STATUS PENDERITA
1.1 PENDAHULUAN
1.2 STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Agama
:
Alamat
:
Status Perkawinan
:
Suku
:
Tanggal periksa
:
B.
1.
2.
3.
Ny. S
40 tahun
Perempuan
Swasta
SD
Islam
Selokerto Kec. Dali
Menikah
Jawa
17 September 2012
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Muntah
Keluhan Tambahan : sakit kepala, badan terasa lemah, mudah lapar dan haus
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD mengeluh mengalami muntah-muntah sekitar 10x sejak
kemaren. Muntah berisi makanan, tidak disertai darah dan tidak keluar secara
proyektil. Tidak ada nyeri di daerah ulu hati dan perut, tidak ada diare, pasien juga
tidak mengeluh demam. Pasien merasa sakit kepala terutama di daerah belakang
kepala. Sakit kepala dan muntah terasa terutama saat kondisi lelah. Nafsu makan
pasien juga menurun.
Pasien juga mengeluh akhir-akhir ini badan terasa lemah, sering lapar dan haus.
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (+) nonton tv, mengerjakan pekerjaan
rumah.
f. Konsumsi obat/jamu
: (-)
9. Riwayat Gizi
Terkesan cukup
Makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayur.
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit: kulit gatal (-)
2. Kepala: sakit kepala (+), benjolan (-)
3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman
penglihatan berkurang (-).
4. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5. Telinga: nyeri (-/-), berdengung (-/-), cairan (-/-)
6. Mulut: Lidah terasa pahit (-)
7. Tenggorokan: nyeri telan (-/-), serak (-/-), dahak (-)
8. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9. Kardiovaskuler: berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal: mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (+),
nyeri perut bagian bawah (-), BAB normal
11. Genitourinaria: BAK spontan
12. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)
13. Psikiatrik: emosi stabil (-), mudah marah (-)
14. Muskuluskeletal: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki
(-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah: bengkak (-), sakit (-), ujung jari tangan
dingin (-), telapak tangan pucat (-), badan terasa lemah (+). Badan lemas juga
diikuti dengan penurunan nafsu makan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tampak lemah, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6),
status gizi kesan normal
2. Tanda Vital
BB
TB
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu
:
:
:
:
:
:
68 kg
168 cm
220/110 mmHg
100 X/menit
18 X/menit
36c
3. Kulit
Sawo matang, Sianosis (-), pucat (-), petechie (-)
4. Kepala
Inspeksi: Bentuk mesocephal, luka (-), nodula (-)
Palpasi : Nyeri tekan ( - )
5. Mata
Conjunctiva anemi (-/-), Mata cekung (-/-)
6. Hidung
Secret (-/-), epistaksis (-/-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), secret (-/-)
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-/-)
10. Leher
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe ( - )
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-)
Cor :
PULMO
I :
P :
P :
Sonor
Sonor
+
+
wheezing
-
Oedema
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 18-8-2012
Hematologi:
Item periksa
Hasil pemeriksaan
Nilai normal
satuan
Hemoglobin
10,6
12-16
g/dl
Leukosit
7.800
4-10
ribu/mm3
Trombosit
359.000
150-400
ribu/mm3
LED
2-20
mm/jam
PCV/HCT
34,9
37-48
Eritrosit
3,93
4,0-5,5
juta/mm3
1-3
0-1
2-6
50-70
20-40
2-8
Item periksa
Hasil pemeriksaan
Nilai normal
satuan
GDS
204
< 105
mg/dl
Cholestrol Total
175
123-240
mg/dl
Trigliserida
198
30-150
mg/dl
HDL
32
35-60
mg/dl
LDL
119
<160
mg/dl
Ureum
41
15-39
mg/dl
Kreatinin
1,7
<1,3
mg/dl
Asam Urat
4,69
2,6-7,2
mg/dl
SGOT
<40
U/L
SGPT
11
<41
U/L
Kimia Darah :
F. RESUME
Pasien datang ke IGD mengeluh mengalami muntah-muntah lebih dari 10x sejak
kemaren. Pasien juga mengeluh sakit kepala terutama didaerah belakang. Pasien
juga mngeluh sering lapar, haus, dan BAK terutama malam hari. Dari Riwayat
Penyakit Dahulu pasien menderita DM dan Hipertensi. Dari keluarga juga ada yang
yang menderita DM dan hipertensi. Pemeriksaan fisik pada pasien menunjukkan
adanya peningkatan tekanan darah pasien yakni 220/110, kemudian dari hasil lab
juga didapatkan hasil abnormal adanya peningkatan trigliserida 198 mg/dl,
penurunan HDL 32 mg/dl dan gula darah sewaktu 204 mg/dl. Sehingga diambil
diagnosa sementara DM dengan hipertensi.
G. DIAGNOSIS
WDx : Diabetes mellitus + Hipertensi
DDx :
1.
Gastritis
2. Ulkus Peptikum
3. GEA
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
Ny. S dengan usia 40 tahun adalah penderita DM+hipertensi. Ny. S tinggal
dalam Nuclear Family dengan suami dan kedua anaknya. Hubungan Ny. S dengan
keluarganya harmonis, dan dalam kehidupan sosial, Ny. S adalah anggota masyarakat
biasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
- Diagnosis dari segi biologis :
DM+hipertensi
- Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan Tn. N dengan anak- anaknya dan anggota keluarga yg lain baik
di buktikan dengan saling membantu antar anggtota keluarga apabila salah
satu anggota keluarga
-
pekerjaan rumah
Diagnosis dari segi sosial :
Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa beberapa kegiatan di
lingkungannya di ikuti seperti tahlil, pengajian, hubungan di lingkungan
rumah juga baik sama tetangganya.
I. PENATALAKSANAAN
1.
NON MEDIKAMENTOSA
a. KIE
Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga pola makan dan kondisi
psikis.
Edukasi pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan
Edukasi mengenai DM dan Hipertensi (penatalaksanaan, komplikasi dan
prognosis)
RR: 18 x/menit
N: 80x/menit
S: 37c
RR: 18 x/menit
S: 37c
RR: 18 x/menit
S: 37c
A : DM + hipertensi
P : terapi medika mentosa: Infuse RL/Fitrolit 2:1, P.O Simvastatin 10 mg 1x1, P.O
Tanapress 1x5mg, P.O Lasix 1x1, Galvusmed 2x1, Apidra 3x4, lantus 3x4.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. S
40 tahun
Perempuan
Swasta
SD
Islam
Selokerto Kec. Dali
Menikah
Jawa
17 September 2012
Diagnosa
17-9-
-Muntah
lebih DM+Hipertensi
012
dari
10x
lab=
DL=DBN,
198
mg/dl , HDL 32
mg/dl,
204 mg/dl.
- Non Medikamentosa :
diagnose
-GDP
keluarga
mengenai
penyakit pasien.
-Cukup Istirahat dan tidur.
stres
dan
beban pikiran
-TD= 220/110
trigliserida
Planing
-Mengurangi
hipertensi.
-hasil
Tata Laksana
GDS
-Mengurangi/menghindari
stres
dengan
lebih
-GD2PP
-P.O Simvastatin 10 mg
1x1
-inj. Ondesco 2x8mg
-P.O Tanapress 1x5mg
-P.O Lasix 1x1
2
18-9-12
peptikum, GEA
-Non Medikamentosa :
-Edukasi terhadap pasien
dan
keluarga
mengenai
penyakit pasien.
-Mengurangi
mg/dl
beban pikiran
stres
dan
-Mengurangi/menghindari
stres
dengan
-GD2PP
-Rontgen
thorax
PA
-GDP,
lebih
19-9-
-Muntah
dan DM+Hipertensi
Medica mentosa:
012
pusing berkurang
-kaki cekot-cekot.
-P.O Simvastatin 10 mg
-TD:160/80
1x1
fmmHg
-GDP 226
-GD2PP 323
-foto Thorax PA
Cardiomegali
-Apidra 3x4
-lantus 3x4
20-9-
-Muntah (-)
012
-pusing (-),
(pagi)
-TD:150/80
-DM + hipertensi
-Voltaren..
medika mentosa:
-Infuse RL/Fitrolit 2:1
-P.O Simvastatin 10 mg
mmHg
1x1
-P.O Tanapress 1x5mg
-P.O Lasix 1x1
-Galvusmed 2x1
-Apidra 3x4
-lantus 3x4.
5
20-9012
(sore)
: Tn.S
Alamat Lengkap
Bentuk Keluarga
Kesimpulan:
Keluarga Ny. S adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang. Bertempat tinggal di
Selokerto Kec. Dali Malang. Terdapat satu orang yang menjadi pasien RSI, yaitu Ny. S
umur 40 tahun. Diagnosa klinis pasien adalah Diabetes Mellitus disertai Hipertensi.
Pasien bekerja swasta. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari pasien (Ny.S 40 tahun), suami (Tn. S
44 tahun), anak pertama (19 tahun), anaknya. Diagnosis klinis Ny. S Diabetes
2.
3.
Ny.H
2
10
10
mendukung
keinginan
saya
untuk
melakukan
saya
Skoring :
Hampir selalu
: 2 poin
KET
-
Religius
jawa
Ny.S dan keluarga rajin beribadah sholat 5 waktu.
Economy
Educatio
menengah.
Tn.S lulusan SMA, Ny.S lulusan SD
n
Medical
Tn.S 44 th
Keterangan:
An.H 19 th
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
Ny.S 40 th
Tn.S
44 thn
Kesimpulan :
An.H
Keluarga Tn.S dan Ny.S harmonis, interaksi antar anggota keluarga baik,harmonis.
19 th
PEMAHAMAN
Keluarga sangat memahami keluhan penderita
LINGKUNGAN
Rumah memenuhi syarat rumah seh
Aktif dalam kegiatan di masyarakat
.
BAB III
SIKAP
Keluarga sangat peduli kepada penderita
KETURUNAN
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
KELUARGA Ny.S
ada factor keturunan.
Keterangan :
: F. perilaku
: F. Non-perilaku
II. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Kondisi rumah baik. Rumah memiliki dinding permanen, disemen dan dicat. Ruang
tamu berlantai ubin dengan atap menggunakan genting dan terpasang eternity. Rumah
terdiri dari 4 kamar tidur dengan 1 kamar mandi dan dapur. Suasana didalam rumah
cukup nyaman.
Rumah pasien berdampingan dengan tetangga, memiliki halaman yang cukup di
depan dan di samping rumah. Saluran pembuangan limbah di got. Sumber air berasal
dari PDAM.
Kamar Mandi
III.DENAH RUMAH
Kamar Tidur IV
2m
Kamar Tidur II
Kamar Tidur I
2m
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
.
DIABETES MELLITUS :
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
- ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
A. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan
kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi
insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel pulau Langerhans
yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh
bermacam-macam
virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain
sebagainya.
B. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan dengan DM Tipe 1.Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang
belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan
cukup besar
dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan.
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. DM Tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai Resistensi Insulin.
C. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus) adalah keadaan
diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya
berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui
menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.
- DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain
badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria, dan pruritus vulvae pada wanita.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM.
- PENATALAKSANAAN DIABETES
Penatalaksanaan
diabetes
mempunyai
tujuan akhir
untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target
utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25% 25
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal.
B. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona
sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak
dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit
dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
- TERAPI OBAT
I. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogues):
A. SULFONILUREA:
Cara kerja obat golongan ini masih merupakan ajang perbedaan pendapat, tetapi
pada umumnya dikatakan sebagai:
a. Cara kerja utama adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
b. Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel
lemak.
c. Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimuli insulin transport
karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak.
d. Penurunan produksi glukosa oleh hati.
e. Cara kerja pada umunya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap
ATP.
Termasuk obat golongan ini antara lain:
-
Glikasid (Diamicron).
Glikuidon (Glurenorm).
B. GLINID :
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
-
Repaglinid( Novonorm).
Nateglinid (Starlix).
Pioglitazon.(Actos).
Rosiglitazon (Avandia).
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah penting dalam dunia kesehatan
karena prevalensinya yang tinggi dan komplikasi jangka panjang yang diakibatkannya.
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi. Apabila tekanan darah meningkat dengan cepat dapat terjadi kerusakan
pada target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah lainnya yang
dapat mengancam jiwa penderita, maka keadaan ini dikenal sebagai kegawat daruratan
hipertensi atau hipertensi krisis.
Hipertensi krisis ialah keadaan klinik membahayakan karena peningkatnya
tekanan darah secara tiba-tiba dimana tekanan diastolik mencapai 130 mmHg atau lebih
yang disertai gengguan atau kerusakan pada target organ menurut tingkat kegawatannya
dan untuk kepentingan tindakan, hipertensi krisis dibagi menjadi dua ;
a. Hipertensi gawat darurat (Hipertensi emergency)
Yaitu keadaan klinik hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah
dalam waktu kurang dari satu jam. Penurunan tekanan darah dimasukkan untuk
mencegah atau mengurangi resiko yang akan mengancam jiwa penderita karena
komplikasi/kerusakan target organ.
b. Hipertensi gawat (Hypertensive urgency)
Yaitu keadaan klinik Hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah
dalam beberapa jam atau harus dikendalikan dalam jangka waktu 24 jam. Pada keadaan
ini tidak disertai kerusakan tetapi potensial menyebabkan kerusakan target organ.
Hipertensi ensefalopaty yang merupakan bagian hipertensi krisis dan yang merupakan
hipertensi emergency dimana angka kejadiannya sebenarnya sulit diketahui.
Hipertensi adalah menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi, batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis
kelamin.
Hipertensi ensefalopati adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai akibat
kenaikan tekanan darau secara tiba-tiba yang ditandai dengan perubahan-perubahan
neurologis mendadak, atau sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, mual, muntah, rasa
mengantuk dan bingung bila tidak segera diobati terjadi kejang dan koma. Jarang terjadi
gangguan syaraf seperti hemiparese, afasi, atau kebutaan akan kembali normal apabila
tekanan darah diturunkan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang normal (normotensi)
yang oleh sesuatu sebab tekanan darahnya mendadak naik. Keadaan ini biasanya timbul
apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg dan krisis lebih sering terjadi pada usia
40-60 tahun setelah menderita hipertensi 2-10 tahun.
Etiologi
Patofisiologi Dan Gambaran Klinis
Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga semua
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akanmempengaruhi tekanan
darah. Secara mudah tekanan darah dapat dituliskan dengan formulasi sebagai berikut :
Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer
Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivasi saraf simpatis, faktor hemodinamik,
metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium
pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron dibuktikan mempunyai kaitan dengan
peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial.
Hipertensi krisis pada umumnya terjadi atas dasar adanya hipertensi sebelumnya
baik primer/esensial maupun sekunder. Selain tingginya tekanan diastolik, kecepatan
meningkatnya tekanan darah (secara tiba-tiba) memegang peranan dalam timbulnya
hipertensi krisis. Dimana tekanan darah mendadak meningkat melampaui batas
kemampuan ortoregulasi pembuluh darah otak.
Penatalaksanaan
1. Dasar pengobatan
Seperti keadaan klinik yang gawat lainnya, penderita hipertensi krisis sebaiknya
dirawat di ruang intensif.
Pengobatan hipertensi ensefalopati dapat dibagi :
a. Penurunan tekanan darah
Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tetapi
seaman mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan dicapai tidak boleh terlalu rendah
karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ.
Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan perlu ditinjau kasus
demi kasus. Terutama untuk penderita tua, tekanan daarah perlu dipertahankan pada
tingkat yang tinggi. Juga penderita dengan hipertensi kronik yang disertai isufisiensi
serebral, tekanan darah tidak boleh terlalu rendah sebagai pegangan, tekanan darah
dapat diturunkan mencapai tekanan darah sebelum terjadi krisis.
b. Pengobatan target organ
Walaupun penurunan tekanan darah yang tepat dapat memperbaiki fungsi target organ
pada umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk mengatasi
kelainan target organ yang terganggu.
2. Obat anti hipertensi
Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi krisis diperlukan obat-obat
hipertensi khusus yaitu obat-obat yang mempunyai sifat : bekerja cepat, efektif, aman
dengan sedikit efek samping. Obat-obat yang dapat digunakan untuk hipertensi
ensefalopaty harus dirawat di rumah sakit dan harus diberikan :
1. Furosemide 40 mg iv
2. Obat anti hipertensi parenteral dapat berupa : sodium nitroprusid, diazoxid,
trimetophan, labetolol, nitrogliserin, hidralazin (obat parenteral)
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. and Hall,J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi-11. Jakarta
:EGC. Pp: 210, 282.
Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Sudoyo, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi V. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta
Reni, A.A. dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Interna Publishing. Jakarta.