Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KATARAK DI

RUANG POLI MATA RUMAH SAKIT DAERAH


Dr. SOEBANDI JEMBER

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah Program Pendidikan


Profesi Ners

N ama
NIM

: Octavia Candra Dewi, S.Kep.


: 092311101004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KATARAK
Oleh Octavia Candra Dewi, S.Kep

1. Konsep Teori Penyakit


a. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Anas, 2011). Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat
perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti
dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
Menurut Anas (2011), katarak dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah keekeruhan lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terlihat pada waktu bayi lahir. Dan
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
rubella, DM, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia.
2) Katarak proses degenerative
a) Katarak primer menurut umur ada 3 golongan :

Katarak juvenilis (umur < 20 tahun)

Katarak presenilis (umur 20 50 tahun)

Katarak senilis (umur > 50 tahun)

Katarak primer, dibagi menjadi 4 stadium yaitu:


(1) Stadium insipien
Katarak stadium dini, visus belum terganggu, kekeruhan terutama
terdapat pada bagian perifer berupa bercak seperti jari jari roda.

(2) Stadium immature


Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terjadi hidrasi
korteks yang menyebabkan lensa konvek sehingga indeks refraksi
berubah dan mata menjadi miopia (intumesensi). Konveksnya
lensa mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata
depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma.
(3) Stadium matur
Terjadi pengeluaran air sehingga lensa berukuran normal kembali,
lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk
pupil dipantulkan kembali, di pupil tampak lensa seperti mutiara.
(4) Stadium dismatur
Korteks lensa yang seperti bubur mencair, sehingga nukleus lensa
turun karena daya beratnya. Memulai pupil nukleus kelihatan
sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda
dari yang diatasnya yaitu kecoklatan. Terjadi kerusakan kapsul
lensa yang lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan
lensa menjadi kempis.
b) Katarak komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder/komplikasi dari penyakit lain seperti
: gangguan okuler (retinitis pigmentosa, glukoma, ablasio retina,
uveitis, myopia maligna penny), sistemik (DM, hipoparatiroid,
sindrom down mongoloid, dermatitis atopik) trauma (trauma tumpul,
pukulan, benda asing dalam mata, sinar x, radioaktif, toksis kimia dan
merokok, minuman keras meningkatkan risiko berkembangnya
katarak.

b. Penyebab
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan, dengan bertambahnya
usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan
katarak. Anak dapat menderita katarak yang biasanya merupakan penyakit
yang diturunkan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak

kongenital (Wijaya, 2013). Penyebab katarak lainnya adalah:


1) Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul/tajam, terpapar oleh sinar X
atau benda-benda radioaktif.
2) Cacat bawaan sejak lahir
3) Penyakit mata seperti Uveitis
4) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
5) Operasi mata sebelumnya.
6) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

c. Patofisiologi
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Tapi setelah mengalami
gangguan maka lensa akan mengalami kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan
anomaligeometri. Pada orang yang mengalami lensa katarak memiliki ciri
berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan poliferasi dan kerusakan
kontinuitas normal serat serat lensa (Wijaya, 2013).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air kedalam lensa (Wijaya, 2013).
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal, karena
bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,

diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang
lama (Wijaya, 2013).

d. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari katarak menurut Anas (2011), antara lain:
1) Terjadi penurunan ketajaman penglihatan seperti rabun jauh memburuk
secara progresif
2) Terjadi pengembunan pada pupil, sehingga retina tidak tampak pada
oftalmoskopi
3) Pada katarak yang telah matang, pupil tampak putih
4) Gangguan penglihatan yang dapat berupa:
a) Peka terhadap sinar/cahaya
b) Dapat melihat dobel pada satu mata
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
d) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya
e) Penglihatan buram atau berkabut, bahkan sampai tidak bisa melihat
f) Penglihatan semakin buram pada sore hari

e.

Komplikasi
1) Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler didalam
bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata
menurun.
2) Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau
terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga terangkat.
3) Infeksi
Terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
adekuat
(Sidarta, 2004)

f. Pemeriksaan Penunjang
a) Oftalmoskopi : dengan melihat refleks merah di dalam manik mata
atau pupil. Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah
pada pupil yang merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil.
Bila terdapat katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks
merah ini tidak akan terlihat. (
b) Retrometri : Tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan
yang turun itu disebabkan katarak atau tidak.
c) Keratometri
d) Pemeriksaan lampu slit
e) A-scan ultrasound (Echography)
f) Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
g) Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg).
h) Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan
implantasi
(Sidarta, 2004).

g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Solusi untuk menyelamatkan penyakit katarak secara medis umumnya
dengan jalan operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi, ukuran dan
kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai
bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan
diganti lensa buatan (lensa intraokuler). Pembedahan katarak bertujuan
untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkkan dengan
pinset atau batang kecil yang dibekukan. Kadang kadang dilakukan
dengan menghancurkan lensa dan menghisap keluar.

Adapun teknik yang digunakan pada operasi katarak adalah:


a) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini, hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi digunakan
untuk mengambil lensa yang mengalami katarak kemudian diganti
dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan
pada kornea kadang tidak memerlukan penjahitan sehingga pemulihan
dapat segera dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 2030 menit dan hanya memerlukan pembiusan topikal atau tetes mata
selama operasi.
b) Ekstra kapsuler
Teknik ini menggunakan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan
aspirasi. Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa
tanam permanen. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa
jahitan.
(1) Ekstra capsular catarak ekstrakte (ECCE)
Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps viterus, melindungi retina dari sinar ultraviolet
dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler.
(2) Intra capsular catarak ekstraktie (ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya, keuntungannya prosedur mudah
dilakukan dan kerugiannya mata berisiko mengalami retinal
detachment (lepasnya retina)
2) Pelaksanaan terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat
diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa
aktif dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terdapat
penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek
meningkatkan

aktivitas

proteasome

yaitu

protein

yang

mampu

mendegenerasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan

asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein keluar dari mata
berupa cairan kental warna putih kekuningan. Dan saran untuk mencegah
penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah buahan
yang banyak mengandung vitamin C, vitamin A, dan vitamin E.

2. Pathway

3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
b) Mata tidak merasa sakit, gatal, dan merah
c) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
d) Perubahan daya lihat warna
e) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
f) Sering meminta ganti resep kacamata
g) Lihat ganda; baik melihat dekat pada pasien rabun dekat
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien : Diabetes
Melitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolik lainnya memicu resiko katarak. Kaji gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endoksin dan
diabetes, serta riwayat terpajang radiasi, steroid/ toksisitas fenotiazin.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan vaskuler, kaji riwayat
stres.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Ketajaman penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihatan jarak dekat dalah meminta klien
membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika klien
memakai kacamata, kacamata dipakai saat pemeriksaan. Pemeriksaan
penglihatan jarak jauh dengan menggunakan shellen chart. Klien diminta

duduk atau berdiri 6,1m dari snellen chart untuk membaca semua huruf
dimulai dari garis mana saja. Pertama skor ketajaman penglihatan dicatat
untuk setiap mata dan kedua mata. Mata normal dapat membaca dengan
penbandingan 20/20.
b) Gerakan ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap ke kiri dan ke kanan, atau minta klien duduk
dan perawat mengangkat jari pada jarak (15 30cm) lalu pasien mengikuti
gerakan jari hanya dengan mata
c) Lapang pandang
Pada saat seorang memandang lurus kedepan, semua benda dibagian tepi
normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan
lurus).
d) Struktur mata ekstrena mata
(1) Posisi dan kesejajaran mata: Adakah benjolan (eksoftalamus) dan
Tumor atau inflamasi
(2) Alis: Simetris dan distribusi rambut
(3) Kelopak mata: Posisi, warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah bulu
mata, kemampuan klien untuk membuka, menutup dan berkedip.
(4) Aparatus laktrimal
Inspeksi : adanya edema atau kemerahan dan palpasi : normalnya tidak
teraba
(5) Konjungtiva kemerahan dan sklera putih
(6) Pupil : normal hitam, bulat, regular, sama ukurannya. Iris : jernih.
(pupil sama bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi)
e) Struktur interna mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk
menerangi struktur - strukturnya yaitu oftalmoskop, digunakan untuk
menginspeksi fundus yang mencakup retina, koroid, discus saraf optikus,
macula, fovea sentralis dan pembuluh retina
(Anas, 2011).

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pre operasi
a) Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori,
prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
b) Gangguan

persepsi

sensori

berhubungan

dengan

perubahan

penerimaan sensori.
c) Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre
operasi, perawatan diri dirumah berhubungan dengan kurang
terpapar akan informasi
2) Post operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b) Resiko terhadap cedera berhubungan dengan meningkatnya tekanan
intraokuler, kehilangan vitreous humor
c) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (ekstraksi katarak).

c. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Kecemasan
(ansietas)
berhubungan dengan
kerusakan
sensori,
prosedur
pembedahan
dan
kemungkinan hilang
pandangan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24
jam, diharapkan klien tidak
mengalami ansites. Kriteria
hasil:
a. Melaporkan intensitas
kecemasan
b. Melaporkan tidak
adanya gangguan
persepsi sensori
c. Menggunakan strategi
koping effektif

Intervensi

NIC: Anxiety Reduction


a. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
b. Jelaskan semua prosedur &
apa yang dirasakan selama
prosedur
c. Berikan obat untuk
mengurangi rasa kecemasan
d. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketidaktakutan, persepsi
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan a. Tentukan ketajaman
sensori berhubungan keperawatan selama ..x24
penglihatan
dengan
perubahan jam, diharapkan penglihatan b. Perhatikan tentang penglihatan
penerimaan sensori.
normal. Kriteria hasil:
kabur
a. Berpartisipasi dalam
c. Letakkan barang yang
program pengobatan
dibutuhkan
b. Mempertahankan
ketajaman penglihatan

Rasional

a. Mengetahui kecemasan yang


dialami pasien
b. Mengurangi rasa kecemasan
pasien
c. mengurangi rasa kecemasan
pasien
d. memberi motivasi/mengurangi
rasa kecemasan yang dialami
pasien
e. mengetahui seberapa pasien
takut
a. Mengetahui proses
penyemuhan operasi
b. Mengetahui keberhasilan
operasi
c. Memudahkan pasien
mengambil barang yang
diperlukan

Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pembedahan,
perawatan pre
operasi, perawatan
diri dirumah
berhubungan dengan
kurang terpapar akan
informasi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ...x24
jam, diharapkan
pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil:
a. Mendeskripsikan faktor
penyebab
b. Mendeskripsikan faktor
risiko
b. Mendeskripsikan proses
penyakit

NIC: Teaching: Disease Process


a. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
b. Gambaran proses penyakit
dengan cara yang tepat
c. Gambaran tanda dan gejala
yang biasa muncul penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama ...x24
jam, diharapkan nyeri dapat
teratasi . Kriteria Hasil:
a. Klien mengungkapkan
nyeri berkurang/hilang
b. Tidak merintih atau
menangis
c. Ekspresi wajah rileks
d. Klien mampu beristrahat
dengan baik.

NIC: Paint Managemen


a. Lakukan pengkajian secara
komprehensif
b. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
c. Tingkatkan istirahat
d. Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
e. Berikan analgetik

a. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien
b. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien
c. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien
d. Memberi kesempatan pasien
atau keluarga pasien untuk
memilih

Post Operasi
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
Akut
berhubungan dengan
berhubungan dengan
agen injury fisik

Rasional

a. Mengurangi nyeri yang sedang


dialami pasien
b. Mengetahui nyeri yang dialami
pasien
c. Mengurangi/ mengalihkan
perhatian lewat tidur
d. Agar pasien mengetahui
mengurangi nyeri tanpa obat
e. Mengurangi nyeri

Resiko
terhadap
cedera berhubungan
dengan
meningkatnya
tekanan intraokuler,
kehilangan vitreous
1.
humor
2.

Resiko tinggi infeksi


berhubungan
prosedur invasif
(ekstraksi katarak).

Setelah dilakukan tindakan NIC: Environment Management


keperawatan
selama a. Sediakan lingkungan yang
...x24jam,
diharapkan
aman untuk pasien
terbebas dari risiko terhadap b. Membatasi pengunjung
cedera. Kriteria Hasil:
pengetahuan tentang risiko
c. Menyediakan tempat tidur
menghindari paparan yang
yang nyaman dan bersih
yang
bisa
mengancam d. Menganjurkan keluarga untuk
kesehatan
menemani pasien
e. Memberikan penerangan yang
cukup
f. Menghindari lingkungan yang
berbahaya
Setelah dilakukan tindakan
NIC: Risk Control
keperawatan selama
a. Pertahankan teknik aseptif
...x24jam, diharapkan
terbebas dari risiko infeksi. b. Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria hasil :
Cuci tangan setiap sebelum
mempertahankan tingkat
dan sesudah
nyeri
c. Tingkatkan intake nutrisi
d. Monitor tanda dan gejala
infeksi
e. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi

a. Mengurangi risiko cedera


pasien
b. Mengurangi adanya infeksi
dari luar
c. Mengurangi resiko infeksi
d. Agar pasien terkontrol
kebersihannya
e. Memberikan kenyamanan
pasien
f. Mengurangi risiko cedera
pasien
a. Meminimalkan penyebaran dan
penularan agens infeksius
b. Mencegah dan mendeteksi dini
infeksi pada pasien yang
berisiko
c. Meningkatkan proses
penyembuhan luka
d. Mencegah terjadinya
komplikasi pada luka dan
e. Mendeteksi dini tanda-tanda
infeksi

d. Discharge Planning
1. Menjelaskan apa saja yang harus diperhatikan setelah operasi
2. Tidak diperbolehkan memakai baju kaos sampai pemeriksaan ke dua
post operative (selama satu minggu).
3. Jauhkan mata dari asap pembakaran sampah.
4. Jangan menggosok mata/mencuci muka/menyentuh mata selama satu
minggu.
5. Tidak diperbolehkan mengangkat beban yang bobotnya lebih dari 5 kg
dan melakukan gerakan yang berupa hentakan.
6. Tidak diperbolehkan menaiki kendaraan terbuka/ angin kencang
(sepeda motor, becak atau angkot yang terbuka) selama satu minggu.
7. Jika keluar rumah gunakan kacamata yang telah diberikan
8. Tidak diperbolehkan menaiki kendaraan terbuka/ angin kencang
(sepeda motor, becak atau angkot yang terbuka) selama satu minggu.
9. Tetap memakai kacamata di malam hari dan dop penutup mata
sewaktu tidur selama 1 minggu
10. Kalau mata terasa sakit boleh diberikan obat mata (satu tetes)
11. Tidak diperkenankan menggunakan make up
12. Tidak ada larangan untuk membaca, menonton televisi atau
membungkuk.
13. Tidak ada larangan atau pantangan makan yang berhubungan dengan
post operatif katarak, kecuali larangan dari Dokter Spesialis.
a. Pasien diperbolehkan mandi dari leher kebawah.
b. Melakukan ganti balut dilakukan di klinik sekitar rumah. Balutan
di ganti 2 hari sekali.
c. Gunakan obat yang sudah diresepkan dokter
1) Obat tambahan Tobroson 6 x sehari (setiap 3 jam)
2) Cefadroxil 2 x sehari, dexamethasone 2 2 0, dan Natrium
diclofenac 2 x sehari.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC
Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV. Sagung Seto
Anas, Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan : Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Wijaya, Saferi A. 2013. Keperawatan Medikal Bedah keperawatan dewasa teori
dan contoh askep cetakan pertama. Jakarta: Nuha Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Pernyataan Berjilbab NAMA
    Surat Pernyataan Berjilbab NAMA
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Berjilbab NAMA
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan Linen
    Kebijakan Linen
    Dokumen8 halaman
    Kebijakan Linen
    ppi
    100% (1)
  • Presentasi PP
    Presentasi PP
    Dokumen19 halaman
    Presentasi PP
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Ivh
    Ivh
    Dokumen2 halaman
    Ivh
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Laporan Akhir Manak
    Laporan Akhir Manak
    Dokumen9 halaman
    Laporan Akhir Manak
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen6 halaman
    Wawancara
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Ivh
    Ivh
    Dokumen9 halaman
    Ivh
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • LP Efusi Pleura2
    LP Efusi Pleura2
    Dokumen16 halaman
    LP Efusi Pleura2
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Parotis
    Parotis
    Dokumen17 halaman
    Parotis
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • IVH
    IVH
    Dokumen14 halaman
    IVH
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • J. Diagnosa
    J. Diagnosa
    Dokumen8 halaman
    J. Diagnosa
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • LP GGK Fix
    LP GGK Fix
    Dokumen22 halaman
    LP GGK Fix
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen8 halaman
    Laporan Pendahuluan
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Hil
    Hil
    Dokumen9 halaman
    Hil
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Preplanning Relaksasi Progresif
    Preplanning Relaksasi Progresif
    Dokumen20 halaman
    Preplanning Relaksasi Progresif
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • SCABIESS
    SCABIESS
    Dokumen13 halaman
    SCABIESS
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Teknik Bedah
    Teknik Bedah
    Dokumen10 halaman
    Teknik Bedah
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Dini Kritis Lap - Jilid
    Dini Kritis Lap - Jilid
    Dokumen7 halaman
    Dini Kritis Lap - Jilid
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Resultan Moment Cinta
    Resultan Moment Cinta
    Dokumen2 halaman
    Resultan Moment Cinta
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Materi Koniung
    Materi Koniung
    Dokumen16 halaman
    Materi Koniung
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • SAP - Perawatan Payudara
    SAP - Perawatan Payudara
    Dokumen9 halaman
    SAP - Perawatan Payudara
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Seseorang Yang Mencintai Kamu
    Seseorang Yang Mencintai Kamu
    Dokumen1 halaman
    Seseorang Yang Mencintai Kamu
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Tumor
    Tumor
    Dokumen3 halaman
    Tumor
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Supervisi Memandikan Dan Membedong Bayi
    Instrumen Supervisi Memandikan Dan Membedong Bayi
    Dokumen4 halaman
    Instrumen Supervisi Memandikan Dan Membedong Bayi
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Lealet
    Lealet
    Dokumen2 halaman
    Lealet
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Tumor Parotis
    Tumor Parotis
    Dokumen13 halaman
    Tumor Parotis
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Hepatoma
    Hepatoma
    Dokumen38 halaman
    Hepatoma
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Dok Hiperbilirubin
    Dok Hiperbilirubin
    Dokumen3 halaman
    Dok Hiperbilirubin
    OcHã Dâ Víë
    Belum ada peringkat
  • Askep Katarak - 2
    Askep Katarak - 2
    Dokumen10 halaman
    Askep Katarak - 2
    Widiyanto Yanto
    Belum ada peringkat