Anda di halaman 1dari 15

Identitas Umum

Nama

: Tn.Tarim

Umur

: 52 tahun

Alamat

: Cigugur - Kuningan

Tanggal masuk

: 26 oktober 2011

Ruang / RM

: Musa/130656

D/ Pre OP

: Tumor Parotis + Hipertensi grade 1

D/ Post OP

: Tumor Parotis + Hipertensi grade 1

Tindakan Operasi

: Parotidectomy Superficial + Extirpasi Fibrolipoma

Tanggal Tindakan

: 27 Oktober 2011

Anamnesis
Anamnesis

: Autoanamnesis tanggal 26 oktober 2011.

Keluhan utama

: Benjolan pada dibawah rahang bawah sebelah kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Terdapat benjolan di rahang bawah belakang sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan lunak, tidak terasa nyeri, masih bisa di gerakkan, namun
apabila pasien menggerakkan leher, leher terasa kaku. Awalnya benjolan kecil
sebesar kacang polong, kemudian membesar terus hingga ukuran sekarang.
Keluhan disertai pendengaran sedikit berkurang sejak 2 bulan yang lalu. Tidak
didapatkan keluhana gangguan menelan, sakit pada daerah tenggorokan, maupun
rasa baal/mati rasa di daerah wajah sebelah kiri. Pasien juga mengeluh terdapat
benjolan di punggung lengan bawah kiri sejak 1 tahun yang lalu, tidak nyeri,
mudah di gerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu

: Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada.

Riwayat Alergi

: Tidak ada.

Riwayat Kelainan Darah

: Tidak ada.

Upaya Berobat

: Tidak ada.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum

: Baik.

Kesan sakit

: Sedang.

Kesadaran

: Compos Mentis.

Status gizi

: Baik.

Tanda Vital
Tekanan darah

: 150/70

mmHg.

Nadi

: 84

x/menit.

Respirasi

: 18

x/menit.

Suhu

: 36,8

C.

2. Status Generalis
Kulit

: (-)cyanosis,(-) ikterik,(-) pucat, turgor baik

Kepala

: Conjunctiva anemis +/+.


Sclera ikterik

-/-.

Pupil bulat, isokor, diameter 3mm.


RC direct dan indirect +/+.
Tenggorokan

: Dalam batas normal.

Leher

: Massa di bagian rahang kiri bawah, 5x2


cm, lunak, NT(-), masih bisa digerakkan

Thorax

:
Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis (+) ICS IV linea midclav kiri.

Palpasi

: Ictus cordis teraba, (-) thrill.

Perkusi

: Dalam batas normal.

Auskultasi

: BJM, reguler, (-) murmur.

Paru

:
Inspeksi

: B/P simetris.

Palpasi

: B/P simetris, (-) nyeri tekan, (-) massa.

Perkusi

: Sonor kiri = kanan.

Auskultasi

: VBS +/+, ronchi -/-, wheezing -/-.

Mammae
Abdomen

: Dalam batas normal.


:

Inspeksi

: Datar, tidak ada tanda tanda inflamasi.

Auskultasi

: BU (+) normal.

Palpasi

: Soepoel.
NT (-).
Hepar dan lien tidak teraba membesar.

Perkusi

: Tympani.

Alat kelamin

: Dalam batas normal.

Anus

: Dalam batas normal.

Ekstremitas

: Akral hangat.
CRT < 2 detik.

Refleks

Fisiologis

: +/+.

Patologis

: -/-.

3. Status Lokalis
Leher
Inspeksi

: Massa 5x2 cm pada bagian rahang kiri


bawah. Tidak hiperemis.

Palpasi

: Nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, melekat


dengan jaringan sekitar.

4. Pemeriksaan Penunjang
26 Desember 2011
EKG

: tidak tampak kelainan

Foto PA thorax

: Cor : dalam batas normal, elongatio aorta


(+) hipertensi
pulmo : bronchitis kronis

Hematologi rutin
Eritrosit

: 4,57

Jt/mm3

4,5-6,00

Leukosit

: 6100

/mm3

4.000-10.000

Trombosit

: 408.000

/mm

150.000-450.000

Hematokrit

: 40

40-48

Haemoglobin

: 13

mg/dL

13-17

MCH

: 29

pikogram

27-31

MCV

: 88

femtoliter

82-92

MCHC

: 32

32-37

CT

:5

menit

2-6

BT

: 2, 30

menit

1-3

HBSAg

: negatif

Kalium

:4,15 mmol/lt

Natrium

: 142,8 mmol/lt

Klorida

:104,4 mmol/lt

negative

5. Resume
6. Terdapat benjolan di rahang bawah belakang sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan lunak, tidak terasa nyeri, masih bisa di gerakkan,
namun apabila pasien menggerakkan leher, leher terasa kaku. Awalnya
benjolan kecil sebesar kacang polong, kemudian membesar terus hingga
ukuran sekarang. Keluhan disertai pendengaran sedikit berkurang sejak 2
bulan yang lalu. Tidak didapatkan keluhana gangguan menelan, sakit pada
daerah tenggorokan, maupun rasa baal/mati rasa di daerah wajah sebelah

kiri. Pasien juga mengeluh terdapat benjolan di punggung lengan bawah


kiri sejak 1 tahun yang lalu, tidak nyeri, mudah di gerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu

: Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada.

Riwayat Alergi

: Tidak ada.

Riwayat Kelainan Darah

: Tidak ada.

Upaya Berobat

: Tidak ada.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum

: Baik.

Kesan sakit

: Sedang.

Kesadaran

: Compos Mentis.

Status gizi

: Baik.

Tanda Vital
Tekanan darah

: 150/80

mmHg.

Nadi

: 80

x/menit.

Respirasi

: 20

x/menit.

Suhu

: 36,5

C.

Status Generalis
Kepala

: Conjunctiva anemis +/+.

Leher

: Massa di bagian kanan atas, 5x4 cm.

Status Lokalis
Leher
Inspeksi

: Massa 5x4 cm pada bagian kanan atas.


Tidak hiperemis.

Palpasi

: Nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, melekat


dengan jaringan sekitar.

Pemeriksaan Penunjang
26 Desember 2011
EKG

: tidak tampak kelainan

Foto PA thorax

: Cor : dalam batas normal, elongatio aorta


(+) hipertensi
pulmo : bronchitis kronis

Hematologi rutin
Eritrosit

: 4,57

Jt/mm3

4,5-6,00

Leukosit

: 6100

/mm3

4.000-10.000

Trombosit

: 408.000

/mm

150.000-450.000

Hematokrit

: 40

40-48

Haemoglobin

: 13

mg/dL

13-17

MCH

: 29

pikogram

27-31

MCV

: 88

femtoliter

82-92

MCHC

: 32

32-37

CT

:5

menit

2-6

BT

: 2, 30

menit

1-3

HBSAg

: negatif

Kalium

:4,15 mmol/lt

Natrium

: 142,8 mmol/lt

Klorida

:104,4 mmol/lt

negative

Diagnosis Banding
Tumor parotis dextra.
Lipoma.
Atheroma.
Lymphoma.

Diagnosis Kerja
Tumor parotis dextra.
Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam.

Quo ad functionam

: ad bonam.

Laporan Operasi
Diagnosis pre op

: Tumor parotis sinistra.

Diagnosis post op

: Tumor parotis sinistra

Tindakan operasi

: Parotidectomy superficial + ekstirpasi fibrolipoma (26


oktober 2011).

Tehnik Operasi

Dilakukan incisi vertikal dan horizontal.


Dilakukan diseksi untuk membebaskan jaringan tumor.
Didapatkan perlengketan yang hebat.
Perlengketan dibebaskan.
Dilakukan pemisahan jaringan tumor dengan kartilago dan otot
sternocleidomastoideus.
Dilakukan preservasi n. facialis dan cabang cabangnya.
Kontrol perdarahan
Tumor berhasil diangkat dengan intoto.
Daerah bekas tumor dicuci dengan NaCl 0,9% dan dipasang drain.
Instruksi Pasca Bedah

Kontrol TTV.
Puasa sampai BU (+) atau flatus (+).

Infus RL : 20 gtt/ menit


Ceftriaxone 2x1 gr IV
Kalnex

(Tranexamid) amp

3x500mg

IV

Contipain 30 mg

Tinjauan Pustaka
Anatomi glandula salivatorius (kelenjar ludah):
o Terdiri dari 2 macam:

Glandula salivatorius major: glandula parotis, glandula


sublingualis, dan glandula submandibularis

Glandula salivatorius minor: 600-1000 kelenjar kecil yang


tersebar di upper aerodigestive tract paling banyak ditemukan di
palatum.

Gambar 1. Glandula salivatorius


(articboy.com)
Anatomi dan fisiologi glandula parotis:

o Glandula parotis merupakan kelelenjar ludah terbesar yang terdapat di


bawah jaringan kulit dan subkutis preaurikular.
o Sebagian besar terdiri dari glandula serosa. Memproduksi 25% volume
total saliva2.
o Lokasi:

melapisi ramus mandibularis dan terletak anterior dan inferior


auricularis externa.

Terletak pada parotid fascial space, merupakan area sebelah


posterior dari ramus mandibularis dan sebelah anterior-inferior dari
telinga

Membentang secara ireguler dari arcus zygomaticus sampai dengan


angulus mandibularis

Glandula salivatorius dapat meluas ke anterior hingga m. masseter,


dan ke posterior hingga m.sternocleidomastoideus, dan dapat
meluas melewati ligamentum stylomandibularis hingga
parapharyngeal space

Sekret glandula parotis mengalir melalui ductus stensens, ke luar


dari anterior border glandula parotis, 1.5 cm di bawah os
zygomaticum. Ductus tersebut melewati bagian anterior dan
superfisial dari m.masseter, berbelok ke arah medial untuk
memasuki m.buccinator dan menuju ke muara intraoral yang
berada di mukosa buccal terletak dekat M2 maxillaris.
o Batas-batas:

Superior: os zygomaticus

Posterior: EAC (external auditory canal)

Inferior: processus styloideus, styloideus musculature, A. carotis


interna, V. jugularis

Anterior: garis diagonal yang membentang dari zygomatic root


sampai EAC
o Struktur-struktur yang melewati glandula parotis:

Nervus facilalis ke luar dari foramen stylomastoideus, ke arah


anterolateral kemudian masuk ke glandula parotis, dan bercabang
pada pes anserinus ke arah temporal, zygomaticum, buccal,
marginal mandibular, dan cervical yang semuanya mempersarafi
otot mimik wajah.

A. carotis externa yang mempercabangkan A. maxillaris dan A.


temporalis superficialis yang terletak di dalam glandula parotis

Vena retromandibularis.

Gambar 2. Percabangan nervus facialis


(entcenter)
o Vaskularisasi :

Mendapat perdarahan dari Aa. transversa faciei yang merupakan


cabang dari A. carotis externa

Aliran darah vena menuju vena jugularis interna dan externa

Aliran limfe melalui nodus lymphaticus preauricularis1

Gambar 3. Perdarahan glandula parotis


(chestofbooks, 2010)

10

Tumor parotis:

Definisi: merupakan pertumbuhan tidak terkontrol dari dari sel-sel kelenjar


yang memproduksi yang memproduksi saliva ke dalam mulut4.

Insidensi:

Tumor glandula salivatorius merupakan tumor yang jarang


ditemukan, berkisar hanya 2% dari tumor kepala leher3.

95% tumor glandula salivatorius timbul pada orang dewasa.

85% tumor glandula salivatorius adalah tumor parotis.

Sebagian besar tumor parotis bersifat jinak dengan gambaran


histologis tersering adalah adenoma pleomorfik (benign mixed
tumor)2

Etiologi: tidak diketahui, tetapi sebagian besar beranggapan bahwa


merokok dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya tumor parotis
terutama jenis warthins tumor, sedang dilakukan penelitian hubungan
antara gen adenoma dengan perkembangan adenoma pleomorfik4.

Faktor risiko:

Jenis kelamin: bergantung pada jenis tumor

Usia lanjut

Perokok

Paparan radiasi

Genetik

Inhalasi bahan-bahan berbahaya4.

Klasifikasi:

Tumor jinak:
o Terbanyak adalah adenoma pleomorfik: Merupakan massa
tumor yang berkapsul baik
o Warthins tumor: 6-10% tumor pada tumor jinak parotis,
biasanya bersifat kistik, multisentral, dan 10% bilateral.
Pada pemeriksaan sidikan 99Tc pertehnetat memberikan
gambaran bercak napas5.
o Oncocytomas: jenis tumor yang jarang terjadi dan bersifat
solid
o Paling jarang adalah adenoma monomorfik, terdiri dari:
adenoma sel basal, adenoma sel clear, glycogen-rich
adenoma, dan jenis lainnya.

Tumor ganas:
o Terbanyak adalah carcinoma mucoepidermoid, tumor ini
bersifat agresif dan berpotensi untuk terjadinya metastasis
o Carcinoma adenoid cystic: sering terjadi invasi perineural,
sulit untuk dilakukan eksisi, bertendensi terjadi rekurensi
lambat

11

o Carcinoma sel acinus: jarang terjadi, sering ditemukan pada


wanita dekade ke 50, 3% kasus terjadi bilateral
o Adenocarcinoma: merupakan tumor agresif yang sering
berulang dan bermetastasis
o Adenocarcinoma polimorfi low-grade: sering menunjukkan
gejala penyebaran perineural
o Carcinoma expleomorphic adenoma: merupakan kelanjutan
dari adenoma pleomorfik
o Carcinoma sel squamosa: sering terjadi pada pria dekade
ke-7
o Sarkoma: jarang terjadi, biasanya akibat sarkoma yang
terjadi pada tempat lain
o Limfoma primer: jarang terjadi2.
Gejala klinis:

Massa pada daerah proyeksi glandula parotis yang makin lama


makin besar ukurannya dapat terjadi unilateral maupun bilateral

Terbanyak (>80%) massa yang bersifat asimptomatik baik yang


jinak maupun yang ganas

Jarang massa yang menimbulkan nyeri (30%)

Cuping telinga terangkat ke arah lateral

Apabila teraba masa pada proyeksi daerah parotis yang cepat


membesar, nyeri, parestesi, menjadi lumpuh otot wajah, invasi
kulit, dan terfiksasi pada ujung os mastoid kemungkinan besar
suatu keganasan.

10-15% melibatkan N. Facialis

Trismus menandakan keterlibatan dari otot-otot mastikasi dan


temporomandibular junction

Adenopathy cervical

Disfagia/ sensasi massa yang mendesak daerah orofaring


menandakan adanya keterlibatan lobus bagian dalam

Nyeri telinga menandakan adanya invasi ke daerah telinga

Lokasi metastasis: nodus limfatikus intra-dan periglandular, nodus


limfatikus submentalis, nodus limfatikus midjugularis, rantai
nodus limfatikus upper jugularis2.
Dasar diagnosis:

Anamnesis:
o Keluhan utama biasanya massa tanpa gejala di daerah
proyeksi glandula parotis (>80%)
o 30% pasien mengeluhkan massa yang nyeri, meskipun
sebagian besar pasien dengan keganasan glandula parotis

12

bersifat asimptomatis. Rasa nyeri ini sebagian besar


menggambarkan adanya invasi perineural
o Riwayat tumor pada glandula parotis sebelumnya, riwayat
perkembangan tumor yang dimilikinya

Pemeriksaan fisik:
o Massa yang teraba berbatas tegas berhubungan dengan
tumor jinak dan massa yang teraba keras berhubungan
dengan keganasan
o Massa yang terfiksasi, terdapat ulserasi di kulit
mengindikasikan keganasan
o Perlu dilakukan palpasi pada seluruh regio nodus limfatikus
secara teliti
o Darah/ pus yang mengalir melalui ductus stensens
berhubungan dengan keganasan
o Bulging pada dinding lateral faring/ soft palate
menandakan keterlibatan lobus yang dalam dari glandula
o Perlu dilakukan palpasi pada daerah fossa tonsillar dan soft
palate

Pemeriksaan penunjang:
o FNAB: untuk tindakan pertama dalam menegakan
diagnosis histopatologis (akurasi 70-80%)
o CT-scan dan MRI: untuk mengevaluasi rekurensi, ukuran
tumor, keterlibatan parapharyngeal space, keterlibatan
A.carotis, dan keterlibatan-keterlibatan struktur lainnya
sehingga menjadi inoperable2.
Komplikasi:

Paralisis temporer/ permanen N.facialis tersering pada cabang


marginal mandibular

Cedera pada cabang ke m.orbicularis oculi mata susah menutup

Perdarahan dan hematom dilakukan eksplorasi dan ligasi


pembuluh darah yang mengalami perdarahan

Infeksi dilakukan drainase dengan/tanpa antibiotik

Sialocele

Fistula salivatorius

Gangguan pada N.auricularis magnus

Freys syndrome/ gustatory sweating: berkeringat pada satu sisi


bagian wajah (frontal, wajah, leher, scalp) setelah menelan
makanan2.
Penatalaksanaan: berdasarkan jenis tumor

Adenoma pleomorfik: parotidektomi superfisial (eksisi massa


tumor dengan jaringan normal)

13

Oncocytomas: parotidektomi superfisial dengan perawatan pada


N.facialis

Adenoma monomorfik: superfisial parotidektomi (reseksi massa


tumor dengan sedikit jaringan sekitarnya)

Carcinoma adenoid cystic: dilakukan terapi radiasi adjuvant

Adenocarcinoma polimorfi low-grade: dilakukan eksisi local yang


luas

Carcinoma expleomorphic adenoma: dilakukan excisi bedah diikuti


dengan terapi radiasi

Carcinoma sel squamosa: dilakukan excisi dengan diikuti terapi


radiasi

Limfoma primer: terapi pembedahan hanya untuk diagnosis2.


Prognosis:

Tumor glandula salivatorius lambat bertumbuh dan bertumbuh


ke segala arah

Secara keseluruhan tumor glandula salivatorius kecil


kemungkinan terjadinya metastasis

Tumor cenderung bersifat agresif bila timbul pada usia lanjut.

Adanya keterlibatan N. Facialis pada tumor glandula parotis


tidak pernah dihubungkan dengan lesi jinak (5-years survival rate
0-15%)

80% pasien dengan paralisis N.facialis sudah mengalami


metastasis ke nodus limfatikus

20-years survival rate carcinoma adenoid cystic: 50%3.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Parotid gland. November 26, 2010. Retrieved Desember 19,
2010 from http://en.wikipedia.org/wiki/Parotid-gland.
2. Bland I.K. The Practice of General Surgery. USA: W.B. Saunders
Company, 2002.

14

3. Brunicardi C.F., Andersen K.D., Billiar R.T., Dun D.L., Hunter J.G.,
Pollock R.E. Schwartzs Principles of Surgery. 8th ed. New York: McGraw
Hill, 2007.
4. Dubner S. Parotid Tumors. Oktober 15, 2010. Retrieved Desember 19,
2010 from http://emedicine.medscape.com
5. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC,
2005.

15

Anda mungkin juga menyukai