Anda di halaman 1dari 48

17

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran
Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan
salah satu standar yang dikembangkan sejak 2006 oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan dan pada tahun 2007 diterbitkan menjadi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yaitu Permendiknas RI Nomor 41
Tahun 2007.
Dalam rangka pembaruan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi,
misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional
adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi

pendidikan.

Salah

satu

prinsip

tersebut

adalah

pendidikan

diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik


yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang
memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi
dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan

18

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu


direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien.
Berikut konsep model pembelajaran menurut Oliva (1992:413):
Models of teaching are strategies based on theories (and often the
research) of education, phychologist, philosophers, and others who question
how individual learn.
Hal ini berarti setiap model pembelajaran harus mengandung suatu
rasional yang didasarkan pada teori, berisi serangkaian langkah-langkah strategi
yang dilakukan guru maupun siswa, didukung dengan sistem penunjang atau
fasilitas pembelajaran, dan metode untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa.
Sukmadinata (2004:209) mendefenisikan model pembelajaran sebagai
berikut:
Suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri siswa.
Berikut dasar teori ini menjelaskan istilah, konsep-konsep, serta variabel
yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1.

Teori Konstruktivistik
Teori ini menekankan pada peserta didik secara aktif membangun

pengetahuannya sendiri, dapat memahami dan menerapkan pengetahuannya


dengan cara memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk membangun
dirinya sendiri. Teori belajar ini digagas oleh Bruner dan hampir serupa dengan
teori Piaget. Menurut Bruner (1990) menjelaskan bahwa dalam proses belajar
dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: (1) informasi, (2) transformasi, dan (3)

19

evaluasi. Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu


pendekatan kategorisasi. Sedangkan hipotesis Bruner menyatakan bahwa mata
pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual
kepada anak dalam tahap perkembangan manapun. Untuk itu peserta didik
mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dengan
menyingkirkan informasi yang tidak perlu. Teori belajar ini sangat relevan dengan
model pembelajaran e-learning di mana peserta didik dapat melakukan analisis
untuk memperoleh dan menemukan informasi baru dengan menggunakan
browsing internet sehingga ilmu yang diperoleh siswa dapat berkembang sesuai
dengan karakteristik siswa dan dalam proses pembelajaran dapat memusatkan
perhatian berfikir, inisiatif sendiri, belajar mandiri dan dapat melibatkan secara
aktif peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mengkonstruksi pengetahuan
dan keterampilan melalui pengalaman belajar.
2.

Teori Belajar Piaget


Teori belajar Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan

a) memusatkan perhatian kepada cara berfikir, atau proses mental anak, tidak
sekedar kepada hasilnya, b) mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif
sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar, c) memaklumi adanya
perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, dan d) mengutamakan peran
peserta didik untuk saling berinteraksi. Belajar menggunakan model pembelajaran
e-learning dapat membantu siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling
tukar informasi secara kreatif namun bertanggungjawab. Siswa belajar bagaimana

20

menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) agar dengan cepat


mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas,
dan budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan
belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan
sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa
yang akan datang.
3.

Teori Belajar Konstruktivistik Vygotsky


Teori belajar Vygotsky menghendaki bahwa konstruksi pengetahuan

dimana siswa saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi pemecahan


masalah yang efektif, sehingga memberi peluang untuk memunculkan ide baru
yang dapat merefleksikan pada orang lain, sehingga terbentuk pembelajaran
individual. Proses interaksi antar siswa, siswa dengan guru dalam menemukan
konsep dan pemecahan masalah. Dari perspektif teori ini sangat tepat dilakukan
pada pembelajaran e-learning yang dapat meningkatkan keterampilan kognitif
peserta didik.
4.

Teori Belajar Ausubel


Teori belajar Ausubel menyatakan bahwa subjek yang dipelajari peserta

didik mestilah bermakna (meningfull) yang merupakan suatu proses yang


membentuk dasar sistem informasi dengan konsep-konsep yang berhubungan satu
sama lain yang dapat di identifikasi dan diajarkan kepada semua peserta didik.
Teori ini dapat diterapkan dalam pembelajaran e-learning di mana peserta didik

21

dapat memperoleh informasi dan menerapkan konsep yang diperoleh dalam


pembelajaran dan peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah dengan mendapat bimbingan
secara langsung atau tidak dari guru.
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media.
Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. Barry Morris
(1963:11) mengklasifikasikan 4 pola pembelajaran yang digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Gambar Pola pembelajaran
a.

Pola Pembelajaran Tradisional 1

Tujuan

b.

Tujuan

Tujuan

Tujuan

Tujuan

Pola Pembelajaran Tradisonal 2

Tujuan

c.

Tujuan

Tujuan

Pola Pembelajaran Guru dan Media


Tujuan
Tujuan

Tujuan

Tujuan
Tujuan

d.

Pola Pembelajaran Bermedia


Tujuan

Tujuan

Tujuan

Tujuan

22

Pola-pola pembelajaran di atas memberikan gambaran bahwa seiring


dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software, maupun
hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai
penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai
media dan sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio
pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer atau sering kita kenal
dengan pembelajaran berbasis komputer (CBI) baik model drill, tutorial, simulasi
maupun instructional games. Sekarang ini atau dimasa yang akan datang, peran
guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi ia harus mulai berperan sebagai director
of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar
siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar, bahkan
bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai sumber
informasi utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia),
seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based
instruction), disini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar saja.

B. Teori Belajar Dalam Pembelajaran E-Learning


Pembelajaran

berbasis

e-learning

pada

awalnya

dilandasi

teori

behaviouristik, dimana teori ini dipelopori oleh Thorndike (1913), Pavlov (1927)
dan Skiner (1974) yang menyatakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat
diamati yang disebabkan adanya stimulus dari luar. Seseorang dapat dikatakan
belajar ditunjukkan dari perilaku yang dapat dilihat bukan dari apa yang ada
dalam fikiran siswa (Ally, 2004:7), lebih lanjut perkembangan pembelajaran

23

berbasis e-learning dilandasi teori psikologi kognitif yang menyatakan bahwa


belajar mencakup penggunaan daya ingat, motivasi, fikiran, dan refleksi.
Psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses internal dan jumlah yang
dipelajari tergantung pada kapasitas proses belajar, usaha yang dilakukan selama
proses belajar, kedalaman proses tersebut dan struktur pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa (Ally, 2004:7).

C. Pembelajaran Berbasis E-Learning


1.

Konsep E-Learning
Dalam kehidupan manusia di era global ini akan selalu berhubungan

dengan teknologi. Teknologi pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai
tambah menghasilkan produk yang bermanfaat. Teknologi sekarang ini
berkembang dengan pesat. Alvin Toffler menggambarkan perkembangan itu
sebagai revolusi yang berlangsung dalam tiga gelombang yaitu gelombang
pertama munculnya teknologi pertanian, gelombang kedua munculnya teknologi
industri, dan gelombang ketiga munculnya teknologi informasi yang mendorong
tumbuhnya telekomunikasi. Teknologi telah mempengaruhi manusia dalam
kehidupannya sehari-hari, sehingga jika gagap teknologi akan terlambat
menguasai informasi, dan akan tertinggal pula untuk memperoleh kesempatan
untuk maju. Informasi memiliki peran penting dan nyata, apalagi masyarakat
sekarang sedang menuju pada era masyarakat informasi (information society) atau
masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Perkembangan sistem komputer melalui jaringan internet semakin
meningkat. Internet merupakan jaringan publik. Keberadaannya sangat diperlukan

24

baik sebagai media informasi maupun komunikasi yang dilakukan secara bebas.
Salah satu pemanfaatan internet adalah pada sistem pembelajaran jarak jauh
melalui belajar secara elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah e-learning.
Saat ini program-program e-learning banyak diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan. Perkembangan e-learning sebagai sistem pembelajaran jarak jauh
dewasa ini banyak terjadi di kalangan lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
prospek perkembangan e-learning melalui internet dalam pembelajaran,
khususnya pembelajaran terbuka dan pembelajaran jarak jauh atau open and
distance learning (ODL) sangat pesat. Secara umum terdapat dua persepsi dasar
tentang e-learning yaitu:
a.

Electronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan


teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang berupa
elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan semua perangkat
elektronik seperti film, video, kaset, OHP, slide, LCD Projector, tape dan
lain-lain sejauh menggunakan perangkat elektronik.

b.

Internet based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet


yang bersifat online sebagai instrumen utamanya. Artinya, memiliki persepsi
bahwa e-learning haruslah menggunakan internet yang bersifat online yaitu
fasilitas komputer yang terhubung dengan internet. Artinya pembelajar dalam
mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa
dimana saja dan kapan saja (any where and any time).

25

Kedua persepsi tersebut ditunjang oleh berbagai pendapat para ahli yang
berbeda. Beberapa ahli yang mendukung pendapat e-learning sebagai electronic
based diantaranya Elliott Masie, Cisco and Cornellia (2000) menjelaskan:
e-learning is delivery of content via all electonic media, including the
internet, intranet, extranets, satelite broadcast, audio/video tape, interactive
tv, and CD-ROM.
E-learning adalah pembelajaran dimana bahan pembelajaran disampaikan
melalui media elektronik seperti internet, intranet, satelit, tv, CDROM, dan lainlain, jadi tidak harus internet, karena internet salah satu bagian dari e-learning.
Pendapat ini didukung oleh martin Jenkins and Janet Hanson, Generic Center
(2003) bahwa e-learning adalah proses belajar yang difasilitasi dan didukung
melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. Pendapat lain disampaikan
Vaughan Waller (2001) bahwa e-learning adalah proses belajar secara efektif
yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi pembelajaran
secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar. Konsep
digital menurut Waller tersebut mengisyaratkan bukan hanya internet, namun
semua perangkat elektronik yang dewasa ini sudah menggunakan sistem digital.
Para ahli yang mendukung pemahaman e-learning sebagai media yang
menggunakan internet diantaranya e-learning adalah penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. (Rosenberg (2001). E-learning atau internet
enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi sebagai
sarana dalam belajar (Dr. Jo Hamilton-Jones).

26

2.

Pengertian E-Learning
Istilah e-learning memiliki defenisi yang sangat luas. E-learning terdiri

dari huruf e yang merupakan singkatan dari elektronic dan kata learning yang
artinya pembelajaran. Dengan demikian e-learning bisa diartikan sebagai
pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat elektronik, khususnya
perangkat komputer. Fokus paling penting dalam e-learning adalah proses
belajarnya (learning) itu sendiri, dan bukan pada e (electronic), karena
electronic hanyalah sebagai alat bantu saja. Pelaksanaan e-learning menggunakan
bantuan audio, video, dan perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Istilah e-learning dapat pula didefenisikan sebagai sebuah bentuk
teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia
maya. Defenisi e-learning sendiri sebenarnya sangatlah luas bahkan sebuah portal
yang menyediakan informasi tentang suatu topik dapat tercakup dalam lingkup elearning ini. Namun, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk
membuat sebuah tranformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau
perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet.
Dalam teknologi e-learning, semua proses pembelajaran yang biasa
didapatkan di dalam sebuah kelas dilakukan secara live namun virtual. Artinya
pada saat yang sama seorang pengajar mengajar di depan sebuah komputer yang
ada di suatu tempat, sedangkan pembelajar mengikuti pembelajaran tersebut dari
komputer lain di tempat yang berbeda. Dalam hal ini, secara langsung pengajar
saling berkomunikasi dan saling berinteraksi pada waktu yang sama namun
tempat yang berbeda. E-learning juga mencakup banyak hal diluar lingkup

27

teknologi internet itu sendiri, kurikulum, desain dan pengembangan e-learning,


manajemen e-learning dan etika pembelajaran. Istilah e-learning digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi komputer dengan
internetnya.
E-learning sering pula disebut pembelajaran online atau online course.
Pembelajaran online dalam pelaksanaannya memanfaatkan dukungan jasa
teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer,
telepon, audio, video, transmisi satelit, dan sebagainya. Pembelajaran online ini
memungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh yang bisa
menjangkau lebih banyak orang dan berbagai tempat sampai daerah terpencil atau
pedalaman sekalipun yang membutuhkan pendidikan.

3.

Strategi Pengembangan Model-Model E-Learning


Ketika berbicara tentang strategi pengembangan e-learning, maka

hakekatnya adalah sama saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal
ini karena e-learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu
rekayasa perangkat lunak (software engineering), ada beberapa tahapan yang
harus dilalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak sebagaimana
dideskripsikan dalam gambar di bawah ini:

28

Gambar 2.2
Gambar Tahapan Rekayasa Perangkat Lunak

Requirement
Analysis and
Specification

Maintenance

Coding

Designing

Testing

Masalah analisa kebutuhan ditonjolkan karena ini hal terpenting yang


sering dilupakan oleh pengembang aplikasi e-learning. Pengembang terobsesi
untuk membuat aplikasi e-learning terlengkap dan terbaik, padahal hal itu belum
tentu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya dari pengguna. Dari berbagai literatur
yang ada, kegagalan e-learning sebagian besar diakibatkan oleh kegagalan dalam
analisa kebutuhan yang mengandung pengertian bahwa pengembang tidak
berhasil meng-capture apa sebenarnya kebutuhan dari pengguna (user needs).
Hasil dari proses analisa kebutuhan (requirements analysis) pengguna selanjutnya
diterjemahkan sebagai fitur-fitur yang sebaiknya masuk dalam sistem e-learning
yang dikembangkan.
Strategi pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika disepakati bahwa e-learning di dalamnya juga
termasuk pembelajaran berbasis internet. Ada tiga kemungkinan dalam strategi
pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web
centric course, dan web enhanced course. Requirement Analysis and Specification
Coding Maintenance Designing Testing.

29

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang


mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya
tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan
kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan
melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling
melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa
untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga
diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam
tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan
materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Sedangkan model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi
internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik
dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa
mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan
dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

30

Pengembangan e-learning tidak hanya menyajikan meteri pelajaran secara


on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain
seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang
dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, ada tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan
memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada,
dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan
untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem elearning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan
pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan
kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan
membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan respon yang cepat terhadap keluhan dan
kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

31

D. Aplikasi Moodle
1.

Sejarah Moodle
Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment)

merupakan Course Management System (CMS) adalah paket perangkat lunak


dibuat untuk kegiatan belajar berbasis web atau internet yang menggunakan
prinsip pedagogy.

Moodle merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan

mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi yang


dikenal dengan konsep e-learning.
Aplikasi Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environtment
(moodle) merupakan kerja bersama dan masih berkembang. Moodle pertama kali
dirintis oleh Martin Dougiamas yang selanjutnya menjadi pemimpin developer
moodle. Versi moodle 1.0 dirintis pertama kali pada bulan Agustus 2002, mulanya
pada versi awal ini diperuntukan bagi segmen kecil, dengan bersubyek pada
penelitian analisis iklim kolaborasi dan refleksi yang tampak pada kelompok
kecil. Saat ini, Juli 2010 versi moodle sudah mencapai versi 1.9.9+ dan versi 2.0
masih dalam tahap uji coba atau preview (beta), aplikasi moodle dapat di
download dengan alamt http://download.moodle.org/.
Sejak tahun 2002 sampai sekarang, muncul rilis-rilis terbaru dengan
penambahan fitur-fitur tertentu, skalabilitas yang lebih baik disertai dengan
peningkatan kinerja perangkat lunak yang ada. Pertumbuhan komunitasnya pun
semakin pesat, moodle saat ini tidak hanya digunakan oleh perguruan tinggi,
melainkan juga oleh SMU, SMP bahkan sampai tingkat SD, organisasi-organisasi

32

nirlaba sampai perusahaan swasta, dengan jumlah pengajar yang bebas dan tak
terbatas.
Ada beberapa keunggulan dan kelebihan yang kita dapatkan dengan
membangun Learning Management System menggunakan moodle, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.

Sederhana, efisien, ringan dan kompatibel dengan banyak browser dan


operating system.

2.

Mudah cara instalasinya serta mendukung banyak bahasa, lebih dari 80


bahasa dari 192 negara, termasuk Indonesia di dalamnya.

3.

Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs keseluruhan, mengubah


theme atau tampilan situs, menambah modul dan sebagainya.

4.

Tersedianya manajemen user/pengguna

5.

Manajemen

mata

pelajaran/bahan

ajar,

penambahan

jenis

mata

pelajaran/bahan ajar, pengurangan atau pengubahan mata pelajaran/bahan


ajar.
6.

Tersedianya banyak plugin atau modul-modul tambahan yang dapat


digunakan untuk memperkaya tampilan dan kinerja, seperti modul chat,
modul polling, modul forum, modul untuk jurnal, modul untuk kuis, modul
untuk survey dan workshop serta masih banyak lagi modul-modul lainnya
yang dapat ditambahkan kemudian.

7.

Free dan opensource software.


Martin melihat banyak orang di sekolah dan institusi lebih kecil yang ingin

memanfaatkan internet secara lebih baik, tetapi mereka tidak tahu harus memulai

33

dari mana. Oleh karena itu, muncul keinginan membangun sebuah alternatif elearning gratis sehingga dapat membantu masyarakat dalam pembelajaran secara
online.
Martin berkomitmen untuk melanjutkan kerja dalam pembangunan moodle
serta menjaganya tetap terbuka dan gratis. Ia memiliki keyakinan yang kuat
tentang pendidikan tak terbatas, dan moodle merupakan salah satu jalan untuk
merealisasikannya. Hal ini yang cukup krusial adalah piranti lunak e-learning ini
harus mudah digunakan dan intuitif.
Fitur penting moodle adalah website moodle.org. Situs ini berfungsi
sebagai pusat informasi, diskusi, dan kolaborasi antar sesama pengguna moodle,
diantaranya administrator system, para pengajar, peneliti, desainer instruksional
dan developer piranti lunak. Seperti halnya moodle, website ini melayani semua
kebutuhan komunitas, dan akan selalu gratis. Berikut ini tampilan website moodle.
Gambar 2.3
Gambar Tampilan Website Moodle

34

Pada tahun 2003, perusahaan moodle.com diluncurkan untuk melayani


dukungan secara komersial bagi mereka yang membutuhkan, seperti pengelola
hosting dan pelayanan lainnya.
Aplikasi Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment
(moodle) adalah paket piranti lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar
berbasis internet dan website. Moodle merupakan sebuah aplikasi Learning
Management System (LMS) yang gratis dapat di-download, digunakan ataupun
dimodifikasikan oleh siapa saja dengan lisensi secara GNU (General Public
License).
Moodle telah memenuhi standar e-learning. Salah satu standar yang
diterima banyak pihak adalah yang dikeluarkan oleh Advanced Distributed
Learning (ADL), yaitu Shareable Content Object Reference Model (SCORM).
Melalui SCORM memungkinkan pengembang dan penyedia konten e-learning
lebih konsisten dan mudah dalam implementasi karena sifat SCORM yang
reusable. Dengan SCORM memungkinkan pengajar melakukan impor dan ekspor
konten (bahan ajar) yang sudah dibuat disalah satu LMS ke LMS yang lain
dengan mudah.
Selain gratis dan dapat dimodifikasi, moodle mudah dipelajari dan mudah
digunakan. Setiap pengguna yang telah terbiasa menggunakan internet seperti
browsing dan email, maka para pengguna dapat menguasai moodle dengan cepat
dan mudah. Moodle telah teruji di berbagai institusi di banyak negara.
Saat ini moodle sudah digunakan pada lebih dari 150.000 institusi di lebih
dari 197 negara di dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 70 bahasa. Jumlah

35

pengguna moodle terbesar adalah United Kingdom Open University di Inggris


(http://www.open.ac.uk) yang memiliki 180.000 mahasiswa.

2.

Model Pengembangan E-Learning dengan Pendekatan Moodle


Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat

merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini


memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses
materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan moodle, kita dapat membuat
materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri
adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Moodle merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS)
yang gratis dapat di-download, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa
saja dengan lisensi secara GNU (General Public License), aplikasi Moodle dapat
ditemukan di alamat http://www.moodle.org/.
Moodle dapat digunakan untuk membangun sistem dengan konsep elearning

(pembelajaran

secara

elektronik)

ataupun

Distance

Learning

(Pembelajaran Jarak Jauh). Dengan konsep ini sistem pembelajaran akan tidak
terbatas ruang dan waktu. Seorang pendidik dapat memberikan materi
pembelajaran dari mana saja. Begitu juga seorang peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dari mana saja. Bahkan proses kegiatan tes ataupun kuis dapat
dilakukan dengan jarak jauh. Seorang pendidik dapat membuat materi soal ujian
secara online dengan sangat mudah. Sekaligus juga proses ujian atau kuis tersebut
dapat dilakukan secara online sehingga tidak membutuhkan kehadiran peserta
ujian dalam suatu tempat. Peserta ujian dapat mengikuti ujian di rumah, kantor,

36

warnet bahkan di saat perjalanan dengan membawa laptop dan mendukung


koneksi internet. Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam
aplikasi moodle ini. Berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi
pembelajaran. Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah kata Microsoft
Word, materi presentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Animasi Flash
dan bahkan materi dalam format audio dan video dapat ditempelkan sebagai
materi pembelajaran.
Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle
adalah sebagai berikut (1) Assignment. Fasilitas ini digunakan untuk memberikan
penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat
mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan
mengirimkan file hasil pekerjaan mereka, (2) Chat. Fasilitas ini digunakan untuk
melakukan proses chatting (percakapan online). Antara pengajar dan peserta
pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara online, (3) Forum. Sebuah
forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi
pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas topiktopik belajar dalam suatu forum diskusi, (4) Kuis. Dengan fasilitas ini
memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun test secara online, (5) Survey.
Fasilitas ini digunakan untuk melakukan jajak pendapat.
Moodle mendukung pendistribusian paket pembelajaran dalam format
SCORM (Shareble Content Object Reference Model). SCORM adalah standar
pendistribusian paket pembelajaran elektronik yang dapat digunakan untuk
menampung berbagai macam format materi pembelajaran, baik dalam bentuk

37

teks, animasi, audio dan video. Dengan menggunakan format SCORM maka
materi pembelajaran dapat digunakan dimana saja pada apalikasi e-learning lain
yang mendukung SCORM. Saat ini telah banyak aplikasi e-learning yang
mendukung format SCORM ini. Dengan demikian maka antar lembaga
pendidikan, sekolah ataupun kampus dapat saling bertukar materi e-learning
untuk saling mendukung materi pembelajaran elektronik ini. Dosen atau pengajar
cukup membuat sebuah materi e-learning dan menyimpannya dalam file dengan
format SCORM.
3.

Filosofi Moodle
Desain dan pembangunan moodle didorong oleh sebuah filosofi tentang

pembelajaran. Sebuah cara berfikir bahwa setiap orang berada pada pedagogi
pembangunan sosial (social contructionist pedagogy). Beberapa ilmuwan telah
mengemukakan ide soft educational mumbo jumbo dimana peserta didik cukup
menggunakan mouse untuk memperoleh pendidikan. Berikut ini dijelaskan
filosofi dengan menggunakan aplikasi moodle.
a.

Faham Konstruktivisme (Constructivism)


Berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu

mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain
melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki
seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Pengetahuan
siswa akan diperkuat dengan memanfaatkan lingkungan yang luas dapat
menyerap sumber informasi pengetahuan dengan mempelajari, membaca,

38

mendengar

dengan

memanfaatkan

teknologi

dan

mengaplikasikannya

menggunakan aplikasi moodle selain dari adanya interprestasi transfer informasi


dari orang lain.
b.

Belajar Koneksionisme
Teori belajar yang dianut oleh progersivisme bersumber pada teori belajar

koneksionisme, yakni teori hubungan Stimulus dan Respon ( S-R bond theory).
Unsur-unsur yang diperhatikan dalam teori belajar tersebut adalah: "minat anak,
usaha dan aktivitas sendiri, tujuan yang jelas apa yang dipelajari, kecerdasan,
pembiasaan, pertumbuhan, anak sebagai organism, dan lingkungan sekitar.
4.

Fitur Moodle
Moodle merupakan produk aktif, artinya moodle masih akan terus

berkembang. Desain moodle memberikan kemudahan bagi penggunanya dalam


mengelola situs, pengguna yang terdaftar dalam situs, serta pelatihan yang
dikelola

oleh

moodle.

Beberapa

situs

dalam

mengelola

pembelajaran

menggunakan aplikasi moodle yaitu: situs administrator, situs e-learning


(pengisian data kurikulum, perubahan tema, dan pengaturan akses untuk siswa).
5.

Desain Moodle
Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, moodle didesain untuk

mencapai tujuannya. Adapun secara rinci desain moodle dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.

Mendukung pedagogi konstruksi sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik refleksi,


dan sebagainya)

39

b.

Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat digunakan sebagai tambahan kelas
tatap muka.

c.

Simpel, ringan, efisien dan antarmuka browser sederhana.

d.

Mudah diinstal pada bebagai macam platform yang mendukung PHP. Moodle
hanya membutuhkan satu buah database, selain itu dapat di sharing.

e.

Abstraksi database moodle mendukung hampir semua merek database


(kecuali defenisi tabel).

f.

Daftar kursus/pelatihan yang diselenggarakan dilengkapi deskripsi dari setiap


pelatihan yang ada. Selain itu, moodle juga memberikan akses bagi tamu
(guest).

g.

Kategorisasi kursus/pelatihan. Satu situs moodle mampu mendukung ribuan


kursus/pelatihan.

h.

Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan. Pemeriksaan ulang terhadap


formulir, validasi data, enskripsi cookie, dan sebagainya.

i.

Sebagian besar area entry, seperti resource (sumber/bahan/pelatihan), forum,


jurnal dan sebagainya dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG
(What You See Is What You Get) yang terintegrasi dalam moodle.

6.

Manajemen Moodle
Untuk menyesuaikan desain yang ditentukan, diciptakan beberapa

manajemen yang mendukung. Berikut akan disampaikan tiga tipe manajemen


yang sangat signifikan dalam moodle, yaitu manajemen situs, manajemen
pelatihan, dan manajemen pengguna.

40

a.

Manajemen Situs
1. Situs dikelola oleh seorang administrator (admin). Admin ditetapkan
ketika proses setup.
2. Plug-in theme memungkinkan admin untuk memilih warna situs, layout
(tampilan), font (ukuran huruf) sesuai dengan kebutuhan.
3. Plug-in modul aktivitas dapat ditambahkan pada instalasi moodle yang
ada.
4. Paket bahasa memungkinkan penyesuaian ke dalam banyak bahasa. Paket
ini dapat diedit menggunakan editor web yang disertakan dalam moodle.
Moodle kini memiliki 70 paket bahasa.
5. Kode moodle ditulis menggunakan PHP di bawah lisensi GPL sehingga
mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan penggunanya.

b.

Manajemen Pengguna
Moodle

dirancang

untuk

mengurangi

keterlibatan

admin

hingga

seminimum mungkin dengan tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada.


Selain itu, moodle turut mendukung mekanisme otentifikasi melalui modul
otentifikasi yang akhirnya akan memberikan kemudahan dalam integrasi dengan
sistem yang telah ada. Berikut adalah detail manajemen pengguna:
1.

Metode e-mail standar: murid dapat membuat account login. Alamat e-mail
yang diisikan ketika registrasi dapat diverifikasi melalui konfirmasi.

2.

Metode LDAP: login account dapat dicek melalui server LDAP. Admin
dapat menentukan bagian yang akan digunakan.

41

3.

IMAP, POP3, NNTP: login account dapat dicek melalui server mail atau
berita. Moodle mendukung SSL, sertifikasi, dan TLS.

4.

Database eksternal: database yang terdiri dari dua field, dapat digunakan
sebagai sumber otentifikasi eksternal.

5.

Setiap pengguna hanya membutuhkan satu account untuk semua server.


Setiap account memiliki akses yang berbeda.

6.

Account admin mengatur pembuatan/pengadaan kursus dan mengelola


pengajar melalui pendaftaran pengguna moodle ke dalam pelatihan yang ada.

7.

Course creator account (account pencipta pelatihan) hanya memperoleh


kewenangan mengajar pada pelatihan yang dibuatnya.

8.

Kewenangan seorang pengajar dapat dihilangkan untuk memodifikasi sebuah


kursus/pelatihan, misalnya bagi pengajar pengaruh waktu.

9.

Untuk meningkatkan keamanan, pengajar dapat mendapatkan kunci


pendaftaran pada pelatihan yang dikelolanya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari masuknya orang yang tidak dikenal. Mereka dapat memberikan
kunci ini secara langsung maupun melalui e-mail, dan sebagainya.

10. Pengajar

dapat

menambah

peserta

didik

secara

manual

(jika

ia

menginginkan).
11. Pengajar dapat mengeluarkan peserta didik dari pelatihan jika diinginkan.
Selain itu, secara otomatis peserta didik yang terdaftar akan dikeluarkan jika
dalam periode tertentu mereka tidak aktif (setting waktu diatur oleh admin).

42

12. Peserta didik dapat membuat profil online dengan menyertakan foto dan
deskripsi. Alamat e-mail yang terdaftar dapat disembunyikan agar tidak dapat
diakses oleh orang lain.
13. Setiap pengguna dapat menentukan waktu sesuai zona waktu kediaman
mereka. Setiap tanggal dalam moodle akan diterjemahkan sesuai waktu
tersebut (misalnya tanggal pengiriman, tanggal mengumpulkan tugas dan
sebagainya).
14. Setiap pengguna dapat memilih bahasa yang digunakan dalam tampilan antar
muka moodle (moodle telah mendukung 70 bahasa).
c.

Manajemen Pelatihan Kursus


1. Pengajar berstatus penuh dapat mengontrol setting sebuah kursus secara
penuh, termasuk bagian kursus yang tidak dapat diakses oleh pengajar
lain.
2. Pilihan format kursus dapat diatur sesuai periode, topik atau diskusi yang
berfokus pada format sosial.
3. Susunan aktifitas pelatihan yang fleksibel-forum, jurnal, kuis, resource,
pilihan, survei, penugasan, chat, dan workshop.
4. Perubahan terakhir dalam kursus/pelatihan dapat langsung dilihat pada
homepage pelatihan. Hal ini akan sangat membantu pemahaman
komunitas dalam institusi pendidikan tersebut.
5. Sebagian besar area entry (resource, pengiriman, forum, journal, dan
sebagainya) dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG.

43

6. Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis dan penugasan dapat


ditampilkan dalam satu halaman serta dapat di download dalam file
spreadsheet.
7. Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap pengguna. Laporan aktivitas
setiap murid tersedia dalam grafik serta detail dari masing-masing modul
(akses terakhir, total waktu akses) dengan menyertakan keterlibatan setiap
peserta didik secara detail dalam posting, memasukan jurnal, dan
sebagainya ke dalam satu halaman.
8. Integrasi mail. Jadi, kopian pengiriman forum, umpan balik dari pengajar,
dan sebagainya dapat dikirimkan melalui e-mail dalam format HTML
ataupun plain text.
9. Pengaturan skala. Para pengajar dapat mendefinisikan skala yang akan
digunakan dalam penilaian forum, penugasan, dan jurnal.
10. Kursus dapat dikemas dalam sebuah file zip menggunakan fungsi backup.
File ini dapat dikembalikan ke dalam server moodle.
7.

Modul Moodle
Sebagai

penunjang

kegiatan

e-learning,

pengguna

moodle

perlu

mencermati tipe-tipe modul yang tersedia. Modul-modul ini sangat membantu


pencapaian tujuan e-learning, yaitu pendidikan berkualitas tanpa memedulikan
jarak dan waktu.
a.

Modul Penugasan (Assignment)


1. Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan
urutan penilaian tugas.

44

2. Para peserta didik dapat mengupload penugasan yang telah dikerjakan


(dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas
oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis.
3. Pengumpulan tugas walaupun terlambat dari tenggat waktu masih dapat
dilakukan.

Namun,

pengajar

dapat

menjadikan

jumlah

hari/jam

keterlambatan pengumpulan tugas sebagai bahan pertimbangan.


4. Untuk setiap penugasan yang diberikan, seluruh kelas dapat memberikan
penilaian (tanggapan dan komentar) dalam satu halaman dan satu format.
5. Umpan balik dari pengajar ditambahkan ke dalam halaman penugasan
setiap peserta didik disertai pemberitahuan melalui e-mail.
6. Pengajar dapat memberikan penugasan baru yang terkait dengan
penugasan sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan setelah diadakan penilaian
terhadap tugas sebelumnya. Tujuannya dalah mengadakan penilaian ulang
terkait penugasan sebelumnya.
b.

Modul Chat
1. Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang
bersamaan) berbentuk teks.
2. Modul ini menyertakan foto/gambar dan profil dalam jendela chat.
3. Modul chat mendukung URL, smiles, HTML, image, dan sebagainya.
4. Semua sesi dapat direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu.
Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta didik.

45

c.

Modul Forum
1. Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, diantaranya
forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah
urutan sesuai kiriman pengguna.
2. Semua kiriman menyertakan foto pengirim.
3. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau uraian terlama dan
terbaru.
4. Forum individu dapat didaftarkan ke setiap orang. Hasil kopian dapat
dikirim melalui e-mail. Para pengajar dapat memaksa setiap orang untuk
terlibat dalam forum yang ada.
5. Guru dapat memilih untuk tidak menerima balasan (reply), misalnya untuk
forum berupa pengumuman.
6. Kumpulan diskusi dapat dipindahkan diantara forum. Fitur ini hanya
berlaku bagi pengajar.
7. Lampiran gambar (attached images) dapat ditampilkan dalam baris.
8. Jika rating forum digunakan, kita dapat memberikan batasan berupa
cakupan tanggal.

d.

Modul Pilihan (Choice)


1. Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil
pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari
para peserta didik.
2. Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang
memperlihatkan pilihan seseorang.

46

3. Para peserta didik secara opsioanal dapat diberi izin untuk melihat grafik
hasil polling secara up to date.
e.

Modul Kuis (Quiz)


1. Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada
kuis yang berbeda.
2. Pertanyaan dapat dikelompokkan dalam kategori untuk memudahkan
akses. Kategori ini bisa dipublikasikan agar dapat diakses melalui
berbagai macam pelatihan dalam situs.
3. Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika
pertanyaan yang ada dimodifikasi.
4. Kuis dapat diatur ulang dalam jangka waktu tertentu. Jika melewati jangka
waktu tersebut maka kuis tidak akan tersedia.
5. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa kali. Selain itu, kuis
dapat menampilkan umpan balik/jawaban yang tepat.
6. Pertanyaan kuis dan jawabannya dapat diacak. Fitur ini bermanfaat untuk
mengurangi kecurangan.
7. Pertanyaan dapat menggunakan kode HTML dan image (gambar).
8. Pertanyaan dapat diambil dari file eksternal (teks)
9. Kuis dapat dicoba beberapa kali jika diinginkan.
10. Percobaan dapat dilakukan secara kumulatif (jika diinginkan), dan akan
berhenti setelah beberapa opsi.
11. Pertanyaan pilihan ganda mendukung jawaban tanggal dan berganda.

47

12. Modul kuis mendukung bentuk pertanyaan dengan jawaban singkat yang
hanya berupa kata/frase.
13. Modul ini mendukung bentuk pertanyaan benar salah.
14. Modul kuis juga mendukung bentuk pertanyaan pencocokan.
15. Modul kuis mendukung bentuk pertanyaan acak.
16. Modul kuis mendukung pertanyaan bernomor (dengan cakupan tertentu).
17. Kuis dapat diatur dalam format berbentuk pertanyaan yang disertai
jawaban atau pertanyaan dengan jawaban berbentuk teks.
18. Modul kuis mendukung deskripsi teks yang disertai dengan grafik.
f.

Modul Jurnal (Journal)


1. Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses pengajar dan peserta didik.
2. Setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka.
3. Untuk jurnal tertentu, seluruh kelas dapat memberikan penilaian dalam
formulir yang terlampir pada halaman tersebut.
4. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan jurnal,
disertai pemberitahuan melalui e-mail.

g.

Modul Resource (Bahan Pelatihan)


1. Modul resource mendukung berbagai macam format (Word, Power Point,
Flash, Video, Audio, dan sebagainya).
2. File dapat di-upload dan dikelola di dalam server, atau dibuat secara on
the fly menggunakan format web (teks atau HTML).
3. Bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau disertakan dalam
antarmuka kursus/pelatihan.

48

4. Aplikasi web eksternal di web eksternal dapat di-link dengan disertai data
tambahan yang diperlukan.
h.

Modul Survei
1. Alat survei (COLLES, ALT) disertakan dalam moodle sebagai alat untuk
menganalisis kelas online.
2. Laporan survei online selalu tersedia disertai dengan grafik. Data ini dapat
di-download dalam bentuk spreasheet Excel atau file text CSV.
3. Antarmuka survei menghindari kekuranglengkapan jawaban survei
sehingga apabila ada pertanyaan yang belum dijawab, survei tidak akan
dimasukkan.
4. Umpan balik dapat diperoleh dari peserta didik sebagai perbandingan
dengan rata-rata kelas.

i.

Modul Workshop
1. Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen.
Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada ke
dalam tingkatan.
2. Modul ini juga mendukung adanya penilaian dengan rentang yang luas.
3. Pengajar dapat menyediakan dokumen contoh agar peserta didik dapat
berlatih memberikan penilaian.
4. Modul ini sangat fleksibel dengan disertai berbagai macam pilihan

8.

Aplikasi E-Learning Dalam Pembelajaran


Penerapan e-learning diantaranya untuk pembelajaran online, terutama di

perguruan tinggi. Bahkan dalam satu perguruan tinggi, ada beberapa situs e-

49

learning di masing-masing fakultas. Apalagi membuat situs pembelajaran online


pada masa sekarang ini sangatlah mudah dengan memanfaatkan modul Content
Management Service (CMS) yang sangat mudah untuk diinstalasi dan dikelola
seperti moodle. E-learning memberikan kemudahan untuk para pembelajar dalam
memperoleh sumber referensi informasi yang bermutu langsung dari sumbernya
seperti pengajar, para ahli/pakar, atau nara sumber lainnya. Selain itu,
memberikan kesempatan juga kepada para pembelajar untuk lebih peka dan kritis
karena isi materi pembelajaran yang disajikan oleh pengajar bisa dikomentari atau
dikritisi langsung. Bahkan pembelajar pun bisa memberikan apresiasi atau
persepsinya

dengan

membuat

tulisan

khusus

berkaitan

dengan

materi

pembelajaran tersebut. Dengan demikian, e-learning mampu mengembangkan


cara belajar mandiri sehingga dapat membentuk sikap kemandirian dan daya kritis
dari pembelajar. Para pembelajar dituntut untuk mencari referensi lain, selain
materi pembelajaran yang dipelajarinya, secara mandiri dengan mengakses
internet, sehingga memperoleh banyak informasi dan ilmu pengetahuan penting
dan bermanfaat dalam waktu yang singkat, kapan saja dan di mana saja. Namun
perlu pula diperhatikan dalam memperoleh informasi itu hendaknya tidak
melakukan plagiat atau penciplakan tidak bertanggung jawab karena hal ini akan
mengurangi daya kreatifitas pembelajar.
9.

Aplikasi E-Learning Berbasis Open Source Moodle


Salah satu aplikasi e-learning yang berbasis open source adalah moodle.

Moodle adalah paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis
internet dan website. Moodle pertama kali dikembangkan oleh Martin Dogiamas

50

yang mempertahankan moodle sebagai paket software e-learning yang free


(gratis) dan open source (terbuka source programnya). Moodle terus
mengembangkan rancangan sistem dan desain user interface setiap minggunya
(up to date). Oleh karena itu, moodle tersedia dan dapat digunakan secara bebas
sebagai produk open source. Sistem e-learning berbasis open source moodle yang
digunakan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja
pengajar dan pemahaman pembelajar terhadap materi pembelajaran.
Istilah moodle singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning
Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model
berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan pendidikan berbasis web
yang dinamis dan dikembangkan dengan konsep berorientasi objek. Kelebihan
moodle, antara lain:
a.

Penggunaannya tepat untuk kelas online.

b.

Hasil belajarnya relatif sama baiknya dengan belajar secara langsung tatap
muka dengan pengajar.

c.

Pengajar mempunyai hak istimewa, yaitu dapat mengubah (memodifikasi)


materi pembelajaran. Pengajar dapat mengatur pelajaran, termasuk melarang
pengajar yang lain memberikan pelajaran. Selain itu, dapat memilih bentuk
atau metode pembelajaran seperti berdasarkan mingguan, berdasarkan topik
atau bentuk diskusi.

d.

Teknologi yang digunakan bersifat sederhana, sehingga mudah, relatif murah,


dan efisien.

e.

Programnya mudah diinstal.

51

f.

Programnya cukup satu database yang diperlukannya.

g.

Pelajaran dilengkapi dengan tampilan penjelasan. Selain itu, pelajaran dapat


dipilah menjadi beberapa kategori dan dapat mendukung banyak pelajaran.

h.

Keamanan yang terjamin dengan baik.

i.

Disediakan paket untuk berbagai bahasa, sehingga memudahkan setiap


pengguna untuk memilih bahasa yang digunakan, bisa Bahasa Indonesia,
Inggris, Cina, Perancis, dan sebagainya.

E. Belajar Mandiri
1.

Pengertian Belajar Mandiri


Belajar mandiri bukan berarti hanya belajar sendiri. Belajar mandiri adalah

proses belajar yang didasarkan pada inisiatif, keinginan, atau minat pembelajar
sendiri, sehingga belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun
berkelompok, seperti dalam kelompok tutorial. Belajar mandiri adalah belajar
dengan bantuan minimal dari pihak lain. Bantuan belajar adalah segala bentuk
kegiatan pendukung yang dilaksanakan oleh pengelola pembelajaran jarak jauh
untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri pembelajar, berupa pelayanan
akademik dan administrasi akademik, maupun pribadi. Belajar mandiri adalah
peningkatan kemauan dan keterampilan pembelajar dalam proses belajar tanpa
bantuan orang lain dan tidak tergantung pada pengajar, pembimbing, teman, atau
orang lain. Tugas pengajar hanya sebagai fasilitator atau yang memberikan
kemudahan atau bantuan kepada pembelajar. Bantuan itu sifatnya terbatas seperti
dalam merumuskan tujuan belajar, memilih materi pembelajaran, menentukan
media pembelajaran, serta memecahkan masalah yang dihadapi pembelajar.

52

Menurut Stewart, Keagen dan Holmberg (Juhari, 1990) belajar mandiri


pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan bahwa setiap individu berhak
mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan. Proses pembelajaran
hendaknya diupayakan agar dapat memberikan kebebasan dan kemandirian
kepada pembelajar dalam proses belajarnya.
Kozma, Belle, Williams, 1978 dalam Panen dan Sekarwinahyu (1997)
mendefenisikan belajar mandiri sebagai usaha individu peserta didik yang bersifat
otonomis untuk mencapai kompetensi akademis tertentu. Keterampilan mencapai
kemampuan akademis secara otonom ini bila sudah menjadi milik peserta didik
dapat diterapkan dalam berbagai situasi, bukan hanya terbatas pada masalah
belajar saja, tetapi dapat juga diterapkan dalam menghadapi kehidupan seharihari. Dalam menghadapi masalah, peserta didik tidak akan tergantung pada
bantuan orang lain. Tampaknya, Knowless (1997), Kozma, Belle, Williams
(1978), Panen dan Sekarwinahyu (1997) hanya menekankan kemandirian belajar
dalam pemilihan sumber dan cara belajarnya.
2.

Model-Model Pembelajaran Mandiri


Proses pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan abad ke-21. Oleh karena

itu, setiap pembelajar memahami strategi pembelajaran yang mampu menciptakan


kemandirian. Salah satu jenis strategi pembelajaran yang mampu menciptakan
kemandirian adalah strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Dave Meier,
yaitu:

53

a.

Model SAVI
Dave Meire menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera
dan emosi dalam proses balajar yang merupakan cara belajar secara alami
yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori,
belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati
dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan
masalah dan menerangkan. Strategi pendekatan SAVI ini dilaksanakan dalam
siklus pembelajaran empat tahap yaitu:
1. Persiapan, tujuan persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,
memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
2. Penyampaian, tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan
materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan,
relevan, melibatkan pancaindra, dan cocok untuk semua gaya belajar.
3. Pelatihan, tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan
dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
4. Penampilan hasil, tujuan tahap ini membantu pembelajar menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan,
sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

b.

Model MASTER
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan
MASTER, yaitu para pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan

54

sesuatu yang dilakukan untuk pembelajar hanya pembelajar yang dapat


melakukannya. Model ini meliputi: Mind, artinya mendapatkan keadaan
pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar tentang kerja otak
dan gaya belajar dengan cara melihat relevansi, memvisualisasikan hasil yang
bermutu, memberi siwa kontrol diri, menciptakan moto kelas, dan melibatkan
orang tua. Acquire, artinya memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan
inti. Search Out, artinya mencari makna melalui pembimbing mereka,
membantu membuat kerangka visual pemikiran mereka, berfikir mendalam
dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara imajinasi terbimbing,
pertanyaan menantang, dan belajar interpersonal. Trigger, artinya memicu
memori. Exhibit, artinya memamerkan apa yang diketahui melalui teknik
tantanglah persaingan, penilaian personal, catatan prestasi, dan nilai. Reflect,
artinya merefleksikan cara belajar.
3.

Bahan Belajar Mandiri


Sesuai dengan pengertian belajar mandiri, bahan belajar mandiri adalah

bahan belajar yang disusun sedemikian rupa, sehingga relatif mudah dipelajari
peserta didik tanpa bantuan dari orang lain. Karena itu, siswa yang belajar
menggunakan bahan belajar jenis ini diharapkan dapat belajar secara mandiri.
Semua informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran telah
tersedia di bahan belajar mandiri (self-contain atau self-explanatory). Dengan
demikian siswa tidak perlu mencari informasi dilain tempat. Jenis-jenis bahan
belajar mandiri diantaranya adalah:

55

a.

Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu
dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket
modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,
lembar kerja siswa, kunci lembar siswa, lembar tes, dan kunci lembaran tes.

b.

Bahan Pembelajaran Berprogram, yaitu paket program pembelajaran


individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan
pembelajaran berprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap
bingkai atau halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang
merupakan bahan pembelajaran, pertanyaan dan balikan dari pertanyaan
bingkai lain.

c.

Digital Content berbasis web, yaitu bahan pembelajaran online dalam bentuk
pembelajaran individual yang dapat diakses oleh siswa, baik dalam bentuk
tugas pembelajaran mandiri maupun sumber-sumber belajar lainnya yang
dikemas dalam bentuk digital content.

4.

Karakteristik dan Kelebihan Belajar Mandiri


Karakteristik belajar mandiri meliputi:

a.

Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan pembelajar.


Oleh karena itu penentuan tujuan pembelajaran ditentukan bersama antara
pengajar dan pembelajar.

b.

Pembelajar belajar sesuai dengan kecepatan (pacing) masing-masing.


Pembelajar yang cepat dapat maju mendahului pembelajar yang lambat, dan
pembelajar yang lambat pun tidak menggangu pembelajar yang lain, namun
keduanya tidak ada yang dirugikan.

56

c.

Sistem belajar mandiri dilaksanakan dengan menyediakan paket belajar


mandiri yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapai atau gaya
belajar pembelajar, kemampuan yang dimiliki dan minat masing-masing
pembelajar.
Kelebihan belajar mandiri bagi pembelajar, antara lain:

a.

Pembelajar belajar maju sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.

b.

Pembelajar berinteraksi langsung dengan materi pembelajaran yang sedang


dipelajari.

c.

Pembelajar memperoleh tanggapan langsung mengenai jawaban atau tes yang


ia kerjakan sehingga mendapat kepuasan.

d.

Pembelajar memperoleh pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran.

e.

Pembelajar dapat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang


belum dikuasai dan mengulang dengan cepat hal-hal yang telah dikuasai.

f.

Pembelajar memperoleh kesempatan untuk mendalami materi pembelajaran


yang dipelajarinya tanpa dibatasi, sehingga dapat belajar sampai batas
kemampuannya.
Kelebihan belajar mandiri bagi pengajar, antara lain:

a.

Dapat membebaskan diri dari menerangkan keterampilan-keterampilan dasar


yang sifatnya rutin.

b.

Dapat menyediakan materi pembelajaran yang lebih tepat bagi kebutuhan


setiap pembelajar.

c.

Dilengkapi dengan alat tes diagnostik sehinggga dapat mengenal kelebihan


dan kekurangan pembelajar.

57

d.

Dapat menggunakan waktu bersama pembelajar yang paling memerlukan


bantuan.

e.

Dapat menyediakan materi pembelajaran yang dirancang dengan cermat dan


disusun dengan baik.

f.

Pengajar lebih banyak memperoleh kepuasan kerja karena dapat memberikan


bantuan yang berguna.

g.

Dapat bertindak bukan sebagai penceramah tetapi sebagai pembimbing.

5.

Proses Belajar Mandiri


Proses belajar mandiri mengubah peran pengajar menjadi fasilitator atau

perancang proses belajar dengan materi pembelajaran yang sudah dirancang


khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya.
Tugas perancang proses belajar mengharuskan pengajar untuk mengolah materi
pembelajaran ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri. Pengajar
membantu pembelajar mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra
belajar untuk materi pembelajaran tertentu pada program tutorial.
Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi pembelajaran yang
dirancang khusus, dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain:
a.

Kejelasan rumusan tujuan belajar.

b.

Materi pembelajaran dikembangkan setahap, dikemas mengikuti alur desain


pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.

c.

Materi pembelajaran merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada


rumusan tujuan belajar, materi pembelajaran, contoh, ilustrasi, evaluasi
penguasaan materi pembelajaran, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.

58

d.

Materi pembelajaran dapat disampaikan kepada pembelajar melalui media


cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.

e.

Materi pembelajaran itu dikirim dengan menggunakan teknologi canggih


dengan internet (situs tertentu) dan e-mail, atau jasa layanan pos, atau juga
dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh pembelajar.

f.

Penyampaian materi pembelajaran dapat pula disertai program tutorial, yang


diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan
kesepakatan bersama.

6.

Belajar Mandiri Berbasis E-Learning


Penerapan e-learning diantaranya untuk pembelajaran online. E-learning

memberikan kemudahan untuk pembelajar dalam memperoleh sumber informasi


yang bermutu langsung dari sumbernya. Pembelajar pun menjadi lebih peka dan
kritis terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh pengajar. Dengan
demikian, e-learning mampu mengembangkan cara belajar mandiri sehingga
dapat membentuk sikap kemandirian dan daya kritis dari pembelajar. Pembelajar
mampu mencari referensi lain, selain materi pembelajaran yang dipelajarinya,
secara mandiri dengan mengakses internet, sehingga memperoleh banyak
informasi dan ilmu pengetahuan penting dan bermanfaat dalam waktu yang
singkat, kapan saja dan di mana saja.
Efektifitas e-learning sangat bergantung kepada pembelajarnya. Penerapan
e-learning membutuhkan kedisiplinan, kesadaran, dan motivasi yang tinggi dari
para pembelajar untuk belajar mandiri secara online. Pembelajar tidak meminta
bantuan orang lain atau menyontek untuk mengerjakan tugas-tugasnya, apalagi

59

dalam sistem pembelajaran jarak jauh di dunia maya yang tidak ada pengawasan
secara langsung dari pengajar. Untuk itu pertemuan tatap muka langsung masih
diperlukan untuk memberikan bimbingan atau pengawasan dalam mengerjakan
tugas atau ujian.
7.

Belajar Mandiri Dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh


Wedemer (1983) mempunyai gagasana bahwa untuk mengatasi persoalan

jarak dalam sistem pendidikan terbuka jarak jauh perlu diciptakan sistem
pembelajaran yang memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a.

Peserta didik belajar terpisah dari guru/instruktur.

b.

Isi pelajaran disampaikan melalui tulisan atau media lainnya.

c.

Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan individual dan proses belajar


terjadi melalui kegiatan peserta didik.

d.

Belajar dapat dilakukan di tempat yang dianggap sesuai untuk peserta didik di
lingkungannya sendiri.

e.

Peserta didik bertanggungjawab atas kemajuan belajarnya, dan mempunyai


kebebasan dalam menentukan kapan akan mulai dan akan berhenti belajar,
serta kebebasan dalam menentukan kecepatan belajarnya.
Karena terpisahnya atau karena adanya jarak anatara guru/instruktur dari

siswa/pesertanya, peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri. Namun,


karena tidak semua peserta didik dapat belajar secara mandiri benar, perlu adanya
komunikasi antara peserta didik dengan guru/instruktur. Hubungan antara jarak
dan kemandirian ini digambarkan dengan baik oleh Moore (1983) dalam teorinya

60

yang disebut Jarak Transaksi dan Kemandirian Peserta Didik (Transaction


Distance and Learner Autonomy) yaitu:
Jarak dalam sistem PPTJJ itu jangan dilihat berdasarkan jarak geografis atau
jarak fisik yang ada antara guru/instruktur dan peserta didik. Pendidikan
terbuka/jarak jauh merupakan konsep pendidikan di mana hubungan antara
guru/instruktur dan peserta didik tergantung pada tiga hal, yaitu: (1) interaksi
antara guru/instruktur dan peserta didik (dialog), (2) struktur program
pembelajarannya (struktur), dan (3) sifat atau tingkat kemandirian peserta didik
(otonomi).
F. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
1.

Konsep Pembelajaran Teknologi


Teknologi

pembelajaran

adalah

teori

praktek

dalam

desain

pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk


belajar (instructional technology,2005:1)
Berdasarkan pandangan tentang sejarah teknologi pembelajaran, Saettler
(1990) berpendapat teknologi sebagai upaya yang lebih terpusat pada peningkatan
keterampilan dan organisasi kerja dibandingkan dengan mesin dan peralatan.
Teknologi modern digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan praktis dalam
meningkatkan produktivitas. Demikian pula

Heinich, Molenda dan Russell

(1993) mendefenisikan Teknologi Pembelajaran sebagai penerapan pengetahuan


ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar dan
mengajar.
Teknologi pembelajaran seringkali didefenisikan sebagai penerapan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan belajar, ini
merupakan suatu pandangan yang mengasumsikan bahwa ilmu dan teknologi
tidak terpisahkan. Hal ini merupakan mitos. Ilmu dan teknologi ada kaitannya

61

tetapi terpisah. Seorang sejarawan Perancis, Frdinand Braudel, setelah mengamati


kehidupan sehari-hari pada abad ke-15 dan ke-18, berpendapat bahwa :
Sebenarnya segala sesuatu adalah teknologi; bukan hanya usaha manusia yang
paling memeras keringat saja melainkan juga usahanya yang membosankan dan
dilakukan dengan penuh kesabaran agar dikenal oleh dunia luar, bukan hanya
perubahan cepat yang kita maksudkan dengan revolusi.melainkan juga
peningkatan proses dan sarana (tools) maupun kegiatan-kegiatan lain yang berarti
tetapi merupakan buah dari akumulasi pengetahuan.Marcel Mauss biasa
mengatakan Apa yang saya namakan teknologi adalah tindakan tradisional yang
efektif. Dengan kata lain teknologi menyiratkan tindakan seseorang atau suatu
generasi terhadap yang lain.akan tiba saatnya teknologi dapat menjawab apa
yang saat ini dianggap tidak mungkin dicapai atau dimanfaatkan secara penuh
karena alasan sosial ekonomi maupun psikologi. Akan tiba pula saatnya teknologi
sampai akan menghentikan upaya dimana secara material maupun teknologi akan
menghentikan upaya. Dalam hal yang terakhir ini bila kemudian batas ini tidak
lagi dapat menahan tekanan kebutuhan maka perlu ada terobosan teknologi yang
menjadi pijakan perkembangan. Namun daya yang mampu mengatasi rintangan
itu tidak pernah merupakan bagian internal yang sederhana dari ilmu atau
teknologi. (Braudel:334-335).
Braudel mengingatkan bahwa teknologi bukannya sekedar aplikasi ilmu
pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan
suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar
bertindak.

62

2.

Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) adalah:
1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi
untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
3. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan
mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi,
sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.
4. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja,
dan berbagai aktifitas dalam kehidupan seharihari.
5. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal,
menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil
mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
6. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif,
kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah
sehari-hari.
3.

Pemanfaatan TIK Sebagai Media Pembelajaran


Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah

digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan.


Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran
pekerjaan bidang administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word,
excel dan access. Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen
utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media
pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi.

63

Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa
dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi
secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam
kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi,
mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi
mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya
Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa
dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami
penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi
dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar
informasi secara efisien dan efektif. Dengan menggunakan Teknologi Informasi
dan Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari
berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan
belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan
sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang
akan datang.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu
Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala

64

hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak
terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang
terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan
informasi antar media.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Sebagai Media
Pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bukan merupakan
teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari hardware dan
software. Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan
software yang tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Cara
lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang
berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya
tersedia). Contoh adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya
menggunakan aplikasi moodle.

Anda mungkin juga menyukai