PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Komunitas
SKENARIO Anak Sekolahku Gemuk Sekali
Minggu ke-8
Tanggal 14 November 2014 s.d 18 November 2014
Grup E
DWI RATNAWATI
(125070301111008)
FIRDA AMALIA
(125070301111009)
DWIYANTI CAESARRIA
(125070301111010)
(125070301111011)
(125070301111012)
(125070301111014)
(125070301111001)
(125070301111002)
(125070301111003)
RANI ILMINAWATI
(125070301111004)
RACHMI FARICHA
(125070301111005)
(125070301111006)
(125070301111007)
DAFTAR ISI
1
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
ISI................................................................................................................................. 3
A
B
C
D
E
F
G
H
ISI
A KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
CD. 40. Mahasiswa mampu mengawasi screening status gizi suatu populasi atau
masyarakat (Supervise of Nutritional Status of the Population and / or Community
Groups)
CD.41. Mampu mengkaji status gizi populasi dan atau kelompok di masyarakat
(Conduct assessment of the nutritional status of the population and/or community
groups)
CD.7. Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk
pendokumentasian suatu pengkajian maupun intervensi gizi
CD.5. Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang pangan,
ketahanan pangan, gizi dan pelayanan kesehatan
B SKENARIO
Berdasarkan data dari surveillance gizi dengan metode langsung diketahui bahwa
prevalensi obesitas pada anak sekolah terus meningkat pada 5 tahun terakhir.
Parameter dan indicator antropometri lain juga perlu ditentukan untuk mengetahui
pertumbuhan linier anak sekolah dimana sebagai sarjana gizidengan kewenangan
level 6 berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) harus menguji intra
dan inter-observer variation dari calon pengukurnya yang berasal dari lulusan Diploma
3 Gizi yang mempunyai kewenangan dibawah sarjana gizi melalui suatu proses
standarisasi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat. Selain itu untuk
mendukunginformasi tersebut seorang ahli gizi harus melakukan dietary assessment
dengan metode yang tepat sesuai dengan level of objectivenya yaitu untuk
menentukan Persentase anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait
pertumbuhan linier.
C DAFTAR UNCLEAR TERMS
Surveillance Gizi
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi dan epidemiologi
(intra) atau
Presisi
Keseksamaan dan ketelitian (Kamus Inggris indonesia,1996 ).
Apabila dilakukan pengukuran berulang maka hasilnya tetap sama (Pendapat
sendiri).
Kesimpulan :
Keseksamaan dan ketelitian (Inggris Indonesia, 1996).
Akurat
Pasti, teliti, tepat benar (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2005).
Ketelitian, kecermatan dan seksama (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2004).
Kesimpulan :
Pasti, teliti, tepat benar , kecermatan dan seksama (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 2004 dan 2005).
Level of Objective
Pembagian metode diatery assessment yang dibagi berdasarkan tujuan dimana
level 1 untuk menganalisis perorangan, level 2 untuk komunitas, level 3 untuk
mengetahui rata-rata, level 4 untuk mengetahui hubungan masalah gizi (Pendapat
sendiri).
Intake perorangan dalam populasi (level 1), menentukan populasi beresiko (level
2) , rata-rata individu yang diranking (level 3), Hubungan atau keperluan
konselling (level 4) (Pendapat Sendiri).
Kesimpulan :
Level 1 untuk menganalisis perorangan dalam populasi, menentukan populasi
beresiko masalah gizi (level 2),
1997).
Pertumbuhan Linier
Bertambahnya ukuran fisik dan antropometri seperti Tinggi badan, berat badan
dan ukuran tubuh lainnya yang menunjukkan keseimbangan antara asupan
makanan dan kebutuhan zat gizi seorang anak dalam proses tumbuh yang terletak
pada satu garis lurus (Kamus gizi 2010 dan Kamus Bahasa Indonesia 2005).
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Membedakan level- level dari setiap pendidikan (Pendapat sendiri).
Sebuah kerangka kualifikasi yang didalamnya memuat level-level yang berbeda
dan memberikan penjelasan detail dari setiap level terkait gizi (Pendapat sendiri).
Pengaturan kewenangan untuk setiap level pendidikan namun kurang tahu apakah
untuk gizi atau juga yang lainnya. (Pendapat Sendiri).
Kesimpulan :
4
pengukur dari program D3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat.
Ahli gizi mampu melakukan pendokumentasian dalam hal screening, pengkajian
sekolah.
Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri
serta metode dietary assessment untuk mengetahui pertumbuhan linier anak
sekolah dan anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertumbuhan
linier serta mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer variation yang
berasal dari lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan
akurat.
Kesimpulan :
5
Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri serta
metode dietary assessment untuk mengetahui pertumbuhan linier anak sekolah dan
anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertumbuhan linier serta
mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer variation yang berasal dari
lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat.
E DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Intra dan inter observer variation
2. Level of objective
3. KKNI
4. Apa perbedaan skrining, survey dan surveillance?
5. Apa tujuan dan manfaat dari surveillance gizi?
6. Parameter dan indicator antropometri apa yang digunakan?
7. Bagaimana proses standarisasi untuk menguji intra dan inter observer variation
untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat?
8. Defisiensi zat gizi apa yang terkait dengan pertumbuhan linier dan apa yang akan
digunakan untuk anak sekolah? Beserta cut off nya?
9. Metode Dietary apakah yang sesuai serta apa saja level of objective dan level
mana yang sesuai untuk kasus diatas?
10.Apa kewenangan Ahli gizi S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI?
F HASIL BRAINSTORMING
1. Apa perbedaan screening, survey, dan surveillance?
Screening
Mendeteksi
Survey
Dilakukan 1x untuk masyarakat
Surveillance
Dilakukan beberapa kali
apakah
normal
beresiko
Mendeteksi yang
beresiko
secara umum
Beresiko atau
Sekali dilakukan
Untuk mengetahui masalah
dilakukan intervensi
Ada crosscheck
Pemantauan berulang
tidak
yang terjadi
masyarakat
proses
standarisasi
untuk
menguji
intra
dan
inter
observer
f.
Antropometri dilakukan 2x
g. Analisis data
6. Defisiensi zat gizi apa yang terkait dengan pertumbuhan linier untuk anak sekolah
beserta cut off nya?
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin B kompleks
Zat Besi
Asam Folat
Yodium
Kalsium
Fosfor
Energi
Protein
7. Metode Dietary apakah yang sesuai serta apa saja level of objective dan level
mana yang sesuai untuk kasus diatas?
Tingkatan Level
Level 1
untuk menganalisis perorangan dalam
populasi
Level 2
menentukan populasi beresiko masalah
gizi
Level 3
rata-rata individu yang diranking
Level 4
Hubungan atau keperluan konselling
Metode
Single 24H Recall, food record dan food
weighing
Multiple 24H Recall, food Record dan
Food Weighing
SQ FFQ
SQ FFQ dan Dietary History
Sarjana (S1)
Penguji Asessment gizi
Diploma 3 (D3)
Pengukur assessment
Mengawasi Pengukuran
Pengelola Asuhan gizi
Menangani masalah
gizi
Melakukan pengukuran
Pelaksana asuhan gizi
Menangani masalah
komplikasi
G HIPOTESIS DK
Skrining gizi
Survey
Surveillance gizi
Level of
Prevalensi data
obesitas
objective
Metode
langsung
Antropometri
Parameter dan
indikator
Pertumbuhan
linier
Biokimia
Clinical
Dietary
Akurat dan
Defisiensi zat
presisi
gizi
10
H HIPOTESIS DK 2
Survey Gizi
Surveillance Gizi
Assesment
Metode Langsung
Antropometri
Parameter:
BB
TB
U
JK
Biokimia
Clinical
Dietary
Level of Objective
LEVEL 2
Indikator:
24h recall dengan pengulangan 3 hari berturut-turut
IMT/U
TB/U
BB/U
BB/TB
11
subjek
yang
sama.
Sedangkan
Intra
Observer
Variation
adalah
perbedaan pengukuran dari pengukur yang sama terhadap subjek yang berbeda .
Menurut Murti, 2011 :
Intra Observer Variation adalah perbedaan pengukuran dari pengukur yang
sama yang dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan inter observer variation adalah
pengukuran yang dilakukan oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda.
Kesimpulan :
Intra Observer Variation adalah perbedaan pengukuran dari pengukur yang
sama yang dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan inter observer variation adalah
pengukuran yang dilakukan oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda.
2. Level of objective
Menurut Rosalind Gibson 2005, level of objective adalah metode untuk
menilai asupan gizi dan intake makanan tergantung tujuan dari peneliti.
3. KKNI
Menurut Direktorat Jenderal, 2010 :
KKNI adalah sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan sektor
pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas dan
bersertifikat melalui skema pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan kerja
atau pengalaman kerja.
Menurut Perpres no. 8 Tahun 2012 :
Kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sector.KKNI Terdiri
dari 9 level, dengan Level 1 adalah level terendah dan level 9 merupakan level
tertinggi.
Kesimpulan :
Kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor dimana
KKNI terdiri dari 9 level, dengan Level 1 adalah level terendah dan level 9
merupakan level tertinggi (Perpres no. 8 Tahun 2012).
12
Tujuan
Manfaat
Skrining
Proses mendeteksi
Survey
Pengumpulan data
Surveillance
Proses sistematis yang
mengetahui status
mendalam dan
masyarakat dengan
dilakukan survey
cara mengumpulkan
cara mengumpulkan
dikumpulkan yang
Untuk keperluan
kuantitatif
Sebagai indikator yang
statistik nasional,
sensus, pelayanan
masyarakat
khusus
kesehatan, maupun
Data
organisasi lain
Data digunakan untuk
sebagai
bahan
mengevaluasi
pembuat kebijakan
intervensi
untuk
intervensi gizi
atau intervensi
penyelenggara
program intervensi
a. Dilakukan bila
kesehatan
a. Tersedia data yang
mengatasi
Prinsip
digunakan
masalah
gizi
Sederhana, efisien,
tidak mahal, resiko
bisa diselesaikan
spesifisitas dapat
oleh sektor
diterima
kesehatan
b. Analisis penyebab
adalah dasar
membuat
kebijakan
c. Menguji hipotesis
d. Assessment
dilakukan dengan
indikator
Menghasilkan
hipotesis
metode kausa
e. Proses survey
tidak dipengaruhi
f.
ideology
Lebih banyak
waktu dan
sumberdaya
untuk
13
mengorganisir
tetapi biaya
tersebut hanya
satu kali dalam
Dilakukan pada
survei
Hanya dilakukan pada
Dilakukan pada
populasi yang
masyarakat dalam
populasi terpilih
dicurigai mengalami
kondisi normal
Waktu
masalah gizi
Dilakukan di awal,
Dilakukan sebelum
Dilakukan setelah
pelaksanaan
sebelum dilakukan
dilakukan surveillance
dilakukan survey
assessment gizi
terlebih dahulu
Sasaran
keperluan)
a. Tidak dapat
Dapat
Bisa mendeteksi
mengidentifikasi
mengidentifikasi
penyebab masalah
masyarakat beresiko
masalah gizi
secara pasti
karena hanya
dilakukan 1 kali
pengumpulan data
b. Hanya dapat
besaran
masalahnya saja,
dengan
mengetahui
kemungkinan
penyebabnya
Sumber : LSHTM, 2009; Seameo, 2007; Antoni, 2008; James, 2012; Kemenkes RI,
2009; Grid, 2008; Carney, 2008; Begin, 1988; Kemenkes 2010; Las, 2001; Gibson,
2005; Hopkin, 2007.
5. Tujuan dan Manfaat Surveillance Gizi
Tujuan
Umum :
Terselenggaranya
surveillance
untuk
memberikan
Manfaat
1. Memberikan informasi pencapaian
gizi
gambaran
pencapaian
kinerja
pembinaan
gizi
dan
menengah,
perumusan
atau provinsi
2. Evaluasi pencapaian kinerja
teratur, berkelanjutan dalam rangka
3. Arsip masalah kesehatan
pengambilan
tindakan
segera, 4. Info yang didapat dapat membantu
perencanaan
jangka
menengah
pendek
serta
dan
perumusan
detail
5. Memberikan dasar keputusan untuk
kebijakan.
Khusus :
1. Menentukan status gizi dengan
merujuk
secara
khusus
pada
untuk
yang
dibuat
oleh
lembaga
kebijakan,
managemen
peningkatan
terhadap
perencanaan,
program
pola
terkait
konsumsi
menganalisa
menentukan
pengukuran
preventif
mungkin
3. Menyediakan
pemerintah
prioritas
yang
informasi
untuk
yang
tersedianya
pemilihan
bagi
menentukan
sesuai
dengan
sumberdaya
dalam
peramalan
tentang
dengan
informasi
yang
peramalan
akan
ada.
Hasil
membantu
akurat,
secara
teratur,
15
berkelanjutan
mengenai
0-6
yang
mendapatkan
ASI Eksklusif
d. Persentase
penggunaan
garam yodium
e. Persentase balita usia 6-9
bulan
f.
yang
mendapatkan
kapsul vitamin A
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan 90 tablet Fe
g. Persentase kabupaten yang
melakukan surveillance
h. Persentase stok MPASI
7. Menyediakan
informasi
indikator gizi secara berkala
8. Memonitor
kecenderungan
penyakit
9. Mendeteksi
perubahan
Adi dan Glukono, 2010; Kemenkes RI, 2012; JHU, 2004; WHO, 1976;
IMT
Indikator
Menurut
kelamin
(IMT/U),
digunakan
usia
5-18
Umur
karena
untuk
tahun
anak
dan
memperhitungkan
perubahan pertumbuhan
selama anak- anak
TB Menurut Umur (TB/U)
Cut of
Sangat kurus : < 3 SD
Kurus : -3 sampai < -2 SD
Normal : -2 sampai +1
SD
Gemuk :
> +1 sampai
+2 SD
Obesitas: > +2 SD
Untuk usia 2-19 Tahun:
Sangat pendek : < -3 SD
16
SD
Normal : -2 SD
Sangat tinggi : > +3 SD
Untuk usia 5 10 Tahun:
Underweight : < - 2 SD
Normal: >-2 SD sampai
+1 SD
Overweight:
>
+1
sampai +3 SD
Prevalensi :
Underweight
<10% Low
10-19% Medium
20-29% High
>30% Very High
Stunting
<20% Low
20-29% Medium
30- 39% High
40% Very High
Wasting
<5% acceptable
5-9% poor
10-14% Serious
15% Critical
Sumber : Prevention of Obesitas Childhood, 2007; Kemenkes RI, 2011;
WHO, 2007; Nutrisurvey report, 2012.
7. Proses standarisasi untuk menguji intra dan inter observer variation untuk
mendapatkan data yang presisi dan akurat
a. Langkah langkah untuk mendapatkan data standard :
1. Melatih personel dengan metode yang tepat dengan alat pengukuran dan skala.
2. Mengatur skala secara regular sebelum pengukuran.
3. Cek observer error.
4. Jika mungkin, lakukan penggiliran personel yang mengukur subjek untuk
menghindari bias individu.
b. Prosedur standarisasi Data TB dan BB :
1. Menyiapkan subjek yang akan diukur, biasanya pada proses standardisasi
terdapat 10 subjek
2. Setiap observer/pengukur mengukur setiap
3. Mencatat
hasil
pengukuran
pertama
pada
form,
kemudian
lakukan
1.
842
837
d
(a-
d2
(a-
b)
b)2
+5
25
Sign
s
(Observ
S
(Superviso
D
(s S)
D2
(s S)2
er)
(a + b)
1679
r)
(a + b)
1650
+29
841
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
7. Mengisi kolom a untuk pengukuran pertama dan kolom b untuk hasil
pengukuran kedua, baik pada kolom supervisor maupun observer
8. Mengisi kolom d untuk nilai selisih pengukuran pertama dan kedua, ditulis
pula hasil nilainya positif (+) atau negatif (-)
d = (a-b)
2
9. Mengisi kolom d dengan mengkuadratkan nilai kolom d
d2 = (a-b) 2
10.Mengisi kolom tanda yang pertama dengan tanda (+) atau (-) sesuai nilai dari
kolom d observer. Apabila nilainya nol (0), maka tidak perlu diisi
11.Menjumlahkan total nilai kolom d2baik pada kolom supervisor maupun
observer
12.Mengisi kolom s dengan penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua
observer
s = (a+b)
13.Mengisi kolom S dengan penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua
supervisor
S2 = (a+b) 2
14.Mengisi kolom D dengan nilai pengurangan antara nilai kolom s dan kolom
S
15.Mengisi kolom D2dengan mengkuadratkan nilai kolom D
16.Mengisi kolom tanda yang terakhir dengan tanda (+) atau (-) sesuai nilai
kolom D. Apabila nilai kolom D nol (0) maka tidak perlu diisi
17.Jumlahkan total nilai pada kolom D dan kolom D 2
18.Menarik kesimpulan:
a. Presisi
18
Presisi baik jika d2 observer kurang dari dua kali lipat d2supervisor
Presisi kurang jika d2observer lebih dari dua kali lipat d2supervisor
b. Akurasi
-
Akurasi baik jika D2observer kurang dari tiga kali lipat d2supervisor
Akurasi kurang jika D2 observer lebih dari tiga kali lipat d2supervisor
c. Presisi Akurasi
-
Kurang
b.
tabel:
Kurang akurat
Melihat kolom tanda dari kolom D pada tabel, apakah hasil pengukuran
observer cenderung lebih besar atau lebih kecil dari pengukuran supervisor.
Kurang presisi
Melihat kolom tanda dari kolom d observer pada tabel.Identifikasi apakah
lebih banyak tanda positif atau negatif, apabila banyak tanda positif
menunjukkan hasil pengukuran pertama cenderung lebih besar daripada
pengukuran
kedua,
dan
sebaliknya.
Dengan
melihat
tanda
tersebut,
menyebabkan
oleh
supervisor
untuk
mengetahui
kesalahan
yang
sering
ditekankan saat mengajar para petugas pengukur yang baru (Fahmida dan
Dillon, 2007)
Pada pengukuran Tinggi Badan, jika selisih d2 observer dan d2 supervisor adalah
sebesar :
a. 0 - 5 mm tergolong baik
b. 6-9 mm tergolong cukup
c. 10 19 mm tergolong buruk
19
Zat Gizi
Yodium
Keterkaitan
Membentuk hormon
tiroksin yang
diperlukan tubuh untuk
mengatur
pertumbuhan dan
perkembangan dari
janin hingga dewasa
(Devi, 2012)
Cut of
Level IDD:
Defisiensi Berat : <20
g/l
Ringan : 20 49 g/l
Defisiensi Sedang: 50
99 g/l
Normal : 100 199 g/l
Resiko yodium
menyebabkan
hipertiroidisme : 200299 g/l
Resiko mengalami
masalah kesehatan
yang lain : 300 g/l
(WHO, 2010)
Energi digunakan
untuk
mempertahankan
hidup, menunjang
pertumbuhan, dan
melakukan aktivitas
fisik. Sedangkan
protein digunakan
untuk membangun dan
memperbaiki sel tubuh
dan menjadi sumber
energi bagi tubuh
Zat Besi (Benois, 2007
(Almatsier, 2006).
Berkaitan
dengan
penurunan
fisik
yang
aktivitas
Ferritin : <15ug/liter
TFR : >18,3 mg/l
Ratio TFR Ferritin
kemudian
20
al, 2014)
Adanya pengaruh seng
>500
(Benois,
2007
dan
Schulzer, 2014)
Dikatakan
defisiensi
terhadap pertumbuhan
g/dl
gizi
Indicator).
yang
tergolong
(Public
Health
merupakan
utama
kegagalan
pertumbuhan
ex
stunting, berkurangnya
volume
Vitamin A
jaringan
(Kusudariyati, 2014)
Kekurangan vitamin A
bersama dengan zat
besi, yodium, Zinc,
energi dan protein
mengakibatkan
kekebalan tubuh tidak
sempurna , sering
absen dari sekolah ,
pertumbuhan
terganggu, akademis
rendah, IQ rendah,
perkembangan mental
kurang
Vitamin D
(Almatsier,2006).
Jika
mengalami
defisiensi
menyebabkan kelainan
pada
tulang
Dikatakan
defisiensi
jika < 10 g
(Almatsier, 2006)
dan
gangguan penyerapan
kalsium (Morrae, 2012)
21
9. Metode Dietary yang sesuai dan level yang sesuai untuk kasus
Level of Objective
Level 1
Mengukur
rata
Metode Dietary
24H
Recall, Record,
-
rata
intake
dari
populasi
Level 2
Estimasi proporsi dari populasi yang
beresiko atas ketidakcukupan intake
Level 3
Meranking
individu
pada
Food
atau
Food
Recall,
Record,
intake
atau
Record,
weighing
dalam
berulang
yang
atau
sehari
Food
dilakukan
jumlah
harinya
diteliti.
Menggunakan
metode
seperti
history
dietary
kualitatif,
atau
Semi
regresi.
Sumber : Gibson 1993 dan 2005.
Pada skenario kali ini, level of objective yang sesuai adalah menggunakan
level 2 karena untuk mengetahui defisiensi zat gizi. Sedangkan metode yang
dipakai adalah dengan metode 24 H recall karena untuk mempermudah di
populasi. Pengambilan data 24 H recall dilakukan kepada orang tua (terkait porsi)
dan anak (terkait apa saja yang dimakan).
Pengambilan sampel untuk pengambilan data Dietary assessment adalah
sebesar 30 40 subyek yang diambil secara acak agar data yang didapatkan
representative dengan keadaan sebenarnya (Gibson, 2005).
10.Kewenangan S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI dan Kewenangan Ahli gizi
22
Mampu
menyelesaikan
pekerjaan
belum
menganalisis
baku
data,
dengan
serta
mampu
Menguasai
konsep
pengetahuan
serta
teoritis
tertentu
mampu
bidang
secara
umum,
memformulasikan
laporan
tertulis
secara
komprehensif.
Bertanggung
jawab
pada
pekerjaan
dan
memanfaatkan
ilmu
pada
bidangnya
masalah
serta
dalam
penyelesaian
mampu
beradaptasi
Menguasai
konsep
teoritis
bidang
mampu
memformulasikan
Mampu
mengambil
keputusan
yang
Bertanggung
jawab
pada
pekerjaan
Diploma 3 (D3)
Sebagai
pelaku
tata
di masyarakat
Penyelia sistem penyelenggaraan
makanan
Pendidik/
makanan institusi/massal
Pendidik/
Penyuluh/
Konsultan Gizi
Sebagai pelaku pemasaran produk
Konsultan Gizi
Pelaksana Penelitian Gizi
Sebagai pelaku pemasaran produk
Sebagai
masyarakat
Sebagai pelaku
tata
laksana/
laksana
di
/
Pelatih/
Penyuluh/
laksana/
Pelatih/
kualifikasi
kompetensi
yang
dapat
lain
yang
diperlukan
secara
cepat,
akurat,
teratur,
managemen
program
terkait
peningkatan
pola
konsumsi
pertama
pada
form,
kemudian
lakukan
d
(a-
d2
(a-b)2
Sign
b)
1.
2.
842
83
+5
25
s
(Observe
r)
(a + b)
1679
S
(Superviso
r)
(a + b)
1650
D
(s
D2
(s
2
S)
S)
+29
841
Sig
n
+
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Keterangan :
Kolom a = hasil pengukuran pertama
Kolom b = hasil pengukuran kedua
Kolom d = selisih pengukuran pertama dan kedua, ditulis pula hasil nilainya
positif (+) atau negatif (-)
Kolom d2 = hasil mengkuadratkan kolom d
Kolom sign = Mengisi kolom tanda yang pertama dengan tanda (+) atau (-)
sesuai nilai dari
27
8. Defisiensi zat gizi yang terkait dengan pertumbuhan linier untuk anak sekolah
antara lain defisiensi yodium, energi, protein, zat besi, zink, vitamin A, dan vitamin
D.
9. Metode Dietary yang sesuai dan level yang sesuai untuk kasus adalah
menggunakan level 2 karena untuk mengetahui defisiensi zat gizi. Sedangkan
metode yang dipakai adalah dengan metode 24 H recall karena untuk
mempermudah di populasi. Pengambilan data 24 H recall dilakukan kepada orang
tua (terkait porsi) dan anak (terkait apa saja yang dimakan).
10. Kewenangan S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI dan Kewenangan Ahli gizi :
Diploma 3 (D3) Setara Level 5 : - Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan
tertentu secara
umum,
serta
mampu
dan
konsep
teoritis
bagian
mendalam,
B. REKOMENDASI
Skenario ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang surveillance, level of
objective dan proses standarisasi perolehan data dari intra dan inter observer yang
bervariasi. Kedepannya mungkin bisa lebih difokuskan lagi dalam membuat scenario,
sehingga dalam satu skenario masalah yang dipecahkan bisa lebih terfokuskan, misal
hanya membahas surveillance saja atau proses assessment yang ada di komunitas.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Mukono. 2000. Surveilans Epidemiologi, Bagian Proyek Pengembangan
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Dikti (Proyek CHN-III Kompilasi Dikti).Jakarta:
Depdiknas.
Alatas, S.S. 2011. Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan
Tingkat Asupan Kalsium Harian Yayasan KAMPUNGKIDS Pejaten Jakarta Selatan .
Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Begghin, Ivan., Cap, Miriam, Dujardin, Bruno. 1998. A Guide to Nutritional Assessment.
Jenewa: WHO.
Benoist, Bruno et al. 2007. Conclusions of the Joint WHO/UNICEF/IAEA/IZiNCG Interag Ncy
Meeting on Zink Status Indicators. Food Nutrition Bulletin, 28 (3): S480-S486.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2013. NCD Surveillance in Public
Health. Atlanta, Georgia :Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Charney, Pamela, PhD, RD, dan Marian, Mary, MS, RD, CSO. 2008. Nutrition Screening
and Nutrition Assessment ADA Pocket Guide to Nutritional Assessment.
Devi M. 2012.Hubungan Penggunaan Garam Beryodium dengan Pertumbuhan Linier
Anak.Malang : Universitas Negeri Malang.
Fahmida U. 2007.Handbook Nutritional Assessment.Jakarta : Universitas Indonesia.
Gandy et al. 2014.Gizi dan Dietetika Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gibson R. 2005. Principle of Nutritional Assessment Second Edition.New York : Oxford
University Press.
Gibson RS. 1993. Nutritional Assessment : A Laboratory Manual. New York : Oxford
University Press.
Gibson,
Rosalind
S.
2005.
Principles
of
Nutritional
Assessment.
(online).
http://books.google.co.id/books?
id=lBlu7UKI3aQC&pg=PA150&lpg=PA150&dq=level+of+objective+dietary+assess
ment&source=bl&ots=RVMzPO7yrH&sig=5zeN8_2QByKxoW6gqyl5HnQbt8&hl=en&sa=X&ei=1y5oVI_9B9GiuQSd3IG4CA&ved=0CGMQ6AEwCQ#v=onepag
e&q&f=true. Diakses 16 November 2014.
Greeg, Michael B. 2008. Field Epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Haber M, Barnhart HX, Song J, Gruden J.2005. Observer Variability : A New Approach in
Evalutaing Interobserver Agreement.USA : Journal of Data Science.
Hopkins, John. 2007. Epidemiology and Surveillance.
JHU (Johns Hopkin University). 2008. Public Health Guide in Emergency 2 nd Edition.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilance Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
Kementrian
Kesehatan
RI.
2011.
Keputusan
Mentri
Kesehatan
RI
Nomor
Kusudaryati DPD. 2014. Kekurangan Asupan Gizi dan Seng Sebagai Penyebab Stunting
Pada Anak.Surakarta : STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Last JM. 2011. A Dictionary. New York : Oxford University Press.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. 2006. Comparison with The Other Data
Collection Method. (Online). http://conflict.lshtm.ac.uk/page_72.htm. diakses 16
November 2014.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi.Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Murti, Bhisma. 2011. Validitas dan Reabilitas Pengukuran. (online)fk.uns.ac.id//.
Diakses 16 November 2014.
Nutrition Landscape Information System (NLIS). 2010. Interpretation Guide. Switzerland:
WHO.
POKJA 4. 2013. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Presiden Republik Indonesia.2012. Peraturan Presiden no 8 Tahun 2012 Tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.Jakarta : Kemendiknas.
Public Health Surveillance.Principles of Epidemiology.
Schulze, Kerry et al. 2014. Micronutrient Deficiencies Are Common in 60 to 8-Year-Old
Children of Rural Nepal, with Prevalence Estimates Modestly Affected bu
Inflammation. The Journal of Nutrition, 979-987.
UNICEF. 2011. National Nutrition Surveillance Report Highlights. UNICEF.
WHO. 1983. Measuring Change in Nutritional Status. Geneva.
World Health Organization. 1976. Methodology of Nutritional Surveillance. Geneva :
World Health Organization.
30
TIM PENYUSUN
A KETUA
1 RACHMI FARICHA
(125070301111005)
B SEKRETARIS
1 DWI RATNAWATI
(125070301111008)
2 FIRDA AMALIA
(125070301111009)
C ANGGOTA
1 DWIYANTI CAESARRIA
HARTIWI
(125070301111010)
2 TIARA DIAN N.
(125070301111011)
3 FEBY DINA ARDIYANTI
(125070301111012)
4 DIESMAHARANI ASTRIMAHIRSYA
(125070301111013)
5 YUNITA ENDAH KARTIKASARI
(125070301111014)
6 SOFIE AYU MISRINA
(125070301111001)
7 HESTI RETNO BUDIARINI
(125070301111006)
8 FARIKHA ALFI F.
(125070301111007)
9 RANI ILMINAWATI
(125070301111004)
10 DESAK MADE TRISNA U.
(125070301111002)
11 YUNITA REZA R.
(125070301111003)
D FASILITATOR
Ibu Ilmina Fahmi, S.Gz. Dietisien
E PROSES DISKUSI
1 KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
masyarakat
Mahasiswa mampu mengkaji status gizi populasi dan atau kelompok di
masyarakat
Mahasiswa ma mpu mengawasi, mengkoordinir dan memimpin tim untuk
31