: 1 - 6
Pendahuluan
Tuntutan reformasi pada tahun 1998
memaksa
Pemerintah
untuk
melakukan
perubahan paradigma dalam pelayanan publik.
Reformasi birokrasi khususnya dalam bidang
pelayanan publik terus digulirkan walau belum
membuahkan hasil yang ideal, yaitu birokrasi yang
berpijak kepada paradigma baru administrasi
publik (the new public service). Upaya tersebut
dilakukan melalui : (i) melayani warga masyarakat,
bukan pelanggan; (ii) mengutamakan kepentingan
publik; (iii) lebih menghargai warga negara
daripada kewirausahaan; (iv) berpikir strategis
dan bertindak demokratis; (v) menyadari bahwa
akuntabilitas bukan suatu yang mudah; (vi)
melayani daripada mengendalikan; serta (vii)
menghargai orang, bukan produktivitas semata
(J.V Denhardt dan R.B Denhardt, 2003).
Kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah yang digulirkan dengan diterbitkannya UU
No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999
yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah menunjukkan komitmen yang kuat dari
pemerintah
untuk
dapat
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat
dengan
cara
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
*) Tenaga Fungsional Perencana BAPPENAS
Total
Jawa-Bali
Afiliasi
Politik
Luar Jawa-Bali
Etnis
Agama
Gambar 2.
40
30
20
10
0
Total
Jawa-Bali
Luar Jawa-Bali
Afiliasi Politik
Etnis
Agama
Puas
Biasa Saja
Tidak Puas
Kota Surabaya
32
55
13
Kabupaten Sidoarjo
47
42
11
Kota Medan
25
62
13
22
62
16
Kota Balikpapan
46
46
41
50
Kota Mataram
42
47
11
17
63
20
Kota Makasar
28
51
20
Kabupaten Gowa
41
46
13
Total
34,1
52,4
13,4.
Tidak Menjawab
Di
beberapa
negara,
pemberian
pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah
Pusat (Central Government) maupun Pemerintah
Lokal (Local Government) memiliki standar yang
sama dalam kualitas pelayanan yang diberikan.
Penduduk miskin tetap akan diberikan pelayanan
sama yang memenuhi standar minimal yang sama
dengan orang terkaya di negara tersebut. Hal
seperti inilah yang juga harus disusun di Indonesia
dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat,
dimana Pemerintah Daerah Provinsi maupun
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus
mampu memenuhi suatu ukuran kelayakan
minimal, dibutuhkan sebuat standar pelayanan
yang sama untuk tiap-tiap daerah, mulai dari
Sabang hingga Merauke Indonesia.
URUSAN PEMERINTAHAN
CONCURRENT
(Urusan bersama Pusat, Provinsi,
dan Kab/Kota)
ABSOLUT
(Mutlak urusan Pusat)
Pertahanan
PILIHAN/OPTIONAL
(Sektor Unggulan)
WAJIB/OBLIGATORY
(Pelayanan Dasar)
Keamanan
Moneter
Yustisi
Contoh: pertanian,
industri, perdagangan,
pariwisata, kelautan dsb
Contoh: kesehatan,
pendidikan, lingkungan
hidup, pekerjaan umum,
dan perhubungan
SPM
(Standar Pelayanan Minimal)
2.
3.
Urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri
atas urusan wajib dan urusan pilihan.
SPM
SOP
STANDARD OPERATING
PROCEDURES
(SOP)
PERSPEKTIF
BIROKRASI
UNIT PELAYANAN
PUBLIK
PERSPEKTIF
PERSPEKTIF
PEMERINTAHAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
(SPM)
PERSPEKTIF
PERSPEKTIF
MASYARAKAT
beberapa
kementerian/lembaga
telah
menghasilkan daftar SPM, namun bentuknya
masih beragam dan belum mengacu kepada PP
dan Permendagri tersebut. Oleh karena itu, untuk
menerapkan secara luas masih diperlukan
penyesuaian terhadap muatan dari PP No 65
tahun 2005 ini.
Beberapa
Peraturan
Kementerian/
Lembaga mengenai SPM yang telah disusun pada
waktu lalu, yang berhasil didokumentasikan di
dalam database Direktorat Otonomi Daerah
Bappenas, antara lain : (i) Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No. 053 Tahun 2001 tentang
Pedoman Penyusunan SPM Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah; (ii) Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang
SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; (iii)
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
123.1/PMK.05/2006 tentang SPM Bidang Investasi
Pemerintah; (iv) Peraturan Menteri Keuangan No.
99 /PMK.01/2007 tentang SPM Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara; (v) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 392/PRT/M/2005 tentang
SPM Jalan TOL; (vi) Keputusan Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI
No.78/MPP/Kep/3/2001 tentang Pedoman SPM
bidang perindustrian dan perdagangan; (vii)
Peraturan Menteri Kehutanan No P.8/MenhutII/2007 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)
untuk Badang Pembiayaan Pembangunan Hutan;
(viii) Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No 197 tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup
di daerah kabupaten dan daerah kota; dan (ix)
Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan No.23/SK/Meneg.PP/2001 mengenai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) mengenai
Pemberdayaan Perempuan di Daerah.
Selain itu, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara (PAN) RI telah mengeluarkan
Surat Edaran Nomor: SE/10/M.PAN/07/2005
tentang Prioritas Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik. Jenis pelayanan publik yang menjadi
prioritas untuk ditingkatkan pelayanannya dan
menjadi prioritas untuk menyusun SPM tersebut,
yaitu: (i) Kesehatan meliputi pelayanan: Rumah
Sakit, Puskesmas, Posyandu Pendidikan meliputi
pelayanan:
Pendidikan
Dasar,
Pendidikan
Menengah, Pendidikan Lainnya; (ii) Sektor
Administrasi Kependudukan meliputi jenis
pelayanan: KTP, Akte Kelahiran, Catatan Sipil,
Akte Kematian, Akte Nikah/Cerai, Kartu
Keluarga; (iii) Kepolisian meliputi pelayanan:
STNK dan BPKP, Surat Ijin Mengemudi,
Penyelesaian Laporan Pengaduan Masyarakat; (iv)
2.
3.
Bappenas-Departemen
Dalam
NegeriDepartemen Keuangan, Rencana Aksi
Nasional Desentralisasi Fiskal
2005-2009,
Desember 2006
4.
Bappenas,
Pegangan
Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah,
Pengembangan
Ekonomi Daerah dan
Sinergi Kebijakan Investasi Pusat-Daerah 2007
5.
6.
7.
8.
9.