Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN MATA

Skema pemeriksaan dasar mata :


Visus

Normal
(1.0, 6/6, 5/5)
Status oftalmologis

Menurun
Tes lubang jarum
(Pin hole)

Diagnosa :
T.a.k.
Emetrop

. Blefaritis/Hordeolum Visus ber(+) :


. Konjungtivitis
. Skleritis
Kelainan Refraksi
. Perdarahan sub
. Miopia
konjungtiva
. Hipermetropia
. Astigmat
. Presbiopia

Visus tetap
Non Refraksi
. Kornea
. Glaukoma
. Hifema
. Iritis/Uveitis
. Lensa(katarak)
. Vitreus
. Retina
. N. Optikus
.Xeroftalmia

Ada beberapa pemeriksaan mata yang dilakukan, antara lain:


a. Fluoresin Test
Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang
biru akan memberikan gelombang hijau. Bahan larutan ini dipakai untuk melihat
terdapatnya defek epitel kornea, fistel kornea, atau yang disuntikkan intravena untuk
dibuat foto pembuluh darah retina (Ilyas, 2009). Cara pemeriksaan ini adalah dengan
meletakkan fluoresin strip pada fornix atau fluoresin 2% tetes mata. Apabila terdapat
warna hijau pada kornea fluoresin test (+), yang artinya terdapat defek pada epitel
kornea, dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat (Hendrawati, 2008).
b. Uji Papan Placido
Papan placido (keratoskop placido) merupakan papan yang mempunyai gambaran
garis hitam melingkar konsentris dengan lobang kecil pada bagian sentralnya. Bila
pada kornea pasien yang membelakangi sumber sinar atau jendela, diproyeksikan
sinar gambaran lingkaran placido yang berasal dari papan lempeng placido, maka
akan terlihat keadaan permukaan kornea (Ilyas, 2009). Interpretasi hasil pemeriksaan
ini adalah sbb:
Normalnya akan terlihat gambaran garis plasido yang melingkar konsentris,
permukaan kornea licin dan regular.

Jika terlihat garis yang melingkar lonjong/oval menunjukkan adanya astigmat


kornea.
Garis lingkaran yang tidak beraturan menunjukkan adanya astigmat irregular
akibat adanya infiltrat atau sikatrik kornea.
Garis lingkaran yang kurang jelas mengindikasikan adanya edema kornea
(Hendrawati, 2008).
c. Pemeriksaan Biomicroscop Slitlamp
Pemeriksaan Biomikroskop (Slitlamp) penting untuk mengetahui segmen anterior dan
posterior mata secara detail. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi berbagai kondisi
abnormal mata, seperti degenerasi macula, retinopati diabetic, ulkus retina, dan katarak.
Biomicroscop Slitlamp merupakan satu bagian dari diafragma yang terdiri dari celah,
dimaksudkan agar sinar datang dari sumber cahaya yang kuat dapat diproyeksikan ke dalam
mata. Ini memberikan penerangan kuat sehingga penelitian mikroskopik dapat dibuat dari
konjungtiva, kornea, iris, lensa, dan badan kaca (Dorland, 2006). Pemeriksaan ini akan lebih
sempurna bila dilakukan di dalam ruangan yang digelapkan.

Seperti pemeriksaan yang lain, pemeriksaan mata pun dimulai dari :


1. Keluhan utama .
2. Anamnesa

Riwayat perjalanan penyakit a.l. keluhan utama,sejak kapan,

bagaimana, dimana dan riwayat pengobatan sebelumnya


3. Pemeriksaan Umum Mata :
Keadaan umum dan pemeriksaan dasar mata
Pemeriksaan dasar :
Alat pemeriksaan : Snellen Chart,E Chart
Lampu senter
Loupe (Magnifier loupe atau Loupe Monokuler)
Funduskopi direk (Diagnostik set)
Pemeriksaan Visus :
Membandingkan ketajaman penglihatan penderita (yg diperiksa) dgn ketajaman penglihatan
orang normal, cara pemeriksaan sebagai berikut :

Penderita duduk 5 m atau 6 m atau 20 feet didepan E Chart/Snellen Chart yg


diletakkan sejajar mata dan mendapat penerangan yg cukupl
Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata
menutup mata jangan ditekan.

(mata kanan kemudian kiri),

Orang normal 6/6 atau 5/5


Bila tidak bisa melihat Chart :
Hitung jari, Lambaian tangan atau Cahaya

PENULISAN VISUS
Tajam penglihatan/Visus dinyatakan dgn angka :

Jarak penderita dgn Snellen/E Chart


------------------------------------------Jarak huruf tersebut seharusnya dpt dibaca
Contoh : Visus 6/30 berarti
Pada jarak 6 m penderita dapat membaca huruf-huruf seharusnya dapat dibaca pada jarak
30 m
Bila tidak dapatmembaca/melihat huruf terbesar Snellen/E Chart, penderita diminta
menghitung jari mulai jarak 6 m atau 5 m , Visus di tulis sbb:
6/60, dst4/60 3/60 , 2/60, 1/60
Bila tidak dapat menghitung jari, pemeriksa menggerakan telapak tangannya dan
penderita menyebutkan arah gerakan, bila menjawab dgn benar maka Visus : 1/300
Bila tidak dapat melihat gerakan telapak tanagn, sinari dengan senter pada jarak 1 m,
bila dapat melihat maka

Visus : 1 /

Tajam penglihatan/Visus Normal adalah

Visus

3/60

6/6 atau 5/5

= buta ( WHO )

3/60 - 6/60,5/60

buruk

6/60,5/60 - 6/18,5/15

sedang

6/18,5/15 - 6/6 ,5/5

= baik

Setelah dilakukan pemeriksaan visus kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaaan bagianbagian mata yang dilakukan mulai dari :
-

Palpebra superior dan inferior.

Konjungtiva tarsalis superior dan inferior

Konjungtiva bulbi.

Sklera.

Kornea

Bilik mata depan

Pupil/iris

Lensa

Funduskopi

Palpasi :

Untuk memeriksa tekanan bola mata, bila mungkin dapatr dilanjutkan

dengan pemeriksaan dengan tonometer Schiotz


Posisi primer bola mata

: yaitu posisi bola mata pada pemeriksaan dimana pada

orang normal disebut ortoforia, sedang bila terdapat kelainan dapat terjadi exotropia
(juling ke arah luar/lateral),esotropia (juling kearah dalam/medial), hipertropia ( letak
lebih kearah superior /atas) atau hipotropia. (letak lebih ke arah bawah/inferior)
Pergerakan bola mata : versi dan duksi .
Tata kerja :
I.

Visus
1. Suruh o.p duduk menghadap ototip Snellen pada jarak 6,1 m (20 Ft).
2. Pasang bingkai kaca mata khusus pada o.p dan tutup mata kirinya dengan
penutup hitam khusus yang tersedia dalam kotak lensa.
3. Periksa visus mata kana o.p dengan menyuruhnya membaca huruf yang
saudara tunjuk. Mulai dari baris huruf yang terbesar sampai baris huruf yang
terkecil yang seluruhnya masih dapat dibaca o.p dengan lancar tanpa
kesalahan.
4. Catat visus mata kanan o.p.
5. Ulangi pemeriksaan ini pada :
a) Mata kiri
b) Kedua mata bersama sama
6. Catat hasil pemeriksaan saudara!

II.

Refraksi

Dari pemeriksaan visus diatas telah diketahui visus tanpa menggunakan lensa.
Pada pemeriksaan di bawah ini akan diperiksa daya bias susunan optik mata
(refraksi mata) :
A. Jika visus o.p tersebut diatas tanpa lensa = 6/6 maka mata itu tidak
mungkin M (miop). Mata tersebut mungkin E (emetrop) atau H
(hipermetrop).
Untuk membedakan kedua hal di atas dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pasang bingkai kaca mata khusus pada o.p dan tutup mata kirinya
dengan penutup hitam khusus.
2. Pasang di depan mata kanannya lensa sferis +0,25 dan periksa visus
matanya lagi.
3. Jika mata kanan o.p E pemeriksaan dihentikan.
4. Jika mata o.p H teruskan pemasangan lensa lensa dengan setiap kali
memberikan lensa positif yang 0,25 D lebih kuat.
Lensa positif yang terkuat , yang memberikan visus maksimal
merupakan ukuran bagi derajat H yang dinyatakan dalam dioptri.
5. Catat derajat H o.p dalam dioptri!
B. Jika visus mata kanan o.p tapa lensa lebih kecil dari 6/6 maka mata itu
biasanya M. Untuk menetapkan derajat M dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Pasang bingkai kaca mata khusus pada o.p dan tutup mata kirinya
dengan penutup hitam khusus.
2. Pasang di depan mata kanannya lensa sferis negatif, mulai dari 0,25
D dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0,25 D lebih kuat.
Periksa visus matanya lagi setiap kali setelah perubahan kekuatan
lensa. Lensa negatif yang terlemah, yang memberikan visus maksimal
merupakan ukuran bagi derajat M yang dinyatakan dalam dioptri.
3. Catat derajat M o.p dalam dioptri!
C. Jika pada pemberian lensa sferis visus tidak mencapai 6/6 maka harus
diingat adanya astismatisme. Cara memperbaiki astigmatisme dilakukan
dengan lensa silindris sebagai berikut:
1. Pasang bingkai kaca mata khusus pada o.p dan tutup mata kirinya
dengan penutup hitam khusus.
2. Pasang di depan mata kanannya lensa sferis sehingga visus o.p tersebut
maksimal.
3. Suruh o.p melihat gambar kipas.
Bila warna hitam garis pada semua meridian terlihat merata berarti o.p
tidak astigmat.
Hentikan pemeriksaan refraksi.
Bila terdapat gambar garis yang lebih kabur, tentukan meridiannya.
4. Tambahkan sekarang didepan lensa sferis tersebut lensa silindris positif
atau negatif yang sesuai dengan jenis lensa sferis diatas dengan sumbu
lensa silindris tegak lurus pada garis meridian yang terlihat paling
tegas sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.

5. Suruh o.p melihat kembali ke optotip Snellen.


Tentukan dan catat jenis serta kekuatan lensa sferis dan silindris yang
memberikan visus maksimal serta arah sumbu lensalensa silindris
tersebut.

Optotipe Snellen
Tajam penglihatan ditentukan dengan menggunakan optotipe snellen. Optotipe Snellen
merupakan optotipe dengan huruf yang ukurannya berbeda pada setiap barisnya.Ditempatkan
pada jarak tertentu ( 6m) didepan pasien yang akan diperiksa. Tajam penglihatan normal pada
jarak ini ditentukan dengan visus 6/6. Gangguan tajam penglihatan dapat disebabkan karena:
Kelainan media refraksi: miopia ( rabun jauh), hipermetropia ( rabun dekat), astigmant atau
silindris. Kelainan media refrakta : kornea, akuous humor, lensa, badan kaca/ korpus vitreus.
Retina atau saraf optik
Pusat penglihatan di otak
Alat : - Optotipe Snellen
Trial Lens
Trial frame
Tehnik pemeriksaan :
Pasien duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6 m
Pasang trial frame pada mata
Satu mata ditutup dengan ocluder. Biasanya yang ditutup adalah mata kiri dan yang diperiksa
adalah mata kanan dahulu
Pasien diminta untuk membaca huruf pada optotipe Snellen dimulai dari huruf yang terbesar
sampai ke huruf terkecil pada baris-baris selanjutnya yang masih dapat terbaca
Menilai hasil pemeriksaan
Tajam penglihatan dicatat sebagai AV OD ( acuity visual ocular dextra ) / UVA ( uncorrected
visual acuity ) untuk tajam penglihatan mata kanan. AV OS ( acuity visual ocular sinistra
untuk tajam penglihatan mata kiri.
Bila huruf terkecil yang masin dapat dibaca pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam
penglihatan 6/6. Artinya orang dengan tajam penglihatan normal melihat obyek pada jarak 6
m dan demikian halnya dengan penderita
Bila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada Optotipe
Snellen, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan uji hitung jari.
Uji Hitung Jari
Jari dapat dilihat dengan tajam penglihatan normal pada jarak 60 m. Dilakukan bila
pasien tidak dapat melihat huruf terbesar pada optotipe snellen.
Teknik pemeriksaan :
Pasien duduk
Mata diperiksa satu-persatu
Pasien diminta untuk menghitumg jumlah jari pemeriksa yang dimulai dari jarak 5 m hingga
jarak terdekat 1 m dengan pasien.
Hasil pemeriksaan :
Bila jari yang tterlihat dan dapat dihitung jumlahnya tanpa salah pada jarak 3 m maka tajam
penglihatan pasien adalah 3/60

Bila pasien tetap tidak dapat melihat dan menghitung jari hingga jarak 1 m, maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan uji lambaian tangan
Uji Lambaian Tangan
Uji Proyeksi Sinar
Uji Lubang Kecil ( Pin Hole Test )
Uji Malingering
Pemeriksaan Tekanan Intra Okular mata
Pemeriksaan Funduskopi -Direct Ophthalmoscope

Anda mungkin juga menyukai