PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan osteomielitis.
Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi osteomielitis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari osteomielitis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari osteomielitis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari osteomielitis.
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinik dari osteomielitis.
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari osteomielitis.
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil adalah:
1. Bagi penulis, dapat memperdalam pengetahuan tentang penerapan asuhan keperawatan
pada pada Osteomielitis.
2. Bagi para pembaca maupun mahasiswa, sebagai pengetahuan dan masukan dalam
pengembangan
ilmu
keperawatan
terutama
asuhan
keperawatan
pada
klien
Osteomielitis.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi sum-sum tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri,
tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur atau proses spesifik (Mansjoer ,2000).Infeksi tulang
lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum yaitu
pembentukan tulang baru disekitar jaringan tulang mati (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare,
1996).
Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap infeksi,
tingginya tekanan jaringan dan pembekuan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002)
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah. (Corwin, 1996)
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa osteomielitis
adalah infeksi pada jaringan tulang yang sulit disembuhkan, disebabkan oleh bakteri atau jamur
dan bersifat akut ataupun kronis.
Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
2.2Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (misalnya Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma
dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
3
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya seperti Fraktur terbuka dan cedera
traumatik)
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia,
kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan,
begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi
hematoma pascaoperasi.(corwin,1996)
2.3 Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan
Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif
dan anaerobik.
Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan
terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk
daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati
4
(sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.(arif mansjoer,2000)
2.4 Klasifikasi
pembagian osteomielitis menurut arif mansjoer,2000 :
1. osteomielitis Primer, yang disebabkan penyebaran secara hematogen.
Osteomielitie dapat dibagi menjadi dua yaitu osteomielitis akut dan kronik.
2. Osteomilitis sekunder,yang di sebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya.Seperti bisul
dan luka.
PATHWAYS
Pembuluh darah
Proses inflamasi : pembekakan,
fungsi pembentukan pus,
Kerusakan integritas jaringan
metabolisme tubuh meningkat
peningkatan jaringan nekrosis
Demam
Hipertermi
pembentukan pus
iskemi
penyebaran infeksi
keorgan penting
nyeri
Resiko
penyebaran
infeksi
2.7 Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol
erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomielitis.(Potter, 2005)
2.8 Penatalaksanaan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa
kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah
dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika
yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik
atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui
biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per
oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan
diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi
secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian (Anjarwati Wangi, 2010).
1.
Riwayat keperawatan
Identifikasi gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya
pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera,
infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan
operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah
sumber potensial terjadinya infeksi.
2.
Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi.
Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan
adanya demam biasanya diatas 38 C, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri,
maupun eritema.
3.
Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut
diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu
mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga,
pekerjaan atau sekolah.
4.
Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat.
50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka
dilakukan scanning tulang.
a.
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000/mm terutama netropil 80% disertai
peningkatan laju endapan darah.
10
b.
c.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri Salmonella.
d.
e.
Pemeriksaan Rontgen
Mungkin belum ditemukan tanda peradangan tulang yang jelas, atau hanya terlihat
tanda-tanda kerusakan tulang yang lokal dan dikelilingi daerah yang kurang
Calcium (zat kapur)
f.
2.
3.
4.
Ansietas berhubungan dengan rasa nyeri dan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
5.
Gangguan citra diri berhubungan dengan devormitas dan bau dari adanya luka.
11
C. Intervensi`
1.
b.
Kriteria hasil:
a.
b.
c.
d.
Intervensi:
a.
kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri (0-10).
2.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
Intervensi:
a.
b.
c.
Berikan dorongan pada klien untuk melakukan ADL dalam lingkup keterbatasan
dan beri bantuan sesuai kebutuhan.
3.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
Intervensi:
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Ansietas berhubungan dengan rasa nyeri dan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
Tujuan:
a.
berkurangnya ansietas.
b.
Kriteria Hasil :
a.
b.
Intervensi
5. Tenangkan pasien.
6. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik (TTV).
7. Jelaskan prosedur setiap tindakan dan kemungkinan yang akan muncul.
8. Anjurkan istirahat cukup.
9. Ajarkan teknik relaksasi (guide imagery, distraksi, massage).
10. Support pasien agar meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi penyakit.
11. Kolaborasi dengan tim medis.
12. Gangguan citra diri berhubungan dengan devormitas dan bau dari adanya luka.
Tujuan:
Klien tidak minder lagi.
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
Intervensi:
a.
b.
c.
d.
Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas
beberapa jam sebelum tidur.
e.
f.
g.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi sum-sum tulang yang biasanya disebabkan oleh
bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur atau proses spesifik (Mansjoer
,2000).Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum yaitu pembentukan tulang baru disekitar jaringan tulang mati (Suzanne C. Smeltzer
& Brenda G. Bare, 1996)
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya
Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya
fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya Fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
5.2 Saran
1. Diharapkan perawat serta serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan
mendalami penyakit osteomielitis.
2. Diharapkan perawat serta serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor
resiko dari penyakit osteomielitis.
3. Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
4. Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu
menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer.2000. kapita selekta kedokteran edisi 3. jakarta:UI
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare,1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Corwin.1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Tucker .1998. buku diagnosa keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges.2001. Rencana Asuhan Keperawatan
16
17
18