OLEH:
NI LUH MILA DWIANA
(0902105050)
thickness.
Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.
Luka tampak merah sampai pink.
Terbentuk blister
Edema
Nyeri
Sensitif terhadap udara dingin
menyebabkan proses inflamasi dan infeksi, problem penutupan luka dengan titik
perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju, epitel luas, dan atau pada struktur
atau organ organ fungsional, keadaan hipermetabolisme. Masalah utama pada fase
ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ
Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau
perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula
dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
3) Fase lanjut.
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas,
serta kontraktur struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung
lama.
b. Berdasarkan berat ringannya luka bakar maka dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun.
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
Adanya cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
Luka bakar listrik tegangan tinggi.
Disertai trauma lainnya.
Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %.
Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
2) Derajat II
Partial thickness burn (luka bakar parsial) adalah luka bakar yang mengenai sebagian
dari ketebalan kulit. Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis
namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
jaringan kolagen, dan folikel rambut. Dengan adanya jaringan yang masih sehat, luka
dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula
yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas
dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan,
sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
3) Derajat III
Full thickness burn adalah luka bakar yang mengenai seluruh ketebalan kulit. Struktur
di bawah kulit pun sering kali mengalami kerusakan. Kerusakan meliputi seluruh
lapisan kulit, dari subkutis hingga organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada
keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel
spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan
cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada
dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
4) Derajat IV
Luka bakar ini telah mencapai jaringan otot ataupun tulang, kerusakan yang
ditimbulkan hingga menimbulkan arang pada anggota yang terbakar.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, kemungkinan morbiditas, dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks.
1)
2)
3)
4)
5)
: 9%
: 18%
: 36%
: 36%
: 1%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 1015-20 untuk anak.
Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%,
derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin,
persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan
nafas, luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.
5. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energy dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Dalamnya luka bakar tergantung
pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu
jaringan lunak, pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak, dan permeabilitas
vaskuler meningkat. Terjadi kehilangan cairan dan viskositas plasma akan meningkat dengan
resultan pembentukan mikrotrombus. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi
(perubahan molekul misalnya cair menjadi gas) sehingga terjadi kekurangan cairan. Hal
tersebut mengarah
tergantung dari banyaknya cairan yang hilang dan respon tubuh terhadap resusitasi.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan cairan di intravaskuler berpindah menuju
intertisiil sehingga menimbulkan edema dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Pada
saat yang sama juga terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik
dalam kapiler. Kehilangan cairan juga diakibatkan oleh penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke dalam bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran
cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari
peningkatan
sejumlah
energi,
peningkatan
katekolamin,
peningkatan
temperatur,
yang
kemudian
mengakibatkan
penipisan
cadangan
glukosa
dan
bakar. Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke
dalam luka. Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka
mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat
dan gangguan citra tubuh. Oleh karena itu, prognosis luka bakar ditentukan oleh dalam, luas,
dan letak luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap (CBC)
b. Nilai analisis gas darah arteri : asidosis metabolic (pH turun, tekanan parsial karbon
dioksida [Pco2] naik, dan tekanan parsial oksigen [PO2] menurun.)
c. Kadar elektrolit serum : menurun karena menghilang ke daerah trauma dan ruang
d.
interstisial.
Kadar glukosa serum : meningkat karena glikoneogenesis atau pemecahan glikogen
e.
f.
akibat stress.
Nitrogen urea darah (BUN) : meningkat karena kerusakan jaringan dan oliguria.
Kadar protein serum : menurun disebabkan oleh pemecahan protein karena kebutuhan
g.
h.
i.
kedalamannya.
Histology: pada pemeriksaan histology jaringan yang mati memperlihatkan nekrosis
koagulasi. Jaringan hidup di dekatnya cepat mengalami peradangan disertai akumulasi sel
radang dan eksudasi hebat.
7. Penatalaksanaan
Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakar
dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai
dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab luka bakar dan atau
menghilangkan sumber panas.
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin sebagai analgesik untuk luka
yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
vasokonstriksi sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata,
siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit
baru disiram air yang mengalir.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk
penanganan infeksi dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak
boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru
lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan.
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan
lainnya. Pembalutan luka yang dilakukan setelah pendinginan bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena diberikan bila luas luka
bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui oral. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan
baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak
dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke
jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan
(edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan
maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan
kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Menurut Grace dan Borley (2006) penatalaksanaan penting untuk luka bakar dibagi
menjadi tiga penangananan:
a. Penanganan luka bakar umum
Rumus Konsesus
Lartutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x kg berat
badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Rumus Evans
1. Koloid
2. Elektrolit (RL)
Rumus Parkland/Baxter
Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya
Hari 2 : Bervariasi. Ditambahkan koloid
perliter
yang
diberikan
pada
kecepatan
yang
cukup
untuk
8. Komplikasi
Syok hipovolemik
Hypermetabolisme
Infeksi
Ilius paralitik
9. Prognosis
Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun dan pada dewasa dengan usia
kurang dari 40 tahun. Prognosis pasien luka bakar juga dipengaruhi oleh dalam dan luasnya
luka bakar, serta ada tidaknya cedera inhalasi yang menyertai.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Tgl/ Jam
No. RM
: 0181234
Triage
: P1/ P2/ P3
Transportasi
Identitas
Nama
: Tn. K
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 44 tahun
Alamat
: Panjer
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Sumber Informasi
Pekerjaan
AIRWAY
Keluhan Utama
Tidak Paten
Obstruksi : Lidah
Cairan
Muntahan Darah
Suara Nafas :
: Pasien
Oedema
Snoring
Gurgling
crowing
Tidak ada
BREATHING
Nafas
: Spontan
Tidak Spontan
Asimetris
Dangkal Normal
Tidak Ada
Tidak Ada
Ronchi
Tidak Ada
Pernafasan Perut
RR : 28 x/mnt
Keluhan Lain:
Lain
Masalah Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Nafas
Nadi
: Teraba
Tidak teraba
N: 120 x/mnt
CIRCULATION
: Ya
Tidak
Sianosis
: Ya
Tidak
CRT
Akral
: Hangat
Dingin
S: 36 oC
: Elastis
Diaphoresis: Ya
Tidak ada
Lambat
Tidak
DISABILITY
: Eye: 4
Verbal: 5
Motorik: 6
Pupil
: Isokor
Unisokor
Pinpoint
Tidak Ada
555
555
555
555
Keluhan Lain :
Masalah Keperawatan: EXPOSURE
Medriasis
Deformitas : Ya
Tidak
Contusio
: Ya
Tidak
Abrasi
: Ya
Tidak
Penetrasi
: Ya
Tidak
Laserasi
: Ya
Tidak
Edema
: Ya
Tidak
Luka Bakar : Ya
Tidak
Grade : II (36%)
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka
: ... ...
Sinus Takikardi
Saturasi O2 : 95%
Kateter Urine : Ada
Tidak
Tidak
Pemeriksaan Laboratorium :
a) Hitung
darah
lengkap
peningkatan
Ht
awal
menunjukkan
FIVE INTERVENSI
Problem
: Luka bakar
selangkangan
Skala
: 7 (0-10)
Timing
: Terus-menerus
Lain-lain
: ... ...
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
(H 10 SAMPLE
Keluhan Utama
: Aselerasi
Allergi
:-
Medication/ Pengobatan
:-
:-
Leher
:-
Dada
:-
Ekstremitas
bakar
Masalah Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh , Hambatan Mobilitas
Fisik
2.
Analisa Data
NO
1
DS :
DATA
ETIOLOGI
Luka bakar
napas
Mengenai dada bagian
anterior
MASALAH
Ketidakefektifan
pola
Pernapasan dangkal
RR : 28x/mnt
DS :
- Klien
mengatakan
Risiko
ketidakseimbangan
Kerusakan kapiler
volume cairan
DO :
- Terdapat luka bakar pada
dada, perut, paha, dan
Permeabilitas kapiler
meningkat
selangkangan
Kehilangan cairan plasma,
protein, elektrolit ke dalam
spasium interstitial
Hemokonsentrasi,
hipovolemia, hipokalemia
Risiko ketidakseimbangan
3
volume cairan
Luka bakar
DS :
- Klien
mengatakan
Kerusakan
kulit
selangkangan
- Terdapat blister berisi
cairan bening
Kerusakan integritas kulit
integritas
DS :
Luka bakar
Nyeri akut
3.
1)
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dada ditandai dengan
irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR :
2)
3)
28x/mnt
Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan luka bakar
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai
4)
5)
8)
tidak adekuat
9)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (hipoproteinemia) ditandai dengan kurang minat pada makanan, berat badan
menurun 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, membrane mukosa pucat
Diagnosa Prioritas:
1)
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dada ditandai dengan
irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR :
2)
3)
28x/mnt
Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan luka bakar
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai
4.
No
1
Intervensi
Diagnosa
Ketidakefektifan
napas
Tujuan (Outcome)
Intervensi Keperawatan
pola Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label >> Airway Management
berhubungan x jam, diharapkan pola napas pasien 1. Auskultasi suara napas, catat hasil penurunan
adventif
2. Monitor pernapasan dan status oksigen yang
sesuai
Tidak tampak penggunaan otot bantu 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
bantu pernapasan, RR :
napas
potensial ventilasi
Menunjukkan
jalan
nafas
yang
paten
(klien
28x/mnt
NIC Label >> Respiratory Monitoring
tidak merasa tercekik, irama nafas reguler,
1. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan
frekuensi pernafasan dalam rentang
usaha pasien saat bernapas
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
2. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak,
NOC Label >> Vital Signs
menggunakan otot bantu pernapasan atau tidak
3.
Monitor pola napas: bradypnea, tachypnea,
Frekuensi napas normal (16 20 x/ menit)
dispnea, penggunaan otot
NOC
Label
>>
Respiratory
Risiko
Setelah
diberikan
Ventilation
status
asuhan
ketidakseimbangan
volume
berhubungan
luka bakar
selama
...
jam
diharapkan
Monitor
serum
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium yang
Tekanan
darah
dalam
batas
normal
keabnormalitas
mengindikasikan
tingkat
adanya
elektrolit
perubahan
integritas
berhubungan
hasil :
kulit,
Intention
tepat.
Lakukan wound dressing sesuai tipe luka.
Pertahankan teknik steril selama melakukan
Kerusakan
kulit
gangguan
permukaan kulit
pada
meningkat.
Eritema kulit sekitarnya berkurang
Tidak ada blister pada daerah luka bakar
NOC Label >> Tissue Integrity : Skin & NIC Label >> Skin Care : Topical Treatments
Beri antibiotic topikal pada area yang terkena
Mucous Membranes
Beri antiinflamasi topical pada area yang
Suhu kulit normal
terkena
Jaringan parut tidak ada
Memeriksa kulit setiap hari untuk yang
Integritas kulit normal
Lesi kulit tidak ada
berisiko mengalami kerusakan
Catat derajat kerusakan kulit
Eritema tidak ada
NIC Label >> Skin surveillance
drainase
Pantau warna dan suhu kulit
Catat perubahan kondisi kulit dan membrane
mukosa
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label >> Pain Management
dengan agen cedera fisik ..x
ditandai
dengan
jam
diharapkan
nyeri
klien
C- 37,5 C (skala 5)
Respiratory rate dalam batas normal 16-
20 x/menit (skala 5)
Denyut nadi radial dalam batas normal
Lakukan
pengkajian
komprehensif
nyeri
RR : 28x/mnt
ringan (skala 4)
Klien tidak mengerang atau menangis
mengenai nyeri
Tanyakan pada klien kapan nyeri menjadi
lebih buruk dan apa yang dilakukan untuk
menguranginya
Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
Ajari pasien untuk menggunakan medikasi
nyeri yang adekuat
medikasi
Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi
Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan
pencegahan ( skala 4)
Sering menggunakan pengobatan non
(skala 4)
Kadang-kadang menggunakan analgesic
Evaluasi
Ketidakefektifan
pola
berhubungan.
Risiko
volume
berhubungan
Tekanan darah dalam batas normal (sistolic 100-130 dan diastolic 70-90)
HR dalam batas normal (60-100 x/menit)
Kerusakan
berhubungan
ekstrem
(air
integritas
kulit
dengan
suhu
panas)
ditandai
bakar,
skala
nyeri
Suhu tubuh klien dalam batas normal 36,5 0C- 37,5 0C (skala 5)
Respiratory rate dalam batas normal 16-20 x/menit (skala 5)
Denyut nadi radial dalam batas normal 60-100 x/menit (skala 5)
4)
Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan (skala 3)