Perforasi apendisitis
Divertikulitis
FAKTOR RESIKO
Penyakit hati (Sirosis hati)
Asites
Penurunan sistem imun
Pelvic inflammatory disease
Faktor resiko peritonitis sekunder :
Apendisitis
Pankreatitis
Pembedahan
Peritoneal dialisis
Trauma
KLASIFIKASI
Berdasarkan patogenesis :
Penyebabnya
bersifat
mono
mikrobial,
biasanya
E.colli,
Faktor yang berpengaruh : luas dan lama kontaminasi suatu bakteri dan
jumlah bakteri
Terjadi karena talk (magnesium silikat) atau tepung yang terdapat pada
sarung tangan dokter
Berdasarkan sumbernya :
Primer
Sekunder
Tersier
GEJALA KLINIS
Tanda tanda rangsangan peritoneum :
Nyeri subjektif : nyeri saat penderita bergerak, spt jalan, bernafas, batuk,
mengejan
Hb, Ht menurun
Leukositosis
Asidosis metabolik
Pada peritonitis TB
o Cairan peritoneal mengandung banyak protein (> 3 gr/100 ml), banyak
limfosit, basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur
o Biopsi peritoneum perkutan atau secara laparoskopi memperlihatkan
granuloma tuberkel yang khas
Sinar-X - mendeteksi udara di perut, yang menunjukkan bahwa organ mungkin robek
atau berlubang
KOMPLIKASI
Dini
Syok hipovolemik
Lanjut
Adhesi
PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrnosa
Kantung-kantung nanah (abses) terbentuk diantara
perlekatan fibrinosa, yg menempel menjadi 1 dengan
permukaan sekitarnya
Peradanga
n
Kapiler dan
membrane
mengalami
Defisit cairan
intravaskular
Hipovole
mia
Obstruksi
usus /
ileus
obstruksi
Dapat mengganggu
pulihnya pergerakan
usus
PENATALAKSANAAN
Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang dilakukan secara IV resusitasi dengan
larutan saline isotonik
Pemberian antibiotika yang sesuai
Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal
Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Analgesik untuk mengatasi nyeri
Pembedahan
Pembuangan fokus septik (apendix,dsb) / penyebab radang lainnya
Operasi laparotomi
Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal garis tengah yang menghasilkan akses
ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup
Pada
peritonitis
yang
difus,
dilakukan
lavase
peritoneum
PROGNOSIS
Peritonitis lokal dan ringan : baik
Peritonitis umum : buruk kematian
dengan
PERITONITIS TB
(Arganita Kusuma Dewi)
DEFINISI
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau
visceral yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat
penyakit
ini
juga
sering
mengenai
seluruh
peritoneum,
alat-alat
system
Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang banyak,
gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites).
perlengketan tidak banyak dijumpai.
Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-kuningan milier,
nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga
peritoneum.
Partikel yang kecil-kecil yang dijumpai tuberkel yang lebih besar sampai sebesar
kacang tanah.
Disekitar tuberkel terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti pembuluh
darah.
Eksudat dapat terbentuk cukup banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum sehingga
merubah dinding perut menjadi tegang, Cairan asites kadang-kadang bercampur darah
dan terlihat kemerahan sehingga mencurigakan kemungkinan adanya keganasan.
Omentum dapat terkena sehingga terjadi penebalan dan teraba seperti benjolan tumor
2. Bentuk adhesif
Disebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak dibentuk.
Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan. Perlengketan yang luas antara usus
dan peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor, kadang-kadang terbentuk
fistel. Hal ini disebabkan karena adanya perlengketan-perlengketan.
Kadang-kadang terbentuk fistel, hal ini disebabkan karena perlengketan dinding usus
dan peritoneum parietal kemudian timbul proses necrosis.
Bentuk ini sering menimbulkan keadaan ileus obstruksi . Tuberkel-tuberkel biasanya
lebih besar.
3. Bentuk campuran
Bentuk ini kadang-kaadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi melalui
proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk cairan dalam
kantong-kantong perlengketan tersebut.
Beberapa penulis menganggap bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat
tingkat penyakit, dimana pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan kemudian bentuk
adhesif.
PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan darah tepi sering dijumpai :
anemia penyakit kronis,
leukositosis ringan ataupun leukopenia
Trombositosis
gangguan faal hati
sering dijumpai laju endap darah (LED) yang meningkat,
pemeriksaan tes tuberculin
Pada pemeriksaan analisa cairan asites umumnya memperlihatkan exudat dengan
protein > 3 gr/dl jumlah sel diatas 100-3000sel/ml.
Cairan asites yang perulen dapat ditemukan begitu juga cairan asites yang bercampur
darah (serosanguinous).
Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) didapati hasilnya kurang dari 5 % yang positif
dan dengan kultur cairan ditemukan kurang dari 20% hasilnya positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rontgen :
Pemeriksaan sinar tembus pada system pencernaan mungkin dapat membantu jika
didapat kelainan usus kecil atau usus besar
Ultrasonografi :
adanya cairan dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk
kantong-kantong)
gambaran sonografi tuberculosis yang sering dijumpai antara lain cairan yang bebas
atau terlokalisasi dalam rongga abdomen, abses dalam rongga abdomen, masa
didaerah ileosaecal dan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal, adanya penebalan
mesenterium, perlengketan lumen usus dan penebalan omentum, mungkin bisa dilihat
dan harus diperiksa dengan seksama
CT Scan :
Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui suatu gambaran
yang khas
Adanya peritoneum yang licin dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yang
jelas menunjukkan suatu peritoneum tuberculosis sedangkan adanya nodul yang
tertanam dan penebalan peritoneum yang teratur menunjukkan suatu perintoneal
karsinoma
Peritonoskopi (Laparoskopi)
Peritonoskopi / laparoskopi merupakan cara yang relatif aman, mudah dan terbaik
untuk mendiagnosa tuberculosis peritoneal terutama bila ada cairan asites dan sangat
berguna untuk mendapat diagnosa pasien-pasien muda dengan simptom sakit perut
yang tak jelas penyebabnya (27,28) dan cara ini dapat mendiagnosa tuberculosis
peritoneal 85% sampai 95%
Gambaran yang dapat dilihat pada tuberculosis peritoneal :
1. Tuberkel kecil ataupun besar dengan ukuran yang bervariasi yang dijumpai tersebar
luas pada dinding peritoneum dan usus dan dapat pula dijumpai permukaan hati atau
alat lain tuberkel dapat bergabung dan merupakan sebagai nodul.
2. Perlengketan yang dapat berpariasi dari ahanya sederhana sampai hebat(luas) diantara
alat-alat didalam rongga peritoneum. Sering keadaan ini merubah letak anatomi yang
normal. Permukaan hati dapat melengket pada dinding peritoneum dan sulit untuk
dikenali. Perlengketan diantara usus mesenterium dan peritoneum dapat sangat
ekstensif.
3. Peritoneum sering mengalami perubahan dengan permukaan yang sangat kasar yang
kadang-kadang berubah gambarannya menyerupai nodul.
4. Cairan esites sering dujumpai berwarna kuning jernih, kadang-kadang cairan tidak
jernih lagi tetapi menjadi keruh, cairan yang hemoragis juga dapat dijumpai.
Laparatomi
Dahulu laparotomi eksplorasi merupakan tindakan diagnosa yangs sering dilakukan,
namun saat ini banyak penulis menganggap pembedahan hanya dilakukan jika dengan
cara yang lebih sederhana tidak meberikan kepastian diagnosa atau jika dijumpai
indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus, perforasi, adanya cairan asites yang
bernanah
DIAGNOSA
Diagnosa secara pasti dari TBC intra abdominal ditegakkan dengan :
A. secara histopatologis
bukan
tbc
Untuk
mendiganosa
secara
histopatologis
terbuka,
ini
laparoskopi,
PENGOBATAN
Pada dasarnya pengobatan sama dengan pengobatan tuberculosis paru, obat-obat
seperti : streptomisin,INH,Etambutol,Ripamficin dan pirazinamid memberikan hasil
yang baik, dan perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan pengobatan dan lamanya
pengobatan biasanya mencapai sembilan bulan sampai 18 bulan atau lebih
PROGNOSIS
Peritonitis tuberkulosa jika dapat segera ditegakkan dan mendapat pengobatan
umumnya akan menyembuh dengan pengobatan yang adekuat
Referensi :
1. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
2. http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis
3. Zain LH. Tuberkulosis peritoneal. Dalam : Noer S ed. Buku ajar ilmu penyakit dalam
Jakarta Balai penerbit FKUI, 1996: 403-6
4. Sulaiman A. Peritonitis tuberkulosa. Dalam : Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani A
Buku ajar gartroenterologi hepatologi Jakarta : Infomedika 1990: 456-61
5. Ahmad M. Tuberkulosis peritonitis : fatality associated with delayed diagnosis.South
Med J 1999:92:406-408.