DIARE
KELOMPOK 5
030.07.193
Novitri Anggraeni
030.07.194
Nur Azizah
030.07.195
Nurfira Fatimah
030.07.196
Nurisnan Olfyanto S.
030.07.199
Oriana Puji P.
030.07.201
030.07.202
030.07.204
Primanda Andyastuty
030.07.205
Putri Balqis
030.07.206
030.07.207
Putri Kurniasari
030.07.208
Putri Mulyati
030.07.209
Rangga Novandra
030.07.210
030.07.309
030.07.310
030.07.311
030.07.312
030.07.313
030.07.314
Pendahuluan
Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka kematian yang
masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang
tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan
mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rational.
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan
yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan
dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap di beberapa penelitian.
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) , kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200gr atau
200ml/24 jam. Berdasarkan lamanya waktu diare, WHO membagi diare ke dalam tiga
kelompok, yaitu diare akut (kurang dari dua minggu), diare persisten (2 minggu-2 bulan),
setra diare kronik (lebih dari dua bulan). World Gastroenterologi Organisation Global
Guidelines 2005 mendefinisikan diare akut sebagai passage tinja yang cair atau lembek
dengan jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung kurang dari 15 hari.
Etilogi
Diare akut dapat terjadi akibat faktor infeksi atau faktor noninfeksi. Faktor infeksi
yang dapat menyebabkan diare adalah bakteri, parasit, serta virus. Sedangkan faktor
noninfeksi yang dapat menyebabkan diare antara lain keracunan makanan, efek obat-obatan,
serta defisiensi enzim pencernaan.
Pathogenesis
sekresi aktif ion klorida ke dalam lumen usus meningkat yang disertai air,
darah.
terjadi
4. Tunika adventisia/serosa
kimus, makanan akan masuk ke dalam usus halus dimana epitel sel usus halus akan
menghasilksan enzim disakaridase untuk mencerna komponen disakarida menjadi
monosakarida, enzim tripsinogen, kimotripsinogen, dan karboksipeptidase yang akan
menghidrolisis protein dalam bentuk molekul dengan BJ kecil menjadi asam amino.
Setelah megabsorbsi makanan, kemudian sisa makanan akan menuju ke usus besar
untuk penyerapan air. Akibat penyerapan air, feses menjadi lebih padat dan akhirnya
dikeluarkan (defekasi) melalui anus. Pada keadaan normal, ketika kita mengkonsumsi
cairan, penyerapan cairan akan terjadi di membran usus melalui proses difusi,
selanjutnya air dari mukosa usus akan berosmosis ke pembuluh darah. Proses ini bisa
juga terjadi sebaliknya, bila makanan yang dikonsumsi hiperosmotik, maka usus akan
menarik air dari pembuluh darah dan mensekresinya, sehingga makanan atau kimus
bisa isoosmotik dengan darah. Air juga dapat ikut terserap jika ada partikel terlarut
yang diabsorbsi masuk ke darah. Oleh karena itu ketika ion-ion dan nutrien
diabsorbsi, air dengan isoosmotik yang sama juga diabsorbsi.
Oleh karena sifat air yang cenderung mengikuti perpindahan partikel / zat, maka pada
keadaan diare, banyak natrium yang disekresi ke lumen dan hal ini juga diikuti oleh
perpindahan air ke lumen, sehingga tinja menjadi lebih cair.
Pada penderita diare lapisan epitel usus menjadi rusak. Akibat dari rusaknya
epitel usus, enzim-enzim pencernaan yang melekat pada mukosa usus halus akan
menjadi berkurang. Berkurangnya enzim-enzim pencernaan menyebabkan cairan
yang disekresikan ke usus menjadi berkurang. Makanan di usus menjadi tidak dapat
diserap sehingga makanan di dalam usus menjadi hiperosmotik.
Pada gizi buruk mikroorganisme masuk menuju usus halus. Di usus halus mikro
organisme mengeluarkan toksin. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperperistaltik usus
sehingga sekresi cairan usus meningkat. Sekresi cairan usus yang meningkat mengakibatkan
enzim pencernaan menjadi berkurang. Makanan yang dicerna menjadi berkurang sehingga
menimbulkan diare.
Intrasel
Ekstrasel
Bayi premature
30
50
Neonatus
35
35-40
Anak
35
30
Dewasa
40-45
15-20
Mekanisme tubuh mempertahankan keseimbangan antara cairan intra dan ekstrasel :
Akibat sifat air yang selalu bergerak dari konsentrasi air yang tinggi (zat terlarut
rendah) ke tempat yang konsentrasi airnya rendah (zat terlarut tinggi), maka
mekanisme
tubuh
mempertahankan
keseimbangan
cairan
intraseluler,
dan
Absopsi :
Na paling banyak di jejunum, sedikit di gaster (dipengaruhi oleh pompa K dan
Na), dengan aktivasi ATPase. Na diatur oleh pusat dahaga oleh perasaan haus
(hypothalamus) dan evaporasi.
Ekskresi :
Terutama di ginjal, reabsorpsi kembali Na (oleh aldosteron). Kalium (oleh
aldosteron. Na masuk sel lebih lambat ke sel daripada K, disetimbangkan
dengan transport aktif. K+ dipengaruhi oleh vitamin D. Jika vitamin D menurun
maka absorpsi K+ juga menurun.
Mekanisme mempertahankan keseimbangan antara cairan intra dan ekstrasel :
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
d.
lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralis listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan
positif.
e.
mEq/L
Anion (-)
mEq/L
Na+
142
HCO3-
27
K+
Cl-
103
Ca2+
HPO4-
Mg2+
SO4-
Organic acid
Protein
16
TOTAL
155
TOTAL
155
mEq/L
Anion (-)
mEq/L
Na+
10
HCO3-
10
K+
141
Cl-
Ca2+
HPO4-
11
Mg2+
31
SO4-
Protein
Penyimpangan volume cairan extrasel yang menyertai perubahan beban garam akan
mencetuskan respon kompensasi ginjal yang dengan cepat memulihkan beban Na+ dan volume
cairan ekstrasel ke tingkat normal. Natrium difiltrasi secara bebas di glomerulus dan
direabsorpsi secara aktif, tetapi ion ini tidak disekresikan oleh tubulus. Ginjal menyesuaikan
jumlah garan yang diekskresi dengan mengontrol dua proses yaitu laju filtrasi glomerulus
(GFR) dan yang lebih penting adalah reabsorpsi Na+ di tubulus.
dalam tubuh akan mengakibatkan penurunan aliran darah ke glomerulus , GFR akan menurun
dan demikian jumlah Na+ dan cairan yang menyertainya yang difiltrasi juga akan berkurang.
Garam dan cairan yang seharusnya difiltrasi dan diekskresi sekarang ditahan dan membantu
memperkecil reduksi volume cairan dan mengatasi penurunan beban Na+ dalam tubuh.
Sebaliknya peningkatan volume cairan ekstrasel dan Na+ akan secara refleks dilawan oleh
respon baroreseptor yang menyebabkan peningkatan GFR dan menyebabkan peningkatan
ekskresi garam dan cairan.
pH dalam tubuh dipertahankan antara 7,35-7,45. Bila pH kurang dari 7,35 maka
keadaan tersebut dikatakan asidemia sedangkan bila pH lebih dari 7,45 disebut alkalemia.
Cara mempertahankan pH dalam tubuh :
Sistem Buffer : sistem ini mengubah asam dan basa kuat menjadi asam dan basa
lemah
Ex :
a) Pembentukan karbamino oleh hemoglobin :
Hb NH2COO- Hb NH2COOK
b) H2CO3 Na2HCO3
c) NaH2PO4 Na2HPO4
Homeostatis ginjal :
Kelebihan asam akan dikeluarkan oleh ginjal dengan membentuk urin yang asam.
Walaupun demikian ginjal tidak mampu membentuk urin dengan pH < 4,6.
Ginjal menetralisasi asam dengan 2 cara :
a) NH4 digabungkan dengan PO4 dan SO4 sehingga ion Na tidak dikeluarkan dari
tubuh.
b) Dalam epitel tubulus Ha2HPO4 diubah menjadi Na2HPO4 sehingga ion Na
pH dalam tubuh dipertahankan antara 7,35-7,45. Bila pH kurang dari 7,35 maka keadaan
tersebut dikatakan asidemia sedangkan bila pH lebih dari 7,45 disebut alkalemia.
Identitas masalah
Identitas pasien
Jenis kelamin: lelaki
Usia: 3 tahun
Berat badan: 9kg
Panjang badan: 79cm
Riwayat penyakit
Diare selama 2 hari
Frekuensi diare 6-8x/hari
Muntah-muntah sebanyak 3x sebelum ke RS
Demam
Batuk pilek
Tinja cair berlendir kira-kira gelas setiap kali diare
Riwayat kelahiran
Urutan pemeriksaan dalam menaggulangi masalah diare dilakukan dalam empat tahap, yaitu
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisk
3. Pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang lainnya
Anamnesis:
Anamnesis sangat penting dalam menegakan diagnosis etiologi. Dalam melakukan anamnesis
perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
Waktu dan frekuensi , misalnya lama diare kurang dari 3 bulan , sepanjang hari atau
mendadak mengarah ke penyakit organic; diare yang tidak bisa di tahan mengarah ke
penyakit inflamatorik; sedangkan diare dengan riwayat berpergian pada turis
mengingatkan pada travellers diarrhea atau tropical spru
Penggunaan obat, seperti laksans, antibiotika anti kanker, anti depresan dan
prostigmin dapat menyebabakan diare
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik atau manisfestasi klinis kebanyakan tidak spesifik dan sering menujukan
adanya malabsorsi nutrisi dan defisiensi vitamin dan elektrolit
Perkusi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis kausal yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Dalam praktik sehari-hari,
pemeriksaan laboratorium lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5 7 hari.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik dan mikroskopik
b. Biakan kuman
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d. pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap
b. Pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali (jika dengan pemberian RL
intravena masih terdapat asidosis)
c. Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal)
3. Intubasi duodenal, pada diare kronik untuk mencari kuman penyebab
CAIRAN REHIDRASI ORAL
Komposisi oralit menurut WHO/UNICEF adalah
kandungan
jumlah
ion
Konsentrasi
NaCl
3,5 gr/l
natrium
90 mmol/l
KCl
1,5 gr/l
Sitrat
10 mmol/l
Glukosa
20 gr/l
Kalium
80 mmol/l
klorida
Trinatrium
sitrat
2.5 gr/l
glukosa
111 mmol/l
Konsentrasi
K+
harus
sekitar
20
mmol/l
untuk
mengganti
kekurangan kalium
intravena
intravena
Kurang stabil
Kalorinya rendah
rehidrasi intravena
Waktu yang dibutuhkan lebih cepat
terlebih dahulu
Pasien yang diterapi dengan cairan
rehidrasi oral lebih sedikit yang
Kebutuhan
Jenis cairan
Cara/lama
cairan
Ringan, 5%
IV/ 3 jam
Sedang, 6-9%
70 ml/kg/ 3
NaCl 0,9%
IV/ 3 jam
IV/ 1 jam
jam
Berat, > 10%
Neonatus
Dehidrasi Berat
Dehidrasi Sedang
5 tetes/kg BB/menit (2
3 tetes/kg BB/menit
jam)
(24 jam)
3 tetes/kg BB/menit
(22 jam)
Dehidrasi Ringan
2 tetes/kg BB/menit
Obat antidiare
Pemberian obat pengeras tinja (kaolin,pectin) dan obat anti diare (difenoksilat dan
loperamid) tidak dianjurkan. Obat-obatan ini berbahaya karena memberikan kesan
sembuh palsu dan yang paling penting mempengaruhi motilitas usus yang justru
menghambat pengeluaran bakteri bersama tinja dan member kesempatan kepada
bakteri untuk lebih lama dalam tubuh dan berkembangbiak di dalam usus
Antibiotika
Intolerans Laktose
Dengan cara melakukan test pada kadar glukosa gula darah,
Pengobatan dietetik :
sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik, dipakai singkatan O-B-E-S-E,
sebagai singkatan dari Oralit, Breast feeding, Early feeding, Simultaneously with Education.
Cara pemberian makanan :
a) Pada bayi dengan ASI
ASI dilanjutkan bersama-sama dengan oralit secara bergantian. Pada bayi berumur <
4 bulan(sudah mendapatkan buah-buahan, makanan tambahan) dilanjutkan dengan
fase readaptasi, sedikit demi sedikit makanan diberikan kembali seperti sebelum sakit.
b) Pada bayi dengan susu formula
Diberikan oralit, selang-seling dengan susu formula. Jika bayi telah mendapatkan
makanan tambahan, makanan tambahan untuk sementara dihentikan, diberikan sedikit
demi sedikit mulai hari ke 3.
c) Anak anak berumur lebih dari satu tahun
Dengan gizi buruk ( berat badan < 7 kg), realimentasi sama dengan bayi.
Dengan gizi baik, realimentasi sebagai berikut :
1) Hari 1 : Oralit + bubur tanpa sayur + pisang
2) Hari 2 : Bubur dengan sayur
3) Hari 3 : makanan biasa
Tindakan Rehidrasi pada diare :
a) Rehidrasi oral :
Dehidrasi ringan/ sedang :
1. Ad libitum
2. NGT(naso gastric tube)
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCL dan glukosa. Kadar Na
90mEq/l untuk kolera akut dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan
dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi(untuk pencegahan dehidrasi).
Formula sederhana hanya mengandung NaCl dan sukrosa/ karbohidrat lain,
misalnya larutan gula garam,air tajin garam, tepung beras garam dan
sebagainya untuk pengobatan pertama dirumah.
6. pH dalam tubuh dipertahankan antara 7,35-7,45. Bila pH kurang dari 7,35 maka keadaan
tersebut dikatakan asidemia sedangkan bila pH lebih dari 7,45 disebut alkalemia.
Cara mempertahankan pH dalam tubuh :
Sistem Buffer : sistem ini mengubah asam dan basa kuat menjadi asam dan basa
lemah
Ex :
a) Pembentukan karbamino oleh hemoglobin :
Hb NH2COO- Hb NH2COOK
b) H2CO3 Na2HCO3
c) NaH2PO4 Na2HPO4
Homeostatis ginjal :
Kelebihan asam akan dikeluarkan oleh ginjal dengan membentuk urin yang asam.
Walaupun demikian ginjal tidak mampu membentuk urin dengan pH < 4,6.
Ginjal menetralisasi asam dengan 2 cara :
c) NH4 digabungkan dengan PO4 dan SO4 sehingga ion Na tidak dikeluarkan dari
tubuh.
d) Dalam epitel tubulus Ha2HPO4 diubah menjadi Na2HPO4 sehingga ion Na
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah),
terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang
dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya
udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Oralit
yang menurut WHO mempunyai
komposisi campuran Natrium Klorida,
Kalium Klorida, Glukosa dan
Natrium Bikarbonat atau Natrium
Sitrat
2. Terapi lanjutan.
Segera setelah sirkulasi dapat dipulihkan kembali, terapi cairan berikutnya
untuk mengkoreksi secara menyeluruh sisa defisit air dan Na serta mengganti
kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berjalan ( ongoing losses ) serta
kehilangan obligatorik (kebutuhan rumatan). Walaupun pemberian K sudah dapat
dimulai , namun hal ini tidak esensial, dan biasanya tidak diberikan sebelum 24 jam.
Perkecualian dalam hal ini adalah bila didapatkan hipokalemia yang berat dan nyata.
Pada saat tercapainya tahap ini, kadang perlu diketahui nilai elektrolit serum sehingga
terapi cairan dapat dimodifikasi sesuai dengan kadar Na yang ada (isonatremi,
hiponatremi atau hipernatremi).
Penggantian Cairan pada Anak dengan Gastroenteritis5
Derajat dehidrasi
Cairan intravena/infus
50 ml/kg BB dalam 3 4
Tidak direkomendasikan
Sedang (5 - 10%)
jam
100 ml/kg BB dalam 3 4
Tidak direkomendasikan
jam
100 150 ml/kg BB dalam
Kehilangan BB berlanjut
atau muntah
atau muntah
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam
penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringansedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat,
syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut.3
Pengaturan diet penderita diare
Pada penderita diare, tidak dianjurkan untuk berpuasa, kecuali jika terjadi muntah-muntah
berat, sebaliknya penderita justru dianjurkan minum sari buah, teh, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindari
karena adanya defisiensi enzim laktase yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
Minuman beralkohol dan berkafei juga harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas
dan sekresi usus.
Daftar pustaka
1. Banks JB, Meadows S. Intravenous Fluids for Children with Gastroenteritis. Clinical
Inquiries, American Family Physician, January 1 2005. American Academy of Family
Physicians.
2. Suraatmaja S. Gastroenterologi Anak. Diare. Jakarta: Sagung Seto. 2007; p. 1-24.
3. Sulaiman A, Akbar N. Gastroenterologi Hepatologi. Diare. Jakarta: Sagung Seto. 1997; p.
21-33.
4. Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Gastroenterologi. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007; p. 283-94.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Keseimbangan Cairan dan AsamBasa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001; p. 506-33.
6. Suraatmaja S. Gastroenterologi Anak. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Jakarta: Sagung Seto. 2007; p. 53-68.
7. Nelson WE. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. 15th ed. Diare Kronis. Jakarta: Penerbit Buku
Giebisch G. Gennari FJ. Disorder of Potasium Metabolism. 3rd ed. Boston Kluwer
Academic. 1997.
11. The Kidney Physiology and Pathophysiology. New York Raven 1992;2165-90.
Compton SJ, Lux RI, Ramsey MR, Stelich KR, Sangunetti MC, Green LS. Genetical