Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

A.Makna nilai dan Norma

NILAI
Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau tafsiran.
Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah
berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku.Menurut Woods; nilai adalah
petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan
dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat
batiniah. Menilai berati menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. nilai logika adalah nilai benar-salah;
2. nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
3. nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk
Sifat-sifat nilai adalah sebagai berikut:
1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen).
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.

Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan
nilai kerohanian:
1. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian juga dibagi menjadi 3 meliputi:
1.
2.
3.
4.

nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

NORMA
Norma dapat diperoleh dari orang tua sejak kita kecil maupun dari lingkungan yang lebih
luas seperti masyarakat setempat, sekolah, umat beragama, pemerintah daerah, negara, dan pers
serta media masa lainnya.
Norma secara normatif mengandung arti aturan, kaidah, petunjuk, pedoman yang harus
dipatuhi oleh manusia agar perilakunya merugikan orang lain tidak menyimpang dan tidak. Bagi
pelanggarnya akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang disepakati bersama.
Menurut Suyitno, nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk
dihadapi. Nilai mau dilaksanakan dan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan
perhatian serta minat kita, menarik kita keluar dari kita sendiri ke arah apa yang bernilai.nilai
berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita.
Dari sudut pandang umum sampai seberapa jauh tekanan norma diberlakukan oleh
masyarakat, norma dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Cara (Usage) => Cara mengacu pada suatu bentuk perbuatan yang lebih menonjolkan
pada hubungan antarindividu. Penyimpangan pada cara tidak akan mendapatkan
hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan, cemoohan, atau ejekan. Misalnya, orang yang
mengeluarkan bunyi dari mulut (sendawa) sebagai pertanda rasa kepuasan setelah makan.
Dalam suatu masyarakat, cara makan seperti itu dianggap tidak sopan. Jika cara itu
dilakukan, orang lain akan merasa tersinggung dan mencela cara makan seperti itu.

2. Kebiasaan (Folkways) => Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi
daripada cara (usage). Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama karena orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Misalnya,
kebiasaan menghormati orang yang lebih tua.
3. Tata Kelakuan (Mores) => Jika kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara
berperilaku, tetapi diterima sebagai norma pengatur, kebiasaan tersebut menjadi tata
kelakuan. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari sekelompok manusia,
yang dilaksanakan atas pengawasan baik secara sadar maupun tidak sadar terhadap
anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan, sedangkan di lain
pihak merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alat agar anggota
masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan individu.
Misalnya, larangan perkawinan yang terlalu dekat hubungan darah (incest).
4. Adat Istiadat (Custom) => Tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat dengan polapola
perilaku masyarakat dapat meningkat menjadi adat istiadat. Anggota masyarakat yang
melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras. Misalnya, hukum adat di Lampung
melarang terjadinya perceraian pasangan suami istri. Jika terjadi perceraian, orang yang
melakukan pelanggaran, termasuk keturunannya akan dikeluarkan dari masyarakat
hingga suatu saat keadaannya pulih kembali.
Jenis-Jenis Norma
Norma mencakup aturan-aturan ataupun sanksi-sanksi. Hal itu bertujuan untuk mendorong
atau menekan anggota masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai sosial agar tercipta ketertiban dan
perdamaian dalam kehidupan sosial.Norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu norma berdasarkan resmi
tidaknya dan norma berdasarkan kekuatan sanksinya.
a . Norma berdasarkan Resmi Tidaknya
Menurut resmi tidaknya, keseluruhan norma kelakuan hidup masyarakat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu norma tidak resmi dan norma resmi.
1. Norma tidak resmi = > ialah norma yang patokannya dirumuskan secara tidak jelas dan
pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang bersangkutan. Norma tidak resmi
tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh masyarakat. Patokan
tidak resmi dijumpai dalam kelompok primer seperti keluarga, kumpulan tidak resmi, dan
ikatan paguyuban.
2. Norma resmi (formal) => ialah norma yang patokannya dirumuskan dan diwajibkan
dengan jelas dan tegas oleh pihak yang berwenang kepada semua warga masyarakat.
Keseluruhan norma formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki oleh
masyarakat modern, sebagian dari patokan resmi dijabarkan dalam suatu kompleks
peraturan hukum (law). Masyarakat adat diubah menjadi masyarakat hukum. Patokan
resmi dapat dijumpai, antara lain dalam perundang-undangan, keputusan, dan peraturan.

b. Norma berdasarkan Kekuatan Sanksinya


Dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, norma memiliki sanksi-sanksi tersendiri yang
berbeda tingkat kekuatannya. Adapun jenis norma berdasarkan kekuatan sanksinya adalah
seperti diuraikan berikut ini.

1. Norma agama => adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan bagi penganutnya
agar mereka mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
2. Norma kesopanan => adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan
manusia dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat.
3. Norma kelaziman => adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya
dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan
sesuai dengan tata krama.
4. Norma kesusilaan => adalah pedoman-pedoman yang mengandung makna dan dianggap
penting untuk kesejahteraan masyarakat.
5. Norma hukum => adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berisi perintah atau
larangan yang memaksa dan akan memberikan sanksi tegas bagi setiap orang yang
melanggarnya.
6. Mode => adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya
berubah-ubah serta diikuti oleh banyak orang.

B. Nilai dan Norma yang Terdapat Pada Pancasila


Pancasila adalah falsafah, jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilainilai dan norma-norma yang luhur.. Nilai-nilai itu adalah Pandangan Hidup, Kesadaran dan Cita
hukum, cita-cita mengenai Kemerdekaan, Keadilan Sosial, Politik, Ekonomi, Keagamaan dll.
Kita hidup dalam masyarakat yang beraneka ragam coraknya, maka harus kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap masyarakat
mempunyai norma dan aturan yang tidak boleh kita langgar, sebab bila dilanggar, maka
sanksinya tidak dihargai dan tidak diakui oleh masyarakat.
Norma yang terdapat dalam masyarakat terdiri dari 4 macam, yaitu:
1. Norma Agama bersumber dari Tuhan melalui utusannya yang berisikan peraturan hidup
yang diterima sebagai perintahperintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang
berasal dari Tuhan.
2. Norma Kesusilaan yang dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati sanubari
manusia; dari bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan diinsyafi oleh setiap orang
sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.
3. Norma Kesopanan merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan
manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat.
4. Norma Hukum adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berisikan perintah atau
larangan yang memaksa dan yang akan menimbulkan sanksi yang tegas bagi setiap orang
yang melanggarnya.

C. Pancasila Sebagai system filsafah


Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu philosophia.
Philo/philos/philein artinya cinta/pencinta/mencintai dan shopia berarti kebijakan
/wisdom/kearifan/hikmah/hakekat kebenaran. Jadi filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan
atau hakikat kebenaran.Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalmnya (merenung) terhadap
sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai
pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari: kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
indonesia dimanapun mereka berada.
Filsafat Ditinjau dari Lingkup Pembahasannya
Jika ditinjau dari lingkup pembahasannya, filsafat meliputi banyak bidang bahasan, antara
lain tentang manusia, masyarakat, alam, pengetahuan, etika, logika, agama, estetika, dan bidang
lainnya (seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, muncul dan berkembang juga ilmu
filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu, misal filsafat sosial, filsafat hukum,
filsafat poitik, filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan, filsafat agama, dan
filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu lainnya).
Filsafat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Filsafat sebagai produk mencakup dua pengertian. Pertama, mencakup arti-arti
filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari filsuf pada zaman dahulu, teori,
secara sistem atau pandangan tertentu yang merupakan hasil dari proses berfilsafat
dan mempunyai ciri-ciri tertentu. Kedua, filsafat sebagai suatu jenis problem yang
dihadapi oleh manusia merupakan hasil aktivitas berfilsafat.
2. Filsafat sebagai suatu proses mengandung pengertian bahwa filsafat tidak hanya
merupakan sekumpulan dogma yang diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai sistem
nilai tertentu.
Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila hakikatnya merupakan sistem filsafat. Adapun yang
dimaksud dengan sistem adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan dan bekerja
sama untuk satu tujuan. Dan, secara keseluruhan, sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh, dengan demikian, sistem memiliki ciri-ciri sebagi berikut :
1. Satu kesatuan bagian-bagian,
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
3. Saling berhubungan dan menguntungkan,
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem), dan
5. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks.

pengertian Filsafat Pancasila


Apabila kita berbicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat
sebagai metode dan filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara
berpikir dan mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan
ideologi Pancasila. Filsafat sebagai suatu pandangan menunjukkan nilai dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
terhadap Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertian Pancasila secara mendasar dan menyeluruh.

D.Pancasila sebagai Ideologi Indonesia


Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara Indonesia. Pancasila pertama kali
dicetuskan oleh Ir. Soekarno melalui pidatonya dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945
(Somantri, 2006 : 5). Ada beberapa alasan yang melatar belakangi pancasila tersebut dijadikan
sebagai ideologi bangsa Indonesia, yang akan dibahas oleh penulis dalam tulisan ini. Selain itu,
penulis juga akan membahas mengenai arti penting pancasila bagi Indonesia serta dinamika dan
perkembangan interpretasinya.
pancasila merupakan ideologi yang sesuai dengan Indonesia karena mampu mewadahi
heterogenitas Indonesia yang tinggi dengan beragamnya agama, adat, budaya dan lain-lain.
Pancasila memiliki arti penting bagi Indonesia sebagai identitas nasional yang kemudian menjadi
ciri khas dari bangsa Indonesia yang berbeda dari bangsa yang lainnya namun bukan berarti
menganggap rendah bangsa lain, tetapi harus tetap menjunjung persaudaraan dunia. Dalam
perkembangannya, pancasila juga mengalami berbagai dinamika interpretasi dari masa ke masa.

E. Pancasila sebagai Sumber Etika


Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan sebagai
sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat
diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan norma-norma etik sebagai pedoman dalam
bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma etik tersebut bersumber pada pancasila sebagai nilai
budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebut tercantum dalam ketetapan MPR No.

VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat. TAP MPR
tersebut merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap,
dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang
sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Rumusan tentang Etika Kehidupan Berbangsa ini disusun dengan maksud untuk membantu
memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam kehidupan
berbangsa. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,
keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung
jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.

BAB 2

IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilainilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan
dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan
kehidupannya Kata identitas berasaldari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian
harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau suatu yang
membedakannya dengan yang lain. Dalam term antropologi identitas adalah sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri, golongan sendiri, kelompok sendiri,komunitas
sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu
semata tetapi berlaku pula pada suatu kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan identitas
yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan,
baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan
tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah
identitasbangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok
(collective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang
diberi atribut-atribut nasional.Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan
konsep nasionalisme.
1. Karakteristik identitas Nasional

Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum/perundang
undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Faktor-faktor
pendukung kelahiran identitas nasional ada empat, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor
penarik, dan faktor reaktif. Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain .Identitas nasional
merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan bangsa
lain. Jadi, untuk dapat mempertahankan keunika-keunikandari bangsa Indonesia itu sendiri maka
kita harus menanamkan akan cinta tanah air yan gdiwujudkan dalam bentuk ketaatan dan
kepatuhan terhadap atura-aturan yang telah ditetapkanserta mengamalkan nilai-nilai yang sudah
tertera dengan jelas di dalam pancasila yangdijadikan sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa
Indonesia. Dengan keunikan inilah,Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan
dengan bangsa lain dan itu semua tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan
dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.

2. Hakikat Bangsa dan Negara

A. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


Sebagai makhluk individu, manusia terdiri atas dua unsur, yaitu unsur jasmani (raga) dan
unsur rohani (jiwa). Manusia diberi potensi berupa akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan
sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Sedangkan manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian, manusia selalu membutuhkan bantuan
manusia lainnya. Aristoteles menyebutkan manusia sebagai makhluk Zoon Politicon, yaitu
makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan yang lainnya.
Secara kodrati manusia dapat hidup berdampingan/ berkelompok dengan manusia lainnya
karena didorong oleh kebutuhan biologis.
B. Pengertian dan Unsur Bangsa
Menurut para ahli, bangsa adalah suatu komunitas etnik yang memiliki ciri-ciri berupa
memiliki nama, memiliki wilayah tertentu, memiliki mitos leluhur bangsa, kenangan
bersama, satu atau beberapa budaya yang sama, dan solidaritas tertentu. Berikut ini pendapat
pakar kenegaraan mengenai bangsa:
a. Menurut Hans Kohn (Jerman), bangsa adalah buah hasil karya atau tenaga hidup
manusia. Pada umumnya bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lain, di antaranya persamaan keturunan, wilayah, bahasa,
adat-istiadat,
kesamaan
politik,
perasaan,
dan
keyakinan
(agama).
b. Menurut F. Ratzel (Jerman), bangsa terbentuk karena adanya hasrat tertentu atau
adanya keinginan yang sama. Hasrat tersebut timbul karena adanya rasa kesatuan antara
sesama manusia dan tempat tinggal.
3. Proses Berbangsa dan Bernegara
Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentaang bagaimana
terbentuknya bangsa dimana sekelompok manusia yang berada didalamnya merasa
sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadai bagsa bangsa
tersebut merasakan pentingnya keberadaan Negara sehingga tumbuhlah kesadaran untuk
mempertahankan untuk tetap tegaknya dan utuhnya Negara melalui upaya bela
Negara.Pada zaman modern adanya Negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau
pandangan kemanusiaan. Adabanyak perbedaan konsep tentang kenegaraan yang
dilandasi oleh pemikiran ideologis. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia.
Yang memiliki beberapa konsep tentang terbentuknya bangsa Indonesia. Ini dapat dilihat
lewat alinea pertama pembukaan UUd 1945 merumuskan bahwa adanya NKRI ialah

karena adanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan yang
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan harus dihapuskan. Dan alinea
kedua pembukaan UUd 1945 bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya Negara
merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas,
proses tersebut adalah sebagai berikut:
a) Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
b) Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan.
c) Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur
Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori
kenegaraan tentang terjadinya Negara kesatuan republic Indonesia sebagai berikut:
a) Terjadinya NKRI merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari
proklamasi. Perjuangan kemerdekaanpun mempunyai peran khusus dalam
pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.
b) Proklamasi baru menghantarkan bangsa Indonesia sampai ke pintu gerbang
kemerdekaan. Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah selesai bernegara.
c) Keadaan bernegara yang dicita-citakan belum tercapai halnya adanya
pemerintahan, wilayah, dan bangsa melainkan harus kita isi untuk menuju
keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
d) Terjadinya Negara adalah kehendak seluruh bangsa bukanlah sekedar keinginan
golongan yang kaya daan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang
menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas.
e) Religiositas yang tampak pada terjadinya neegara menunjukkan kepercayaan
bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Demikianlah terjadinya Negara menurut bangsa Indonesia daan tampak yang diharapkan
akan muncul dalam bernegara.
Proses bangsa yang bernegara di Indonesia diawali dengan adanya pengakuan yang sama
atas kebenaran hakikih dan kesejahteraan yang merupakan gambaran kebenaran secara
factual dan otentik.
Masa sebelum kemerdekaan
Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih berorientasi
pada perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman Sriwijaya pada
abad VII dan Kerajaan Majapahit abad XIII telah ada upaya untuk menyatukan nusantara.
Namun para penguasa belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan
kejayaan yang telah dicapai yang menyebabkan kehancuran. Di samping itu kehancuran
juga disebabkan karena kerajaan tradisional tersebut belum memahami konsep
kebangsaan dalam arti luas.

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak Sumpah Pemuda
dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode selanjutnya secara nyata mulai
dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yaitu dengan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan
puncaknya adalah ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945.

Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang


Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan hakikat
pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata negara,menumbuhkan kepercayaan dan jati diri
bangsa serta moral bangsa,maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan
kejayaan
Indonesia
dalam
proses
berbangsa
dan
bernegara.
Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang akan melangkah
maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang
lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk
menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut
memiliki.Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada
negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya,
kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat
agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan negara
itu sendiri. Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk
memberikan gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada masyarakat sehingga proses berbangsa dan bernegara dapat
berlangsung
dengan
efektif
dan
efisien.
Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahakan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Kesadaran
terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana
posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya serta apa yang dilakukan ke
depan. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan dan
nilai nilai yang dianut bersama yang dapat memberi suatu perasaan solidaritas sosial
pada suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama menunjukkan
bahwa individu individu tersebut setuju atas pendefinisian diri mereka yang saling
diakui, yakni suatu kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain, dan suatu perasaan
akan harga diri.Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan
identitas bersama.Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada:

Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih


Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
Slogan / semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
Sarana komunikasi / bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Pahlawan pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura,
Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan
bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jatidiri serta
kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat
mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat
memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan

4. Identitas Bangsa

Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri
nasional". Identitasnasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Identitas
bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas bangsa Australia, bangsa Amerika dan
bangsa lainnya. Identitas nasional itu terbentuk karena bangsa indonesia mempunyai
pengalaman bersama, sejarah yang yang sama, dan penderitaan yang sama dan juga terbentuk
melalui adanyta saling kerjasama antara kelompok yang satu denga kelompok yang lain.
Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun keingina kuat diantara mereka untuk saling
merekatkan kelompoknya dengan kelompok lain dapat juga membentuk identitas.
UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional memiliki empat unsur yaitu:
a. Suku Bangsa
Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang sudah ada sejak lahir,
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
b. Agama
Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Agama yang berkembang
di indonesia antara lain Islam, Kristen, Katholik, Budha, Kong hu cu, Agama kong hu cu
pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi Indonesia namun sejak
pemerintahanpresiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi dihapuskan.

c. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
berisikan perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan
yan dihadapi dan digunakan sebagai pedoman untuk bertindak dalam bentuk kekuatan
dan benda-benda kebudayaan.
d. Bahasa
Bahasa merupakan unsur komunikasi yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

BAB 3

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


INDONESIA
1. Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru
dan sebagainya. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
2. Pengertian Kewajiban
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan
melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban
adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Lalu apa hak dan kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia?, Hak kita sebagai warga
negara yaitu mendapatkan sesuatu yang sama dari negara tanpa membeda-bedakanya dengan
warga negara lainnya. Sedangkan kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia yaitu
memberikan atau melakukan apa yang harus kita lakukan demi kemajuan bangsa Indonesia ke
arah yang lebih baik dan rela berkorban demi tumpah darah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang cukup erat dan tidak dapat dipisahkan. Segala
akibat yang ditimbulkan dari adanya hak tentunya ada kewajiban, Untuk itu dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari, antara hak dan kewajiban dapat dijalankan dengan imbang, karena kalau
tidak dijalankan dengan imbang maka akan menimbulkan pertentangan.
Hak warga negara Indonesia:
1. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
2. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dalam
kehidupannya (pasal 28A).
3. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
5. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
6. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C ayat 2).
7. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1).
8. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)
9. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
(pasal 28D ayat 3).
10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
11. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
12. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat
(pasal 28E ayat 3).
13. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan


menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F)
14. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi (Pasal 28G ayat 1).
15. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain (Pasal
28G ayat 2).
16. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
(Pasal 28H ayat 1).
17. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan (Pasal 28H
ayat 2).
18. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
19. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
20. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu
(Pasal 28I ayat 2).
21. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
22. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara (pasal
30 ayat 1).
23. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31 ayat 1).
Kewajiban warga negara Indonesia:

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27
ayat 1).
2. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
3. Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (pasal 28J ayat 2).
4. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara

Bab 4
Negara dan Kontitusi

Sistem Kontitusi Negara


Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur rakyat (penduduk), wilayah dan
pemerintah. Pemerintahlah yang menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas demi
terwujudnya tujuan negara.
Di Negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin sepenuhnya
kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Upaya mewujudkan pemerintahan yang
menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan yang terbatas itu dituangkan dalam suatu aturan
bernegara yang umumnya disebut kostitusi(hukum dasar atau undang-undang dasar negara).
Konstitusi atau undang-undang dasar negara mengatur dan menetapkan kekuasaan negara
sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan negara efektif untuk kepentingan rakyat serta
tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan.
Gagasan bahwa kekuasaan Negara harus dibatasi serta hak-hak dasar rakyat dijamin dalam suatu
konstitusi segera dinamakan konstitusionalisme. Carl J. Friedrich berpendapat
Konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang
diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk pada beberapa pembatasan yang dimaksud
untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah. Pembatasan yang
dimaksud termaktub dalam konstitusi. (Taufiqurrohman Syahuri,2004)

Perilaku Konstitusional dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara


Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945,
konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara tidak hanya
sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa hidup dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain, konstitusi benarbenar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.

Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh
konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan
terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional adalah
perilaku-perilaku

yang

senantiasa

berdasar

dan

hanya

berpijak

pada

aturan-aturan

penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga dapat
diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku
inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari konstitusi negara.
Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap
bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap
konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan
pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku
positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku peduli atau memperhatikan
konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang
terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi
dilanggar.Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara, karena
perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan
hukum.

Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi di Indonesia

1. Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Disamping adanya
pemerintah pusat terdapat pemerintah daerah yang memiliki hak otonom
2. Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensiil

3. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun DPR. Disamping kabinet, presiden
dibantu oleh suatu dewan pertimbangan
5. Parlemen terdiri dari dua (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) merupakan anggota MPR
6. Sistem multipartai, banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia terlebih
setelah berakhir orde baru, pemilu tahun 1999 diikuti 48 partai politik.

BAB 5
Demokrasi Indonesia
Demokrasi
Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang
demokrasi dan hal ini karena dua alasan.
Pertama hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang
fundamental sebagai telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang
mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-negara
demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi yang
berbeda-beda (kendati sama-sama negara demokrasi).
Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata
demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1995: 1).
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan, demokrasi juga
melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti:
pertama, sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi
dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh perdana menteri yang
hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala negara, sebab kepala
negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi simbol kedaulatan dan
persatuan dan;
ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari
parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara presidensial
dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di Perancis atau
di Indonesia berdasar UUD 1945.
Dengan alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya disepakati
sebagai model terbaik bagi dasar, penyelenggaraan negara ternyata memberikan implikasi yang
berbeda, di antara pemakai-pemakainya bagi peranan negara.

Prinsip-prinsip Demokrasi
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga
negara.
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.

Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain sebagai
berikut :
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;
b. Kedudukan yang sama dalam hukum;
c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang

Makna Budaya Demokrasi


Pertama kali demokrasi diterapkan di Yunani di kota Athena dengan demokrasi langsung,
yaitu pemerintahan dimana seluruh rakyat secara bersama-sama diikutsertakan dalam
menetapkan garis-garis besar kebijakan pemerintah negara baik dalam pelaksanaan maupun
permasalahannya.

Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, antara lain
sebagai berikut :
a. John Locke (Inggris)
John Locke menganjurkan perlu adanya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan
negara, yaitu sebagai berikut:
1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.
2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.
3) Kekuasaan Federatif yaitu kekuasaan untuk menetapkan perang dan damai, membuat
perjanjian (aliansi) dengan negara lain, atau membuat kebijaksanaan/perjanjian dengan
semua orang atau badan luar negeri.

b. Montesquieu (Prancis)
Kekuasaan negara dalam melaksanakan kedaulatan atas nama seluruh rakyat untuk
menjamin, kepentingan rakyat harus terwujud dalam pemisahaan kekuasaan lembagalembaga negara, antara lain sebagai berikut:
1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.
2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.
3) Kekuasaan Yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang
oleh badan peradilan.

c. Abraham Lincoln (Presiden Amerika Serikat)


Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the people, by people, by
people, and for people. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.

Bab 6
DEFINISI DAN KLASIFIKASI HAK ASASI MANUSIA

Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Universal Declaration of
Human Rights, HAM diartikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sedangkan
berdasarkan UU no. 39 tahun 1999 menyebutkan bahwa HAM adalah hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia

Klasifikasi HAM
A. Berdasarkan Universal Declaration of Human Rights
1. Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, berpergian dan berpindah-pindah tempat
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right


Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak asasi hukum / Legal Equality Right


Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS


Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak asasi Ekonomi / Property Rigths


Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di
mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Suasana Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur mewarnai penurunan
instrumen hukum HAM internasional. Pertarungan antara ide sosialisme (Blok Timur) dan
individualisme liberal (Blok Barat) menjadikan instrumen hukum dalam bentuk kovenan menjadi
Kovenan Sipol dan Kovenan Ekosob.
Kovenan Sipol pada dasarnya memuat ketentuan mengenai pembatasan penggunaan
kewenangan oleh aparatur represif negara. Sehingga dalam hal ini hak-hak yang diatur di
dalamnya disebut juga hak-hak negatif (negatif rights). Artinya, hak-hak dan kebebasan yang
diatur dijamin di dalamnya akan dapat terpenuhi apabila peran negara terbatasi atau terlihat
minus. Sedangkan kovenan Ekosob justru menuntut peran maksimal negara. Negara justru
melanggar hak-hak yang dijamin di dalamnya apabila negara tidak berperan secara aktif atau

menunjukkan peran minus. Sehingga hak-hak di dalam kovenan Ekosob disebut juga hak-hak
positif (positif rights).
Hak-hak yang termuat di dalam Kovenan Sipol dibagi atas hak-hak dalam jenis hak-hak
yang tidak boleh dibatasi (non-derogable rights) dan hak-hak yang boleh dibatasi (derogable
rights).
Non-derogable rights terdiri dari:
(a) hak untuk hidup (rights to life);
(b) hak bebas dari penyiksaan (rights to be free from torture);
(c) hak bebas dari perbudakan (rights to be free from slavery);
(d) hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang);
(e) hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut;
(f) hak sebagai subjek hukum;
(g) hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama.
Hak-hak yang boleh dibatasi (derogable rights) antara lain:
(a) hak atas kebebasan berkumpul secara damai;
(b) hak atas kebebasan berserikat; termasuk membentuk dan menjadi anggota sarekat buruh;
(c) hak atas menyatakan kebebasan menyatakan pendapat atau berekspresi; termasuk kebebasan
mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan
batas (baik melalui lisan maupun tulisan).
Hak-hak ini hanya dapat dibatasi tanpa diskriminasi dengan alasan: (a) Menjaga
ketertiban umum, moralitas umum, kesehatan atau keamanan nasional; dan (b) menghormati hak
atau kebebasan orang lain. Negara bertanggungjawab penuh menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak-hak Sipol secara mutlak dan harus segera dilaksanakan (immediately), tidak dapat
ditunda-tunda. Disamping itu, Negara juga harus melakukan tindakan pemulihan bagi para
korban pelanggaran hak atau kebebasan dalam Kovenan Sipol secara efektif.
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang salah satu
ciri-ciri dari Negara hukum tersebur adalah pengakuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia, ini sudah menjadi bukti bahwa Negara Indonesia mengakui adanya HAM dan
melindunginya. Selain itu melalui kebijakan politik, perhatian bangsa Indonesia terhadap HAM
sudah tampak pada penyusunan GBHN tahun 1993. Sedangkan pelembagaan hak asasi manusia

itu sendiri sudah berlangsung sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 50 tahun 1993 Tantang pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Pada tahun 1998 pemerintah telah mencanagkan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (
RAN HAM) dengan KEPPRES No 129, langkah-langkah tersebut disusul dengan peratifikasian
beberapa konvensi Internasional mengenai HAM, seperti Konvensi Anti Penyiksaan dengan UU
Nomor 5 Tahun 1998.

BAB 8
GIOSTRATEGI NDONESIA
A. konsep astagatra
Ketahanan Nasional di Indonesia mengenal konsep Astagatra (8 aspek kehidupan), yang
terdiri dari :

1. Trigatra (Aspek Alamiah)


a) Geografi
b) Kekayaan Alam
c) Kependudukan
2. Pancagatra (Aspek Sosial)
a) Ideologi
b) Politik
c) Ekonomi
d) Sosial Budaya
e) Hankam
3. Gatra Geografi
Sebagai Negara Kepulauan dengan laut pedalaman yang luas.
Secara Geografis berada pada posisi silang. Berperan dalam persoalan global positif
maupun negatif.
Topografi
a) Banyak pulau
b) perbandingan luas wilayah darat:laut = 2:3
c) Berbatasan dengan banyak negara

4. Gatra Kekayaan Alam


Menurut Jenisnya:
Hewani, Nabati, Mineral, Tanah, Udara, Potensi ruang angkasa, Energi alami air dan
lautan
Menurut Sifatnya:
Dapat diperbarui, tidak dapat diperbarui, dan tetap

5. Gatra Kependudukan
Komposisi penduduk:
a) Jumlah penduduk berubah-ubah dan terus bertambah
b) Susunan penduduk, pendekatan umur, kelamin, agama, suku, tingkat
pendidikan yang berbeda-beda dan diperlukan untuk memperkuat kondisi
ketahanan nasional
Persebaran:
a) Persebaran tidak merata, banyak di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali
Kualitas:
a) Faktor fisik: kesehatan, gizi, dan kebugaran
b) Faktor nonfisik: mentalitas dan intelektualitas
6. Ideologi
Ketahanan Ideologi adalah sikap mental bangsa Indonesia akan kebenaran ideologi
Pancasila.
Fungsi:
a.Menggalang persatuan dan kesatuan nasional
b.Menangkal penetrasi ideologi asing
c.Menagkal nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Faktor-faktor:
a. Kemajemukan masyarakat Indonesia
b. Perkembangan dunia
c. Kepemimpinan, keteladanan, paternalistic
d. Pembangunan nasional berhasil atau gagal

7. Politik
Ketahanan politik adalah kehidupan politik bangsa berdasarkan demokrasi pancasila dan
UUD 1945 dengan slogan Pelihara stabilitas politik dalam negeri yang sehat dan
dinamis, luar negeri bebas dan aktif

8. Ekonomi
Ketahanan Ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia
berlandaskan demokrasi ekonomi Pancasila. Kemampuan memelihara stabilitas ekonomi
nasional, kemandirian, daya saing. Mewujudkan kemakmuran rakyat, adil, dan merata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Sifat keterbukaan sistem perekonomian

Manajemen

SDM

Pengelolaan Sumber dana

Infrastruktur sarana dan prasarana

Teknologi

9. Sosial Budaya
Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
pancasila.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Kebudayaan daerah

Kebudayaan nasional

Integritas nasional

Kehidupan beragama

Pendidikan

Pembinaan Ketahanan Sosbud:

Pengembangan sosial budaya

Toleransi kehidupan beragama

Perkembangan IPTEK

Pertahanan dan Keamanan


Konsepsi hankam:

Mengelola potensi nasional untuk mempertahankan dan mengamankan negara dengan


TNI dan Polri sebagai komponen utama.

Tanmas Hankam adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela
negara.

Pandangan Bangsa Indonesia tentang perang dan damai.

Bela negara merupakan hak dan kewajiban warga negara.

Sishankamrata (sistem keamanan rakyat semesta)

B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL DI INDONESIA


1.Sejarah Lahirnya Ketahanan nasional
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan
militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (sunardi, 1997). Masa itu
adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Concern
atas fenomena tersebut memengaruhi para pemikir militer di SSKAD. Mereka mengadakan
pengamatan atas kejadian tersebut, yaitu tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet di indo
Cina dalam menghadapi ekspansi komunis.
Pengembangan atas pemikiran awal diatas semakin kuat setelah berakhirnya gerakan G 30 S
PKI. Pada tahun 1968, pemikiran dilingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas
(Lembaga Pertahanan Nasional). Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada
kemajuan konseptual berupa ditemukanya unsure-unsur dari tata kehidupan nasional tang
berupa ideology, politik, ekonomi, social, dan militer.
Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang menjadi pertanda dari ditinggalkanya
konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan nasionalsendiri terdapat konsep kekuatan.
Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasisegala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang dating dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak yang
membahayakan identitas.
C.

UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL

1.

Gatra dalam Ketahanan nasional

Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas
beberapa aspek, diantaranya:
1.

Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou

a.

factor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber alam.

b.

Factor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer, demografi,

karakter nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.


2.

Unsur kekuatan nasu\ional menurut James Lee Ray

a.

tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri, dan militer

b.

intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitas kepemimpinan.

3.

Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins

Terdiri atas tanah, sumber daya, penduduk, teknologi, ideology, moral, dan kepemimpinan.
4.

Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra

a.

alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk

b.

social terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral lainya.

c.

Lain-lain: ide, inteligensi dan diplomasi.

5.

Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan

6.

Unsur kekuatan nasional menurut Cline

Unsur-unsur kekuatan terdiri atas sinergi antara potensi temografi dan geografi, kemampuan
ekonomi, militer, starategi nasional.
7.

Unsur kekuatan nasional model Indonesia

Pemikiran tentang Gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh
Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagrata yang terdiri
atas Trigatra dan Pancagatra.
a.

Trigatra adalah aspek alamiah (tangiable) yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan

wilayah.
b.

Pancagatra adalah aspek social (intangiable) yang terdiri atas ideology, politik, ekonomi,

social budaya dab pertahanan keamanan


2.

Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional

a.

Unsur atau Gatra Penduduk

Penduduk suatu Negara menetukan kekuatan atau ketahanan nasional Negara yang bersangkutan.
Faktor yang berkaitan dengn penduduk Negara meliputi duh al:
1) Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
2) Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan
perimbangan penduduk ditiap wilayah Negara

b.

Unsur atau Gatra wilayah

Wilayah turut menentukan kekuatan nasional Negara. Meliputi:


1) Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara kepulauan atau Negara
continental
2)

Luas wilayah Negara

3) Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.


4) Daya dukung wilayah Negara, ada wilayah yang habitable, dan ada yang unhabitable.

c.

Unsur atau Gatra sumber daya alam

Meliputi:
1) Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani,
nabati, dan tambang.
2) Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam
3) Pemanfaatan sumber daya dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup.
4) Kontrol atas sumber daya alam

d.

Unsur atau Gatra dibidang Ideologi

Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang kebaikan bersama
yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu.
Fungi pokok Ideologi dalam mendukung ketahanan nasional:
1.

Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan.

2.

Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan.

e.

Unsur atau Gatra di bidang Politik

Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:


1.

Sistem politik yang dipakai yaitu apakah system demokrasi atau non demokrasi.

2.

Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah system presidensil atau parlementer.

3.

Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republic atau kerajaan.

4.

Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara kesatuan atau Negara serikat.

f.

Unsur atau Gatra dibidang Ekonomi

Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari
nilai dan ideology bangsa yang bersangkutan.

g.

Unsur atau Gatra dibidang social budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang
heterogen dari segi social budaya masyarakatnya.

h.

Unsur atau Gatra dibidang Pertahanan Keamanan

Ketahanan nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsure Astagrata yang meliputi unsure-unsur
:
1.

Geografi

2.

Kekayaan alam

3.

Kependudukan

4.

Ideologi

5.

Politik

6.

Ekonomi

7.

Sosial Budaya

8.

Pertahanan Keamanan

D. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang kebaikan
bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999) Idiologi itu berisikan serangkaian nilai
(norma) atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang
oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai yang
terkandung didalam idiologi tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, adil dan
benar sehingga berkeinginan untuk melaksanakan segala tindakan berdsarkan nilai tersebut.

Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu
1.

Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilainilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju secara bersama;

2.

Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak
dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.

Anda mungkin juga menyukai