Anda di halaman 1dari 12

Osteoartritis pada Sendi Lutut

Avena Athalia Alim


102011031
greenochaken@yahoo.com
FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA
Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Pendahuluan
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi selain perubahan pada tulang yang mendasarinya.
Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Pasien
OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.1,2

Anamnesis
Pada anamnesis, selain data-data pribadi seperti jenis kelamin serta umur
(dalam skenario seorang perempuan berusia 60 tahun) dan keluhan utama, perlu
ditanyakan riwayat penyakit dulu dan sekarang. Riwayat penyakit dulu meliputi
pertanyaan yang menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakitpenyakit tertentu yang memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang
dialami sekarang. Sedangkan riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan
cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.3
Keluhan utama dan riwayat penyakit pasien antara lain :
1. Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.
2. Nyeri pada lutut bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari
duduk yang lama, dan saat sholat.
3. Saat bangun tidur, lututnya sering terasa kaku sekitar 30 menit.

4. Pada lutut sering berbunyi kretek-kretek.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital,
dan khusus. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi
pemeriksaan suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate. Sedangkan
berdasarkan pemeriksaan khusus, dapat dilakukan inspeksi, palpasi, dan
pergerakan pada lutut.
Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara
berjalan, posisi lutut saat berjalan. Inspeksi meliputi posisi lutut saat berdiri, jalan,
dan berbaring, warna kulit, gambaran vaskularisasi, pembengkakan atau massa
pada

bagian

luka/fistel/ulkus.

anterior/posterior,
Palpasi

lateral/medial,

dilakukan

untuk

dan

ada

atau

tidaknya

meraba

ada

atau

tidaknya

pembengkakan massa, meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lutut,


meraba posisi patella di lutut, dan adanya nyeri tekan atau tidak di persendian.
Pergerakan lutut dilakukan dengan posisi pasien berbaring terlentang, kemudian
dilakukan penilaian range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi ekstensi
dan menyatakannya dalam derajat. Normal ROM adalah 0 1200.4 (Lihat Gambar
1)

Gambar 1. Pemeriksaan ROM


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Range of Motion pada lutut

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium
darah, analisa cairan sendi, dan rontgen. Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA
biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah)
dalam batas-batas normal. Pemeriksaan cairan sendi umumnya untuk melihat ada
atau tidaknya kristal urat. Pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sendi pada
kasus osteoartritis biasanya dilakukan untuk menyingkirkan beberapa differential
diagnosis seperti penyakit gout/pirai.5
Pemeriksaan rontgen atau radiografi cukup memberikan gambaran
diagnostik yang pasti pada kasus osteoartritis. Gambaran radiografi sendi yang
menyokong diagnosis OA ialah1 :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Namun harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi
seringkali masih normal, tidak menujukkan sesuatu yang berarti. Pemeriksaan
radiografi sendi lain mungkin diperlukan pada beberapa keadaan tertentu. Seperti
pada pasien-pasien yang mempunyai keluhan nyeri pada banyak sendi. 1 (Lihat
gambar 2)

Gambar 2. Hasil radiografi


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci osteoartritis knee xray

Working Diagnosis
Dari hasil anamsesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta
menyesuaikan dengan gejala-gejala osteoartritis, maka pasien diduga menderita
osteoartritis.
Differential Diagnosis
Different diagnosis untuk kasus osteoartritis adalah rheumatoid artritis.
Rheumatoid artritis mempunyai beberapa gejala yang sama dengan osteoartritis
seperti terjadi kekakuan di pagi hari dan terjadi artritis simetris. Namun, pada
4

rheumatoid artritis terdapat nodul rheumatoid dan tidak terdapat bunyi kretekkretek sedangkan pada osteo artritis tidak terdapat nodul dan terjadi bunyi
kretek-kretek (suara yang timbul akibat krepitasi tulang).1,5
Epidemiologi
OA adalah penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; mengenai 60%-70% orang berusia lebih dari 65 tahun.
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5%
pada pria, dan 12.7% pada wanita. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan
pertambahan usia, prevalensi meningkat dengan cepat pada populasi lansia.
Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-prograsif, OA
mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA
akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.1,6
Manifestasi Klinik
Gejala utamanya ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak atau menanggung beban. Umumnya timbul rasa nyeri saat sendi
digerakan, dan rasa nyeri berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pada pagi hari selama beberapa menit, mulai terjadi
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi yang semakin nyata dan krepitasi tulang. Selain itu, terjadi
perubahan yang khas pada tangan yang disebut Nodus Heberden atau pembesaran
tulang sendi interfalang distal yang sering dijumpai. Salah satu tempat predileksi
osteroartrtitis adalah sendi interfalang distal, sendi interfalang proksimal, sendi
lutut, dan sendi paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol
dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis. Terdiri dari
nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan. 5,7
(Lihat Gambar 3)

Gambar 3. Nodul Heberden


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Nodus Heberden

Etiologi dan Patofisiologi


Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer
dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari
oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter,jejas
mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoartritis primer lebih
sering ditemukan dibanding OA sekunder.1
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses ketuaan yang
tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat
bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya
belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan
sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral, dan faktor
kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting
6

yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago


didalam cairan synovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,
kerusakan kondrosit dan nyeri.1
Osteoartritis ditandai dengan dengan fase hipertrofi kartilago yang
berhubungan

dengan

suatu

peningkatan

terbatas

dari

sintesis

matriks

makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Osteoartritis terjadi


sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan
inflamasi cairan sendi.1
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel. Salah satu faktor pertumbuhan yang berperan adalah
insulin-like growth faktor (IGF-1). Faktor pertumbuhan IGF-1 memegang peranan
penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi
kurang sensitive terhadap efek IGF-1.1
Peningkatan

degradasi

kolagen

akan

mengubah

keseimbangan

metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi
ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta
mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.1,7
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya
penumpukan thrombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang
menyebabkan terjadinya iskemi dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang
diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi
seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan
tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang
berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan
7

periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis. Osteofit terbentuk
sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian sehingga
dipandang sebagai suatu kegagalan sendi yang progresif.1,5
Faktor-faktor Risiko Osteoartritis
Berikut merupakan beberapa faktor-faktor risiko osteoartritis1;
1. Umur : Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur.
2. Jenis kelamin : Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi,
dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan
leher.Secara keseluruhan, di atas 50 tahun (setelah menopause), fekuensi
OA pada wanita lebih banyak daripada pria.
3. Suku bangsa : Misalnya OA paha lebih jarang di antara oorang-orang kulit
hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orangorang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
4. Genetik : Mutasi dalam gen prokolagen II atau gen structural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi, protein, pengikat, atau proteoglikan
berperan dalam kecenderungan familial pada OA tertentu.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik : Berat abdan yang berlebih nyata
berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik pada
wanita maupun pria. Selain faktor mekanis (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan.
6. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga : Pekerjaan berat maupun dengan
pemakaian satu sendi yang terus-menerus berkaitan dengan peningkatan
rsiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering
menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan : kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah
dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga
8

diduga berperan pada lebih banyaknya OA pada pada laki-laki dan ras
tertentu.
8. Faktor-faktor lain : Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat
meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang
yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi
mudah robek.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simptomatis, hanya untuk mengurangi rasa nyeri. Obat lini pertama osteoartritis
adalah obat golongan analgesik-antipireti yaitu asetaminofen (parasetamol). Jika
dengan pemberian asetaminofen tidak mengurangi rasa nyeri, dapat digunakan
obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) salah satunya adalah ibuprofen.
Golongan analgetik opioid seperti tramadol juga dapat digunakan. Tramadol dapat
menimbulkan efek analgesik dengan atau tanpa asetaminofen. Selain itu, sejak
beberapa tahun yang lalu mulai digunakan kombinasi suplemen glukosamin dan
kondroitin.5
Asetaminofen direkomendasikan oleh Sekolah Tinggi Reumatologi
Amerika sebagai obat lini pertama dalam pengobatan osteoartritis. Asetaminofen
bekerja pada susunan saraf pusat dengan cara menghambat sintesis prostaglandin,
zat yang berperan dalam timbulnya rasa nyeri. Dosisnya adalah 325-650 mg tiap
4-6 jam sehari dan dosis maksimumnya adalah 4 gram/hari. Obat ini memiliki
efek samping sedikit sehingga relatif aman. Ibuprofen memiliki efek analgesik
setara dengan aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg
sehari. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan
aspirin. Tramadol adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor
yang lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan
norepinefrin dan serotonin. Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.
Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi , dan sakit
kepala, dan depresi pernapasan.8,9
9

Meskipun aman, glukosamin dan kondroitin tidak menunjukkan perbedaan


yang signifikan dalam mengurangi rasa nyeri. Secara umum, glukosamin dan
kondroitin sulfat merupakan substansi natural yang ditemukan pada sel kartilago.
Glukosamin diproduksi dan didistribusikan di kartilago, sedangkan kondroitin
sulfat merupakan kompleks karbohidrat yang membantu kartilago sebagai
bantalan dari tekanan/kompresi. Dosis glukosamin sulfat paling tidak harus 1500
mg/hari dan kondroitin sulfat 1200 mg/hari dalam dosis terbagi. Efek sampingnya
kembung, tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi makanan laut.10
Penatalaksanaan Non Medikamentosa
Penatalaksanaan non medikamentosa dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1.

Penerangan : Menjelaskan tentang seluk-beluk penyakit kepada pasien,


bagaimana cara menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.1

2.

Fisioterapi dan rehabilitasi : Terapi ini untuk melatih pasien agar


persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi
sendi dari trauma baik sendi yang sakit maupun yang tidak sakit.
Fisioterapi penting untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan
kekuatan otot dan ROM. Pemakaian es atau panas pada sendi yang sakit
dapat menghilangkan nyeri untuk sementara. Latihan ROM juga dapat
membantu mempertahankan ROM pada sendi yang terlibat.7

3.

Penurunan berat badan : Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan


faktor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karena itu, berat badan
harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebih,
maka harus diusahakan penurunan berat badan, jika bisa, mendekati berat
badan ideal.1

4.

Alat bantu : Tongkat atau alat bantu berjalan dapat mengurangi berat
badan yang harus ditanggung oleh sendi lutut dan panggul secara cukup
berarti.7

10

5.

Terapi bedah : Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak


berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi
apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas.1

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan
serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu komplikasi kronis dan komplikasi
akut. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah
ialah terjadinya kelumpuhan. Komplikasi akut antara lain micrystaline arthrophy,
osteonecrosis, ruptur Baker cyst, bursitis, dan Symtomatic Meniscal Tear.1
Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering
dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya
ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalah ini
berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang
baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan dan
olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.
Jika sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan baik, maka prognosis osteoartritis
umumnya baik.5,7
Penutup
Osteoartrtitis merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini biasanya menyerang pria dan wanita yang
berumur lebih dari 60 tahun. Beberapa gejalanya antara lain seperti nyeri sendi
ketika melakukan aktivitas, kaku sendi pada pagi hari, serta adanya krepitasi
tulang.
Penatalaksanaan bertujuan untuk mengurangi rsasa sakit, tapi tidak dapat
menyembuhkan secara total. Jika osteoartritis sudah sangat parah sampai-sampai
terjadi deformitas dan sangat mengganggu aktivitas, maka perlu dilakukan
pembedahan.
11

Jadi, hipotesis diterima, perempuan berusia 60 tahun tersebut diduga


mengalami osteoartritis.
Daftar Pustaka
1.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku


ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing;
2009.h.2538-48.

2.

Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen.


Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.315.

3.

Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Surabaya:


Erlangga; 2007.h.7-10.

4.

Gleadle J. History and examination at a glance. Jakarta: Erlangga;


2011.h.40-1.

5.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, editor.


Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius;
2008.h.535-6.

6.

Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen.


Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.315.

7.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.


Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.1380-3.

8.

Gunawan SG, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen


farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.h.228-40.

9.

Yatim F. Penyakit tulang dan persendian arthritis atau arthralgia. Edisi 1.


Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2006.h.17.

10.

Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting. Edisi 6. Jakarta: Penerbit PT


Elex Media Komputindo; 2007.h.321-1.
12

Anda mungkin juga menyukai