Anda di halaman 1dari 7

LEMBARAN KERJA MAHASISWA

MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI


PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UIVERSITAS ANDALAS
Dosen : Syofyan, S.S.i, M.Farm, Apt
Pokok Bahasan: R & D
IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGAS
Nama
Novica Sari
No Urut Absen
27
Kelompok
2
Pertemuan ke
2
Hari/Tanggal
Selasa, 18 November 2014
A

KASUS

Berikut ini diberikan data zat aktif B sebagai berikut:


Struktur kimia:

BM: 822.94 g/mol


Pemeriaan: Berupa serbuk kristal, merah-coklat
pKa 1,7 dan 7,9.
Koefisien partisi (oktanol/air): log P = 4,2
Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam kloroform, larut
dalam etil asetat dan dalam metanol.
BCS Class II API
Bentuk kristal dan kelarutan
Crystalline

Solubility

Form/Hydrate
Amorph I
Amorph II
Form II
Monohydrate
Dihydrate

(mg/mL)
0,9
0,2
1,5
0,9
1

Stabilitas:
Stabil dalam keadaan padat, disimpan dalam wadah tersegel pada suhu
kamar dan terlindung dari kelembaban, cahaya, dan oxygen. Dalam larutan,
terurai cepat dalam asam, namun dekomposisi dalam kondisi netral relatif
lambat.
Rancanglah bentuk sediaan obat yang tepat (formula) untuk zat aktif B
tersebut berdasarkan data di atas dan jelaskan pembuatan dan evaluasi
terhadap formula tersebut!
B

KEY WORDS/TERMINOLOGI FARMASI

Struktur kimia adalah struktur atau bentuk molekul yang menyatakan


jenis dari suatu zat atau senyawa dari unsur tersebut.

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion


penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar
secara tiga dimensi.

pKa adalah parameter fisikokimia yang terkait pada Konstanta


Disosiasi sebagai ukuran kekuatan asam atau basa.

Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat


kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air. Bila
molekul semakin larut lemak, maka keefisien partisinya semakin
besar dan difusi trans membran menjadi lebih mudah.

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
terlarut/ terdispersi molekuler dalampelarut yang sesuai.

Kelarutan adalah satu bagian bobot zat padat atau satu bagian
volume zat cair dalam bagian volume tertentu, kecuali dinyatakan
lain.

BCS (Biopharmaceutical Classification System) atau sistem klasiifikasi


biofarmasetika adalah suatu eksperimental yang mengukur
permeablitas dan kelarutan suatu zat dalam kondisi tertentu.
o Kelas I: permeabilitas tinggi, kelarutan tinggi
o Kelas II: permeabilitas tinggi, kelarutan rendah
o Kelas III: permeabilitas rendah, kelarutan tinggi
o Kelas IV: permeabilitas rendah, kelarutan rendah

Stabilitas adalah kemampuan suatu produk obat untuk bertahan


dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,


kualitas, dan kemuurnian produk tersebut.

Dekomposisi adalah salah satu perubahan secara kimia yang


membuat obat dapat mengalami kerusakan susunan atau struktur.

Formula adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya yang


telah direncanakan.

Formulasi adalah proses pencampuran satu atau lebih bahan obat


atau bahan tambahan.

Rifampisin adalah anibiotik semisintetik yang mempunyai efek


bakterisid terhadap mikobakteri dan organisme gram positif. Pada
dosis tinggi juga efektif terhadap organisme gram negatif. Mekanisme
kerja rifampisin yaitu dengan menghambat sintesa RNA dari
mikrobakterium.

RUMUSAN KASUS

Pokok permasalahan dari kasus diatas adalah bagaiman merancang bentuk


sediaan obat yang tepat dari data zat aktif (Rifampisin) diatas, bagaiman
cara pembuatan dan evaluasi formula tersebut.
langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:
a. Studi preformulasi.
Preformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan
sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif
dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu
bentuk sediaan farmasi.
Nama zat
: Rifampisin
Struktur kimia
:

Rumus molekul : C43 H58 N4 O12


BM
: 822.94 g/mol
Pemerian
: Berupa serbuk kristal, merah-coklat
Khasiat
: tuberkulosis, lepra
Sifat fisiko kimia :
o pKa
: 1,7 dan 7,9.
o Koefisien partisi (oktanol/air): log P = 4,2
o Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etil asetat dan dalam
metanol.

o Stabilitas
wadah

: Stabil dalam keadaan padat, disimpan dalam


tersegel pada suhu kamar dan terlindung dari
kelembaban, cahaya, dan oxygen. Dalam larutan,
terurai cepat dalam asam, namun dekomposisi
dalam kondisi netral relatif lambat.

Farmakokinetik:
Rifampisin segera diabsorpsi dengan baik, tetapi keberadaan
makanan akan mempengaruhi penyerapan. Pemberian
rifampisin peroral menghasilkan kadar puncak dalam plasma
setelah 1-4 jam, setelah diserap di sal. cerna obat cepat
dieksresikan ke empedu. Kira-kira 75-80% rifampisin dalam
darah terikat pada protein plasma. Sekitar 30% dari dosis 900
mg yang diberikan yang diberikan di melalui urin dalam waktu
24 jam. Waktu paroh eliminasi antara 1,5-5 jam.
Farmakodinamik:
o Dosis dan indikasi:
Tuberkulosa : sebagai dosis tunggal (Rimactane, MIMS vol 12
tahun 2009).Dewasa : 50 kg 600 mg 1x/hr, 50 kg 450 mg
1x/hr. Anak-anak : 10-20 mg/kg BB 1x/hr.Maksimal : 600
mg/hari. Harus diberikan dalam kombinasi dengan obat-obat
anti tuberkulosa lainnya.
Lepra : 600 mg 1x/bln diberikan bersama dengan antilepra yang
lain. Anak 10 mg/kg BB 1x/hr. terpai diberikan 1x/bln selama 2
tahun (multibasiler & 6 bulan (pausibasiler).Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini. Penderita
jaundice, porfiria.
o Efek samping
:
Gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati. Pernah
dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi kepekaan kulit.
Trombositopenia, leukopenia. Dapat terjadi abdominal distress
(ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya
kolitis pseudo membrane Juga pernah dijumpai keluhan-keluhan
seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.
o Interaksi:
Rifampicin menurunkan respons antikoagulansia, antidiabetik,
kinidin, preparat digitalis, kortikosteroid, siklosporin, fenitoin,
analgesik. Penggunaan bersama PAS akan menghambat
absorbsi, sehingga harus ada selang waktu 8 -12 jam.
Rifampicin mengganggu efektivitas absorbsi tolbutamid,
ketoconazole.

b. Menentukan bentuk sediaan


Karena rifampisin stabil dalam bentuk padat, maka sediaan yang akan
dibuat yaitu dalam bentuk tablet. Jenis tablet yang dibuat yaitu tablet
salut selaput. Pemilihan jenis tablet ini untuk mengurangi rasa pahit
rifampisin dan untuk melindungi dari cahaya.
c. Rancangan formula
Formula yang direncanakan:
R/ Rifampisin
450 mg

Zat aktif

Amprotab
15 %
Avicel PH 101
20%
Mg Stearat
0,25 %
Starch pragelatinasi
ad

penghancur
pengikat
Antiadheren
100 Pengisi

Formula larutan penyalut


R/ opadry
10 g
Air
ad
100 mL
Zat warna
qs
d. Pencetakan tablet
Cara pembuatan Tablet Rifampisin
- Bahan aktif (Rifampisin) dan bahan tambahan (amprotab, avicel PH
101, Mg stearat, dan starch pragelatinasi) ditimbang sesuai dengan
perhitungan bahan.
- Rifampisin + starch pragelatinasi digerus + avicel PH 101 digerus +
amprotab digerus + Mg stearat digerus ad halus dan homogen.
- Lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet
yang besar (slugging).
- Kemudian diayak dengan ayakan no 16 hingga diperoleh granul
dengan ukuran partikel yang diinginkan.
- Dilakukan evaluasi granul (Waktu alir, Sudut diam, pengetapan).
- Dilakukan pencetakan tablet.
- Dilakukan evaluasi fisik tablet.

Cara pembuatan larutan penyalut


10 g opadry dilarutkan dalam 10 mL aquadest. Lalu ditambahkan
alkohol hingga 100 ml. Kemudian ditambahkan zat warna secukupnya
dan dicampur hingga homogen.

Penyalutan tablet
Sebelum dilakukan penyalutan bobot satu tablet ditimbang dan
keseluruhan tablet pun ditimbang. Lalu tablet dimasukkan dalam
panci penyalut. Kemudian larutan penyalut disemprotkan ke dalam
panci dengan spray gun. Setelah itu dilakukan pengeringan
menggunakan blower setelah dilakukan penyemprotan.

e. Evaluasi sediaan tablet


Evaluasi Tablet
Uji keseragaman Bobot untuk menjamin keseragaman bobot tiap
tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam
diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama,
sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama.
Uji kekerasan untuk melihat tahanan tablet terhadap benturan
mekanik seperti pada saat pengemasan, pengeakan dan distribusi.
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die
dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan,
maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet
berkurang.

Uji keregasan atau uji kerapuhan untuk mengukur keregasannya.


Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi
hancur.
Uji waktu Hancur Untuk mengetahui berapa lama tablet mulai
hancur di dalam saluran cerna.
Uji penetapan kadar zat berkhasiat untuk mengetahui apakah
tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar
obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak
memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi.
Uji keseragaman Ukuran Untuk mendapatkan tablet dengan
ukuran dan diameter yang seragam.
Uji disolusi menunjukan jumlah bahan obat yang terlarut dalam
waktu tertentu.

Evaluasi tablet salut


Keseragaman bobot
Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman
bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya
seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang
sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama.
Waktu hancur
Untuk mengetahui berapa lama tablet mulai hancur di dalam
saluran cerna.
PETA KONSEP/MIN MAP

mresRp
nviue
cnadan
uaumpc
naapet
bgsiok
nasms
unei
fsdnat
draib
maae
un
a

a t

e
i
lt
e kr
a nf
r
i ke
t
kl
o a e si
il
nt
l

Tablet salut
selaput

Rifampisin
Amprotab
Avicel PH 101
Mg Stearat
Starch
pragelatinasi

Evaluasi tablet
Evaluasi tablet
salut

larutan penyalut:
opadry
Air
Zat warna

RESUME/LO

Berdasarkan peta konsep di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan


pembelajaran yang diperoleh dari narasi/topik ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui langkah-langkah dari proses pembuatan obat


Menjelaskan pengertian dari pre formulasi
Mampu menjelaskan langkah-langkah preformulasi sediaan
Menjelaskan formulasi suatu sediaan tablet
Menjelaskan evaluasi dari sediaan tablet salut selaput.

Anda mungkin juga menyukai