Anda di halaman 1dari 30

BAB I

STATUS PENDERITA
1.1 PENDAHULUAN
1.2 STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Agama
:
Alamat
:
Status Perkawinan
:
Suku
:
Tanggal periksa
:
B.
1.
2.
3.

Ny. S
40 tahun
Perempuan
Swasta
SD
Islam
Selokerto Kec. Dali
Menikah
Jawa
17 September 2012

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Muntah
Keluhan Tambahan : sakit kepala, badan terasa lemah, mudah lapar dan haus
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD mengeluh mengalami muntah-muntah sekitar 10x sejak
kemaren. Muntah berisi makanan, tidak disertai darah dan tidak keluar secara
proyektil. Tidak ada nyeri di daerah ulu hati dan perut, tidak ada diare, pasien juga
tidak mengeluh demam. Pasien merasa sakit kepala terutama di daerah belakang
kepala. Sakit kepala dan muntah terasa terutama saat kondisi lelah. Nafsu makan
pasien juga menurun.
Pasien juga mengeluh akhir-akhir ini badan terasa lemah, sering lapar dan haus.

Kadang-kandang juga mengeluh BAK di malam hari.


4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit serupa
: (-)
b. Riwayat sakit gula/DM
: (+)
c. Riwayat penyakit jantung
: (-)
d. Riwayat hipertensi
: (+)
e. Riwayat sakit kejang
: (-)
f. Riwayat alergi obat
: (-)
g. Riwayat alergi makanan
: (-)
h. Riwayat asma
: (-)
i. Riwayat penyakit kulit
: (-)
j. Riwayat penyakit saluran cerna

: (-)

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa
b.
c.
d.
e.
f.

lapar, haus dan BAK malam hari.


Riwayat hipertensi
Riwayat sakit gula/DM
Riwayat asma
Riwayat alergi obat
Riwayat alergi makanan

: (+) ayah ibu


: (+) ayah
: (-)
: (-)
: (-)

g. Riwayat penyakit jantung


6. Riwayat Pengobatan
7. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok
b. Riwayat minum alkohol
c. Riwayat minum kopi
d. Riwayat olahraga
e. Riwayat pengisian waktu luang

: (+) untuk sakit kepala, sering

: (-)

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (+) nonton tv, mengerjakan pekerjaan

rumah.
f. Konsumsi obat/jamu

: (-)

8. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang perempuan berusia 40 tahun, seorang istri dengan 2
orang anak. Penderita bekerja swasta. Suami pasien juga bekerja sebagai wiraswasta.

9. Riwayat Gizi
Terkesan cukup
Makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayur.
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit: kulit gatal (-)
2. Kepala: sakit kepala (+), benjolan (-)
3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman
penglihatan berkurang (-).
4. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5. Telinga: nyeri (-/-), berdengung (-/-), cairan (-/-)
6. Mulut: Lidah terasa pahit (-)
7. Tenggorokan: nyeri telan (-/-), serak (-/-), dahak (-)
8. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9. Kardiovaskuler: berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal: mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (+),
nyeri perut bagian bawah (-), BAB normal
11. Genitourinaria: BAK spontan
12. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)
13. Psikiatrik: emosi stabil (-), mudah marah (-)
14. Muskuluskeletal: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki
(-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah: bengkak (-), sakit (-), ujung jari tangan
dingin (-), telapak tangan pucat (-), badan terasa lemah (+). Badan lemas juga
diikuti dengan penurunan nafsu makan.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tampak lemah, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6),
status gizi kesan normal
2. Tanda Vital
BB
TB
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu

:
:
:
:
:
:

68 kg
168 cm
220/110 mmHg
100 X/menit
18 X/menit
36c

3. Kulit
Sawo matang, Sianosis (-), pucat (-), petechie (-)
4. Kepala
Inspeksi: Bentuk mesocephal, luka (-), nodula (-)
Palpasi : Nyeri tekan ( - )
5. Mata
Conjunctiva anemi (-/-), Mata cekung (-/-)
6. Hidung
Secret (-/-), epistaksis (-/-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), secret (-/-)
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-/-)
10. Leher
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe ( - )
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-)
Cor :

I : iktus kordis tak tampak


P : iktus kordis tak kuat angkat
P : Batas kiri atas: SIC II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas: SIC II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah: SIC V medial linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah: SIC IV linea para sternalis dekstra
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising

PULMO
I :
P :
P :

pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri


fremitus raba kanan sama dengan kiri
sonor/sonor
Sonor
Sonor
sonor

Sonor
Sonor

A : suara dasar vesikular


+
+
+

+
+

suara tambahan: Ronkhi


-

wheezing
-

12. Abdomen : nyeri tekan (-)


13. System collumna vertebralis
Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
Perkusi : NKCV (-)
14. Ekstremitas: palmar eritema (-)
Akral dingin

Oedema

15. System genetalia: darah (-)


16. Pemeriksaan neurologis
Kesadaran: GCS E4V5M6
Fungsi luhur: dalam batas normal
Fungsi vegetatif: dalam batas normal
17. Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan: Perawatan diri baik
Kesadaran: kualitatif tidak berubah, kuantitatif kompos mentis
Psikomotor: normoaktif
Proses pikir: bentuk: realistik
Isi: waham (-), ilusi (-), halusinasi (-)
Arus: koheren
Insight: baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 18-8-2012
Hematologi:
Item periksa

Hasil pemeriksaan

Nilai normal

satuan

Hemoglobin

10,6

12-16

g/dl

Leukosit

7.800

4-10

ribu/mm3

Trombosit

359.000

150-400

ribu/mm3

LED

2-20

mm/jam

PCV/HCT

34,9

37-48

Eritrosit

3,93

4,0-5,5

juta/mm3

Hitung jenis eosinofil

1-3

Hitung jenis basofil

0-1

Hitung jenis N.Stab

2-6

Hitung jenis N.Segmen 77

50-70

Hitung jenis lymphosit 13

20-40

Hitung jenis monosit

2-8

Item periksa

Hasil pemeriksaan

Nilai normal

satuan

GDS

204

< 105

mg/dl

Cholestrol Total

175

123-240

mg/dl

Trigliserida

198

30-150

mg/dl

HDL

32

35-60

mg/dl

LDL

119

<160

mg/dl

Ureum

41

15-39

mg/dl

Kreatinin

1,7

<1,3

mg/dl

Asam Urat

4,69

2,6-7,2

mg/dl

SGOT

<40

U/L

SGPT

11

<41

U/L

Kimia Darah :

F. RESUME
Pasien datang ke IGD mengeluh mengalami muntah-muntah lebih dari 10x sejak
kemaren. Pasien juga mengeluh sakit kepala terutama didaerah belakang. Pasien
juga mngeluh sering lapar, haus, dan BAK terutama malam hari. Dari Riwayat

Penyakit Dahulu pasien menderita DM dan Hipertensi. Dari keluarga juga ada yang
yang menderita DM dan hipertensi. Pemeriksaan fisik pada pasien menunjukkan
adanya peningkatan tekanan darah pasien yakni 220/110, kemudian dari hasil lab
juga didapatkan hasil abnormal adanya peningkatan trigliserida 198 mg/dl,
penurunan HDL 32 mg/dl dan gula darah sewaktu 204 mg/dl. Sehingga diambil
diagnosa sementara DM dengan hipertensi.
G. DIAGNOSIS
WDx : Diabetes mellitus + Hipertensi
DDx :
1.

Gastritis

2. Ulkus Peptikum
3. GEA
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
Ny. S dengan usia 40 tahun adalah penderita DM+hipertensi. Ny. S tinggal
dalam Nuclear Family dengan suami dan kedua anaknya. Hubungan Ny. S dengan
keluarganya harmonis, dan dalam kehidupan sosial, Ny. S adalah anggota masyarakat
biasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
- Diagnosis dari segi biologis :
DM+hipertensi
- Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan Tn. N dengan anak- anaknya dan anggota keluarga yg lain baik
di buktikan dengan saling membantu antar anggtota keluarga apabila salah
satu anggota keluarga
-

sakit yang lainnya membantu menyelesaikan

pekerjaan rumah
Diagnosis dari segi sosial :
Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa beberapa kegiatan di
lingkungannya di ikuti seperti tahlil, pengajian, hubungan di lingkungan
rumah juga baik sama tetangganya.

I. PENATALAKSANAAN

1.

NON MEDIKAMENTOSA
a. KIE
Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga pola makan dan kondisi

psikis.
Edukasi pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan
Edukasi mengenai DM dan Hipertensi (penatalaksanaan, komplikasi dan
prognosis)

b. Istirahat dan perawatan


c. Diet
Diet yang dianjurkan terutama rendah garam dan membatasi makanan yang
manis
d. Mengurangi Stres dan Beban Pikiran
Stres merupakan salah satu faktor yang memperberat pada Diabetes mellitus
dan hipertensi. Mengurangi atau menghindari stres dengan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. MEDIKAMENTOSA
a. Terapi cairan :
Infus : Infuse RL/Fitrolit 2:1= 68x 50= 3400 x20/24x60= 47 tetes/menit
b. P.O Simvastatin 10 mg 1x1
c. inj. Ondesco 2x8mg
d. P.O Tanapress 1x5mg
e. P.O Lasix 1x1
J. PLANNING DIAGNOSIS
- GDP,GD2PP, foto rontgen thorax PA, ECG
K. PROGNOSIS
Baik jika diagnosis bisa segera di tegakkan dan segera mungkin di lakukan
penatalaksanaan yang adekuat.
L. FOLLOW UP
Tanggal 18 September 2012
S: Muntah, pusing sedikit berkurang, tidak bisa tidur
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital (Pagi): T: 180/90 mmHg

RR: 18 x/menit

N: 80x/menit

S: 37c

Pemeriksaan GDP, GD2PP= 193 mg/dl, 289 mg/dl


A : DM + Hipertensi
P : 1. terapi medika mentosa: Infuse RL/Fitrolit 2:1, P.O Simvastatin 10 mg 1x1,
inj. Ondesco 2x8mg, P.O Tanapress 1x5mg, P.O Lasix 1x1, xanax, P.O
Galvusmed 2x1.
2. Planning diagnose : GDP, GD2PP, Pemeriksaan foto Rontgen PA

Tanggal 19 September 2012


S: Muntah dan pusing berkurang, kaki cekot-cekot.
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : T: 160/80 mmHg
N: 84x/menit

RR: 18 x/menit
S: 37c

Hasil pemeriksaan Lab: GDP 226, GD2PP 323, foto PA Cardiomegali


A : DM + Hipertensi
P : Infuse RL/Fitrolit 2:1, P.O Simvastatin 10 mg 1x1, inj. Ondesco 2x8mg, P.O
Tanapress 1x5mg, P.O Lasix 1x1, P.O Galvusmed 2x1, Apidra 3x4, lantus 3x4,
Voltaren.
Tanggal 20 September 2012 (pagi)
S: Muntah (-), pusing (-),
O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : T: 150/80 mmHg
N: 82 x/menit

RR: 18 x/menit
S: 37c

A : DM + hipertensi
P : terapi medika mentosa: Infuse RL/Fitrolit 2:1, P.O Simvastatin 10 mg 1x1, P.O
Tanapress 1x5mg, P.O Lasix 1x1, Galvusmed 2x1, Apidra 3x4, lantus 3x4.

Tanggal 20 September 2012 (Sore)

Pasien rawat jalan


G. FLOW SHEET
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Alamat
Status Perkawinan
Suku
Tanggal periksa
No Tanggal
1

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. S
40 tahun
Perempuan
Swasta
SD
Islam
Selokerto Kec. Dali
Menikah
Jawa
17 September 2012

Gejala dan tanda

Diagnosa

17-9-

-Muntah

lebih DM+Hipertensi

012

dari

sejak DD=Gastritis, ulkus

10x

kemaren. pusing. peptikum, GEA


RPD = DM dan
Hipertensi.
-RPK = DM dan

lab=

DL=DBN,
198

mg/dl , HDL 32
mg/dl,
204 mg/dl.

- Non Medikamentosa :

diagnose
-GDP

-Edukasi terhadap pasien


dan

keluarga

mengenai

penyakit pasien.
-Cukup Istirahat dan tidur.
stres

dan

beban pikiran

-TD= 220/110

trigliserida

Planing

-Mengurangi

hipertensi.

-hasil

Tata Laksana

GDS

-Mengurangi/menghindari
stres

dengan

lebih

mendekatkan diri kepada


allah dengan menyerahkan
segala sesutunya kembali
pada allah.
-Diet rendah lemak/rendah
garam
- Medikamentosa :
-Infuse RL/Fitrolit 2:1

-GD2PP

-P.O Simvastatin 10 mg
1x1
-inj. Ondesco 2x8mg
-P.O Tanapress 1x5mg
-P.O Lasix 1x1
2

18-9-12

-Muntah, pusing DM+Hipertensi


sedikit berkurang, DD=Gastritis, ulkus
tidak bisa tidur
-TD:180/90
mmHg
- GDP, GD2PP=

peptikum, GEA

-Non Medikamentosa :
-Edukasi terhadap pasien
dan

keluarga

mengenai

penyakit pasien.

-Mengurangi

mg/dl

beban pikiran

stres

dan

-Mengurangi/menghindari
stres

dengan

-GD2PP
-Rontgen
thorax
PA

-Cukup Istirahat dan tidur.

193 mg/dl, 289

-GDP,

lebih

mendekatkan diri kepada


allah dengan menyerahkan
segala sesutunya kembali
pada allah.
-Diet rendah lemak/rendah
garam
-medika mentosa: Infuse
-RL/Fitrolit 2:1
-P.O Simvastatin 10 mg
1x1
-inj. Ondesco 2x8mg
-P.O Tanapress 1x5mg,

-P.O Lasix 1x1


-xanax
-P.O Galvusmed 2x1,
3

19-9-

-Muntah

dan DM+Hipertensi

Medica mentosa:

012

pusing berkurang

-Infuse RL/Fitrolit 2:1

-kaki cekot-cekot.

-P.O Simvastatin 10 mg

-TD:160/80

1x1

fmmHg

-inj. Ondesco 2x8mg

-GDP 226

-P.O Tanapress 1x5mg

-GD2PP 323

-P.O Lasix 1x1

-foto Thorax PA

-P.O Galvusmed 2x1

Cardiomegali

-Apidra 3x4
-lantus 3x4

20-9-

-Muntah (-)

012

-pusing (-),

(pagi)

-TD:150/80

-DM + hipertensi

-Voltaren..
medika mentosa:
-Infuse RL/Fitrolit 2:1
-P.O Simvastatin 10 mg

mmHg

1x1
-P.O Tanapress 1x5mg
-P.O Lasix 1x1
-Galvusmed 2x1
-Apidra 3x4
-lantus 3x4.
5

20-9012
(sore)

Pasien rawat jalan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn.S

Alamat Lengkap

: Selokerto Kec. Dali

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family (Effendy, 1998)

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Kesimpulan:
Keluarga Ny. S adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang. Bertempat tinggal di
Selokerto Kec. Dali Malang. Terdapat satu orang yang menjadi pasien RSI, yaitu Ny. S
umur 40 tahun. Diagnosa klinis pasien adalah Diabetes Mellitus disertai Hipertensi.
Pasien bekerja swasta. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1.

Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari pasien (Ny.S 40 tahun), suami (Tn. S
44 tahun), anak pertama (19 tahun), anaknya. Diagnosis klinis Ny. S Diabetes

2.

mellitus dengan hipertensi.


Fungsi Psikologis : Hubungan Ny.S dengan suaminya Tn.S serta anaknya

3.

harmonis dan saling mendukung.


Fungsi Sosial
: Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain
(tetangga) tidak ada masalah, tetapi memang tidak begitu akrab karena komplek
perumahan. Mengikuti kegiatan kemasyarakatan di kompleknya.
Kesimpulan : Fungsi holistik keluarga Tn.S dan Ny.S baik.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
ADAPTATION
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
PARTNERSHIP
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
GROWTH
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
AFFECTION
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
RESOLVE
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
A

APGAR Terhadap Keluarga


Tn.K
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga
2

Ny.H
2

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

10

10

mendukung

keinginan

saya

untuk

melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya
puas
dengan
cara
keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon


emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama


SKOR
APGAR skor = Fungsi fisiologis keluarga baik
Keterangan

Skoring :

Hampir selalu

Kadang kadang : 1 poin

Hampir tak pernah: 0 poin

: 2 poin

Total APGAR score keluarga Tn.K adalah = (10+10) : 2 = 10


Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Tn.S dan Ny.S baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM


SCREEM
SUMBER
PATHOLOGY
Social
Ny.S ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Cultural Dalam kesehariannya Ny.S dan keluarga menggunakan bahasa

KET
-

Religius

jawa
Ny.S dan keluarga rajin beribadah sholat 5 waktu.

Economy

Tn.S dan Ny. S sama-sama bekerja. Tergolong keluarga

Educatio

menengah.
Tn.S lulusan SMA, Ny.S lulusan SD

n
Medical

Ny. S dan suaminya datang ke rumah sakit untuk berobat

Kesimpulan : SCREEM Skor = Fungsi patologis keluarga Ny.S medical.


D. GENOGRAM KELUARGA

Tn.S 44 th

Keterangan:
An.H 19 th
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita

Ny.S 40 th

: Laki-laki telah meninggal


: Perempuan telah meninggal

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA


Ny.S 40 thn

Tn.S
44 thn

Kesimpulan :
An.H
Keluarga Tn.S dan Ny.S harmonis, interaksi antar anggota keluarga baik,harmonis.
19 th

PEMAHAMAN
Keluarga sangat memahami keluhan penderita

LINGKUNGAN
Rumah memenuhi syarat rumah seh
Aktif dalam kegiatan di masyarakat
.

BAB III
SIKAP
Keluarga sangat peduli kepada penderita
KETURUNAN
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
KELUARGA Ny.S
ada factor keturunan.

IDENTIFIKASI FAKTOR KESEHATAN


40 tahun

I. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NONPERILAKU KELUARGA


TINDAKAN
Keluarga mengantar Ny.S berobat
PELAYANAN KESEHATAN
Apabila sakit Ny.S segera berobat

Keterangan :
: F. perilaku
: F. Non-perilaku
II. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Kondisi rumah baik. Rumah memiliki dinding permanen, disemen dan dicat. Ruang
tamu berlantai ubin dengan atap menggunakan genting dan terpasang eternity. Rumah
terdiri dari 4 kamar tidur dengan 1 kamar mandi dan dapur. Suasana didalam rumah
cukup nyaman.
Rumah pasien berdampingan dengan tetangga, memiliki halaman yang cukup di
depan dan di samping rumah. Saluran pembuangan limbah di got. Sumber air berasal
dari PDAM.
Kamar Mandi
III.DENAH RUMAH
Kamar Tidur IV

2m

Ruang tamu dan ruang keluarga

Kamar Tidur III

Kamar Tidur II

Kamar Tidur I

2m

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
.
DIABETES MELLITUS :
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
- ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
A. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan
kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi
insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel pulau Langerhans
yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh
bermacam-macam
virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain
sebagainya.
B. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan dengan DM Tipe 1.Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang

belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan
cukup besar
dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan.
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. DM Tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai Resistensi Insulin.
C. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus) adalah keadaan
diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya
berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui
menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.
- DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain
badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria, dan pruritus vulvae pada wanita.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM.
- PENATALAKSANAAN DIABETES
Penatalaksanaan

diabetes

mempunyai

tujuan akhir

untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target
utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa


parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan
diabetes :
-

Kadar Glukosa Darah Puasa 80120mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Puasa 90130mg/dl

Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose) 100140mg/dl

Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose) 110150mg/dl

Kadar Insulin <7 %

Kadar HbA1c <7mg/dl

Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria) 24

Kadar Kolesterol HDL >55mg/dl (wanita)

Kadar Trigliserida <200mg/dl

Tekanan Darah <130/80mmHg

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang


pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam
penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan
tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini
tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah
farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya.
- TERAPI TANPA OBAT
A.

Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25% 25
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal.

B. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona
sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak
dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit
dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan
meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
- TERAPI OBAT
I. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogues):
A. SULFONILUREA:
Cara kerja obat golongan ini masih merupakan ajang perbedaan pendapat, tetapi
pada umumnya dikatakan sebagai:
a. Cara kerja utama adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
b. Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel
lemak.
c. Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimuli insulin transport
karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak.
d. Penurunan produksi glukosa oleh hati.
e. Cara kerja pada umunya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap
ATP.
Termasuk obat golongan ini antara lain:
-

Khlorpropamid.( Diabenese 100mg, 250 mg)

Glibenklamid .(Daonil 5 mg)

Glikasid (Diamicron).

Glikuidon (Glurenorm).

Glipisid (Glucotrol XL)

Glimepirid (Amaryl, Amadiab).

B. GLINID :
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
-

Repaglinid( Novonorm).

Nateglinid (Starlix).

II. Penambah Sensitivitas terhadap Insulin.


A. BIGUANID.
Biguanid TIDAK merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa
darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Contoh obat golongan ini adalah METFORMIN.
B. THIAZOLIDINDION / GLITAZON.
Thiazolindindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor
gamma (PPAR) suatu reseptor initi di sel otot dan sel lemak.
Contoh golongan ini adalah :
-

Pioglitazon.(Actos).

Rosiglitazon (Avandia).

III. Penghambat Alfa Glukosidase / Acarbose:


Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang terletak
pada dinding usus. Enszim alfa glukosidase adalah maltaseeeee. isomaltase,
glukomaltase dan sukrose, berfungsi untuk hidrolisis oligosakarida, trisakarida dan
disakarida pada dinding usus halus (brush borders). Inhibisi sistem enzim ini secara
efektif dapat mengurangi digestikarbohidrat kompleks dan absorpsinya, sehingga pada
pasien diabetes dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial. Acarbose
juga menghambat alfa-amilase pancreas yang berfungsi melakukan hidrolisa tepungtepung kompleks didalam lumen usus halus.
HIPERTENSI

Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah penting dalam dunia kesehatan
karena prevalensinya yang tinggi dan komplikasi jangka panjang yang diakibatkannya.
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi. Apabila tekanan darah meningkat dengan cepat dapat terjadi kerusakan
pada target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah lainnya yang
dapat mengancam jiwa penderita, maka keadaan ini dikenal sebagai kegawat daruratan
hipertensi atau hipertensi krisis.
Hipertensi krisis ialah keadaan klinik membahayakan karena peningkatnya
tekanan darah secara tiba-tiba dimana tekanan diastolik mencapai 130 mmHg atau lebih
yang disertai gengguan atau kerusakan pada target organ menurut tingkat kegawatannya
dan untuk kepentingan tindakan, hipertensi krisis dibagi menjadi dua ;
a. Hipertensi gawat darurat (Hipertensi emergency)
Yaitu keadaan klinik hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah
dalam waktu kurang dari satu jam. Penurunan tekanan darah dimasukkan untuk
mencegah atau mengurangi resiko yang akan mengancam jiwa penderita karena
komplikasi/kerusakan target organ.
b. Hipertensi gawat (Hypertensive urgency)
Yaitu keadaan klinik Hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah
dalam beberapa jam atau harus dikendalikan dalam jangka waktu 24 jam. Pada keadaan
ini tidak disertai kerusakan tetapi potensial menyebabkan kerusakan target organ.
Hipertensi ensefalopaty yang merupakan bagian hipertensi krisis dan yang merupakan
hipertensi emergency dimana angka kejadiannya sebenarnya sulit diketahui.
Hipertensi adalah menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi, batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis
kelamin.
Hipertensi ensefalopati adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai akibat
kenaikan tekanan darau secara tiba-tiba yang ditandai dengan perubahan-perubahan
neurologis mendadak, atau sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, mual, muntah, rasa
mengantuk dan bingung bila tidak segera diobati terjadi kejang dan koma. Jarang terjadi

gangguan syaraf seperti hemiparese, afasi, atau kebutaan akan kembali normal apabila
tekanan darah diturunkan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang normal (normotensi)
yang oleh sesuatu sebab tekanan darahnya mendadak naik. Keadaan ini biasanya timbul
apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg dan krisis lebih sering terjadi pada usia
40-60 tahun setelah menderita hipertensi 2-10 tahun.
Etiologi
Patofisiologi Dan Gambaran Klinis
Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga semua
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akanmempengaruhi tekanan
darah. Secara mudah tekanan darah dapat dituliskan dengan formulasi sebagai berikut :
Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer
Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivasi saraf simpatis, faktor hemodinamik,
metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium
pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron dibuktikan mempunyai kaitan dengan
peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial.
Hipertensi krisis pada umumnya terjadi atas dasar adanya hipertensi sebelumnya
baik primer/esensial maupun sekunder. Selain tingginya tekanan diastolik, kecepatan
meningkatnya tekanan darah (secara tiba-tiba) memegang peranan dalam timbulnya
hipertensi krisis. Dimana tekanan darah mendadak meningkat melampaui batas
kemampuan ortoregulasi pembuluh darah otak.
Penatalaksanaan
1. Dasar pengobatan
Seperti keadaan klinik yang gawat lainnya, penderita hipertensi krisis sebaiknya
dirawat di ruang intensif.
Pengobatan hipertensi ensefalopati dapat dibagi :
a. Penurunan tekanan darah

Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tetapi
seaman mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan dicapai tidak boleh terlalu rendah
karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ.
Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan perlu ditinjau kasus
demi kasus. Terutama untuk penderita tua, tekanan daarah perlu dipertahankan pada
tingkat yang tinggi. Juga penderita dengan hipertensi kronik yang disertai isufisiensi
serebral, tekanan darah tidak boleh terlalu rendah sebagai pegangan, tekanan darah
dapat diturunkan mencapai tekanan darah sebelum terjadi krisis.
b. Pengobatan target organ
Walaupun penurunan tekanan darah yang tepat dapat memperbaiki fungsi target organ
pada umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk mengatasi
kelainan target organ yang terganggu.
2. Obat anti hipertensi
Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi krisis diperlukan obat-obat
hipertensi khusus yaitu obat-obat yang mempunyai sifat : bekerja cepat, efektif, aman
dengan sedikit efek samping. Obat-obat yang dapat digunakan untuk hipertensi
ensefalopaty harus dirawat di rumah sakit dan harus diberikan :
1. Furosemide 40 mg iv
2. Obat anti hipertensi parenteral dapat berupa : sodium nitroprusid, diazoxid,
trimetophan, labetolol, nitrogliserin, hidralazin (obat parenteral)

DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. and Hall,J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi-11. Jakarta
:EGC. Pp: 210, 282.
Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Sudoyo, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi V. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta
Reni, A.A. dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Interna Publishing. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai