Anda di halaman 1dari 12

Rhinitis Vasomotor

Nur Ruhaizi Shamsuddin


Universitas Kristen Krida Wacana, Jl Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470
Pendahuluan
Rinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologi lapisan mukosa hidung yang
disebabkan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis. Penyakit ini termasuk dalam penyakit rinitis
kronis selain rinitis alergika.
Terdapat beberapa lagi definisi rinitis vasomotor di bawah ini.
Rinitis vasomotor adalah infeksi kronis lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan sistem saraf parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih
dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembangkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang
timbul berupa hidung tersumbat, bersin dan ingus yang encer.
Rinitis vasomotor adalah kondisi dimana pembuluh darah yang terdapat di hidung menjadi
membengkak sehingga menyebabkan hidung tersumbat dan kelenjar mukus menjadi
hipersekresi.
Menurut sumber lain, rinitis vasomotor merupakan suatu kelainan neurovaskular pembuluhpembuluh darah pada mukosa hidung, terutama melibatkan sistem saraf parasimpatis. Tidak
dijumpai alergen terhadap antibodi spesifik seperti yang dijumpai pada rinitis alergi. Keadaan ini
merupakan refleks hipersensitivitas mukosa hidung yang non spesifik.
Menejemen pengelolaanpada rinitis vasomotor bervariasi antara lain dengan menghindari
penyebab,psikoterapi, penggunaan medikamentosa, serta terapi bedah, tetapi sampai saat
inibelum memberikan hasil yang optimal.1-3

_____________________________________________________________________________
bungacempaka_89@yahoo.com, C6, 102008273.

Page | 1

_____________________________________________________________________________
Anamnesis
Pada kasus rhinitis vasomotor, penting untuk dilakukan anamnesa yang benar, karena kasus ini
biasanya bisa didiagnosa dengan lebih tepat apabila anamnesa yang dijalankan adalah benar.
Komunikasi doktor pasien juga amat penting untuk kelangsungan anamnesa yang lebih baik.
Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan
status

lokalis

(THT).

Dari

anamnesa

dicari

faktor

pencetusnya

dan disingkirkan

kemungkinan rinitis alergi.


Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan kepada pasien untuk lebih menuju ke arah diagnosa
rhinitis vasomotor adalah:
1. Apakah ada riwayat alergi dalam keluarga pasien?
-

Ini penting untuk ditanyakan ke pasien bagi menolak atau menyingkirkan rhinitis
alergi.

2. Apakah pasien mengalami hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian
tergantung pada posisi penderita?(gejala ini yang paling dominan)
3. Apakah pasien sering bersin-bersin?
-

Biasanya pasien rhinitis vasomotor lebih jarang bersin dibandingkan rinitis alergika.

4. Adakah rinore pasien bersifat serus atau mukus, bagaimana dengan jumlahnya?
5. Bagaimana bentuk gejala apabila pasien rinitis vasomotor saat bangun tidur pagi hari?
-

Biasanya gejala pada pasien akan lebih memburuk pada waktu bangun di pagi hari
karena adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya
asap rokok.

6. Apakah ada gejala lain yang turut serta seperti gatal mata dan tenggorok?
-

Penting untuk menyingkirkan rhinitis alergi.

Page | 2

______________________________________________________________________________
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edema mukosa hidung,
konka hipertrofi dan berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), tetapi dapat juga
dijumpai berwarna pucat. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol ( tidak rata ). Pada rongga
hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit.1

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Test kulit
( skin test ) biasanya negatif, demikian pula test RAST, serta kadar Ig E total dalam batas
normal. Kadang- kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah
yang sedikit. Infeksi sering menyertai yang ditandai dengan adanya sel neutrofil dalam sekret.
Pemeriksaan radiologik sinus, memperlihatkan mukosa yang edema dan mungkin tampak
gambaran cairan dalam sinus apabila sinus telah terlibat.1,4
______________________________________________________________________________
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja bagi kasus ini adalah Rhinitis Vasomotor.
Gejala klinis rhinitis vasomotor adalah hidung terasa tersumbat bergantian kanan kiri, tergantung
posisi tidur pasien. Sekret hidung lebih mukoid dibandingkan dengan rhinitis alergi. Bersin
terjadi kadang-kadang tanpa rasa gatal di mata dan sekret mengalir ke tenggorok terutama pagi
hari.
Diagnosis rhinitis vasomotor ditetapkan berdasarkan anamnesis yang benar dan dicari faktor
yang mempengaruhi gangguan keseimbangan saraf otonom tersebut.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan edem mukosa hidung, konka berwarna merah
gelap, kadang-kadang pucat dengan sekret sedikit.

Page | 3

______________________________________________________________________________
Diagnosis Banding
1. Rhinitis Alergi

adalah inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan oleh adanya alergen
yang terhirup yang dapat memicu respon hipersensitivitas.

Berdasarkan waktunya, ada 3 golongan rhinitis alergi :


a. (SAR) Seasonal allergic rhinitis: terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya
musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan.
b. (PAR) Perrenial allergic rhinitis: terjadi setiap saat dalam setahun penyebab
utama: inhalan, debu, animal dander, jamur, kecoa.
c. Occupational allergic rhinitis: terkait dengan pekerjaan

Antara gejala dan tanda rhinitis alergi adalah:


a. Bersin berulangkali.
b. Hidung berair (rhinorrhea).
c. Tenggorokan, hidung kerongkongan gatal.
d. Mata merah, gatal, berair.
e. Post-nasal drip.5,6

2. Rhinitis Simplek

Nama lainnya adalah Common cold, slesema, flu atau pilek.

Merupakan penyakit paling sering ditemukan pada manusia,

Page | 4

Penyebab terseringnya adalah Rhinovirus. Virus lain yang turut menjadikan penyebab
rhinitis simplek adalah Myxovirus, Coxsackie virus, dan ECHO virus.

Gejala klinis pula dapat berupa:


a. Prodromal; rasa panas, kering, gatal dalam hidung, demam, lemas, nyeri kepala.
b. Bersin yang berulang-ulang.
c. Hidung tersumbat dengan ingus yang encer tetapi akan jadi purulen sekiranya ada
infeksi dari bakteri.

Dapat sembuh 5-10 hari bila tidak ada komplikasi.7

______________________________________________________________________________
Etiologi
Etiologi pasti rinitis vasomotor belum diketahui dan diduga akibat gangguan keseimbangan
sistem saraf otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu dan diperkirakan disebabkan oleh:1,3
1. Adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom ( hipoaktif sistem saraf simpatis)
-

Hal ini diakibatkan karena terjadinya aktifitas sistem saraf parasimpatis yang lebih
dominan daripada aktifitas sistem saraf simpatis, sehingga menimbulkan vasodilatasi
pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan menimbulkan gejala
klinis yang dominan, yang berupa hidung tersumbat. Mukosa hidung beserta struktur
yang ada di dalamnya mempunyai fungsi untuk mempersiapkan udara yang akan
masuk ke dalam paru-paru antara lain melembabkan, menyaring, dan memanaskan
udara. Semua ini dikontrol oleh serat-serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis.

2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan pembedahan serta non
pembedahan)
3. Neuropeptida
-

Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan;

a) Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris.


Page | 5

Hal

ini mengakibatkan gangguan

pada

saraf

nosiseptif

tipe

C, yang

disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan calcitonin generelated peptides.

Terjadi peningkatan sekresi kelenjar serta pengeluaran

cairan

plasma, di mana hal ini dirangsang oleh adanya reflek dari sistem
saraf parasimpatis yang menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa
hidung.
b) Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok.
-

Hal ini

diakibatkan oleh

peningkatan

ekspresi

dari

calcitonin

gene-

related peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide (VIP), neuro peptide


tyrosine (NPY). NPY, senyawa peptida yang terdiri dari 36 asam amino,
merupakan zat vasokonstriktor yang sering ditemukan bersamaan dengan
noradrenalin pada serabut saraf simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter yang
bersifat antikholinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan efek
bronkodilatasi dan vasodilatasi.
c) Penurunan kemampuan dari silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-pertikel
asing.
d) Peningkatan produksi radikal bebas
e) Peningkatan sintesis DNA
4. Paparan ozone yang berlebihan
-

Hal

ini

menyebabkan

gangguan

pada

sel-sel

epitel

sehingga

terjadi

peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap sel-sel inflamasi.


Akibatnya jika berlangsung lama akan berlangsung proses proliferasi sel-sel epitel
yang akan merangsang peningkatan sekresi kelenjar.
5. Nitric Oxide
-

Zat ini menyebabkan nekrosis sehingga luas jaringan normal akan berkurang.
Halini diakibatkan adanya peningkatan ekspresi NO pada epitel hidung, sehingga
terjadi peningkatan kadar NO yang persisten. Peningkatan kadar NO ini
Page | 6

membuat sel-sel epitel mengalami gangguan secara terus menerus (penurunan


kemampuan silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-partikel asing,
meregangnya epithel-junction mukosa hidung, diskontinuitas membrane basalis),
Serta terjadi perangsangan dari serat saraf aferen nervus trigeminus, yang
menyebabkan perangsangan reflek vascular serta sekresi kelenjar, hal ini
menyebabkan timbulnya gejala dari rinitis vasomotor. Untuk menurunkan
kadar NO, sangat dipengaruhi oleh jumlah reseptor NPY di dalam sirkulasi
darah,dapat diberikan alfa 2 adrenoreseptor agonis yang diberikan secara
intranasal.
______________________________________________________________________________
Epidemiologi
Mygind (1988), seperti yang dikutip oleh Sunaryo (1998), memperkirakan sebanyak 30 60 %
dari kasus rhinitis sepanjang tahun merupakan kasus rhinitis vasomotor dan lebih banyak
dijumpai pada usia dewasa terutama pada wanita. Walaupun demikian insidens pastinya tidak
diketahui. Biasanya timbul pada dekade ke 3 4. Secara umum prevalensi rinitis vasomotor
bervariasi antara 7 21%.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Jessen dan Janzon (1989), dijumpai sebanyak 21%
menderita keluhan hidung non alergi dan hanya 5% dengan keluhan hidung yang berhubungan
dengan alergi. Prevalensi tertinggi dari kelompok non alergi dijumpai pada dekade ke 3.5.
Sibbald dan Rink (1991) di London menjumpai sebanyak 13% dari pasien, menderita rinitis
perenial dimana setengah diantaranya menderita rhinitis vasomotor.
Sunaryo, dkk (1998) pada penelitiannya terhadap 2383 kasus rinitis selama1 tahun di RS Sardjito
Yogyakarta menjumpai kasus rinitis vasomotor sebanyak 33 kasus (1,38 %) sedangkan pasien
dengan diagnosis banding rinitis vasomotor sebanyak 240 kasus (10,07 %).8
Serangan dapat muncul akibat pengaruh beberapa faktor pemicu.
1. Latar belakang

Page | 7

a. adanya paparan terhadap suatu iritan, memicu ketidakseimbangan sistem saraf


otonom dalam mengontrol pembuluh darah dan kelenjar pada mukosa hidung,
terjadi vasodilatasi dan edema pembuluh darah mukosa hidung sehingga hidung
tersumbat dan terjadi rinore.
b. merupakan

respon

non

spesifik

terhadap

perubahan

perubahan

lingkungannya,berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan respon


terhadap protein spesifik pada zat allergen nya.
c. tidak berhubungan dengan reaksi inflamasi yang diperantarai oleh IgE ( IgEmediated hypersensitivity )

2. Pemicu ( triggers ) :
a. Obat-obatan seperti Rauwolfia serpentine, alkohol dan vasokonstriktor topikal.
Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti
ergotamin, chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topical.
b. Faktor fisik: perubahan suhu ruangan, suhu udara, kelembapan udara, asap rokok
atau bau-bauan yang merangsang.
c. Faktor psikis seperti rasa cemas, stress, fatigue, frustasi dan konflik jiwa.
d. Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil antihamil dan
hipotiroidism.
e. Alkohol
f. Makanan yang panas dan pedas
______________________________________________________________________________
Patofisiologi
Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari kelenjar.
Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis sedangkan
Page | 8

parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem saraf
otonom yang menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang disertai penurunan kerja saraf
simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun sistem parasimpatis yang hiperaktif,
keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler disertai peningkatan permeabilitas
kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan transudasi cairan, edema dan kongesti.
Saraf otonom mukosa hidung berasal dari N.VI di anus yang mengandung serat saraf simpatis
dan serat saraf ko. Rangsangan pada saraf simpatis mengakibatkan terlepasnya noradrenalin yang
menyebabkan penyusutan konka. Sedangkan rangsangan saraf parasimpatis akan mengakibatkan
terlepasnya asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka, meningkatkan
permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar bertambah.
Teori lain mengatakan bahwa terjadi peningkatan peptide vasoaktif dari sel-sel seperti sel mast.
Termasuk diantara peptide ini adalah histamin, leukotrin, prostaglandin, polipeptide intestinal
vasoaktif dan kinin. Elemen-elemen ini tidak hanya mengontrol diameter pembuluh darah yang
menyebabkan kongesti, tetapi juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem saraf parasimpatis
terhadap sekresi hidung, yang menyebabkan rinore. Pelepasan peptide-peptide ini tidak
diperantarai oleh Ig-E (non-Ig E mediated) seperti pada rinitis alergi.9
Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan juga berperan pada rinitis vasomotor. Banyak kasus
yang dihubungkan dengan zat-zat atau kondisi yang spesifik. Beberapa diantaranya adalah
perubahan temperatur atau tekanan udara, perfume, asap rokok, polusi udara dan stress
(emosional atau fisikal).
Dengan demikian, patofisiologi dapat memandu penatalaksanaan rinitis vasomotor yaitu :
1. meningkatkan perangsangan terhadap sistem saraf simpatis
2. mengurangi perangsangan terhadap sistem saraf parasimpatis
3. mengurangi peptide vasoaktif
4. mencari dan menghindari zat-zat iritan.

Page | 9

______________________________________________________________________________
Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
1. Menghindari penyebabnya. ( Avoidance therapy )
Medika Mentosa
Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan gejala yang
menonjol.
1. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :

Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung


tersumbat. Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine (oral) serta
Phenylephrine dan Oxymetazoline (semprot hidung).

Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.

Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersinbersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator
vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai
hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal :

Budesonide,

Fluticasone,

Flunisolide atau Beclomethasone.

Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan utamanya.
Contoh :Ipratropium bromide (nasal spray).

2. Terapi operatif (dilakukan bila pengobatan konservatif gagal) :

Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat
pekat (chemical cautery) maupun secara elektrik (electrical cautery).

Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate).

Bedah beku konka inferior (cryosurgery).

Page | 10

Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)

Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )

Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy ), yaitu dengan melakukan pemotongan


pada n. vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi sebaiknya
dilakukan pada pasien dengan keluhan rinore yang hebat. Terapi ini sulit dilakukan,
dengan angka kekambuhan yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi.1-3

______________________________________________________________________________
Komplikasi
1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah10
______________________________________________________________________________
Prognosis
Prognosis dari rinitis vasomotor bervariasi. Penyakit kadang-kadang dapat membaik dengan tibatiba, tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang diberikan.10
______________________________________________________________________________
Penutup dan Kesimpulan
Rinitis vasomotor merupakan suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung

tersumbat

bergantian kanan kiri disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Etiologi yang
pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan fungsi vasomotor pada hidung yaitu adanya
gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas saraf parasimpatis yang dominan terhadap saraf simpatis.

Page | 11

______________________________________________________________________________
Daftar Pustaka
1. E. Kasakeyan, Soepardi, Nurbaiti Iskandar. Rinitis Vasomotor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
THT. Edisi ke-3. Jakarta, Balai Penerbit FK UI, 1997. hal. 107- 8.
2. A. Sanico, A. Togias, Lalwani KA. Noninfectious, nonallergic rhinitis (NINAR), Ed.
Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery second edition.
N ew York, Lange McGraw Hill Comp, 2007. hal 112-7.
3. Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis, Byron J, Bailey JB, Ed. Otolaryngology Head and
Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp, 1993, hal 269-87.
4. Bernstein JM, Ballenger JJ. Peran Hipersensitivitas Dengan Perantaraan Ig E Pada Otitis
Media dan Rinitis. Ed. Penyakit THT Kepala dan Leher, Jilid 1, Edisi ke 13. Jakarta ,
Binarupa Aksara, 1994, hal. 176-9.
5. Dr. H. E. A. Soepardi, Dr. H. F. Hadjat, Prof Dr. Nurbaiti Iskandar. Rhinitis Alergi.
Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI, 1992, hal 76-9.
6. Rhinitis

Alergi.

2009.

Diunduh

dari

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-

content/uploads/allergic-rhinitis.pdf. 20 Mac 2011.


7. Dr. Yuslinus, Dr. Hartanto H. Rhinitis Simplek. Buku Modul Sistem Pengindraan. FK
Ukrida. Jakarta, 2011, hal 3.
8. Jones AS,

Mackay IS, Bull TR. Intrinsic rhinitis. Ed. Rhinology. Otolaryngology. 6th

ed. London : Butterworth-Heinemann, 1997, hal. 1-17.


9. Patofisiologi dan Patogenesis Penyakit Rhinitis Vasomotor. 2009. Diunduh dari
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/rhinitis-vasomotor.html 20 Mac 2011.
10. Becker W, Naumann H, Pfaltz C R. Ear, Nose, and Throat Diseases A Pocket
Reference. 2nd ed. New York : Thieme Medical Publishers Inc, 1994, hal. 210-3.

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai