Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Komunitas
SKENARIO Anak Sekolahku Gemuk Sekali
Minggu ke-8
Tanggal 14 November 2014 s.d 18 November 2014

Grup E
DWI RATNAWATI

(125070301111008)

FIRDA AMALIA

(125070301111009)

DWIYANTI CAESARRIA

(125070301111010)

TIARA DIAN NOVITASARI

(125070301111011)

FEBY DINA ARDIYANTI

(125070301111012)

DIESMAHARANI ASTRIMAHIRSYA (125070301111013)


YUNITA ENDAH KARTIKASARI

(125070301111014)

SOFIE AYU MISRINA

(125070301111001)

DESAK MADE TRISNA ULANDARI

(125070301111002)

YUNITA REZA ROHMAWATI

(125070301111003)

RANI ILMINAWATI

(125070301111004)

RACHMI FARICHA

(125070301111005)

HESTI RETNO BUDIARINI

(125070301111006)

FARIKHA ALFI FAIRUZA

(125070301111007)

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

DAFTAR ISI
1

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
ISI................................................................................................................................. 3
A
B
C
D
E
F
G
H

KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI.......................................................................... 3


SKENARIO............................................................................................................... 3
DAFTAR UNCLEAR TERM......................................................................................... .3
DAFTAR CUES......................................................................................................... .5
DAFTAR LEARNING OBJECTIVE.................................................................................6
HASIL BRAINSTORMING.......................................................................................... .6
HIPOTESIS............................................................................................................... .9
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE.......................................................................11

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..................................................................................24


REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... .28
TIM PENYUSUN.............................................................................................................. .30

ISI
A KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
CD. 40. Mahasiswa mampu mengawasi screening status gizi suatu populasi atau
masyarakat (Supervise of Nutritional Status of the Population and / or Community
Groups)
CD.41. Mampu mengkaji status gizi populasi dan atau kelompok di masyarakat
(Conduct assessment of the nutritional status of the population and/or community
groups)
CD.7. Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk
pendokumentasian suatu pengkajian maupun intervensi gizi
CD.5. Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang pangan,
ketahanan pangan, gizi dan pelayanan kesehatan
B SKENARIO
Berdasarkan data dari surveillance gizi dengan metode langsung diketahui bahwa
prevalensi obesitas pada anak sekolah terus meningkat pada 5 tahun terakhir.
Parameter dan indicator antropometri lain juga perlu ditentukan untuk mengetahui
pertumbuhan linier anak sekolah dimana sebagai sarjana gizidengan kewenangan
level 6 berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) harus menguji intra
dan inter-observer variation dari calon pengukurnya yang berasal dari lulusan Diploma
3 Gizi yang mempunyai kewenangan dibawah sarjana gizi melalui suatu proses
standarisasi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat. Selain itu untuk
mendukunginformasi tersebut seorang ahli gizi harus melakukan dietary assessment
dengan metode yang tepat sesuai dengan level of objectivenya yaitu untuk
menentukan Persentase anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait
pertumbuhan linier.
C DAFTAR UNCLEAR TERMS
Surveillance Gizi
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi dan epidemiologi

kepada penyelenggara program kesehatan (Kamus Gizi, 2010).


Prevalensi
Jumlah total kasus penyakit tertentu yang terjadi pada waktu tertentu di wilayah
tertentu (Dorland, 2008)

Intra dan Inter- Observer Variation


Keragaman hasil pengukur dari observer baik dari satu pengukur

(intra) atau

dengan pengukur lain (inter) (Pendapat sendiri).


3

Presisi
Keseksamaan dan ketelitian (Kamus Inggris indonesia,1996 ).
Apabila dilakukan pengukuran berulang maka hasilnya tetap sama (Pendapat
sendiri).
Kesimpulan :
Keseksamaan dan ketelitian (Inggris Indonesia, 1996).
Akurat
Pasti, teliti, tepat benar (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2005).
Ketelitian, kecermatan dan seksama (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2004).
Kesimpulan :
Pasti, teliti, tepat benar , kecermatan dan seksama (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 2004 dan 2005).
Level of Objective
Pembagian metode diatery assessment yang dibagi berdasarkan tujuan dimana
level 1 untuk menganalisis perorangan, level 2 untuk komunitas, level 3 untuk
mengetahui rata-rata, level 4 untuk mengetahui hubungan masalah gizi (Pendapat
sendiri).
Intake perorangan dalam populasi (level 1), menentukan populasi beresiko (level
2) , rata-rata individu yang diranking (level 3), Hubungan atau keperluan
konselling (level 4) (Pendapat Sendiri).
Kesimpulan :
Level 1 untuk menganalisis perorangan dalam populasi, menentukan populasi
beresiko masalah gizi (level 2),

rata-rata individu yang diranking (level 3),

Hubungan atau keperluan konselling (level 4) (Pendapat sendiri).


Parameter
Konstanta yang berbeda sesuai kasus tertentu, memiliki nilai yang tetap pada satu
kasus tapi memiliki nilai yang berbeda pada kasus yang lainnya (Dorland 2008).
Indikator
Sesuatu yang memberikan informasi (Oxford, 2008).
Alat untuk mengukur dan sebagai petunjuk (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
1997).
Alat untuk mendeteksi (Kamus Bahasa Indonesia, 1996).
Kesimpulan :
Alat untuk mendeteksi dan sebagai petunjuk (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

1997).
Pertumbuhan Linier
Bertambahnya ukuran fisik dan antropometri seperti Tinggi badan, berat badan
dan ukuran tubuh lainnya yang menunjukkan keseimbangan antara asupan
makanan dan kebutuhan zat gizi seorang anak dalam proses tumbuh yang terletak

pada satu garis lurus (Kamus gizi 2010 dan Kamus Bahasa Indonesia 2005).
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Membedakan level- level dari setiap pendidikan (Pendapat sendiri).
Sebuah kerangka kualifikasi yang didalamnya memuat level-level yang berbeda
dan memberikan penjelasan detail dari setiap level terkait gizi (Pendapat sendiri).
Pengaturan kewenangan untuk setiap level pendidikan namun kurang tahu apakah
untuk gizi atau juga yang lainnya. (Pendapat Sendiri).
Kesimpulan :
4

Sebuah kerangka kualifikasi yang didalamnya memuat level-level yang berbeda

serta pebngaturan kewenangan untuk tiap-tiap level secara umum.


Standarisasi
Pembakuan (Pendapat Sendiri).
Segala sesuatu yang telah disesuaikan dengan kriteria, ukuran, bentuk, atau
kualitas tertentu (Kamus Bahasa Inggris, 1994).
Membuat segala sesuatu menjadi pedoman (Kamus lengkap inggris Indonesia).
Kesimpulan :
Segala sesauatu yang telah disesuaikan dengan kriteria, ukuran, bentuk, atau

kualitas tertentu untuk dijadikan pedoman.


D DAFTAR CUES
1 Ahli gizi diharapkan mampu menentukan dietary assessment dan antropometri
dengan tepat serta mampu menguji intra dan inter observer variation dari calon
2

pengukur dari program D3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat.
Ahli gizi mampu melakukan pendokumentasian dalam hal screening, pengkajian

maupun intervensi gizi dalam populasi maupun masyarakat.


Ahli gizi diharapkan mampu menentukan dietary assessment dan parameter dan
indikator serta untuk menentukan presentase anak sekolah yang mengalami

defisiensi zat gizi.


Ahli gizi diharapkan mampu menentukan dietary assessment pada anak sekolah
sesuai dengan metode yang tepat untuk menentukan presentasae anak sekolah
yang mengalami defisisensi zat gizi serta mampu melakukan pengkajian zat gizi
sesuai dengan parameter dan indicator yang tepat dan mampu mengkoordinir

intara dan inter observer variation dari program Diploma 3 Gizi.


Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri
serta metode dietary assessment yang tepat pada anak sekolah sesuai dengan
level objektifnya serta mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer
variation yang berasal dari lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang

presisi dan akurat.


Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri
serta metode dietary assessment yang tepat pada anak sekolah sesuai dengan
level objektifnya serta mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer
variation yang berasal dari lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang
presisi dan akurat , untuk menentukan presentase defisiensi zat gizi pada anak

sekolah.
Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri
serta metode dietary assessment untuk mengetahui pertumbuhan linier anak
sekolah dan anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertumbuhan
linier serta mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer variation yang
berasal dari lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan

akurat.
Kesimpulan :
5

Ahli gizi diharapkan mampu menentukan parameter dan indicator antropometri serta
metode dietary assessment untuk mengetahui pertumbuhan linier anak sekolah dan
anak sekolah yang mengalami defisiensi zat gizi terkait pertumbuhan linier serta
mampu melakukan pengkajian intra dan inter observer variation yang berasal dari
lulusan diploma 3 gizi untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat.
E DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Intra dan inter observer variation
2. Level of objective
3. KKNI
4. Apa perbedaan skrining, survey dan surveillance?
5. Apa tujuan dan manfaat dari surveillance gizi?
6. Parameter dan indicator antropometri apa yang digunakan?
7. Bagaimana proses standarisasi untuk menguji intra dan inter observer variation
untuk mendapatkan data yang presisi dan akurat?
8. Defisiensi zat gizi apa yang terkait dengan pertumbuhan linier dan apa yang akan
digunakan untuk anak sekolah? Beserta cut off nya?
9. Metode Dietary apakah yang sesuai serta apa saja level of objective dan level
mana yang sesuai untuk kasus diatas?
10.Apa kewenangan Ahli gizi S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI?

F HASIL BRAINSTORMING
1. Apa perbedaan screening, survey, dan surveillance?
Screening
Mendeteksi

Survey
Dilakukan 1x untuk masyarakat

Surveillance
Dilakukan beberapa kali

apakah

normal

dalm periode tertentu

beresiko
Mendeteksi yang

Sewaktu- waktu, lebih ke kondisi

Lebih mendalam daripada

beresiko

secara umum

survey sehingga bisa

Beresiko atau

Sekali dilakukan
Untuk mengetahui masalah

dilakukan intervensi
Ada crosscheck
Pemantauan berulang

tidak

yang terjadi

masyarakat

2. Apa tujuan dan manfaat dari surveillance gizi?


Tujuan :
1. Untuk mengetahui status gizi di wilayah tersebut.
2. Mengetahui analisis status gizi di wilayah tersebut.
3. Untuk memonitor efek dari kebijakan pemerintah terkait intervensi yang
diberikan ,apakah efektif atau tidak.
4. Agar dapat melakukan tindakan dan penanggulangan masalah gizi secara
efektif dan efisien.
Manfaat :
a. Supaya dapat dilakukan penanggulangan, pengolahan data, dan penyebaran
informasi epidemiologi pada penyelenggara program kesehatan.
b. Mengetahui prevalensi masalah gizi di suatu wilayah.
c. Mengatasi masalah resiko terjadinya resiko penyakit atau penularan penyakit.
3. Bagaimana metode langsung dari nutritional assessment?
Antropometri, Biokimia, Clinic, Dietary
Alasan metode langsung : karena secara langsung menginterpretasikan status
gizi pada anak sekolah
4. Parameter dan indicator antropometri apa yang digunakan?
Indikator : IMT/U
Parameter : BB, TB, Usia, Jenis kelamin
5. Bagaimana

proses

standarisasi

untuk

menguji

intra

dan

inter

observer

variationuntuk mendapatkan data yang presisi dan akurat?


a. Kalibrasi Alat
b. Dilakukan training
c. Sebelum pengambil data direkrut, diuji terlebih dahulu oleh tenaga ahli
(supervisor)
d. Dimasukkan ke tabel untuk mengetahui data yang presisi dan akurat
e. Pengukuran dilakukan berulang agar presisi dan akurat
7

f.

Antropometri dilakukan 2x

g. Analisis data
6. Defisiensi zat gizi apa yang terkait dengan pertumbuhan linier untuk anak sekolah
beserta cut off nya?

Vitamin A

Vitamin C

Vitamin B kompleks

Zat Besi

Asam Folat

Yodium

Kalsium

Fosfor

Energi

Protein

7. Metode Dietary apakah yang sesuai serta apa saja level of objective dan level
mana yang sesuai untuk kasus diatas?

Tingkatan Level
Level 1
untuk menganalisis perorangan dalam
populasi
Level 2
menentukan populasi beresiko masalah
gizi
Level 3
rata-rata individu yang diranking
Level 4
Hubungan atau keperluan konselling

Metode
Single 24H Recall, food record dan food
weighing
Multiple 24H Recall, food Record dan
Food Weighing
SQ FFQ
SQ FFQ dan Dietary History

8. Apa kewenangan Ahli gizi S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI?

Sarjana (S1)
Penguji Asessment gizi

Diploma 3 (D3)
Pengukur assessment

Mengawasi Pengukuran
Pengelola Asuhan gizi
Menangani masalah

gizi
Melakukan pengukuran
Pelaksana asuhan gizi
Menangani masalah

gizi yang tidak

gizi yang tidak

komplikasi

komplikasi dan tidak


komplikasi

G HIPOTESIS DK
Skrining gizi

Survey

Surveillance gizi
Level of

Prevalensi data
obesitas

objective

Metode
langsung

Antropometri

Parameter dan
indikator

Pertumbuhan
linier

Biokimia

Clinical

Dietary

Akurat dan

Defisiensi zat

presisi

gizi

Intra dan inter


observer

10

H HIPOTESIS DK 2
Survey Gizi

Tujuan dan Manfaat

Surveillance Gizi

Prevalensi Obesitas Anak Sekolah TINGGI

Assesment

Metode Langsung

Antropometri

Parameter:
BB
TB
U
JK

Biokimia

Clinical

Kewenangan sesuai KKNI dan Spesifik Ahli Gizi

Dietary

Level of Objective

LEVEL 2
Indikator:
24h recall dengan pengulangan 3 hari berturut-turut
IMT/U
TB/U
BB/U
BB/TB

getahui defisiensi zat gizi terkait pertumbuhan linier anak sekolah

11

I. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


1. Intra dan inter observer variation
Menurut Haber,et al 2005 :
Inter Observer Variation adalah perbedaan hasil pengukuran oleh observer
terhadap

subjek

yang

sama.

Sedangkan

Intra

Observer

Variation

adalah

perbedaan pengukuran dari pengukur yang sama terhadap subjek yang berbeda .
Menurut Murti, 2011 :
Intra Observer Variation adalah perbedaan pengukuran dari pengukur yang
sama yang dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan inter observer variation adalah
pengukuran yang dilakukan oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda.
Kesimpulan :
Intra Observer Variation adalah perbedaan pengukuran dari pengukur yang
sama yang dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan inter observer variation adalah
pengukuran yang dilakukan oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda.
2. Level of objective
Menurut Rosalind Gibson 2005, level of objective adalah metode untuk
menilai asupan gizi dan intake makanan tergantung tujuan dari peneliti.
3. KKNI
Menurut Direktorat Jenderal, 2010 :
KKNI adalah sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan sektor
pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas dan
bersertifikat melalui skema pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan kerja
atau pengalaman kerja.
Menurut Perpres no. 8 Tahun 2012 :
Kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sector.KKNI Terdiri
dari 9 level, dengan Level 1 adalah level terendah dan level 9 merupakan level
tertinggi.
Kesimpulan :
Kerangka perjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor dimana
KKNI terdiri dari 9 level, dengan Level 1 adalah level terendah dan level 9
merupakan level tertinggi (Perpres no. 8 Tahun 2012).
12

4. Perbedaan Skrining, Survey dan Surveillance


Pembeda
Definisi

Tujuan

Manfaat

Skrining
Proses mendeteksi

Survey
Pengumpulan data

Surveillance
Proses sistematis yang

masalah gizi atau

sekali waktu untuk

menggali data secara

tidak pada individu/

mengetahui status

mendalam dan

masyarakat dengan

gizi populasi dengan

dilakukan survey

cara mengumpulkan

cara mengumpulkan

berulang. Data yang

data yang kualitatif

data yang kuantitatif

dikumpulkan yang

atau semi kualitatif


Mengidentifikasi

Untuk keperluan

kuantitatif
Sebagai indikator yang

pasien beresiko, tidak

statistik nasional,

terkait pembinaan gizi

beresiko atau kondisi

sensus, pelayanan

masyarakat

khusus

kesehatan, maupun

Data

organisasi lain
Data digunakan untuk

Data sebagai acuan

sebagai

bahan

mengevaluasi

pembuat kebijakan

intervensi

untuk

intervensi gizi

atau intervensi

sebelum dan sesudah

penyelenggara

program intervensi
a. Dilakukan bila

kesehatan
a. Tersedia data yang

mengatasi
Prinsip

digunakan

masalah

gizi
Sederhana, efisien,
tidak mahal, resiko

masalah gizi tidak

kecil, sensitifitas dan

bisa diselesaikan

spesifisitas dapat

oleh sektor

diterima

kesehatan
b. Analisis penyebab
adalah dasar
membuat
kebijakan
c. Menguji hipotesis
d. Assessment
dilakukan dengan

akurat dan cepat


b. Melakukan kajian
data
c. Tersedia informasi
yang sistematis
d. Ada timbal balik
dan pelaporan
e. Ada respon
pengembangan
f.

indikator
Menghasilkan
hipotesis

metode kausa
e. Proses survey
tidak dipengaruhi
f.

ideology
Lebih banyak
waktu dan
sumberdaya
untuk
13

mengorganisir
tetapi biaya
tersebut hanya
satu kali dalam
Dilakukan pada

survei
Hanya dilakukan pada

Dilakukan pada

populasi yang

masyarakat dalam

populasi terpilih

dicurigai mengalami

kondisi normal

Waktu

masalah gizi
Dilakukan di awal,

Dilakukan sebelum

Dilakukan setelah

pelaksanaan

sebelum dilakukan

dilakukan surveillance

dilakukan survey

assessment gizi

gizi agar diperoleh

terlebih dahulu

Sasaran

data dasar atau bisa


juga dilakukan
setelah surveillance
(tergantung
Hasil

keperluan)
a. Tidak dapat

Dapat

Bisa mendeteksi

mengidentifikasi

mengidentifikasi

penyebab masalah

masyarakat beresiko

masalah gizi

secara pasti

malnutrisi atau tidak

karena hanya
dilakukan 1 kali
pengumpulan data
b. Hanya dapat
besaran
masalahnya saja,
dengan
mengetahui
kemungkinan

penyebabnya
Sumber : LSHTM, 2009; Seameo, 2007; Antoni, 2008; James, 2012; Kemenkes RI,
2009; Grid, 2008; Carney, 2008; Begin, 1988; Kemenkes 2010; Las, 2001; Gibson,
2005; Hopkin, 2007.
5. Tujuan dan Manfaat Surveillance Gizi
Tujuan
Umum :
Terselenggaranya
surveillance
untuk

memberikan

Manfaat
1. Memberikan informasi pencapaian
gizi

gambaran

kinerja dalam pengambilan tindakan


segera, perencanaan jangka pendek
14

pencapaian

kinerja

pembinaan

gizi

masyarakat dan indikator khusus lain

dan

menengah,

perumusan

kebijakan di kabupaten atau kota

yang diperlukan secara cepat, akurat,

atau provinsi
2. Evaluasi pencapaian kinerja
teratur, berkelanjutan dalam rangka
3. Arsip masalah kesehatan
pengambilan
tindakan
segera, 4. Info yang didapat dapat membantu
perencanaan

jangka

menengah

pendek

serta

dan

merencanakan program gizi lebih

perumusan

detail
5. Memberikan dasar keputusan untuk

kebijakan.
Khusus :
1. Menentukan status gizi dengan
merujuk

secara

khusus

pada

kelompok yang diketahui sedang


menderita atau beresiko
2. Menyediakan
informasi
digunakan

untuk

yang

dibuat

oleh

lembaga

kebijakan,
managemen
peningkatan

terhadap

perencanaan,
program
pola

terkait
konsumsi

makanan dan status gizi

menganalisa

sebab-sebab atau faktor terkait


serta

menentukan

pengukuran

preventif

mungkin
3. Menyediakan
pemerintah
prioritas

yang

informasi
untuk

yang

tersedianya

pemilihan

bagi

menentukan

sesuai

dengan

sumberdaya

dalam

memperbaiki status gizi penduduk


baik dalam situasi normal maupun
darurat
4. Memberi

peramalan

tentang

perkembangan masalah gizi yang


akan datang berdasarkan trend
yang telah dan sedang terjadi dan
dilengkapi

dengan

informasi

tentang potensi kemampuan dan


sumberdaya

yang

peramalan

akan

ada.

Hasil

membantu

merumuskan kebijakan yang tepat


5. Pemantauan
atau
monitoring
program gizi dan mengevaluasi
keefektifannya
6. Tersedianya
informasi
tepat,

akurat,

secara
teratur,
15

berkelanjutan

mengenai

pencapaian kinerja pembinaan gizi


yaitu:
a. Persentase balita gizi buruk
yang dapat perawatan
b. Persentase
balita
yang
ditimbang berat badan
c. Persentase bayi usia
bulan

0-6

yang

mendapatkan

ASI Eksklusif
d. Persentase

penggunaan

garam yodium
e. Persentase balita usia 6-9
bulan
f.

yang

mendapatkan

kapsul vitamin A
Persentase ibu hamil yang

mendapatkan 90 tablet Fe
g. Persentase kabupaten yang
melakukan surveillance
h. Persentase stok MPASI
7. Menyediakan
informasi
indikator gizi secara berkala
8. Memonitor
kecenderungan
penyakit
9. Mendeteksi

perubahan

mendadak kejadian penyakit


10.Memantau kesehatan populasi
11.
Identifikasi
kebutuhan
riset
Sumber :

Adi dan Glukono, 2010; Kemenkes RI, 2012; JHU, 2004; WHO, 1976;

Public Health Surveillance; Hopkins, 2007.


6. Parameter dan indikator antropometri yang digunakan
Parameter
BB, TB, Usia, dan Jenis

IMT

Indikator
Menurut

kelamin

(IMT/U),
digunakan
usia

5-18

Umur
karena

untuk
tahun

anak
dan

memperhitungkan
perubahan pertumbuhan
selama anak- anak
TB Menurut Umur (TB/U)

Cut of
Sangat kurus : < 3 SD
Kurus : -3 sampai < -2 SD
Normal : -2 sampai +1
SD
Gemuk :

> +1 sampai

+2 SD
Obesitas: > +2 SD
Untuk usia 2-19 Tahun:
Sangat pendek : < -3 SD
16

Pendek : -3 sampai < -2

BB Terhadap Umur (BB/U)

SD
Normal : -2 SD
Sangat tinggi : > +3 SD
Untuk usia 5 10 Tahun:
Underweight : < - 2 SD
Normal: >-2 SD sampai
+1 SD
Overweight:

>

+1

sampai +3 SD
Prevalensi :
Underweight
<10% Low
10-19% Medium
20-29% High
>30% Very High
Stunting
<20% Low
20-29% Medium
30- 39% High
40% Very High
Wasting
<5% acceptable
5-9% poor
10-14% Serious
15% Critical
Sumber : Prevention of Obesitas Childhood, 2007; Kemenkes RI, 2011;
WHO, 2007; Nutrisurvey report, 2012.
7. Proses standarisasi untuk menguji intra dan inter observer variation untuk
mendapatkan data yang presisi dan akurat
a. Langkah langkah untuk mendapatkan data standard :
1. Melatih personel dengan metode yang tepat dengan alat pengukuran dan skala.
2. Mengatur skala secara regular sebelum pengukuran.
3. Cek observer error.
4. Jika mungkin, lakukan penggiliran personel yang mengukur subjek untuk
menghindari bias individu.
b. Prosedur standarisasi Data TB dan BB :
1. Menyiapkan subjek yang akan diukur, biasanya pada proses standardisasi
terdapat 10 subjek
2. Setiap observer/pengukur mengukur setiap

subjek secara independen

sebanyak dua kali, untuk menghindari adanya pengaruh pengukuran pertama


terhadap pengukuran kedua
17

3. Mencatat

hasil

pengukuran

pertama

pada

form,

kemudian

lakukan

pengukuran kedua dan dicatat pula pada form


4. Supervisor juga melakukan pengukuran kepada seluruh subyek sebanyak dua
kali, kemudian hasil pengukuran supervisor digunakan sebagai referensi
5. Memindahkan seluruh data ke format tabulasi
6. Mengukur akurasi dan presisi setiap subjek melalui tabel berikut:
Anak

1.

842

837

d
(a-

d2
(a-

b)

b)2

+5

25

Sign

s
(Observ

S
(Superviso

D
(s S)

D2
(s S)2

er)
(a + b)
1679

r)
(a + b)
1650

+29

841

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
7. Mengisi kolom a untuk pengukuran pertama dan kolom b untuk hasil
pengukuran kedua, baik pada kolom supervisor maupun observer
8. Mengisi kolom d untuk nilai selisih pengukuran pertama dan kedua, ditulis
pula hasil nilainya positif (+) atau negatif (-)
d = (a-b)
2
9. Mengisi kolom d dengan mengkuadratkan nilai kolom d
d2 = (a-b) 2
10.Mengisi kolom tanda yang pertama dengan tanda (+) atau (-) sesuai nilai dari
kolom d observer. Apabila nilainya nol (0), maka tidak perlu diisi
11.Menjumlahkan total nilai kolom d2baik pada kolom supervisor maupun
observer
12.Mengisi kolom s dengan penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua
observer
s = (a+b)
13.Mengisi kolom S dengan penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua
supervisor

S2 = (a+b) 2
14.Mengisi kolom D dengan nilai pengurangan antara nilai kolom s dan kolom
S
15.Mengisi kolom D2dengan mengkuadratkan nilai kolom D
16.Mengisi kolom tanda yang terakhir dengan tanda (+) atau (-) sesuai nilai
kolom D. Apabila nilai kolom D nol (0) maka tidak perlu diisi
17.Jumlahkan total nilai pada kolom D dan kolom D 2
18.Menarik kesimpulan:
a. Presisi
18

Presisi baik jika d2 observer kurang dari dua kali lipat d2supervisor

Presisi kurang jika d2observer lebih dari dua kali lipat d2supervisor

b. Akurasi
-

Akurasi baik jika D2observer kurang dari tiga kali lipat d2supervisor

Akurasi kurang jika D2 observer lebih dari tiga kali lipat d2supervisor

c. Presisi Akurasi
-

Baik : presisi baik, akurasi baik

Kurang

: presisi baik, akurasi kurang


presisi kurang, akurasi baik
presisi kurang, akurasi kurang
2

19.Jumlah d supervisor harus yang paling kecil, menunjukkan yang paling


presisi
20.Dari langkah-langkah interpretasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan standarisasi pengukuran antropometri tidak hanya untuk mengecek
apakah hasil pengukuran yang dilakukan observer presisi atau akurasi, tetapi
juga bermanfaat bagi supervisor sebagai koreksi kesalahan.
21.Untuk mengetahui sumber kesalahan dilihat dari tanda yang terdapat dalam
a.

b.

tabel:
Kurang akurat
Melihat kolom tanda dari kolom D pada tabel, apakah hasil pengukuran
observer cenderung lebih besar atau lebih kecil dari pengukuran supervisor.
Kurang presisi
Melihat kolom tanda dari kolom d observer pada tabel.Identifikasi apakah
lebih banyak tanda positif atau negatif, apabila banyak tanda positif
menunjukkan hasil pengukuran pertama cenderung lebih besar daripada
pengukuran

kedua,

dan

sebaliknya.

Dengan

melihat

tanda

tersebut,

kemudian dilihat parameter apa yang diukur, sehingga dapat diperkirakan


kesalahan apa yang mungkin sering dilakukan observer.
22.Observer
akan
mengerti
sumber
kesalahan
yang

menyebabkan

pengukurannya tidak presisi atau tidak akurat, sehingga ketika melakukan


pengukuran lagi tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Selain itu
sumber-sumber kesalahan pengukuran observer yang teridentifikasi dapat
digunakan

oleh

supervisor

untuk

mengetahui

kesalahan

dilakukan oleh observer, sehingga dapat dijadikan

yang

sering

suatu poin yang

ditekankan saat mengajar para petugas pengukur yang baru (Fahmida dan
Dillon, 2007)
Pada pengukuran Tinggi Badan, jika selisih d2 observer dan d2 supervisor adalah
sebesar :
a. 0 - 5 mm tergolong baik
b. 6-9 mm tergolong cukup
c. 10 19 mm tergolong buruk
19

Sedangkan pengukuran Berat Badan, apabila selisih d 2 observer dan d2


supervisor adalah sebesar :
a. 0 0,1 kg tergolong baik
b. 0,2 kg tergolong cukup
c. 0,3 0,4 kg tergolong Buruk (Fahmida, 2007)
8. Defisiensi zat gizi yang terkait dengan pertumbuhan linier untuk anak sekolah

Zat Gizi
Yodium

Keterkaitan
Membentuk hormon
tiroksin yang
diperlukan tubuh untuk
mengatur
pertumbuhan dan
perkembangan dari
janin hingga dewasa
(Devi, 2012)

Cut of
Level IDD:
Defisiensi Berat : <20
g/l
Ringan : 20 49 g/l
Defisiensi Sedang: 50
99 g/l
Normal : 100 199 g/l
Resiko yodium
menyebabkan
hipertiroidisme : 200299 g/l
Resiko mengalami
masalah kesehatan
yang lain : 300 g/l
(WHO, 2010)

Energi dan Protein

Energi digunakan
untuk
mempertahankan
hidup, menunjang
pertumbuhan, dan
melakukan aktivitas
fisik. Sedangkan

KKP 1 : BMI <16


KKP 2 : BMI 16 -16,9
KKP 3 : BMI 17 18,4
Normal : BMI 18,5
sampai <25
Obes 1 : BMI 25 - 29,9
Obes 2 : BMI 30 - 40
Obes 3 : > 40
(NCHS)

protein digunakan
untuk membangun dan
memperbaiki sel tubuh
dan menjadi sumber
energi bagi tubuh
Zat Besi (Benois, 2007

(Almatsier, 2006).
Berkaitan
dengan

dan Schulzer, 2014)

penurunan
fisik

yang

aktivitas

Ferritin : <15ug/liter
TFR : >18,3 mg/l
Ratio TFR Ferritin

kemudian
20

jadi penurunan puncak


masa tulang (Gandhi et
Zinc (Seng)

al, 2014)
Adanya pengaruh seng

>500
(Benois,

2007

dan

Schulzer, 2014)
Dikatakan

defisiensi

terhadap pertumbuhan

jika serum zinc <65

karena seng adalah zat

g/dl

gizi

Indicator).

yang

tergolong

(Public

Health

dalam nutrient tipe 2,


yang

merupakan

bahan pokok komposisi


sel dan untuk fungsi
dasar jaringan.
Dampak
defisiensi:

utama

kegagalan

pertumbuhan

ex

stunting, berkurangnya
volume
Vitamin A

jaringan

(Kusudariyati, 2014)
Kekurangan vitamin A
bersama dengan zat
besi, yodium, Zinc,
energi dan protein

Rendah : 0,7 sampai


<0,5 mol/l
Adekuat : 1,5 mol/l
((Public
Health
Indicator).

mengakibatkan
kekebalan tubuh tidak
sempurna , sering
absen dari sekolah ,
pertumbuhan
terganggu, akademis
rendah, IQ rendah,
perkembangan mental
kurang
Vitamin D

(Almatsier,2006).
Jika
mengalami
defisiensi
menyebabkan kelainan
pada

tulang

Dikatakan

defisiensi

jika < 10 g
(Almatsier, 2006)

dan

gangguan penyerapan
kalsium (Morrae, 2012)
21

9. Metode Dietary yang sesuai dan level yang sesuai untuk kasus
Level of Objective
Level 1
Mengukur

rata

Metode Dietary
24H
Recall, Record,
-

rata

intake

dari

populasi
Level 2
Estimasi proporsi dari populasi yang
beresiko atas ketidakcukupan intake
Level 3
Meranking

individu

pada

distribusi populasi atau kelompok.

Food

atau

Food

weighing dalam 1 x 24 jam


24

Recall,

Record,

Weighingyang dilakukan berulang pada


hari yang tidak berurutan atau 3 hari
berturut-turut.
24 H Recall,

intake

atau

Record,

weighing

dalam

berulang

yang

atau

sehari

Food

dilakukan

jumlah

harinya

tergantung intake zat gzi yg akan


Level 4
Ditujukan untuk keperluan konselling
gizi individu atau analisa korelasi dan

diteliti.
Menggunakan

metode

seperti

history

dietary

kualitatif,
atau

Semi

Qualitative Food Frequency Quisionare.

regresi.
Sumber : Gibson 1993 dan 2005.
Pada skenario kali ini, level of objective yang sesuai adalah menggunakan
level 2 karena untuk mengetahui defisiensi zat gizi. Sedangkan metode yang
dipakai adalah dengan metode 24 H recall karena untuk mempermudah di
populasi. Pengambilan data 24 H recall dilakukan kepada orang tua (terkait porsi)
dan anak (terkait apa saja yang dimakan).
Pengambilan sampel untuk pengambilan data Dietary assessment adalah
sebesar 30 40 subyek yang diambil secara acak agar data yang didapatkan
representative dengan keadaan sebenarnya (Gibson, 2005).
10.Kewenangan S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI dan Kewenangan Ahli gizi

22

Sumber : KKNI, 2013

Kewenangan Sarjana (S1) dengan Diploma 3 (D3) menurut Kerangka


Kualifikasi Nasional Indonesia adalah sebagai berikut :

Mampu

menyelesaikan

pekerjaan

berlingkup luas, memilih metode yang


sesuai dari beragam pilihan yang sudah
maupun

belum

menganalisis

baku

data,

dengan

serta

mampu

menunjukkan kinerja dengan mutu dan


kuantitas yang terukur.
Diploma 3 (D3) Setara Level

Menguasai

konsep

pengetahuan

serta

teoritis

tertentu

mampu

bidang

secara

umum,

memformulasikan

penyelesaian masalah procedural.

Mampu mengelola kelompok kerja dan


menyususn

laporan

tertulis

secara

komprehensif.

Bertanggung

jawab

pada

pekerjaan

sendiri dan dapat diberi tanggung jawab


Sarjana (S1) Setara Level 6

atas pencapaian hasil kerja kelompok.


Mampu
mengaplikasikan
bidang
keahliannya

dan

memanfaatkan

ilmu

pengetahuan, teknologi, dan atau seni


23

pada

bidangnya

masalah

serta

dalam

penyelesaian

mampu

beradaptasi

terhadap situasi yang dihadapi.

Menguasai

konsep

teoritis

bidang

pengetahuan tertentu secara umum dan


konsep teoritis bagian khusus bidang
pengetahuan terkait secara mendalam,
serta

mampu

memformulasikan

penyelesaian masalah procedural.

Mampu

mengambil

keputusan

yang

tepat berdasarkan analisis informasi dan


data dan mampu memberikan petunjuk
dalam memilih berbagai altenatif solusi
secara mandiri dan kelompok.

Bertanggung

jawab

pada

pekerjaan

sendiri dan dapt diberi tanggung jawab


atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Selain itu, dalam Kepmenkes 374 Tahun 2007 disebutkan kewenangan ahli gizi
baik itu S1 maupun Diploma 3 sebagai berikut :
Sarjana (S1)
pelaku
tata

Diploma 3 (D3)
Sebagai
pelaku
tata

asuhan/ pelayanan gizi klinik


Sebagai pelaksana pelayanan gizi

di masyarakat
Penyelia sistem penyelenggaraan

asuhan/ pelayanan gizi klinik di RS


Pengelola system penyelenggaraan

makanan
Pendidik/

makanan institusi/massal
Pendidik/
Penyuluh/

Konsultan Gizi
Sebagai pelaku pemasaran produk

Konsultan Gizi
Pelaksana Penelitian Gizi
Sebagai pelaku pemasaran produk

gizi dan kegiatan kewirausahaan


Sebagai pelaku praktik kegizian

gizi dan kegiatan kewirausahaan


Berpartisipasi
bersama
tim

kesehatan dan tim lintas sektoral


Sebagai pelaku praktik kegizian

Sebagai

asuhan/ pelayanan gizi klinik


Pengelola
pelayanan
gizi

masyarakat
Sebagai pelaku

tata

laksana/

laksana

di
/

Pelatih/

Penyuluh/

laksana/

Pelatih/

yang bekerja scr professional dan


etis

yang bekerja scr professional dan


etis
24

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
1. Intra Observer Variation adalah perbedaan pengukuran dari pengukur yang
samayang dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan inter observer variation adalah
pengukuran yang dilakukan oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda.
2. Level of objective adalah metode untuk menilai asupan gizi dan intake makanan
tergantung tujuan dari peneliti.
3. KKNI adalah kerangka perjenjangan

kualifikasi

kompetensi

yang

dapat

menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan


dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor
dimana KKNI terdiri dari 9 level, dengan Level 1 adalah level terendah dan level 9
merupakan level tertinggi.
25

4. Perbedaan antara skrining, survey, dan surveillance terletak pada pengertian,


tujuan, manfaat, prinsip, sasaran, waktu pelaksanaan, dan hasil.
5. Tujuan dan Manfaat Surveillance Gizi
Tujuan :
Umum : memberikan gambaran pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat
dan indikator khusus

lain

yang

diperlukan

secara

cepat,

akurat,

teratur,

berkelanjutan dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek


dan menengah serta perumusan kebijakan.
Khusus :
- Menyediakan informasi bagi pemerintah untuk menentukan prioritas yang
sesuai dengan tersedianya sumberdaya dalam memperbaiki status gizi
penduduk baik dalam situasi normal maupun darurat
- Menyediakan informasi indikator gizi secara berkala
- Memonitor kecenderungan penyakit
- Mendeteksi perubahan mendadak kejadian penyakit
Manfaat :
- Evaluasi pencapaian kinerja
- Arsip masalah kesehatan
- Info yang didapat dapat membantu merencanakan program gizi lebih detail
- Memberikan dasar keputusan untuk dibuat oleh lembaga terhadap kebijakan,
perencanaan,

managemen

program

terkait

peningkatan

pola

konsumsi

makanan dan status gizi


6. Parameter dan indikator antropometri yang digunakan :
Parameter : BB, TB, Usia, dan Jenis kelamin
Indikator : IMT Menurut Umur (IMT/U), TB Menurut Umur (TB/U), BB Terhadap Umur
(BB/U)
7. Proses standarisasi untuk menguji intra dan inter observer variation untuk
mendapatkan data yang presisi dan akurat, antara lain :
Langkah langkah untuk mendapatkan data standard :
Melatih personel dengan metode yang tepat dengan alat pengukuran dan skala.
Mengatur skala secara regular sebelum pengukuran.
Cek observer error.
Jika mungkin, lakukan penggiliran personel yang mengukur subjek untuk menghindari
bias individu.
Prosedur standarisasi Data TB dan BB :
a.
Menyiapkan subjek yang akan diukur, biasanya pada proses standardisasi
terdapat 10 subjek
b. Setiap observer/pengukur mengukur setiap

subjek secara independen

sebanyak dua kali, untuk menghindari adanya pengaruh pengukuran pertama


terhadap pengukuran kedua
c. Mencatat hasil pengukuran

pertama

pada

form,

kemudian

lakukan

pengukuran kedua dan dicatat pula pada form


26

d. Supervisor juga melakukan pengukuran kepada seluruh subyek sebanyak dua


kali, kemudian hasil pengukuran supervisor digunakan sebagai referensi
e. Memindahkan seluruh data ke format tabulasi
f. Mengukur akurasi dan presisi setiap subjek melalui tabel berikut:
Ana

d
(a-

d2
(a-b)2

Sign

b)
1.
2.

842

83

+5

25

s
(Observe
r)
(a + b)
1679

S
(Superviso
r)
(a + b)
1650

D
(s

D2
(s
2

S)

S)

+29

841

Sig

n
+

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Keterangan :
Kolom a = hasil pengukuran pertama
Kolom b = hasil pengukuran kedua
Kolom d = selisih pengukuran pertama dan kedua, ditulis pula hasil nilainya
positif (+) atau negatif (-)
Kolom d2 = hasil mengkuadratkan kolom d
Kolom sign = Mengisi kolom tanda yang pertama dengan tanda (+) atau (-)
sesuai nilai dari

kolom d observer. Apabila nilainya nol (0),

maka tidak perlu diisi


Kolom s = penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua observer
Kolom S = penjumlahan hasil pengukuran pertama dan kedua supervisor
Kolom D = nilai pengurangan antara nilai kolom s dan kolom S, ditulis pula
hasil nilainya positif
(+) atau negatif (-)
Kolom sign = Mengisi kolom tanda yang pertama dengan tanda (+) atau (-)
sesuai nilai dari

kolom D supervisor. Apabila nilainya nol

(0), maka tidak perlu diisi


g. Jumlahkan total nilai pada kolom D dan kolom D 2
h. Menarik kesimpulan:
Presisi : d2 observer < 2x d2supervisor
Akurat : D2observer < 3x d2supervisor
i. Dari langkah-langkah interpretasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
standarisasi pengukuran antropometri tidak hanya untuk mengecek apakah hasil
pengukuran yang dilakukan observer presisi atau akurasi, tetapi juga bermanfaat
bagi supervisor sebagai koreksi kesalahan.

27

8. Defisiensi zat gizi yang terkait dengan pertumbuhan linier untuk anak sekolah
antara lain defisiensi yodium, energi, protein, zat besi, zink, vitamin A, dan vitamin
D.
9. Metode Dietary yang sesuai dan level yang sesuai untuk kasus adalah
menggunakan level 2 karena untuk mengetahui defisiensi zat gizi. Sedangkan
metode yang dipakai adalah dengan metode 24 H recall karena untuk
mempermudah di populasi. Pengambilan data 24 H recall dilakukan kepada orang
tua (terkait porsi) dan anak (terkait apa saja yang dimakan).
10. Kewenangan S1 dan diploma 3 sesuai dengan KKNI dan Kewenangan Ahli gizi :
Diploma 3 (D3) Setara Level 5 : - Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan
tertentu secara

umum,

serta

mampu

memformulasikan penyelesaian masalah


procedural
-

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat


diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja
kelompok.

Sarjana (S1) Setara Level 6 : - Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan


tertentu secara umum

dan

khusus bidang pengetahuan terkait secara

konsep

teoritis

bagian

mendalam,

serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah


procedural
-

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapt


diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja
organisasi.

B. REKOMENDASI
Skenario ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang surveillance, level of
objective dan proses standarisasi perolehan data dari intra dan inter observer yang
bervariasi. Kedepannya mungkin bisa lebih difokuskan lagi dalam membuat scenario,
sehingga dalam satu skenario masalah yang dipecahkan bisa lebih terfokuskan, misal
hanya membahas surveillance saja atau proses assessment yang ada di komunitas.

28

DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Mukono. 2000. Surveilans Epidemiologi, Bagian Proyek Pengembangan
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Dikti (Proyek CHN-III Kompilasi Dikti).Jakarta:
Depdiknas.
Alatas, S.S. 2011. Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan
Tingkat Asupan Kalsium Harian Yayasan KAMPUNGKIDS Pejaten Jakarta Selatan .
Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Begghin, Ivan., Cap, Miriam, Dujardin, Bruno. 1998. A Guide to Nutritional Assessment.
Jenewa: WHO.
Benoist, Bruno et al. 2007. Conclusions of the Joint WHO/UNICEF/IAEA/IZiNCG Interag Ncy
Meeting on Zink Status Indicators. Food Nutrition Bulletin, 28 (3): S480-S486.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2013. NCD Surveillance in Public
Health. Atlanta, Georgia :Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Charney, Pamela, PhD, RD, dan Marian, Mary, MS, RD, CSO. 2008. Nutrition Screening
and Nutrition Assessment ADA Pocket Guide to Nutritional Assessment.
Devi M. 2012.Hubungan Penggunaan Garam Beryodium dengan Pertumbuhan Linier
Anak.Malang : Universitas Negeri Malang.
Fahmida U. 2007.Handbook Nutritional Assessment.Jakarta : Universitas Indonesia.
Gandy et al. 2014.Gizi dan Dietetika Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gibson R. 2005. Principle of Nutritional Assessment Second Edition.New York : Oxford
University Press.
Gibson RS. 1993. Nutritional Assessment : A Laboratory Manual. New York : Oxford
University Press.
Gibson,

Rosalind

S.

2005.

Principles

of

Nutritional

Assessment.

(online).

http://books.google.co.id/books?
id=lBlu7UKI3aQC&pg=PA150&lpg=PA150&dq=level+of+objective+dietary+assess
ment&source=bl&ots=RVMzPO7yrH&sig=5zeN8_2QByKxoW6gqyl5HnQbt8&hl=en&sa=X&ei=1y5oVI_9B9GiuQSd3IG4CA&ved=0CGMQ6AEwCQ#v=onepag
e&q&f=true. Diakses 16 November 2014.
Greeg, Michael B. 2008. Field Epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Haber M, Barnhart HX, Song J, Gruden J.2005. Observer Variability : A New Approach in
Evalutaing Interobserver Agreement.USA : Journal of Data Science.
Hopkins, John. 2007. Epidemiology and Surveillance.
JHU (Johns Hopkin University). 2008. Public Health Guide in Emergency 2 nd Edition.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilance Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
Kementrian

Kesehatan

RI.

2011.

Keputusan

Mentri

Kesehatan

RI

Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 : tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi


Anak. Jakarta.
Khosidah, Rohayati. 2011. Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Gede
ada Musim Haji Tahun 2010. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
29

Kusudaryati DPD. 2014. Kekurangan Asupan Gizi dan Seng Sebagai Penyebab Stunting
Pada Anak.Surakarta : STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Last JM. 2011. A Dictionary. New York : Oxford University Press.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. 2006. Comparison with The Other Data
Collection Method. (Online). http://conflict.lshtm.ac.uk/page_72.htm. diakses 16
November 2014.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi.Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Murti, Bhisma. 2011. Validitas dan Reabilitas Pengukuran. (online)fk.uns.ac.id//.
Diakses 16 November 2014.
Nutrition Landscape Information System (NLIS). 2010. Interpretation Guide. Switzerland:
WHO.
POKJA 4. 2013. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Presiden Republik Indonesia.2012. Peraturan Presiden no 8 Tahun 2012 Tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.Jakarta : Kemendiknas.
Public Health Surveillance.Principles of Epidemiology.
Schulze, Kerry et al. 2014. Micronutrient Deficiencies Are Common in 60 to 8-Year-Old
Children of Rural Nepal, with Prevalence Estimates Modestly Affected bu
Inflammation. The Journal of Nutrition, 979-987.
UNICEF. 2011. National Nutrition Surveillance Report Highlights. UNICEF.
WHO. 1983. Measuring Change in Nutritional Status. Geneva.
World Health Organization. 1976. Methodology of Nutritional Surveillance. Geneva :
World Health Organization.

30

TIM PENYUSUN

A KETUA
1 RACHMI FARICHA
(125070301111005)
B SEKRETARIS
1 DWI RATNAWATI
(125070301111008)
2 FIRDA AMALIA
(125070301111009)
C ANGGOTA
1 DWIYANTI CAESARRIA
HARTIWI
(125070301111010)
2 TIARA DIAN N.
(125070301111011)
3 FEBY DINA ARDIYANTI
(125070301111012)
4 DIESMAHARANI ASTRIMAHIRSYA
(125070301111013)
5 YUNITA ENDAH KARTIKASARI
(125070301111014)
6 SOFIE AYU MISRINA
(125070301111001)
7 HESTI RETNO BUDIARINI
(125070301111006)
8 FARIKHA ALFI F.
(125070301111007)
9 RANI ILMINAWATI
(125070301111004)
10 DESAK MADE TRISNA U.
(125070301111002)
11 YUNITA REZA R.
(125070301111003)
D FASILITATOR
Ibu Ilmina Fahmi, S.Gz. Dietisien
E PROSES DISKUSI
1 KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI

Mampu mengarahkan berjalannya diskusi

mahasiswa agar fokus pada

kompetensi dan skenario.

Mampu membantu mahasiswa dalam menggali dan memecahkan masalah


yang terdapat dalam skenario.

Mampu membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi


masalah pada skenario.

Mampu mendampingi mahasiswa dalam melakukan diskusi dengan lancar


dan mengarahkan apabila topik pembahasan mulai menyimpang.

2 KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI


Mahasiswa mampu mengawasi skrining status gizi suatu populasi atau

masyarakat
Mahasiswa mampu mengkaji status gizi populasi dan atau kelompok di

masyarakat
Mahasiswa ma mpu mengawasi, mengkoordinir dan memimpin tim untuk

pendokumentasian suatu pengkajian maupun intervensi gizi.


Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah
dalam bidang pangan, ketahanan pangan, gizi, dan pelayanan kesehatan.

31

Anda mungkin juga menyukai