1.
Anatomi Vertebrae
2.
3.
4.
5.
Patofisiologi Spondilosis Tb
6.
7.
8.
9.
Bagian posterior
Fungsi proteksi, oleh karena bagian ini
bentuknya seperti cincin dari tulang yang
amat kuat dimana di dalam lubang di
tengahnya terdapat medulla spinalis
Fungsi stabilisasi. Fungsi ini didapat oleh
kuatnya persendian di bagian belakang
yang diperkuat oleh adanya ligamen dan
otot-otot yang sangat kuat
Ligament Intersegmental
(menghubungkan seluruh panjang
tulang belakang dari ujung ke ujung):
a. Ligament Longitudinalis Anterior
b. Ligament Longitudinalis Posterior
c. Ligament praspinosum
Ligament Intrasegmental
(Menghubungkan satu ruas tulang
belakang ke ruas yang berdekatan)
a. Ligamentum Intertransversum
b. Ligamentum flavum
c. Ligamentum Interspinosum
DEFINISI
Tuberkulosis tulang belakang atau spondilitis
tuberkulosa merupakan granulomatosa yang
bersifat kronik destruktif oleh mikobakterium
tuberkulosa.
Spondilitis tuberkulosa selalu merupakan infeksi
sekunder dari fokus di tempat lain.
Dikenal pula dengan nama Pott disease atau
tuberculos vertebral osteomyelitis
Klasifikasi
Spondilitis
Spondilitis
Ankilosis
Spondilitis
Tuberkulosis
Idiopatik
Mycobacterium
Tuberculosa
Spondilitis Ankilosis
Berasal dari bahasa Yunani,dari kata Spondylos (vertebrae)
dan ankylos (melengkung),adalah penyakit inflamasi
kronik,bersifat sistemik ditandai dengan kekakuan progresif
dan terutama menyerang sendi tulang belakang dengan
penyebab yang tidak diketahui.
Spondilitis Ankilosis umumnya menyerang usia 10-30 tahun
1) PERIDISKAL/PARADISKAL
2) Sentral
3) Anterior
Epidemiologi
Epidemiologi
Prevalensi TB di Indonesia pada 2013
ialah 297 per 100.000 penduduk
Kasus baru setiap tahun mencapai
460.000 kasus. Dengan demikian, total
kasus hingga 2013 mencapai sekitar
800.000-900.000 kasus.
Epidemiologi
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB
Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294.731 kasus
169.213 adalah kasus TB baru BTA positif
108.616 adalah kasus TB BTA negatif
11.215 adalah kasus TB Extra Paru
3.709 adalah kasus TB Kambuh
1.978 adalah kasus pengobatan ulang diluar
kasus kambuh (retreatment, relaps)
Epidemiologi
Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011
Angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000
penduduk
atau sekitar 690.000 kasus.
Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positip sebesar 189 per 100.000
penduduk atau sekitar 450.000 kasus.
Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182
orang per hari.
Menurut laporan WHO tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke tiga
jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan Cina dengan jumlah sebesar
700 ribu kasus.
Angka kematian masih sama dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000
penduduk,
Angka insidennya turun menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012
(WHO, 2013).
Epidemiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan 50 % dari seluruh
tuberkulosis tulang dan sendi yang terjadi. Di Ujung
Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan
sebanyak 70 % dan Sanmugasundarm juga menemukan
persentase yang sama dari seluruh tuberkulosis tulang
dan sendi. Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan
pada kelompok umur 2 10 tahun dengan
perbandingan yang sama antara wanita dan pria.
Sering mengenai vertebra 40 50 %, panggul 30% dan
sendi lutut dan sendi sendi lainnya. Dapat disertai
dengan adanya tuberkulosis paru paru
Etiologi
Spondilosis Tb
Infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa (2/3 dari tipe
human dan 1/3 dari tipe bovin)
M. tuberculosis dinamakan juga Basil Koch
karena pertama sekali ditemukan oleh Robert
Koch pada tahun 1882
Spondilosis Tb
Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama
pada daerah vertebra torakal bawah dan
lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi
sekunder dari suatu tuberkulosis traktus
urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus
Batson pada vena paravertebralis
Taksonomi
Mycobacterium tuberculosa
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Plant
: Scizophyta
: Scizomycetes
: Actinomycetales
: Mycobacteriaceae
: Mycobacterium
: Mycobacterium tuberculosis
Morfologi
a. Bentuk
Kuman Mycobacterium tuberculosa berbentuk
batang lurus atau agak bengkok
Ukuran panjang 5 dan lebar 3 .
Dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen akan
tampak berwarna merah dengan latar
belakang biru, seperti berikut :
Morfologi
b. Penanaman/kultur
Kuman ini tumbuh lambat (waktu pertumbuhan
sekitar 20 jam), koloni tampak kurang dari 2 minggu
bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu.
Suhu optimum 37C, tidak tumbuh pada suhu 25C
atau lebih dari 40C.
PH 6,4 7,0
Media padat yang biasa dipergunakan adalah
Lowenstein-jensen.
Pada perbenihan berbentuk kokoid dan berfilamen
Koloni cembung,kering,kuning gading
Tidak berspora dan tidak bersimpai
Morfologi
Gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai
tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus
walaupun dengan zat asam, sehingga disebut
sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini
disebabkan oleh karena kuman bakterium
memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat).
Selain itu bersifat pleimorfik
MORFOLOGI
c. Sifat dan Daya tahan
Aerob obligat
Energi didapat dari senyawa karbon yang sederhana
Dapat mati jika terkena cahaya matahari langsung
selama 2 jam.
Mudah menular, daya tahan tinggi , mampu bertahan
hidup beberapa jam ditempat gelap dan lembab. Oleh
karena itu, dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun.
Basil yang ada dalam percikan dahak dapat bertahan
hidup 8-10 hari
Gejala Sistemik
Sesak napas
Gangguan sirkulasi udara
diparu akibat kerusakan
jaringan paru (cavitas).
Bila fokus
infeksi primer
di paru
Gejala Sistemik
Microbial products such as
bacterial cell wall compounds (e.g.,
lipopolysaccharides), microbial
nucleic acids (e.g., DNA, RNA)
stimulate
production of
proinflamatory cytokines
(e.g., ILs, TNF-).
Anorexia
Weight loss
Gejala Lokal
Nyeri punggung
Progresifitas fokus infeksi kompresi jaringan sekitarnya
Nyeri terlokalisir.
Gejala lokal
Gangguan pergerakan vertebrae
Fokus infeksi
Dehidrasi
diskus
intervertebralis
Fibrosis diskus
intervertebralis
Penyempitan space
inter vertebralis
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Infeksi kuman tb di
paru-paru
Kuman tb
hancur
Fagositosis oleh
makrofag
Kuman tb
tidak hancur
Makrofag lisis,
kuman tb
berkembang biak
Terbentuk fokus
primer Ghon di paru
Penyebaran kuman tb
limfogen/hematogen
Patofisiologi
Penyebaran
kuman tb
Limfogen
Kompleks
Primer
Hematogen
Seluruh
tubuh
Stadium II
Stadium III
Stadium I
Stadium IV
Organ
tulang
Kolonisasi
kuman tb di
jaringan tulang
Cold Abses
Gambaran Gibus
Diagnosis Banding
Infeksi
Piogenik
Infeksi Enterik
Tumor/
penyakit
keganasan
Scheurmanns
disease
Infeksi Piogenik
Contoh : karena Staphylococcal /Suppurative
Spondylitis
Infeksi Enterik
Contoh seperti : Typhoid dan Paratyphoid
Scheuermanns Disease
Disebut juga Kifosis Scheuermann tulang
bagian atas terangkat menjadi seperti punuk
tejadi perubahan diskus dan ruang diskus yang
terjadi selama pertumbuhan
Diagnosis
(Anam, PJ, PP)
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan
keterangan dari pasien, meliputi keluhan
utama, keluhan sistem badan,riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan
riwayat penyakit keluarga atau lingkungan.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi Pada klien dengan spondilitis
tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada
tulang belakang terlihat bentukkiposis.
b. PalpasiSesuai dengan yang terlihat pada inspeksi,
keadaan tulang belakang terdapat adanya gibbus
pada area tulangyang mengalami infeksi.
c. Perkusi pada tulang belakang yang mengalami
infeksi terdapat nyeri ketok.
d. Auskultasi pada pemeriksaan auskultasi, keadaan
paru tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan radiologis
a. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru.
Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk
spindle.
b. Pemeriksaan foto dengan zat kontras.
c. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi
korpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan mungkin
ditemukan adanya massa abses paravertebral.
d. Pemeriksaan mielografi.
e. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari
lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi
tulang.
f. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis
tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf
(Lauerman, 2006).
USG abdomen
Penalaksanaan Spondilitis
Tuberculosa
Tujuan Pengobatan
Mengeradikasi infeksi atau setidaknya
menahan progresifitas penyakit
Mencegah atau mengkoreksi deformitas atau
defisit neurologis
Penatalaksanaan
Terapi
konservatif
Terapi
operatif
Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
1. Tirah Baring
Istirahat menggunakan gips untuk melindungi
vertebrae (terutama pada fase aktif)
Dilakukan sampai diperoleh keadaan tenang
secara klinis, radiologis dan laboratoris.
Katergori 2
2HRZES/HRZE
/5H3R3E3.
Kategori 3
2 HRZ
/4H3R3.
Non Farmakologi
Pencegahan
Vaksin Bacillus Calmate-Guerin (BCG)
merupakan satu strain Mycobacterium bovis
yang dilemahkan sehingga virulensinya
berkurang. BCGstimulasi
imunitasmeningkatkan daya tahan tubuh.
Percobaan terkontrol di negara Barat,
sebagian anak-anak cukup gizi, BCG
menunjukkan efek proteksi sekitar 80%
Pencegahan
WHO dan International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease tetap
menyarankan pemberian BCG pada negaranegara dengan prevalensi tuberkulosa tinggi
Dosis normal vaksin: 0,05ml untuk neonatus
dan bayi
Pencegahan
Anak yang lebih besar dan dewasa 0,1ml
(dosis normal)
*pada dewasa hanya mempunyai efek yg
sedikit dalam mengurangi jumlah infeksi
Bisa menggunakan terapi profilaksis dengan
INH berdosis harian 5mg/kg/hari selama 1
tahun karena mengurangi risiko tuberkulosa
Terapi Operatif
Medical Research Council pasien dengan
tuberkulosa tulang belakang mengalami
perbaikan hanya dengan kemopterapi saja
Intervensi operasi untuk pasien yang
mempunyai lesi kompresif secara radiologis
dan menyebabkan timbulnya kelainan
neurologis
Terapi Operatif
Tindakan dilakukan bila setelah 3-4 minggu
pemberian terapi obat anti tuberkulosa dan
tirah baring sudah dilakukan tapi tidak
memberi respon
Mengevakuai pus tuberkulosa mengambil
sekuster tuberkulosa yang telah
terinfeksimefusikan segmen tulang yang
terlibat
Komplikasi
Pottds paraplegiaa
Prognosis
Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit menahun.
Dengan jalan radikal operatif, penyakit ini dapat sembuh dalam waktu
singkat sekitar 6 bulan
Diagnosis sedini mungkin dan pengobatan yang tepat, prognosisnya baik
walaupun tanpa operasi. Penyakit dapat kambuh apabila pengobatan tidak
teratur atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat karena terjadi
resistensi terhadap pengobatan
Spondilitis dengan paraplegia awal prognosis untuk kesembuhan saraf
lebih baik
spondilitis dengan paraplegia akhir prognosis biasanya kurang baik
Referensi
Harsono, 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Kapita Selekta Neurologi. Ed.
II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. p. 195-197
Rasjad C., 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Ed.II. Makassar: Bintang Lamumpatue. p. 144-149
Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol. 8 - Maret 2012. Diterbitkan oleh
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=149841&val=5652
&title=DETERMINASI%20PENYAKIT%20TUBERKULOSIS%20DI%20DAERA
H%20PEDESAAN
Website resmi Depkes RI http://www.depkes.go.id/
Referensi
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20690/1/mknsep2006-%20sup%20(16).pdf
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/2247/1804
Website resmi WHO http://www.who.int/tb/country/data/profiles/en/
Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan World Health
Organization (WHO). Hari TB Sedunia : Lembar Fakta Tuberkulosis.
http://www.tbindonesia.or.id/2013/10/24/who-laporan-global-tb-2013/
Koran Elektronik
http://health.kompas.com/read/2014/03/03/1415171/Indonesia.Pering
kat.4.Pasien.TB.Terbanyak.di.Dunia