PBL Blok 28 - Pestisida SBG PAK
PBL Blok 28 - Pestisida SBG PAK
Pendahuluan
Persoalan utama higiene perusahaan dan kesehatan kerja di bidang
pertanian, perkebunan, dan kehutanan adalah lokasi dan beroperasinya perusahaan
yang biasanya berada di daerah rural (pedesaan), sehingga higiene dan kesehatan
pedesaan langsung mempengaruhi keadaan higiene dan kesehatan masyarakat
petani dan pekebun serta masyarakat kehutanan. Selain itu tenaga kerja
menghadapai risiko aneka penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Tenaga kerja terutama di bidang pertanian juga menghadapi
berbagai penyakit akibat dari pekerjaannya, antara lain keracunan oleh zat kimia
pembasmi hama atau racun kimia lain yang digunakan.1
Diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
Anamnesis
Menanyakan data-data pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital meliputi suhu,
pernapasan, nadi, dan tekanan darah. Suhu normal pada orang dewasa berkisar 36
derajat. Naik atau turunnya suhu dipengaruhi oleh berbegai hal seperti umur,
aktivitas tubuh, jenis kelamin, dan sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan di
beberapa tempat yaitu di mulut, anus, ketiak, dan telinga. Pernapasan normal pada
dewasa adalah 16-20 x/menit. Menghitung pernapasan lebih baik dilakukan tanpa
diketahui oleh orang yang diperiksa agar tidak membiaskan hasil. Nilai denyut
nadi merupakan salah satu indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Nilai
normal pada orang dewasa adalah 70-80 x/menit. Tekanan darah menunjukkan
nilai sistole dan diastole. Nilai normal pada orang dewasa adalah sekitar 120/80
mmHg.5
c)
Pemeriksaan penunjang
Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam
organ tubuh untuk dilihat jenis racun yang terdapat pada sumber-sumber tersebut
untuk memastikan bahwa telah terjadi keracunan, apalagi jika kadarnya dalam
tubuh melebihi NAB.1
d)
mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi
pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja
menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
Hal ini dapat diperkuat juga dengan mengetahui patofisiologis penyakit serta
pemakaian alat pelindung diri.2
5.
mempengaruhi penyakit. Dalam hal ini diperlukan status kesehatan fisik penderita
seperti riwayat alergi, perlu diketahui riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang
mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang
dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati peraturan terkait tempat
kerja penderita, kebiasaan berolahraga.2
6.
beralkohol, jarang makan makanan sehat), ada atau tidak adanya pajanan di
rumah, hobi individu, apakah individu memiliki pekerjaan sampingan selain
pekerjaan utama.2
7.
Diagnosis Okupasi
Sesudah menerapkan keenam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu
kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu
menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau
timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari
uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit
Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai
informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan
lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.2
Gas, yaitu bentuk wujud zat kimia yang tidak mempunyai bangun sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
Tingkat wujudnya bias dirubah menjadi cair atau padat hanya dengan
kombinasi meninggikan tekanan dna menurunkan suhu. Sifat gas pada
umumnya adalah tidak terlihat dan tidak berbau pad akonsentrasi rendah
serta berdifusi mengisi seluruh ruangan. Contoh : karbon moniksida (CO),
hidrogen sianida (HSN).1,8
b)
Uap, yaitu bentuk gas dari zat kimia yang dalam keadaan biasa berbentuk
zat padat atau zat cair dan yang dapat dikembalikan kepada tingkat wujud
semula, baik hanya dengan meninggikan tekanan, maupun hanya dengan
menurunkan suhu saja. Sifat uap umumnya tak kelihatan dan berdifusi
mrngisi seluruh ruang. Contoh : merkuri dan kloroform.1,8
c)
Debu, yaitu partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami
atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelemburan, pengepakan
yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organis maupun
anorganis. Contoh : debus kapas, debu batu, debu asbes.1
d)
Kabut, yaitu titik-titik cairan kimia halus dalam udara yang terjadi dari
kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat butirbutir cairan sangat halus dan biasanya tidak bertahan lama tersebar di
udara.8
e)
Fume, yaitu partikel-partikel zat kimia padat yang terjadi oleh karena
kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah proses pemanasan benda
padat. Fume biasanya dihasilkan oleh kondensasi uap yang berasal dari
logam yang dicairkan akibat proses pemanasan. Contoh : pada proses
pengelasan dihasilkan oleh logam metal oksida, cadmium, dan arsen.8
f)
Awan, yaitu partikel-partikel zat kimia cair sebagai hasil kondensasi dari
fase gas.1
g)
merupakan tanda bahaya bagi yang menghisapnya, tetapi zat kimia tertentu tidak
menimbulkan reaksi apapun sehingga tanpa disadari zat kimia ini akan terinhalasi
jauh sampai ke alveoli atau bahkan memasuki aliran darah.8
Per oral. Pajanan zat kimia melalui saluran pencernaan (per oral) hanya
terjadi jika pekerja makan/minum/menghisap rokok di tempat kerja yang
terkontaminasi dengan uap/debu yang melayang di ruangan kerjanya. Pajanan per
oral mungkin juga terjadi bila sebagian pertikel zat kimia yang dihisap tertelan
dan memasuki saluran pencernaan.8
Kulit. Ketebalan kulit dan keringat yang membasahi tubuh merupakan
daya pertahanan yang efektif untuk melawan pajanan zat kimia yang berbahaya.
Namun, zat kimia yang larut dalam lemak (larutan organik dan fenol) dapat
diabsorpsi melalui kulit. Pada kulit yang cedera (terpotong/luka lecet), absorpsi
zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih mudah.8
Mata. Kontaminasi lokal beberapa jenis zat kimia pada mata dapat
mengakibatkan gejala sistemik, tetapi umumnya hanya berpengaruh pada bagianbagian tertentu dari bola mata. Namun, sebagian besar pajanan zat kimia pada
mata akan mengakibatkan kerusakan kornea, misalnya asam kuat, basa kuat, dan
kalsium oksida.8
Per injeksi. Pajanan zat kimia melalui injeksi di tempat kerja sangat jarang
terjadi. Di sektor industri, pajanan per injeksi dapat terjadi dengan sengaja/tanpa
sengaja akibat injeksi tekanan rendah seperti vaksin manusia, ataupun akibat
injeksi tekanan tinggi oleh pistol minyak pelumas.8
suatu Nilai Ambang Batas (NAB) yang dapat dipakai sebagai standar bagi
masing-masing zat kimia tersebut, untuk menyatakan bahwa bila konsentrasi
suatu zat kimia beracun di lingkungan kerja masih di bawah standar tersebut,
maka pajanan zat kimia tersebut di lingkungan kerja masih dapat ditoleransi.
Dalam hal ini berarti masih dapat diterima (acceptable), bukan berarti mutlak
aman (absolute safety).8
Dikenal tiga kategori NAB untuk pajanan zat kimia di lingkungan kerja8 :
1. NAB rata-rata jam kerja, yaitu kadar zat kimia rata-rata di lingkungan
kerja selama 8 jam sehari atau 40 jam per minggu saat pekerja dapat
terpajan berulang-ulang tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan
maupun penyakit akibat kerja.
2. NAB pajanan singkat, yaitu kadar maksimal zat kimia di lingkungan kerja
bagi pekerja yang terpajan terus-menerus dalam waktu singkat tanpa
mengakibatkan gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.
3. NAB tertinggi, yaitu kadar maksimal zat kimia di udara lingkungan kerja
setiap saat yang tidak boleh terlampaui selama melakukan pekerjaan.
DFDT
(difluorodifeniltrikloretan),
metoksiklor
10
11
keracunan yang hebat. Gejala-gejala utama keracunan adalah tremor dan kejangkejang sebagai akibat rangsangan kepada otak.1
Keracunan oleh racun serangga hidrokarbon terjadi oleh karena terminum,
atau terhirup melalui pernafasan, atau diserap melalui kulit. Khusus mengenai
penyerapan kulit, pekerja tentunya harus terlindung dari kemungkinan kontak
kulit dengan racun serangga hidrokarbon. Klor hidrokarbon tidak atau lambat
terurai, lama menetap dalam lingkungan dan terjadi penimbunan dalam lemak
makhluk
hidup.
Alasan
ini
yang
terutama
menyebabkan
penggunaan
2. Benzene heksaklorida
Tidak ditetapkan
3. DDT
4. Dieldrin
5. Endrin
6. Klordan
benzene heksaklorida)
8. Metoksiklor
9. Toksafen
Golongan kedua dari racun serangga adalah golongan ester fosfat, yaitu
derivat atau persenyawaan asam fosfat dengan zat kimia organis. Termasuk
kepadanya
adalah
TEPP
(tetra-etil-pirofosfat)
(tetra-ethyl-pyrophosphate),
EPN
(o-etil-o-p-nitofenil-fenil-tiono-fosfat)
thiono-phosphonate,
OMPA
(o-ethyl-o-p-nitrophenyl-phenyl-
(oktametil-pirofosforamid)
(octamethyl-
pyrophosphoramide), sitoks (ester dietoksi-tio-fosforat) (systox, diethoxy-thiophosphoric ester), malation (malathion), dan lain-lainnya. Racun serangga
tersebut dijual dalam kadar 1%-95%. Kadar racun serangga yang tingi terutama
dimaksudkan untuk membuat bubuk yang dibasahkan. Walaupun mekanismenya
sebagai racun serangga adalah sama, tetapi berbeda dalam hal derajat racunnya.
Esterfosfat bekerja memblokade enzim kolinesterase, sehingga terkumpul
asetilkolin dalam jaringan. Jika oleh ester tersebut kolinesterase kadarnya turun
kira-kira 20% dari keadaan normal, maka gejala keracunan mulai nampak. Gejala
tersebut merupakan kaburnya penglihatan, kelemahan tubuh, mual, pusing, kejang
usus, dada sesak, dan buang-buang air. Tanda-tanda sakit mungkin pula terlihat
seperti miosis, salviasi, keluar keringat banyak, banyak keluar air mata, sianosis,
kejang-kejang dan koma. Diagnosis didasarkan atas anamnesis, bahwa kurang
dari enam jam yang lalu telah bekerja di tempat yang dicemari oleh insektisida
ester fosfat, adanya gejala klinis atas dasar rangsangan parasimpatis, dan turunnya
kadar kolinesterase dalam plasma dan sel darah merah.1
Dengan efeknya kepada enzim kolinesterase, maka ester fosfat memiliki
efek terhadap safar den
karena terminum atau termakan, terhirup melalui pernapasan, dan terserap melalui
kulit.1
NAB untuk racun serangga yang tergolong ester fosfat adalah sebagai
berikut1 :
1. EPN
2. Malation
3. OMPA
4. Paration
5. TEPP
6. Sistoks
Racun serangga golongan lain terdiri atas bermacam zat kimia yang
sesungguhnya tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya, yaitu nikotin sebagai
salah satunya. Nikotin adalah alkaloid yang sangat beracun dan merangsang
susunan saraf pusat dengan diikuti efek depresi yang hebat. Bahan tersebut dapat
memasuki tubuh pekerja melalui pencernaan, pernapasan, dan kulit. NAB-nya
adalah 0,5 mg per meter kubik udara. Zat kimia tersebut tidak digunakan lagi
sebagai racun serangga.1
formaldehida,
furfural,
fenol,
tetrametiltiuran,
disulfide,
dan
2. Formaldehid
3. Pentaklorfenol (PCP)
14
2. Strikhnin
4. Warfarin
Fenoksi-asetat)
3. Pentaklorfenol (PCP)
Patofisiologi Penyakit
Pada pestisida golongan organoklorin (hidrokarbon), zat racun tersebut
bekerja dengan merangsang sistem saraf sehingga terjadi paratesia, peka terhadap
rangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor, dan kejang-kejang.
Cara kerja zat ini tidak diketahui secara tepat. Beberapa zat kimia ini bekerja pada
sistem saraf. Lindan, salah satu golongan hidrokarbon mulai nampak efeknya
setelah enam jam masuk ke dalam tubuh manusia dan lamanya gejala keracunan
kira-kira sampai empat hari.9
Pestisida golongan organofosfat dam karbamat memiliki aktivitas
antikolinesterase. Cara kerja ini ialah menghambat penyaluran impuls saraf
dengan cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi hidrolisis asetilkolin
(dimana asetilkolin tidak dapat diubah menjadi kolin dan asam asetat akibat
penghambatan kolinesterase). Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang
terdapat di antara ujung-ujung saraf dan otot serta berfungsi meneruskan
rangsangan saraf. Apabila rangsangan ini berlangsung terus-menerus akan
16
Diagnosis klinis
Melakukan anamnesis terkait kasus terutama bagian riwayat tempat kerja.
penempatan alat dan bahan yang digunakan, terdapat atau tidaknya fasilitas untuk
mencuci/membersihkan tubuh jika terkena bahan kimia, dan lain-lain.6
2.
menjalani pekerjaannya sebagai petani, apakah gejala semakin terasa nyata setalah
melakukan kontak dengan zat kimia pestisida, apakah gejala tersebut semakin
berat setelah terpapar zat kimia pestisida dalam jangka waktu lama. Hal-hal
tersebut perlu ditanyakan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
pajanan dengan penyakit.
4.
terima. Semakin besar dan sering pajanan yang ia terima, maka semakin hebat
gejala yang ia alami. Selain jumlah pajanan, perlu diperhatikan patofisiologi
pestisida terhadap kesehatan manusia sesuai literatur untuk membantu
menegakkan diagnosis. Pemakaian alat pelindung diri pun ikut berperan dalam
menentukan besarnya efek yang timbul pada seseorang. Karena itu pemakaian alat
pelindung diri merupakan salah satu cara untuk pencegahan.
5.
Perlu diketahui status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu
diketahui riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal,
kepatuhan dalam menaati peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan
berolahraga.
6.
Diagnosis Okupasi
Berdasarkan keenam langkah-langkah yang telah dilakukan, maka
Penatalaksanaan
Pengobatan terhdap kasus keracunan pestisida terutama berdasarkan cara
masuk racun ke dalam tubuh.
Pada kasus pemaparan pada kulit/inhalasi. Jika pasien stabil, dilakukan
dekontaminasi untuk menyingkirkan zat racun dari kulit diikuti dengan
dekontaminasi pada kulit, baju, rambut, dan mata dengan membasuh cairan kimia
pada daerah tersebut dengan larutan steril NaCl 0,9% untuk mata. Lepaskan
pakaian yang terkena zat racun, kemudian bersihkan bagian tubuh yang terkena
dangan air dan sabun. Barang-barang yang diduga terkontaminasi disingkirkan
pada tempat yang memiliki tutup dan diberikan label. Sabun yang mengandung
klorheksidin dan alkohol membantu untuk menghilangkan bahan-bahan yang
bersifat lipofilik. Berikan napas bantuan jika berhenti napas. Pastikan mulut bersih
19
Penyimpanan pestisida1 :
1.
2.
3.
Tempat bekas menyimpan pestisida yang tidak dipakai lagi harus dibakar,
agar sisa racun musmah sama sekali.
4.
b)
1.
2.
Pakaian kerja dan alat pelindung diri kaca mata dan sarung tangan yang
terbuat dari neoprene harus dipakai, jika pekerjaan dimaksudkan untuk
mencampur pestisida dengan minyak atau pelarus organis. Pakaian
pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.
3.
Respirator, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan harus dipakai
selama menyiapkan dan menggunakan semprotan kabut atau aerosol, jika
kulit mungkin kontak dengan racun hama dan paru mungkin menghirup
bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet, apabila yang
dikerjakan klorhidrokarbon dan dari neoprene atau bahan yang tahan
minyak, apabila digunakan pelarut organis.
c)
1.
2.
Harus dihindarkan waktu kerja lebih dari lima jam sehari bekerja di tempat
tertutup dengan memakai penguap termis, juga alat tersebut tidak boleh
digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan
makanan.
3.
4.
Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat yang mungkin
terkena pestisida tidak diperkenankan bekerja dengan pestisida, karena
keadaan itu mempermudah masuknya pestisida ke dalam tubuh.
5.
Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit atau mandi dan mencuci
pakaian harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot merupakan
keharusan.
21
Penutup
Penyakit akibat kerja dapat terjadi disebabkan oleh berbagai macam
faktor, salah satunya adalah toksik akibat zat racun seperti pestisida. Untuk
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja maka perlu dilakukan tujuh langkah
mendiagnosis PAK. Perlu diperhatikan dan dilakukan anamnesis lebih dalam
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan individu agar dapat
menunjang diagnosis. Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan pencegahan
terkait penyakit serta pajanan.
Sesuai penerapan tujuh langkah ke dalam kasus, maka penderita menderita
penyakit akibat kerja yang disebabkan keracunan zat kimia toksik pestisida.
Daftar Pustaka
1. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Edisi
1. Jakarta: Sagung Seto; 2009.h.181-270,455-69.
2. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007.h.615-19.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi 1. Surabaya:
Erlangga; 2007.h.7-23.
4. Jayaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Edisi 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h.8-10.
5. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik evaluasi
diagnosis dan fungsi di bangsal. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.h.46-9.
6. Harrington JM, Gill FS. Buku saku kesehatan kerja. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.41-7.
7. Ridley J. Kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto;
2008.h.152-7.
8. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h.58-67.
22
23