PEMBAHASAN
IV.1
Manajer Mutu I
Manajer Mutu II
Planner
Jaminan Mutu
Regu Bahan
Bakar
Regu Kimia
Regu Fisika
IV.2
jaminan mutu. Tugas pokok seksi jaminan mutu adalah untuk menjamin mutu incoming dan
outgoing sesuai standard yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam SNI yang merupakan
adopsi penuh dari ASTM.
IV.3
memastikan kualitas bahan mentah, bahan bakar, dan produk jadi benar-benar sesuai target.
Seksi ini bertindak sebagai quality assurance di SEMEN INDONESIA. Dalam menjalankan
tugasnya, Seksi Jaminan Mutu memiliki 3 laboratorium, yakni Laboratorium Kimia,
Laboratorium Batu Bara dan Bahan Bakar Alternatif, serta Laboratorium Fisika.
IV.3.1. Laboratorium Kimia
Adalah laboratorium yang mengadakan analisa bahan untuk memeriksa oksida-oksida
semen. Sampel yang diambil berupa produk semen hasil dari hasil gilingan finish mill. Tugas
Bab IV Pembahasan
laboratorium kimia adalah melakukan analisa kuantitatif dengan cara gravimetri untuk
komposit produk semen meliputi analisa kadar SiO2,Al2O3,CaO,SO3,Fe2O3, free lime dan
insulubel.
IV.3.2. Laboratorium Fisika
Laboratorium fisika bertugas memeriksa sifat-sifat fisis, yaitu:
1. Bahan mentah
Pada laboratorium fisika, bahan mentah yang diuji hanya trass yaitu dengan menguji
kuat tekannya (pozzolan activity).
Frekuansi
: 75%
: 800 Psi
H2O bebas
: 10%
2. Semen
a. Setting Time
adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras, mulai penambahan air sampai
pengadukan. Analisa dilakukan dengan metode vicat yang dilakukan dalam waktu
45-330 menit, atau dengan metode gillmore yaitu dengan menggunakan peralatan
bersuhu 21oC 25oC, kelembaban 95% dan dilaukan selama 1 jam penentrasi.
Frekuensi dilakukan selama satu kali sehari.
b. Kuat Tekan Semen
yaitu kemampuan semen untuk menerima tekanan. Analisa dilakukan dengan
membuat semen yang dicetak dan dibiarkan dikamar lembab selama 3,7 dan 28 hari
lalu ditekan. Frekuensi dilakukan selama satu kali sehari.
c. False Set
yaitu pengerasan semua dari pasta semen disertai tanpa disertai panas hidrasi yang
berlangsung selama beberapa menit. Pengerasan semua ini dapat dihilangkan dengan
penambahan pengadukan. Frekuensi dilakukan selama satu kali sehari.
d. Kehalusan
Kehalusan semen berpengaruh pada kekuatan semen, semakin halus semen maka
kekuatan semen semakin tinggi. Frekuensi dilakukan selama satu kali sehari.
Laporan Kerja Praktek
PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
61
Bab IV Pembahasan
e. Pemuaian
yaitu dengan mengeringkan produk selama 24 jam kemudian dimasukkan dalam
autoclave selama 3 jam. Bila semen mempunyai kadar free lime yang terlalu tinggi
makan pemuaiannya akan lebih cepat.
IV.4
Data-data diambil pada tanggal 8 bulan Juli 2013 Laboratorium Pengendalian Proses dan
Laboratorium Jaminan Mutu PT. SEMEN INDONESIA (Persero), Tbk. Pabrik Tuban Unit 4.
IV.4.1 Perhitungan Neraca Massa
Untuk menghitung kebutuhan energi yang diperlukan kiln, maka sistem yang ditinjau adalah
sistem overall.
Basis : 1 jam operasi
a. Massa Input
% Berat
SiO2
13,36
Al2O3
3,84
Fe2O3
2,24
CaO
42,8
MgO
1,3
62
Bab IV Pembahasan
Diketahui :
% CaCO3
H2O
0,5
K2O
0,4
Na2O
0,21
SO3
Cl
0,03
Total
64,68
BM CaCO3
BM MgCO3
= 84 gr/ mol
BM CaO
= 56 gr/ mol
BM MgO
= 40 gr/ mol
BM CaCO3
x % CaO
BM CaO
100 x 42,8%
56
= 76,42%
% Mg CO3
BM MgCO3
x % MgO
BM MgO
= 84
x 1,3%
40
= 2,73 %
massa SiO2 =
13,36
x 601000 kg
100
= 80293,6 kg
63
Bab IV Pembahasan
dengan cara yang sama dapat diketahui massa masing-masing komponen yang menjadi umpan
kiln, sehingga diperoleh massa sebagai berikut:
Komposisi
% berat
SiO2
Al2O3
13,36
3,84
80293,6
23078,4
Fe2O3
2,24
13462,4
CaCO3
76,42
459335,7
MgCO3
2,73
16407,3
H2O
0,5
3005
K2O
0,4
2404
Na2O
0,21
1262,1
SO3
Cl
0,03
180,3
Total
99,74
601000
% berat
massa(kg)
SiO2
13,36
71902,9
Al2O3
3,84
20666,7
Fe2O3
2,24
12055,5
CaCO3
76,42
411335,1
MgCO3
2,73
14692,7
H2O
K2O
0,4
2152,7
Na2O
0,21
1130,2
64
Bab IV Pembahasan
SO3
0,43
2314,2
Cl
0,03
161,4
Total
99,854
538195,5
Reaksi calsinasi di suspension preheater berlangsung dengan derajat calsinasi 94 % (asumsi data
pabrik )
Komponen yang mengalami kalsinasi, yaitu CaCO3 dan MgCO3
Reaksi (1) :
CaCO3
CaO + CO2
CaO Terbentuk
BM CaO
x Berat CaCO3 yangterkal sin asi
BM CaCO3
= 56
x 386655,02 kg
100
= 216526,81 kg
CO2 Terbentuk
CaCO3 Sisa
Reaksi (2):
Mg CO3
MgO + CO2
= 0,94 x berat Mg CO3 dalam umpan
= 0,94 x 14692,7
= 13811,17 kg
65
Bab IV Pembahasan
MgO Terbentuk
BM MgO
x Berat MgCO3 yang terkal sin asi
BM MgCO3
40 x 13811,17 kg
84
= 6576,74 kg
CO2 terbentuk
x 13811,17 kg
84
= 7234,42 kg
= [ Berat MgCO3 Berat MgCO3 reaksi ]
MgCO3 sisa
= 14692,7- 13811,17
= 2514,09 kg
Komposisi umpan kiln setelah kalsinasi:
komponen
SiO2
71902,9
Al2O3
20666,7
Fe2O3
12055,5
CaCO3 sisa
70384,1
MgCO3 sisa
2514,1
CaO
216526,8
MgO
6576,7
K2O
2152,7
Na2O
1130,2
SO3
2314,2
Cl
161,4
total
406385,5
66
Bab IV Pembahasan
= 32510 kg/jam
% berat
Massa(kg)
51,77
3,72
0,55
20,23
0,32
10,32
13,25
100
16830,4
1209,3
178,8
6576,7
104,1
3355,1
4307,5
32510
%berat
Massa (kg)
36,99
21,5
5,54
28,94
2,38
5,82
101,17
1593,3
926,1
238,6
1246,6
102,5
250,7
4307,5
BM C
= 12 gr/ mol
= 2 gr/ mol
= 32 gr/ mol
BM O2
= 32 gr/ mol
67
Bab IV Pembahasan
Sehingga :
Reaksi 1 :
C + O2
CO2
BM CO2
x Berat C
BM C
= 44
x 16830,4 kg
12
= 61711,5 kg
O2 yang diperlukan
BM O2
x Berat C
BM C
= 32 x 16830,4 kg
12
= 44881,1 kg
Reaksi 2 :
S + O2
SO2
BM SO2
xBerat S
BM S
= 64 x 104,1 kg
32
= 208,1 kg
O2 yang diperlukan
BM O2
xBerat S
BM S
= 32 x 104,1 kg
32
= 104,1kg
Reaksi 3:
H2 + O2
H2O
=
BM H 2 O
x Berat H 2
BM H 2
68
Bab IV Pembahasan
= 18 x 1209,3 kg
2
= 10884,3 kg
O2 yang diperlukan
BM O2
x Berat H 2
BM H 2
1
2
= 1 32 x 1209,3
2
= 9674,9 kg
Udara pembakaran yang digunakan 3,30 % excess (rata-rata excess dari flowsheet kiln
process Tuban 4), sehingga :
Kebutuhan O2 sesungguhnya = 103,3 % x kebutuhan O2 teoritis
= 103,3 % x 48083,3 kg
= 49670,1 kg
100
x Kebutuhan O2 Sesungguhnya
21
= 100
49670,1
21
= 236524,2 kg
69
Bab IV Pembahasan
N2 dari udara =
79
x Kebutuhan udara Sesungguhnya
21
= 79 x 236524,2 kg
21
= 186854,2 kg
N2 total
= (186854,2 + 178,8 kg
= 187033 kg
O2 sisa pembakaran
teoritis
= (49670,1 - 48083,3)kg
= 1586,7 kg
H2O total
massa (kg)
61711,5
187033,1
14239,3
208,1
263192,1
Pada Pabrik Tuban Unit 4 tidak menggunakan bahan bakar alternatif seperti sekam sehingga
bahan bakar murni menggunakan batubara
Umpan Kiln
SiO2 total
Al2O3 total
70
Bab IV Pembahasan
Fe2O3 total
CaO total
MgO total
SO3 total
Berat (kg)
SiO2
73496,2
Al2O3
21592,8
Fe2O3
12294,2
CaCO3
70384,1
MgCO3
2514,1
CaO
217773,4
MgO
6679,2
K2O
2152,7
Na2O
1130,2
SO3
2564,9
Cl
161,4
Ash
4307,5
Total
415051,1
71
Bab IV Pembahasan
Massa (kg)
601000
32510
236524,4048
TOTAL
870034,4048
OUTPUT
Komponen
H2O yang menguap
CO2 hasil calsinasi
O2 sisa pembakaran ghp
Umpan kiln
Gas hasil pembakaran
TOTAL
Massa (kg)
3005
177362,635
1586,75133
415051,11
263192,094
860197,591
Hasil diatas tidak balance, sehingga apabila dibalance akan menjadi seperti tabel dibawah.
INPUT
Komponen
Umpan masuk Preheater
Umpan batu bara
Udara tersier
Massa (kg)
601000
32510
236524,4048
TOTAL
870034,4048
Rotary Kiln
udara sekunder
OUTPUT
Komponen
H2O yang menguap
CO2 hasil calsinasi
O2 sisa pembakaran ghp
Umpan kiln
Gas hasil pembakaran
TOTAL
udara primer
umpan kiln
klinker panas
Kiln
gas
Massa (kg)
3005
177362,635
1586,75133
424887,924
263192,094
870034,405
batubara
GHP
O2 sisa pembakaran
Di dalam rotary kiln akan terjadi kalsinasi lanjutan dari komponen CaCO3 dan MgCO3
yang belum terkalsinasi sempurna di suspension preheater.
Reaksi 1 :
CaCO3
CaO + CO2
Laporan Kerja Praktek
PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
72
Bab IV Pembahasan
CaO terbentuk
CO2 terbentuk
BM CaO
x Berat CaCO3
BM CaCO3
BM CO2
x Berat CaCO3
BM CaCO3
Reaksi 2 :
Mg CO3
MgO + CO2
MgO terbentuk
CO2 terbentuk
BM MgO
BM MgCO3
x Berat MgCO3
BM CO2
x Berat MgCO3
BM MgCO3
dengan menggunakan perhitungan diatas, maka didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
CaCO3 yang bereaksi
70384,1
kg
39415,1
kg
30968,9
kg
2514,1
kg
1197,1
kg
1316,9
kg
Total CaO
Total MgO
73
Bab IV Pembahasan
% berat
51,77
3,72
0,55
20,23
0,32
10,32
13,25
100
massa (kg)
11161,6
802,1
118,5
4361,5
68,9
2224,9
2856,7
21560
BM C
= 12 gr/ mol
= 2 gr/ mol
= 32 gr/ mol
BM O2
= 32 gr/ mol
Reaksi 1 :
C + O2
CO2
BM CO2
x Berat C
BM C
O2 yang diperlukan
BM O2
x Berat C
BM C
Reaksi 2 :
S + O2
SO2
74
Bab IV Pembahasan
BM SO2
xBerat S
BM S
O2 yang diperlukan
BM O2
xBerat S
BM S
Reaksi 3:
H2 + O2
H2O
BM H 2 O
x Berat H 2
BM H 2
O2 yang diperlukan
1
2
BM O2
x Berat H 2
BM H 2
dengan menggunakan persamaan diatas maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut:
Komponen
Massa (kg)
CO2
40925,9
SO2
137,9
H2O
7218,2
N2
132073,9
Total
180356,1
O2 dalam reaksi
massa (kg)
Reaksi 1
29764,2
Reaksi 2
68,9
Reaksi 3
6416,2
total
36249,5
75
Bab IV Pembahasan
100
x Kebutuhan O2 Sesungguhnya
21
= 167032,1 kg
79
x Kebutuhan O2 Sesungguhnya
21
= 131955,4 kg
N2 dari udara
N2 total
= (131955,4 + 118,5) kg
= 132073,9 kg
O2 sisa pembakaran
teoritis
= (35076,7 - 31887,9) kg
= 3188,7 kg
H2O total
sesungguhnya
= 10% x 167032,1 kg
= 16703,21 kg
76
Bab IV Pembahasan
Klinker panas
SiO2 total
Al2O3 total
Fe2O3 total
CaO total
MgO total
SO3 total
%berat
20,74
Massa ( kg )
75089,6
Al2O3
5,97
22518,9
Fe2O3
3,53
12532,8
CaO
MgO
SO3
65,9
2,04
0,43
258435,1
7978,9
2815,6
K2O
Na2O
0,52
0,26
2152,7
1130,2
77
Bab IV Pembahasan
Cl
total
0,01
99,4
161,4
382815,6
OUTPUT
Massa (kg)
415051,1103
21560
21593,91822
150328,948
1226439,784
Komponen
CO2 hasil calsinasi
O2 sisa pembakaran
Produk klinker
Gas hasil pembakaran
gas buang ke EP
1834973,761 TOTAL
Massa (kg)
32285,86965
3188,795867
382815,6393
180356,1726
374280,2136
972926,691
Hasil perhitungan diatas tidak balance, dan apabila dibuat balance maka akan seperti tabel
dibawah.
INPUT
Komponen
Umpan masuk kiln
Umpan batu bara
cooling air
Udara primer
udara sekunder
TOTAL
OUTPUT
Massa (kg)
415051,1103
21560
21593,91822
150328,948
1226439,784
0
1834973,761
Komponen
CO2 hasil calsinasi
O2 sisa pembakaran
Produk klinker
Gas hasil pembakaran
gas buang ke EP
TOTAL
Massa (kg)
32285,86965
3188,795867
1244862,709
180356,1726
374280,2136
0
1834973,761
Cooler
gas buang ke EP
klinker panas
Cooler
Klinker dingin
cooling air
78
Bab IV Pembahasan
a. Massa Input
= 382815,6 kg
Data perbandingan jumlah cooling air per satuan massa klinker adalah
2 kg udara/kg klinker panas
382815,6
= 765631,2 kg udara
b. Massa Output
1,02
382815 ,6
1,02
= 375309,4
382815,6393
765631,2786
0
0
0
0
0
1148446,918
Output (kg)
0
0
375309,4503
7506,189006
150328,948
167032,1644
448270,1662
1148446,918
79
Bab IV Pembahasan
OUTPUT
massa(kg)
komponen
massa (kg)
gas buang ke
32510 EP
734915,4083
klinker dingin 375309,4503
21560 out ILC 1
38403,393
765631,2786 out ILC 2
137242,899
538195,5
1357896,779
1285871,151
80
Bab IV Pembahasan
14791128,5
4062152,24
2474211,54
14164782,3
505960,729
43826901,9
1344202,95
414410,535
217565,531
493751,242
31080,7901
Ash
TOTAL
866899,469
83193047,8
4.307,58
415051,1103
0,23
900
Q(kkal)
Q(kkal)
456213,5
456213,5
81
Bab IV Pembahasan
21550 kg/h
25 0C
massa
11156,435
801,66
118,525
4359,565
68,96
2189,48
2855,375
4471,11275 kkal/kg
96352479,76 kkal/h
25 0C
massa(kg/h) Cp (kkal/kg. 0C) T(oC)
21201,30152
0,232
30
786179,3489
0,234
30
TOTAL
Q(kkal)
24593,5098
919829,838
944423,348
25 0C
massa(kg/h) Cp (kkal/kg. 0C)
147595,6944
0,246
TOTAL
T(oC)
Q(kkal)
1200 42662535,5
42662535,5
T (0C)
Q (kkal)
1000 20376171,3
1000 657937,505
21034108,8
82
Bab IV Pembahasan
25
0
massa(kg/h) Cp (kcal/kg. C)
2224,992
0,47
TOTAL
C
T(oC)
70
Q(kgkal)
47058,5808
47058,5808
OUTPUT PANAS
25 0C
massa(kg/h) Cp (kkal/kg. 0C)
75089,66279
0,23
22518,96445
0,215
12532,85851
0,23
258435,0844
0,23
7978,97557
0,23
2815,64238
0,22
2152,782
0,22
1130,21055
0,22
161,45865
0,22
TOTAL
T(0C)
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
Q(kkal)
21156512,49
5930932,262
3531132,885
72814085,03
2248076,367
758815,6214
580174,749
304591,7432
43513,10618
107367834,3
25 0C
massa(kg/h) Cp (kkal/kg. 0C) T(oC)
Q(kkal)
32285,86965
0,236
900 6667032,083
6667032,083
TOTAL
25 0C
massa(kg/h) Cp (kcal/kg. 0C) T(oC)
Q(kkal)
40925,91067
0,254
800 8056265,515
137,984
0,183
800 19569,5808
7218,288
0,5
800
2797086,6
129674,8006
0,259
800 26028974,36
2551,036693
0,245
800 484378,0921
37386274,15
TOTAL
83
Bab IV Pembahasan
25
0
T(oC)
100
Q(kkal)
78430,968
78430,968
T(oC)
Q(kkal)
70 83964523,1
83964523,1
5. Panas Konduksi
Qkonduksi= T/((v1/Km1*Am1)+(v2/km2*Am2))
Km1
0,225 kkal/mol 0C
km2
4,71 kkal/mol 0C
L
86 m
dalam kiln ada 2 lapisan
1. lapisan baja
tebal
km1
0,028 m
0,225 kkal/mol 0C
Qkonduksi=
jari2 lapisan1
2,828
jari2 lapisan2
3,05
D1
5,656
D2
6,1
Am1
1542,051388
Am2
1667,3557
161257,5843 kkal
m
m
m
m
m2
m2
84
Bab IV Pembahasan
6. Panas Konveksi
=
Hc = koef perpindahan panas konveksi (kkal/J.m2.0C)
Ts = suhu shell kiln (0C)
A = luas permukaan panas (m2)
A = 1478 m2
Hc = 0,00039 kkal/J.m2.0C
0,00039kkal 2
=
. m . 1478 m2 1420 25
J
Qkonveksi = 745,9 kkal
7. Panas Radiasi
=
1
100
100
T1 = 1350 0C = 1810 0R
T2 = 1300 0C = 1760 0R
E = 0,173 kkal/m2. 0R
A (lapisan batu tahan api) = 1667,35 m2
Maka,
kkal
= 1667,35 m 0,173 2
m R
Q radiasi = 3281740,2 kkal
2
1810R
100
1760R
100
85
Bab IV Pembahasan
IV.5
Input
(kkal)
83193047,8
944423,348
42662535,5
456213,5
47058,5808
96352479,8
Output
(kkal)
107367834,3
6667032,083
37386274,15
745,956129
3281740,224
161257,5843
21034108,8
244689867
0
89824983,04
244689867,3
86
Bab IV Pembahasan
praktik.
Rabu, 3 Juli 2013
Penjelasan tentang raw mill, kiln dan coal mill secara umum oleh
kepala seksi RKC I, bapak Teguh Irianto. Kemudian melihat langsung
ke ruang control Raw Mill dan dijelaskan oleh Pak Agus selaku
operator yang bertugas.
Melihat unit finish mill tuban 1 dan 2 di lapangan. Finish mill yang
digunakan adalah horizontal mill dengan berat total grinding ball
kompartemen 1 adalah 58 ton dan grinding ball kompartemen 2 adalah
256 ton.
87
Bab IV Pembahasan
Jumlah batu kapur yang ditambang rata-rata sebesar 10000 ton per
shift.
Kemudian ke unit raw mill RKC 1 dan mendapat penjelasan tentang
vertical mill di pabrik tuban 1.
Lalu ke pelabuhan untuk melihat secara langsung proses loading
semen dan unloading batu bara.
Kamis, 11 Juli 2013 Ke ruang control CCR3 unit finish mill tuban 4. Finish mill yang
digunakan adalah vertical mill. Berbeda dengan tuban 1, 2 dan 3 yang
masih menggunakan horizontal mill.
Jumat, 12 Juli 2013
Selasa, 16 Juli 2013 Menemui bu oktoria kasi pengendalian proses dan mendapatkan
sedikit penjelasan tentang tugas pokok seksi pengendalian proses.
Rabu, 17 Juli 2013
Menemui pak Indra bagian evaluasi proses untuk mendapatkan datadata komposisi feed preheater, kiln dan cooler untuk tugas khusus.
Kamis, 18 Juli 2013 Ke ruang kontrol kiln 4 untuk bertanya lebih jelas tentang macammacam aliran di preheater, kiln dan penjelasan tentang PFD nya.
Jumat, 19 Juli 2013
Mengerjakan laporan
Ke bagian evaluasi proses menemui pak Indra untuk meminta data laju
udara pada kiln untuk mengerjakan tugas khusus.
88
Bab IV Pembahasan
mengetahui
proses
pembuatan
semen
secara
keseluruhan
yang
dilakukan
89
Bab IV Pembahasan
Langkah pertama adalah mengisi lubang dengan bahan peledak, tetapi tidak semua
lubang yang dibuat diisi dengan bahan peledak. Lubang yang tidak diisi berfungsi sebagai
peredam getaran dan retakan akibat ledakan yang ditimbulkan. Adapun bahan peledak yang
digunakan:
Damotin (Dinamit Amonium Gelatine) merupakan bahan peledak primer.
ANFO (campuran 94,5 % amonium nitrat dan 5,5 % fuel oil), merupakan bahan
peledak sekunder.
Peralatan yang dipakai adalah Blasting machine (alat peledak) dan Blasting
ohmmeter (alat pengukur daya ledak).
5.
90
Bab IV Pembahasan
Seksi ini bertanggung jawab untuk mengoperasikan unit mesin limestone crusher dan
clay cutter. Selain itu, seksi ini juga bertanggung jawab untuk mengisi pile campuran batu
kapur dan tanah liat (mix pile) yang berada di storage.
Pada tahap ini, dump truck dari tambang akan menurunkan batu kapur langsung masuk
ke dalam mesin. Batu kapur kemudian dihancurkan di limestone crusher menjadi seukuran
kerikil dengan diameter paling besar 1 sentimeter. Tipe crusher yang digunakan adalah
hammer mill dengan kapasitas 750 ton/jam. Keluar dari unit crusher, batu kapur diangkut
menggunakan belt conveyor menuju storage.
91
Bab IV Pembahasan
dengan bahan koreksi berupa pasir silika, pasir besi, dan batu kapur high grade. Setelah itu,
bahan-bahan tersebut akan diproses di penggilingan awal (Raw Mill).
92
Bab IV Pembahasan
93
Bab IV Pembahasan
masuk ke Bucket Elevator disaring oleh Bag Filter. Hasil penyaringan ditarik oleh fan dan
dibuang ke udara sebagai udara bersih.
Jika Raw Mill tidak beroperasi, gas panas dari Pre heater dan Clinker Cooler dialirkan
lewat Conditioning Tower yang dilengkapi dengan Water Spray untuk menurunkan temperatur
gas panas. Pada kondisi normal (saat Roller Mill beroperasi), suhu gas keluar dari Pre heater
dan Clinker Cooler sebesar 330C dan 397C. Gas panas yang masuk Electrostatic
Precipitator sebesar 90C untuk kondisi Roller Mill jalan, dan 150C untuk kondisi Roller
Mill down. Selama Raw Mill down, debu dari Conditioning Tower dan Electrostatic
Precipitator dibawa di Dust bin dengan kapasitas 170 ton. Setelah itu dikirim ke Kiln Feed
Bin.
Reject dari Roller Mill sekitar 143 ton/jam dikembalikan ke sistem lewat Belt
Conveyor. Produk reject diangkut oleh Bucket Elevator dan bersama-sama dengan umpan baru
masuk ke Belt Conveyor.
Blending Silo
Pada Blending Silo, material yang berasal dari produk Raw Mill akan di-blending
bersama produk-produk Raw Mill yang telah ada ataupun yang akan datang. Tujuannya
adalah untuk membuat produk Raw Mill yang berbeda-beda kandungannya menjadi
homogen.
Produk dari Raw Mill yang disebut tepung baku ditransport menuju Blending Silo yang
kapasitasnya 20.000 ton. Input material ke masing-masing silo diatur secara bergantian
dengan timer setiap 36 menit dan diatur lewat distribusi Cone yang kemudian dilewatkan
melalui Air Slide dengan laju alir 780 ton/jam untuk Blending Silo I dan Blending Silo II.
Lapisan-lapisan yang terbentuk di dalam silo akan bergabung dan bercampur sewaktu proses
pengeluaran aliran material. Pengeluaran material dari dalam Silo pada umumnya dilakukan
secara bersamaan, melalui 2 dari 10 flow gate pada setiap silo atau empat flow gate untuk
kedua silo. Siklus kerja sepasang flow gate pada saat membuka dan menutup diatur sesuai
dengan interval waktu yang telah ditentukan, yaitu 180 menit. Pada tiap Blending Silo
dilengkapi dengan dua buah Blower yang berfungsi untuk fluidisasi pada air slide yang
berada di dalam kedua Blending Silo dengan tekanan 0,56 kg/cm2 dan laju alir 360 m3/jam.
94
Bab IV Pembahasan
Material yang keluar dari kedua Silo tersebut dilewatkan melalui Air Slide ke salah
satu Bucket Elevator, dengan kapasitas 354 ton/jam. Kemudian, material dibawa Air Slide
masuk ke Kiln Feed Bin. Dari Kiln Feed Bin umpan Kiln dibagi ke dalam dua Calibration
Bin yang kapasitasnya masing-masing 50 ton. Keluar dari kedua Calibration Bin, material
ditimbang oleh Flow Meter yang kemudian ditransport ke ILC (In Line Calciner) dan SLC
(Separate Line Calciner) Preheater lewat Air Slide, lalu diangkut oleh Bucket Elevator.
Debu yang menuju ke Preheater disaring dahulu oleh Bag Filter, dan dibuang oleh fan.
Pre Heater
Suspension Preheater merupakan subunit yang berfungsi sebagai pemanas awal
umpan Kiln sehingga material terkalsinasi sebagian. Jenis Preheater yang digunakan oleh
PT. SEMEN INDONESIA adalah Double String Preheater dengan 4 stages, yang
dilengkapi dengan In-Line dan Separate-Line Calciner. Aliran material berlawanan arah
atau co-current dengan gas panas, yaitu umpan masuk dari atas Cyclone, sedangkan gas
panas dialirkan dari bawah Cyclone maka kontak panas terjadi secara searah di riserduct.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan antara gas panas dan material di dalam
Preheater, maka pada stage I dipasang double cyclone. Pada stage I sampai dengan stage
III berfungsi sebagai pemanas awal umpan kiln, sedangkan pada stage IV digunakan untuk
memisahkan produk yang telah terkalsinasi, yang keluar dari Calciner.
95
Bab IV Pembahasan
96
Bab IV Pembahasan
yang masih dingin masuk ke dalam riser duct stage pertama dengan laju alir 310 ton/jam,
kemudian bercampur dengan aliran gas panas yang ikut masuk ke dalam cyclone. Di dalam
cyclone, umpan kiln dipisahkan dari campuran antara gas dan material. Campuran antara
umpan Kiln dan gas panas masuk ke dalam Cyclone dengan arah tangensial, sehingga akan
terjadi pusaran angin. Pusaran angin tersebut mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, gaya
gravitasi dan gaya angkat gas di dalam Cyclone. Untuk material kasar, gaya gravitasi dan gaya
sentrifugal lebih dominan. Gaya sentrifugal menyebabkan material menumbuk dinding
Cyclone, sehingga akan jatuh ke down pipe karena gaya gravitasi. Untuk material halus, gaya
angkat gas sangat dominan sehingga material akan terangkat gas keluar dari Cyclone.
Material umpan kiln masuk ke dalam Riser Duct, lalu masuk ke Down Pipe Cyclone
stage II, kemudian mengalami proses seperti pada stage pertama, demikian pula pada stage III
dan IV. Material yang keluar dari Cyclone stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC. Di
sana, mateial akan mengalami kalsinasi minimal sampai 90%. Material akan terbawa aliran
gas masuk kedalam Cyclone stage IV dan keluar dari Cyclone stage IV melewati Riser Duct
dan akan diumpankan ke dalam Kiln.
Tabel IV.5.2.2 Suhu Material dan Gas Pada Tiap Stage
Stage
Suhu Material
Suhu Gas
310 330oC
355 365oC
II
500 550oC
540 560oC
III
650 690oC
690 710oC
IV
780 800oC
820 840oC
Calciner
900 930oC
830 870oC
Rotary Kiln
Rotary Kiln digunakan untuk membakar umpan Kiln menjadi klinker. Sumber panas
dalam Rotary Kiln dihasilkan dari pembakaran batu bara. Rotary Kiln dibagi menjadi 4 zone
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada suhu dimana reaksi tersebut berlangsung. Zone-zone
tersebut adalah:
Zone Kalsinasi, pada kondisi suhu 900 1100C
97
Bab IV Pembahasan
Zone Transisi, pada kondisi suhu 1100 1200C
Zone Klinkerisasi, pada kondisi suhu 1250 1450C
Zone Pendinginan, pada kondisi suhu 1450 1300C
Clinker Cooler
Clinker Cooler berfungsi sebagai pendingin klinker yang sudah terbentuk dan
memproduksi udara pembakar sekunder yang digunakan dalam Rotary Kiln. Clinker Cooler
yang digunakan terdiri dari 16 kompartemen. Sebagai media pendingin, digunakan udara (air)
yang dihasilkan oleh 14 buah Fan. Klinker hasil pembakaran yang mempunyai suhu 1250oC
keluar dari Rotary Kiln, dengan laju alir 390 ton/jam, langsung jatuh ke dalam Clinker Cooler.
Selanjutnya clinker langsung diterima oleh grate-grate (sarangan).
98
Bab IV Pembahasan
99
Bab IV Pembahasan
Coal Mill
Batubara (coal) dari lapangan dibawa oleh Loader, diumpankan ke Hopper, kemudian
dibawa oleh Apron Conveyor serta Belt Conveyor ke Tripper untuk dicurahkan ke dalam Coal
Storage menjadi pilepile batu bara. Batu bara dari Coal Storage dibawa oleh Reclaimer untuk
diumpankan ke Feed Bin melalui Belt Conveyor. Belt Conveyor ini dilengkapi dengan Metal
Detector yang dapat mendeteksi adanya logam pada umpan batu bara. Pada Metal Detector
terdapat dua buah lampu yang berwarna hijau dan merah. Jika terdapat kandungan metal
dalam umpan batu bara, sensor metal akan membaca adanya metal dan lampu merah pada
Metal Detector akan menyala, dengan demikian Gate akan menutup aliran batu bara ke Feed
Bin. Batu bara yang mengandung logam akan di reject dan dibuang melalui down pipe.
Batu bara dari Feed Bin diumpankan ke dalam Coal Mill untuk giling menjadi
batubara dengan diameter 20 mikron. Gas panas yang digunakan oleh Coal Mill berasal dari
Pre Heater ILC. Di dalam Coal Mill terjadi pengurangan kadar air pada batu bara. Batu bara
yang halus ditangkap oleh Bag Filter, kemudian dimasukkan ke dalam Coal Mix Bin yang siap
dimasukkan ke Burner maupun Calciner Kiln.
Batu bara mempunyai sifat yang rawan terhadap panas dan dapat menyebabkan
ledakan jika temperatur dan tekanan tinggi. Untuk itu, Coal Mill dilengkapi Explosion Vent
pada masing-masing Bag Filter untuk menghindari ledakan yang dapat merusak alat dan
membahayakan lingkungan. Jika menggunakan satu Bag Filter maka satu Dumper akan
membuka dan Dumper lainnya akan tertutup, begitu juga sebaliknya. Jika digunakan keduaduanya, maka Dumper akan terbuka semua. Pembukaan Dumper diatur oleh CCR (Central
Control Room) dengan presentase yang ditentukan.
Pada Bag Filter 1, material juga jatuh ke bawah karena adanya Jet Pulse, yang mampu
menghembuskan udara bertekanan 6 Bar setiap 5 detik sekali secara automatis, sehingga
material akan jatuh terlepas dari filternya. Setelah itu, material ditransfer ke Screw Conveyor
tetapi sebelum masuk ke Screw Conveyor batu bara halus melewati Rotary Feeder untuk
mencegah masuknya udara masuk ke Screw Conveyor. Batu bara halus bertemu di Conveyor
dan masuk ke Pulvurize Coal Bin dengan kapasitas 120 ton untuk ditampung. Pulvurize Coal
Bin dilengkapi dengan tangki CO2 yang berfungsi menginjeksikan CO2 apabila terjadi
kebakaran pada Pulvurize Coal Bin yang disebabkan terjadinya reaksi antara batu bara dengan
oksigen. Karena itu, di dalam Coal Bin, oksigen dikondisikan berada pada kadar serendah-
100
Bab IV Pembahasan
rendahnya. Kebakaran di Coal Bin dapat menyebabkan kenaikan temperatur dan volume gas
CO hasil pembakaran tidak sempurna. Dengan demikian, tekanan di dalam Coal Bin akan
semakin meningkat, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan.
Pulvurize Coal Bin juga dilengkapi Bag Filter. Karena tarikan Fan, debu batu bara
dapat ditangkap dan dimasukkan kembali ke Pulvurize Coal Bin. Batu bara keluar dari
Pulvurize Coal Bin dengan dua aliran keluar diatur oleh Slide Gate yang membuka secara
bergantian, yang pembukaannya diatur oleh CCR (Central Control Room), untuk dimasukan
ke dalam Pulvurize Coal Bin. Dari Pulvurize Coal Bin, dengan kapasitas 120 ton, batu bara
halus masuk ke Pfister Feeder dengan menggunakan blower. Dari Pfister Feeder,
menggunakan Blower batu bara masuk ke Calsiner ILC. Serta, dari Pfister Feeder,
menggunakan Blower batu bara masuk ke Calsiner SLC. Pada Pulvurize Coal Bin, batu bara
dengan diameter 20 mikron masuk ke Pfister Feeder dengan menggunakan Blower untuk
dimasukan ke Kiln.
101
Bab IV Pembahasan
Terak yang keluar dari Cooler (bertemperatur 100C) dibawa oleh Drug Conveyor
menuju ke penimbunan klinker (Clinker Storage Silo) atau Clinker Dome, dengan kapasitas
75.000 ton. Klinker yang masih mentah dibawa ke Marginal Bin dengan kapasitas 1.000 ton
untuk disimpan sementara waktu, karena klinker mentah dapat dipakai lagi. Klinker mentah
dikeluarkan dengan truck lewat Loudout Spout System dengan laju alir 455 ton/jam. Klinker
dibawa Dump Truck untuk diumpankan ke Hopper, dan dibawa Belt Conveyor dengan laju alir
55 ton/jam untuk dicampur dengan klinker dari penimbunan klinker. Clinker Dome
mempunyai 10 lubang output, setiap output dilengkapi dengan discharge gate. Masing-masing
gate menarik klinker dengan laju alir 250275 ton/jam. Klinker keluar dari Klinker Storage
Silo diumpankan ke tiga Belt Conveyor yang terdapat dibawah klinker storage silo. Dari sini,
terjadi pencampuran Klinker mentah dengan klinker dari penimbunan, kemudian ditransfer ke
Belt Conveyor. Dengan menggunakan Bucket Elevator, campuran material tersebut dibawa ke
dua Bin Klinker yang kapasitas masing-masingnya 175 ton.
Gypsum dan Trass diambil dari tempat penimbunan dengan menggunakan motor
pengangkut untuk diumpankan ke Hopper. Kemudian dilewatkan Belt Conveyor melalui
Apron Conveyor yang mempunyai kapasitas 171 ton/jam. Dari Belt Conveyor, gypsum atau
trass dibawa ke Hammer Mill yang laju alirnya 170 ton/jam. Di sini material akan mengalami
size reduction dari material berukuran 400x400x400 mm menjadi produk crusher berdiameter
2,5.103 mikron. Produk tersebut dibawa ke Bucket Elevator melalui Belt Conveyor menuju
ke Bin Gypsum dan Bin Trass yang berkapasitas 175 ton.
Klinker dan gypsum atau trass keluar dari masing-masing Bin dengan ditimbang
terlebih dahulu dalam Weight Feeder, kemudian ditansfer ke Belt Conveyor. Dari Belt
Conveyor, ketiga material tersebut ditransfer ke Bucket Elevator, lalu dimasukkan ke dalam
Surge Bin yang berkapasitas 40 ton. Klinker/Gypsum Mix keluar dari Surge Bin dengan laju
alir 500 ton/jam diumpankan ke Hidroulic Roller Crusher untuk di pre-crushing sebelum
digiling ke Ball Mill. Sebagian material yang telah di crushing dengan laju alir 322 ton/jam
diresirkulasi kembali ke Hydraulic Roll Crusher lewat Belt Conveyor dan kembali ke Surge
Bin untuk memelihara head dari material di atas Hydraulic Roll Crusher. Sisa material yang
telah dicrushing masuk ke dalam Ball Mill dengan laju alir 215 ton/jam. Produk Hidroulic
Roller Crusher berukuran 90 mikron ini dalam Ball Mill akan mengalami size reduction
menjadi material campuran berukuran 325 Mesh dan mempunyai suhu 107C.
102
Bab IV Pembahasan
Produk dari Ball Mill dipisahkan dengan Separator lewat Air Slide dan Bucket
Elevator. Dari sini, produk dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu; untuk produk yang mempunyai
kehalusan 325 Mesh dibawa oleh aliran udara masuk Cyclone dan ke Fuller Plenum Dust
Collector. Produk dari Cyclone bercampur dengan produk dari Dust Collector dibawa ke Air
Slide. Dari Air Slide, bercampur dengan produk Dust Collector masuk ke Air Slide dan
diumpankan ke dalam Bucket Elevator. Kemudian dari Bucket Elevator dimasukkan ke dalam
Cement Silo. Suhu produk semen yang keluar Ball Mill dikendalikan oleh Water Spraying dan
sistem udara semprot yang ada di dalam penggiling. Alat ini menjaga agar temperatur produk
yang keluar penggiling konstan 107C. Pendinginan lanjut dilakukan selama pemisahan di
dalam separator, sehingga suhu akhir semen menjadi 96C.
103
Bab IV Pembahasan
104
Bab IV Pembahasan
105
Bab IV Pembahasan
yang diperoleh nantinya digunakan untuk melakukan koreksi-koreksi terhadap produk dalam
proses, sehingga kualitas produk jadi yang nanti dihasilkan sesuai dengan rencana/target.
: 75%
: 800 Psi
H2O bebas
: 10%
2. Semen
a. Setting Time
adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras, mulai penambahan air sampai
pengadukan. Analisa dilakukan dengan metode vicat yang dilakukan dalam waktu 45330 menit, atau dengan metode gillmore yaitu dengan menggunakan peralatan bersuhu
106
Bab IV Pembahasan
21oC 25oC, kelembaban 95% dan dilaukan selama 1 jam penentrasi. Frekuensi
dilakukan selama satu kali sehari.
Berikut ini adalah flowsheet proses pembuatan semen mulai dari raw mill sampai dengan
finish mill.
107