Anda di halaman 1dari 16

Mutia Mandallassari

LI LBM 1 Blok 17 Management of Dental and Supporting Tissues Diseases


SGD 6

I.

PERAWATAN ENDODONTIK
Definisi
Perawatan endodontik ialah perawatan bagian dalam gigi. Nama yang sehari-hari
dikenal adalah perawatan syaraf gigi atau perawatan pulpa gigi atau perawatan
saluran altar gigi atau 'zenuw behandeling'. Istilah endodontik diambil dari bahasa
Yunani : 'endon' yang berarti dalam dan 'ho dontas' yang berarti gigi (Milas,198O;
Bellizzi dan Cruse, 1980). Atau dari kata 'endodontium' yang sama artinya dengan
'pulpo dentinal organ, yaitu lapisan dalam gigi yang terdiri dari sel-sel odontoblast
dan dentin (Baum, 1980)
(source : Perkembangan Endodontologi Dan Gambaran Sistem Pelayanan
Endodontik Di Indonesia, Siti Mardewi Soerono Akbar)
Ilmu endodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan
dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit
yang mengenai pulpa gigi, akar gigi dan jaringan periapikal (Dorland, 1996).
A. Pulp Capping
Pulp capping meripakan suatu tindakan endodontic yang bertujuan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa dengan meletakkan selapis Ca(OH)2 (bahan terapetik)
baik langsung pada terbuka dengan diameter kurang dari 1mm maupun pada lapisan dentin
yang tipis dan rapuh.
Pemberian Ca(OH)2 pada gigi sulung akan merangsang pembentukan odontoblas
membentuk dentin reparatif. Namun pada pemebrian yang berlebih dapat memacu
terjadinya resopsi interna.
Ada 2 teknik pulp Capping:
1. Pulp Capping Indirect
Pemberian bahan terapetik pada dentin yang terinfeksi pada kavitas yang dalam
dan pulpa belum belum terbuka.
Indikasi
a. Karies yang dalam dengan keadaan pulpa yang tipis
b. Tidak adanya inflamasi
Kontraindikasi
a. Ada rasa sakit spontan
b. Adanya gejala patologis baik klinis maupun radiografis
Riwayat sakit pulpa:

Rasa sakit spontan dan berdenyut


Rasa sakit karena rangsangan
Gambaran Patologis:
- Resobsi interna
- Kalsifikasi pada pulpa
- Tapilan radiolusen pada daeran furkasi
- Resobso pada gigi sulung mencapai 2/3 atau lebih
Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan gigi:
- Kegoyahan gigi
- Perdarahan pada gingival
Cara kerja
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui kedalaman karies
2. Lakukan isolasi daerah kerja
3. Gunak round bur untuk mebuka kavitas
4. Gunakan ekskavator atau round bur diamond low speed untuk
mebuang dentin karies
5. Aliri dengan aquades kemudian keringkan
6. Tempatkan basis kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 pada selapis tipis
dentin yang tersisa. Kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai
tumpatan.
7. Lakukan restorasi. Bias menggunakan amalgam atau dengan
pembuatan stainless steel crown.
2. Pulp Capping Direct
Pemberian bahan terapetik pada dentin yang telah terbuka untuk merangsang
terbentuknya dentin reparative yaitu dentin barrier atau calcific barrier.
Indikasi
- Terbukanya pulpa hanya pin point berdiameter kurang dari 1
mm
- Belum terbentuk dengan sempurnanya akar dan apeks pada gigi
permanen muda
Kontraindikasi
a. Ada rasa sakit spontan
b. Adanya gejala patologis baik klinis maupun radiografis
Riwayat sakit pulpa:
- Rasa sakit spontan dan berdenyut
- Rasa sakit karena rangsangan
Gambaran Patologis:
- Resobsi interna
- Kalsifikasi pada pulpa
- Tapilan radiolusen pada daeran furkasi
- Resobso pada gigi sulung mencapai 2/3 atau lebih
Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan gigi:
- Kegoyahan gigi
-

- Perdarahan pada gingival


Cara kerja
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui kedalam karies
2. Lakukan isolasi pada gigi yang akan dikerjakan
3. Hentika perdarahan dengan farnokesol. Lakukan pada dengan cotton
pellet selama 3 sampai 4 menit hingga perdarahan selesai.
4. Irigasi dengan aquades steril dan keringkan
5. Beri kalsium hidrokoksi dan tunggu hingga kering
6. Lakukan tumpatan sementara dengan semen fosfat
7. Setelah 6 minggu jika rangsang terhadap panas sudah normal bias
dilakukan restorasi tetap.

(source: pedodonsi terapan USU)


B. Pulpotomy
Pulpotomy adalah pembuamg jaringan pada daerah korona.
(source: Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton dan Mahmoud
Torabinejad)
C. Apeksifikasi
Apeksifikasi adalah suatu cara menginduksi perkembangan apeks akar suatu
gigi immature, tanpa pulpa, dengan pembentukan osteosementum atau jaringan
menerupai tulang lainnya. Berbeda dengan apeksogenesis, karena
apeksogenesis merupakan proses fisiologis.
Tujuannya adalah untuk menginduksi penutupan sepertiga apical saluran akar
yang terbuka.
(source : Ilmu Endodonsia dalam Praktik, Louis I Grossman)
Indikasi:
a. Penutupan akar yang belum sempurna pada gigi nekrosis agar dapat
dilakukan restorasi
b. Gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum
c.
d.
e.
f.
g.

sempurna tertutup
Korona dapat direstorasi
Pulpa nekrosis
Gigi nonvital
Usia pasien tua/muda
Apeksterbuka
Kontaindikasi:
a. Semua fraktur akar baik vertical maupun horizontal
b. Resopsi penggantian (ankilosis)
c. Akar yang sangat pendek
d. Kerusakan pada tep periodontium
e. Pulpa yang masih vital

(Dharsono,2006)

(source indikasi dan kontra indikasi : Prinsip dan praktik Ilmu


Endodonsia, Richard E Walton)
Cara kerja:
Pada tahapan apeksifikasi tiap prosedur harus diupaykan untuk
memepretahankan jaringan pulpa apical vital yang dapat membantu penutupan
apeks immature.
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui panjang gigi
2. Isolasi wilayah kerja dengan rubber dam
3. Lakukan pembukaan akses ke kamar pulpa dan saluran akar
4. Panjang kerjanya lebih pendek dari apeks gigi (2mm dari apeks)
5. Irigasi dengan dengan aquades setril, untuk mencegah iritasi lebih lanjut ke
jaringan periapikal
6. Keringkan dengan poin absorber tumpul, jangan sampai melukai jaringan
apical
7. Masukkan pasta kalsium hidroksida radiopak kedalam saluran akar
(kalsium hidroksida dicampur dengan air steril atau larutan anastetik, tidak
diperlukan tambahan antimikroba karena kalsium hidroksida sudah
memiliki sifat antimicrobial)
8. Masukkan kedalam periapikal dengan lentulo spiral
Prognosis:
- Hati hati, karena akar kyrang berkembang dan gigi mudah rusak
dan fraktur karena trauma ringan. (source : Ilmu Endodonsia
dalam Praktik, Louis I Grossman)
Pada umumnya memiliki tingkat keberhasilan yang baik. Meskipun
demikian gigi yangsangat belum sempurna (dinding dentinnya tipis)
mempuyai factor resiko yang sangat tinggibaik Selma maupun setelah
perawatan. Juga pembenukan barrier akan lebih mudah jika lubanya
tidak terlalu besar) (source: Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia,
Richard E Walton)

D. Perawatan Saluran Akar


Adalah mengangkat semua jraungan pulpa yang terinfeksi serta membentuk
saluran akar dengan baik agar dapat di isi dengna baik untuk mencegah
masukknya bakteri kedalam saluran akar.
(source: Pathways of The Pulp 10th edition dalam M Furqon, Tesis UI)
Indikasi
a. Gigi vital normal
b. Gigi vital terinfeksi
c. Gigi non vital
Kontraindikasi
a. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar
b. Foramen apikal terbuka lebar

c. Perforasi permukaan akar


d. Resorbsi yang luas
e. Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi
Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu :
1. preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan
(cleaning and shaping)
2. disinfeksi saluran akar
3. obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan
syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak
mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan
untuk menerima bahan pengisi
(source: okti Witansih, Kebocotran apical pada apical dengan ETDA lebih
kecl dari yang tanpa ETDA. Jurnal PDGI vol 58 no 2, Mei 2008)

Tujuan
Perawatan saluran akar adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar
dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Setiap melakukan perawatan
saluran akar
prinsip-prinsip perawatan endodontik
harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran akar,
pembersihan dan pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar dan pembuatan
restorasi (Harty FJ., 1993).
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (Triad Endodontik), yaitu:
1) preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi
yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar. Preparasi
biomekanis yaitu pembuangan jaringan pulpa dengan cara ekstirpasi jaringan
yang vital maupun nekrotik. Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4
tahap, yaitu: (1) menentukan arah saluran akar, (2) membersihkan saluran
akar, (3) membentuk saluran akar, (4) preparasi daerah apikal (Akbar,2003).
Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan
sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin (Cohen dan
Hargreaves, 2006).
- Tujuan irigasi saluran akar yaitu: (1) mengeluarkan debris, (2)
melarutkan
jaringan
smear
layer,
(3)
antibakteri, (4) sebagai pelumas (Johason dan Noblet, 2009).

2) Disinfeksi saluran akar adalah pembinasaan mikroorganisme patogenik

yang mensyaratkan pengambilan terlebih dahulu jaringan pulpa dan


debris yang memadai, pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara
biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Disinfeksi saluaran
akar dilengkapi dengan medikasi intrasaluran. Disinfeksi saluran akar
adalah tahap penting dalam perawatan endodontik.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam saluran akar dapat
menyerbu jaringan periapikal dan tidak saja menimbulkan rasa sakit,
tetapi juga menhancurkan jaringan periodonsium termasuk tulang. Pada

sebagian besar kasus dijumpai organisme gram positif, pada beberapa


kasus dijumpai organisme gram negative, pada sedikit kasus dijumpai
jamur. Organisme-organisme ini lebih sering ditemukan dalam berbagai
kombinasi daripada sebagai suatu spesies tunggal. Anaerob yang harus
ada (anaerob-obligat) sering dihubungkan dengan gigi yang mempunyai
lesi periapikal.
Ada empat faktor yang membuat gigi rentan terhadap infeksi atau
melemahkan obat disinfeksi, apakah dari suatu luka atau dari saluran
akar gigi tanpa pulpa. Faktor-faktor yang dapat menghambat
penyembuhan adalah:

1. Trauma, sebaiknya gigi dibebaskan dari beban oklusi yang berlebih

dengan cara didrinding pada permukaan yang secara langsung kontak


dengan antagonisnya.
2. jaringan yang didevitalisasi, bila terdapat dalam saluran akar atau
jaringan periapikal akan mengganggu disinfeksi atau perbaikan.
3. dead space atau ruang mati, biasanya terdapat di dalam saluan akar
lateralis. Medikamen harus berkontak dengan mikroorganisme dalam
seluruh bagian saluran akar.
4. akumulasi eksudat, eksudat harus dapat dikeluarkan dari dalam
saluran akar bila terjadi akumulasi.
Syarat bahan disinfeksi saluran akar:

1. suatu germisida dan fungisida yang efektif


2. tidak mengiritasi jarigan periapikal
3. tetap stabil dalam larutan
4. mempunyai efek antimikrobial yang lama
5. aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
6. mempunyai tegangan permukaan rendah
7. tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal
8. tidak menodai struktur gigi
9. mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
10.tidak menginduksi respon imun berantara-sel

Disinfektan dapat digolongkan sebagai minyak esensial, kompoun


fenolik, halogen, dan antibiotika.
3) Tahap terakhir dari perawatan saluran akar adalah pengisian saluran akar
atau obturasi. Pengisian saluran akar bertujuan untuk memberikan penutupan
yang sempurna dalam saluran akar (Akbar, 2003). Penutupan ini akan
mencegah bakteri dan racun mengalir menuju jaringan periapikal serta
sebaliknya sehingga saluran akar tetap steril dari iritasi yang berasal dari

jaringan apikal. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menciptakan kerapatan
sempurna
pada
sistem
saluran
akar
yaitu
dari
koronal
sampai apikal (Hammad dkk., 2009). Pengisian saluran akar bertujuan
menutup saluran akar dan menutup semua pintu masuk yang terdapat antara
periodonsium dan saluran akar. Pengisian saluran akar diperoleh dengan
memasukkan suatu bahan pengisi ke dalam ruangan yang sebelumnya
ditempati oleh jaringan pulpa, sehingga mencegah infeksi berulang. Bahan
pengisi saluran akar dari bahan utama yang berbentuk padat misalnya guta
perca, dan bahan semipadat yang berbentuk pasta disebut siler saluran akar
(Torabinejad, 2009).
Bahan pengisi saluran akar yang ideal mampu mengisi sistem saluran akar
secara sempurna sampai batas apikal dan tidak sampai masuk ke jaringan
periapikal sehingga menutup rongga pulpa dari kamar pulpa tepat pada
penyempitan apikal. Untuk mendapatkan hasil obturasi yang baik bagian
terbesar dari saluran akar diisi dengan bahan padat seperti konus guta perca
dan celah celah dinding saluran akar diisi dengan pasta siler saluran akar
yang dapat beradaptasi dengan dinding saluran akar (Hammad dkk., 2009).
II.
MACAM PENYAKIT PULPA
1. Hiperemia Pulpa
Definisi
Hyperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa
adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi
darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa.
Etiologi
- Trauma, seperti oklusi traumati
- syok termal sewaktu preparasi kavitas
- dehidrasi akibat penggunaan alkohol atau kloroform, syok galvani
- iritasi terhadap dentin yang terbuka di sekitar leher gigi.
- Kimiawi, seperti makanan yang asam atau manis, iritasi terhadap bahan
tumpatan silikat atau akrilik
- Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke pulpa,
jadi dalam hal ini sebelum bakteri masuk ke jaringan pulpa, tetapi baru toksin
bakteri.
Gejala Klinis
- Terasa ngilu jika terkena makanan/ minuman manis asam dan dingin
- Kadang-kadang sakit kalau kemasukan makanan
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Inspeksi: terlihat karies,fraktur gigi atau trauma yang terjadi pada gigi.
Sondasi: +
perkusi: Radiografi: ligament periodontal dan lamina dura normal,terlihat karies yang dalam.

Gambaran Radiologis

2. Pulpitis Reversible
Definisi
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa dapat kembali sembuh setelah
penyebabnya dihilangkan. Rasa sakit yang tibul hanya sebentar dapat tibul akibat
stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversible, tetapi rasa sakit
akan tibul lagi setelah stimuli dihilangkan.
Etiologi
Trauma (di tonjok, hubungan oklusal yang terganggu)
Syok termal (preparasi dengan bur)
Stimuli kimiawi ( makanan terlalu manis atau asam, iritasi tumoatan silikat)
Bakteri (dari karies)
Gejala Klinis
Pulpitis reversible simtomatik:
- Rasa sakit tajam namun hanya sebentar, biasanya diakibatkan oleh
makanan dan minuman yang dingin daripada yang panas dan juga oleh
udara dingin.
- Tidak timbul secara spontan
- Hilang jika penyebabnya dihilangkan
- Biasanya disebabkan oleh karies baru dan hilang jika karies telah
direstoasi.
Prognosis
Prognosis baik apabila penyebab segera diilangkan, apabila tidak segera dihilangkan
memungkinkan terjadinya pulpitis reversible.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)
Gambaran Radiologis
3. Pulpitis irreversible
Definisi

Suatu kondisi inflamasi pulpa yang seringkali merupkan perkembangan atau akibat
dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin
yang luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat
trauma atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia. Pulpitis irreversible
merupakan inflamasi parah yang yang tidak akan bias pulih walupun penyebabnya
dihilangkan, cepat atau lamabt pulpa akan mengalami nekrosis.
(source : Prinsip & Praktik ilmu Endodonsia, Torabinejad dan E.Walton)
Etiologi
Penyebab paling umum pada pulpitis irreversible adalah keterlibatan bacterial
pulpa melalui karies. Meskipun factor knlinis seperti termal, kimiawi, atau mekanis
juga dapat menyebakan pulpitis irreversible. Seperti yang telah disebutkan bahwa
pupitis irreversible bias merupkan perkembangan dari pulpittis reversible.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)
Gejala
Pulpitis irreversible biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan
gejala yang ringan. Akan tetapi dapat juga diasosiasikan sebagai rasa nyeri spontan
(tanpa stimuli eksternal) yang intermitten atau terus menerus. Nyeri yang timbul
dapat berupa rasa yang tajam atau tumpul, setempat atau difuse, sebentar atau
dapat berlangsung hingga berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal
dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada
jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi
dan perkusi berada dalam batas normal.
Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan
asimtomatik. Pulpitis irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis
irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa
stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus dapat dipengaruhi dari
perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak diobati dapat
bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi.
Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari
pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan.
Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh
paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa
sakit dalam durasi yang lama.
(source : Prinsip & Praktik ilmu Endodonsia, Torabinejad dan E.Walton)
Gambaran Radiologis

4. Pulpitis Hiperplastik
Definisi
Pulpitis hiperplastik asalah bentuk dari pulpitis irreversible akibat
bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan
oklusal. Biasanya ditemukan pada pasien muda yang mengalami karies.
(source : Prinsip & Praktik ilmu Endodonsia, Torabinejad dan E.Walton)
Gangguan ini ditandai oleh perkembangan jaringan granulasi, kkadangkadang tertutup oleh epithelium dan disebabkna karena iritasi tingkat rendah yang
berlangsung lama.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)
Etiologi
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan
penyebabnya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu kavitas
besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus ringkat rendah yang
kronis.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)
Gejala Klinis
biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol
yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies dipermukaan okulasal
yang besar. Hal ini kadang diasosiaksikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis
irreversible seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus
panas dan dingin. Ambang rangsang terhdap stimulasi elektrik adalah sama denga
pulpa normal. Respons gigi terhadap perkusi atau palapasi normal.
(source : Prinsip & Praktik ilmu Endodonsia, Torabinejad dan E.Walton)
Gambaran Radiologis

5. Resorbsi Interna
Definisi
Suartu proses idiopatik progresif resorptif yang lambat ata cepat yang
timbul
pada dentin kamar pulpa atau saluran akar gigi.
Pulpa diubah menjadi jaringan inflamasi tervaskularisasi dengan aktivitas
dentinoklas, keadaan ini meresorpsi dinding dentin, bergerak dari pusat ke perifer.
(source : Prinsip & Praktik ilmu Endodonsia, Torabinejad dan E.Walton)

Etiologi
Penyebabnya tidak diiketahui, namun kebanyakan pasien dengan resorbsi
interna memiliki riwayat trauma.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)

Gejala Klinis
Asimtomatik. Pada mahkota gigi, daerah resorpsi gigi dapat terlihat sebagai
daerah yang kemerah-merahan (pink spot). Daerah merah muda ini terlihat sebagai
jaringan granulasi yang terlihat dari mahkota yang teresorbsi.
(source : Ilmu Endodontik dalam Praktik, Grossman, Oliet)

Gambaran Radiologis

6. Degenaratif pulpa
Definisi
Degenerasi pulpa jarang dikenal secara klinis, biasanya diikutkan pada suatu
deskripsi penyakit pulpa. Degenerasi umumnya dijumpai pada gigi orang tua. Dapat
juga disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten pada gigi orang muda.
Degenerasi pulpa merupakan kemunduran jaringan pulpa yang bukan
diakibatkan karena suatu keradangan, namun diakibatkan oleh faktor usia, sehingga
jaringan pulpa tidak memiliki fungsi seperti pada keadaan normal
Gejala klinis
Tingkatan awal degenerasi pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala yang
nyata. Gigi tidak beruah warna dan bereaksi nomal pada tes listrik dan tes termal.
Bila degenerasi pulpa berkembang biasanya terjadi perubahan warna pada gigi dan
tidak bereaksi pada stimulus.
Macam degenerasi pulpa
1. Degenerasi kalsifik
Pada degenerasi kalsifik, sebagian jaringan pulpa digantika oleh
bahan mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa atau dentikel. Kalsifikasi ini
dpat terjadi di kamar pulpa ataupun di saluran akar, namun pada umunya
terjadi oada kamar pulpa.
Diduga bahwa batu pulpa dijumpai pada hampir 60% gigi orang
dewasa. Batu pulpa dianggap sebagai pengerasan yang tidak berbahaya,
meskipun terdapat rasa sakit yang menyebar (referred pain) yang dianggap
pada beberapa pasien berasal pada batu pulpa.
Gambaran Radiologis

2. Degenerasi Atrofik
Pada pengamata secara histopatologis pada pulpa orang tua, dijumapai lebih
sedikit sel-sel stelat dan cairan interseluler meningkat. Jaringan pulpa kurang
sensitive daripada normal. Yang disebut atrofi reticular adalah suatu artifak
dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif dalam mencapai pulpa. Tidak terdapat
gejala klinis.
3. Degenerasi Fibrus
Ditandai dengan pergantian elemen selular oleh jaringan penghubung fibrus.
Pada pengambilan dari saluran akar, penampilan poulpa menjadi seperti serabut
keras. Tidak ada gejala khusu yang membantu dalam diagnosis klinis.
4. Artifak pulpa
pernah diperkirakan bahwa vakuolisasi odontoblas adalah suatu jenis
degenarasi pulpa ditandai dengan ruangan kosong yang sebelumnya diisi oleh
odontoblas. Kemungkinan ini adalah suatu artifak yang disebabkan karena
fiksasi elek specimen jaringan. Degenarasi lemak pulpa, bersama-sama dengan
atrofi retikular dan vakuolisasi, semuanya mungkin artifak dengan sebab sama
yaitu fiksasi yang kurang baik
5. Metastasis tumor
Metastasis sel tumor ke pulpa gigi jarang terjadi, kecuali mungkin pada tingkat
akhir. Mekanisme terjadinya keterlibatan pulpa demikian pada kebanyakan
kasus adalah perluasan local langsung pada rahang.

7. Nekrosis Pulpa
Definisi
Nekrosis pulpa merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut maupun
kronis atau terhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosis pulpa dapat
terjadi parsial maupun complete.

Macam nekrosis pulpa:


1. tipe koagulasi
terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah menjadi bahan
yang solid. Pengejuan (caseation) adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang
jaringannya berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama atas protein uang
mengental, lemak dan air.
2. tipe likuefaksi
terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi bahan
yang lunak dan cair, atau debris amorfus.
Hasil alhir dekomposisi pulpa adalah dekomposisi protein, yaitu hydrogen
sulfide, ammonia, substansi lemak, indikan, ptomaine, air dan karbon dioksida. Hasil
lanjutan seperti indol, skatol, putresin, dan kadaverin menambah bau tidak enak
yang sering muncul dari suatu saluran akar.
Etiologi
1. Microbakterial
2. Trauma fisik (benturan, radiasi)
3. Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Gigi berubah warna menjadi abu-abu kehitaman
2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Perkusi dan palpasi tidak sakit
Gambaran Ragiologis

III.

Mekanisme terjadinya infeksi pulpa hingga terjadinya nekrosis

Anda mungkin juga menyukai