperbilirubinemia. Obat
topikal sahaja tidak
mencukupi.

Hari 5-14

trachomatis

Gejala klinis bervariasi.

Topikal tetrasiklin/sulfonamid

Penyebab utama kebutaan

(6x/hr selama 2mg)

seluruh dunia.
Eritromisin 12.5 mg PO setiap
6 jam/hari
HSV 1,2

Hari 2-16

Harus dicurigai sekiranya

Vidarabin atau trifluridine

anak ada lese vesikel di tubuh.

secara topikal, dan disarankan


penggunaan sistemik
asiklovir.

Bakteria lain

Hari 2-

Terapi empirik sesua dengan

Salep eritromisin untuk

seterusnya

hasil pewarnaan Gram.

organisme gram positif dan


salep gentamisin atau
tobramisin untuk organisme
gram negatif.

18

Diagnosis kerja
Konjungtivitis gonokokus
Konjungtivis gonokokus adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan
sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Konjungtivitis
gonokokus atau oftalmika gonokokus gonokokus sering dikaitkan dengan pembengkakan dan
kemerahan akut pada konjungtiva dan adanya sekret purulen. Sekiranya penyakit ini tidak
dirawat akan mengakibatkan terjadinya ulkus kornea, perforasi dan kebutaan.
Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri yang spesies virulen maka penyebab
terpenting dalam masalah kesehatan terutamanya di negara berkembang , di Eropah dan
Amerika Serikat dilaporkan penyakit konjungtivitis gonore terkena kurang dari 0.01% pada
nonatus. Secara klinikal , konjungtivitis gonore muncul awal (2-4 hari) setelah lahir. Dan
timbul gejala sekret purulen dengan kemosis dan kelopak mata bengkak. Deteks awal dan
terapi awal amat pentung untuk minimisasikan morbiditas.7
Konjungtivitis gonokokus akan tampak pada hari ke 1-13 setelah lahir, biasanya hari
ke 3 dan umumnya bilateral. Inflamasi ini dimulai dengan hiperemia dan pengeluaran air
mata, kemudian disertai oleh sekret mukopurulen atau purulen yang dapat disertai darah satu
hari kemudian. Kelopak mata sangat bengkak.
Sekret sering sangat banyak sehingga menimbulkan tekanan di belakang bola mata.
Konjungtiva yang menutup permukaan bola mata juga jadi bengkak terisi cairan. Juga
ditandai dengan infiltrasi dan pembengkakan konjungtivita bagian dalam kelopak mata.
Inflamasi yang hebat juga dapat menimbulkan membran inflamasi yang berdarah apabila
diangkat. Jika sembuh, membran ini sering menimbulkan jaringan parut pada konjungtiva.

19

Bayi dengan infeksi konjungtivitis gonore di kedua belah mata


Mula-mula tampak edema epitel yang difus pada kornea yang terkena sehingga
kornea tampak berkelabut dan suram. Selama minggu kedua, di sekitar perbatasan kornea dan
sklera tampak infiltrasi putih keabu-abuan kasar. Infiltrasi pada tepi kornea ini akan
membesar dan menglami ulserasi pada akhir minggu kedua atau selama minggu ketiga.
Bagian sentral kornea dapat juga ,engalami ulserasi. Ulserasi sering melanjut jadi perforasi
bola mata dan kebutaan. Dari minggu keempat sampai minggu kedelapan akan tampak invasi
pembuluh darah pada kornea. Jaringan parut pada kornea timbul pada bayi dengan ulserasi
dan perforasi.8

Etiologi
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru lahir, tetapi
infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses persalinan, yang paling banyak ditemukan
dan berpotensi menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria gonorrhoeae) dan
klamidia (Chlamydia trachomatis). Virus yang bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum
dan kerusakan mata yang berat adalah virus herpes. Virus ini juga bisa didapat ketika bayi
melewati jalan lahir, tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan. Organisme tersebut
biasanya terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular seksual (STD, sexually-transmitted
disease). Pada saat persalinan, ibu mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau
virus mampu menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.
Neisseria gonorrhoeae atau gonokokus merupakan kuman berbentuk ginjal dengan
garis tengah 0,8 um. Setengah berpasangan sehingga disebut diplokokus, tidak bergerak
secara aktif dan tidak berspora. Strain yang virulen yang terutama berasal dari isolasi primer,
mempunyai pili pada permukaan selnya. Strain hasil subkultur , tidak atau hanya sedikit
20

mempunyai pili. Kuman dapat menempel pada sel epitel uretra, mukosa mulut dan
konjungtiva.
Kuman ini bersifat aerob dan mikroaerofilik. Gonokokus juga sangat pemilih; agar
dapat tumbuh dalam perbenihan perlu penambahan beberapa zat atau senyawa tertentu.
Secara epidemiologis, kenyataan ini dapat dipakai untuk menentukan tipe atau untuk
diidentifikasi penyebab gonorrhoeae di berbagai tempat, yaitu dengan cara menguji
kemampuan tumbuhnya pada beberapa pembenihan yang masing-masing mengandung zat
atau senyawa tertentu. Daya tahan gonokokus terhadap lingkungan fisis atau kimiawi sangat
rendah. Gonokokus peka terhadap sinar matahari, pengeringan, pemanasan, suhu rendah dan
perubahan pH. Kuman ini juga peka terhadap antiseptic tertentu, misalnya AgNO3 1/4.000
dapat menghancurkannya dalam waktu 2 menit. Gonokokus juga cenderung mengalami
autolysis dengan cepat.8,13
Oftalmia neonatus(konjungtivitis) digolongkan sebagai infeksi ringan. Klasifikasi infeksi
yang sering terjadi pada neonatus yaitu:
1. Infeksi berat
Sepsis, meningitis,pneumonia,diare,tetanus neonatorum.
2. Infeksi ringan
Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis.
Faktor risiko yang memudahkan neonatus terinfeksi mikroorganisme:
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini(12 jam)
3. Ibu mempunyai infeksi
4. Lahir melalui jalan lahir
5. Prosedur invasive
6. Sosio-ekonomi rendah14,15

Epidemiologi
Di negara sedang berkembang angka kejadian konjungtivitis neonatorum yang
disebabkan oleh N.gonorrhoeae berkisar 20-75% kasus sedangkan pada anak dan dewasa
21

jarang. Pada peralihan abad XIX angka kebutaan pada bayi dan anak adalah disebabkan oleh
konjungtivitis gonore berkisar 20-40% , tetapi setelah diperkenalkan larutan perak nitrat oleh
Crede pada tahun 1881, angka ini terus menurun. Di inggeris tidak lagi dilaporkan kasus
kebutaan akibat konjungtivitis gonokokus sejak tahun 1955.4

Patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi
apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang
terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel
darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal
kuning kehijauan.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Kuman yang masuk melalui mukosa konjungtiva yang
sebelumnya berasal dari pasien lain secara langsung. Ini karena pada neonatus penularan
dapat secara langsung mengenai konjungtiva saat persalinan pervaginam. Beberapa
mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur
berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari
palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung
substansi antimikroba termasuk lisozim.
Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel atau mukosa. Pada hari ketiga
kuman mencapai jaringan ikat di bawah epitel, setelah terlebih dahulu menembus ruang antar
sel. Kerusakan sel epitel oleh gonokokus menyebabkan terbentuknya celah pada mukosa,
sehingga mempermudah dan mempercepat masuknya kuman. Hal ini adalah satu keadaan
kedaruratan karena kuman dapat menyebabkan penetrasi pada kornea yang utuh secara
progresif dengan akibat terbentuknya ulkus dan perforasi kornea dalam 24 jam. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan
folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
22

sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Eksudat
yang terbentuk dapat menyumbat saluran kelenjar sehingga dapat terjadi kista retensi dan
abses. Penyebaran ke tempat lain lebih sering terjadi melalui saluran getah bening daripada
lewat pembuluh darah.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. 4,5

Penatalaksanaan
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal,
seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian
bila tidak memberikan hasil, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak
ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap
jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang
intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Sekret dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik (saline) setiap jam supaya secret
tidak melekat, kemudian diberi salep penisillin setiap jam. Penisillin tetes mata dapat
diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 20.000 unit/ml) setiap 1 menit
sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit., disusul
pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari. Pasien dirawat dan diberi pengobatan
dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin)
30-50 mg/kg/d in divided doses IV atau IM (hyperbilirubinemia atau infuse cairan
mengandungi kalsium: 100 mg/kg IV), eritromisin salep dan sistemik atau Azithromycin
(Zithromax) dosis tinggi. Namun, pada pengobatan perlu diperhatikan beberapa perkara yaitu
23

antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi dan antibiotika oral dapat menyebabkan
gangguan perut, ruam dan reaksi alergi. Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak
kambuh setelah diterapi. Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore neonatorum harus diuji
dan diterapi terhadap penyakit menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang
baru ditemukan atau memperburuk keadaan harus dilaporkan kepada dokter. 9-12

Komplikasi
Antara komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak dirawat dengan cepat dan benar
adalah penipisan kornea, descementocele sekunder dan perforasi kornea yang boleh
menyebabkan endoftalmitis dan buta. Pada kasus berat ulkus dalam dan abses stroma
bersatu, kornea menjadi nipis dan membuang/merobek (sloughing) lapisan stroma yang
terinfeksi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya leukoma kornea yaitu jaringan parut yang
terbentuk dengan kehadiran vaskularisasi kornea yang menunjukkan akhirnya keratitis
bakterialis. Pasien perlu melakukan operasi yaitu phototherapeutic keratectomy [PTK] atau
penetrating keratoplasty [PK]; tergantung tempat dan lokasi jaringan parut untuk membaik
pulih penglihatan. Astimatisme irregular boleh terjadi sekiranya pembaikan lapisan stroma
tidak seimbang. 5,9

Prognosis
Dengan diagnosis dan pengobatan yang cermat maka angka kejadian penyulit dapat
ditekan serendah mungkin, sehingga komplikasi seperti ulkus dan perforasi, endoftalmitis
serta kebutaan dapat dicegah.8

Preventif
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual. Secara
klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa
konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata
dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol, eritromisin atau tetrasiklin salep mata.
Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan.
Antibiotik seftriakson,atau penisilin diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang
lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi. Bagi mencegah penyebaran penyakit ini,
24

keluarga diminta memperhatikan hygiene diri dan bayi. Obat topical yang digunakan
diperhatikan penggunaanya agar tidak mengalami kontaminasi. Tetes nitrat Argenti yang
diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore akan menyebabkan iritasi ringan,
tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan
menetap.Edukasi dan penyuluhan kepada ibu bapa adalah penting. Bayi dan ibu perlu
diskrining untuk infeksi klamidia, HIV dan sifilis.4,9

Penutup
Konjungtivitis Gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret
purulen yang disebabkan oleh Kuman Neisseria gonorrhaea. Gambaran klinik pada bayi dan
anak adalah ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental. Pada orang dewasa
ditemukan gejala subjektif berupa rasa nyeri pada mata, tanda-tanda infeksi biasanya terdapat
pada satu mata dan gejala objektif yaitu ditemukan sekret purulen yang tidak begitu kental.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan Gram atau giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk
perencanaan pengobatan.
Penatalaksanaan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang
intraseluler dan sangat dicurigai konjungtiva gonore. Pasien dirawat dengan pengobatan
dengan penicillin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau garam fisiologik
setiap 4 jam, kemudian beri salep penicillin setiap jam dan penicillin tetes mata 10.000
20.000 unit/ml setiap

1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit,

30 menit, disusul dengan salep penicillin setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik
diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.

25

Daftar Pustaka
1. Eugene C. , Robert J. , Rebecca G. How To Approach Clinical Problems. Case
FilesTM : Paediatrics 2nd ed. Mc Graw-Hill Companies. 2007; 3-7.
2. Mark H. Swartz. Pemeriksaan Fisik (Mata). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Penerbit
Buku Kedokteran ECG. 2007: 423-4.
3. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.
4. Francisco J. Garcia F. Conjunctiva. Vaughan & Asburys General Opthalmology17th ed.
Lange Medical Publication. 2008; 98,102,105-8.
5. Prof. dr. H S Ilyas. Ilmu penyakit mata. Balai Penerbit FK Uni Indonesia. Jakarta:
2010; 121-131
6. Thomas A. Mayer, Katherine F. Eye Problems In Infants And Children. Tintinallis
Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide7 ed. The Mcgraw-Hill
Companies. 2011: 552-4.
7. David Ben Ezra. Infectious Conjunctivitis. Blepharitis And Conjunctivitis.Guidelines
For Diagnosis And Treatment. Editorial Glosa. 2006; 95
8. Riadhy B. Konjungtivitis Gonokokus Pada Anak. Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
1996;230-2.
9. Konjungtivitis Gonore pada Neonatorum. Diunduh dari :
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=KonjungtivitisGonorepadaNeonato
rum pada 18 March 2011.
10. Konjungtivitis Gonore pada Neonatorum. Diunduh dari
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=KonjungtivitisGonorepadaNeonato
rum pada 19 March 2011.
11. Neonatal conjunctivitis medical and treatment. Diunduh dari
http://www.epi.alaska.gov/bulletins/docs/b1979_03.htm pada 18 March 2011.
12. Neonatal ophthalmic. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1192190overview pada 17 March 2011.
13. Brook F.G, Carroll K.C, Butel J.S, Morse S.A. Medical Microbiology. Hartanto H,
Rachman C, Dinanti A, Diani A. 27 ed. USA. The McGraw Hill Companies.
2007.300-306
14. Markum AH. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1991.377-9.
15. Sondheimer J.M. Current Essentials Pediatrics. Colorado. The Mc Graw Hill
Companies.2008.445
26

27

Anda mungkin juga menyukai