Anda di halaman 1dari 5

Prosedur Pembedahan Resipien

Living-donor kidney transplant: pendonor harus sadar risiko pontensial dan


telah diberi informed consent. Donor hidup yang potensial harus dievaluasi bahwa
donor memiliki fungsi ginjal yang normal dengan kedua fungsi yang sama dan tidak
memiliki faktor risiko signifikan yang dapat berkembang menjadi penyakit ginjal
(misalnya hipertension atau diabetes). Anatomi ginjal dan vaskularisasinya dapat
diperiksa melalui intravenous pielogram, atau computed tomographic (CT)
angiogram. Ginjal yang mana yang diambil, tergantung dari anatominya. Jika terdapat
abnormalitas kecil pada ginjal, ginjal tersebut yang diambil. Bila kedua ginjal sama,
maka ginjal kiri yang lebih dipilih karena vena renalis sinistra lebih panjang.
Nefrektomi dapat dilakukan melalui insisi di flank melalui pendekatan anterior
retroperitoneal, atau dengan teknik laparoskopi. Dengan teknik laparoskopi dilakukan
pendekatan intraperitoneal. Teknik ini melibatkan mobilisasi kolon, isolasi ureter dan

pembuluh darah ginjal, mobilisasi ginjal, pembelahan pembuluh darah ginjal, dan
pengambilan ginjal. Berikut adalah gambaran teknik laparoskopi donor nefrektomi.5
Ginjal yang ditransplantasikan ditempatkan di posisi heterotopik, dengan tanpa
native nephrectomy kecuali dalam situasi tertentu. Penempatan yang lebih dipilih
adalah di retroperitoneal, untuk mempermudah akses biopsi ginjal perkutaneus.
Biasanya fossa iliaka dextra lebih dipilih karena lebih superfisial dari vena iliaka. Fossa
iliaka sinistra dapat digunakan untuk meletakkan transplantasi pankreas bila terjadi
pada transplatasi ke-2 atau apabila pada fossa iliaka dextra terdapat penyakit arterial.
(1) Penempatan insisi dari untuk transplantasi ginjal heteropik di fossa illiaka dextra.
Insisi dimulai dibawah tulang pubis di midline, melengkung ke atasa secara lateral dan
secara superior sepanjang ujung musculus rectus abdominis. (2) Insisi yang mendalam
sepanjang ujung lateral muskulus rectus, lalu identifikasi dan bagi pembuluh darah
epigastrika.

Dengan

pendekatan

standar,

diseksi

yang

dilakukan

adalah

ekstraperitoneal. Pembuluh darah iliaka telah teridentifikasi dan dinilai kecocokannya


untuk anastomosis. Arteri iliaka interna dapat digunakan untuk pembuluh darah inflow,
dengan end-to-end anastomosis. Untuk meminimalisir risiko pembentukan limfokel
setelah pembedahan, hanya sedikit panjangnya arteri yang didiseksi bebas dan
pembuluh limfatik yang mendasari diligasi. Vena renalis pendonor dianastomosiskan
pada sisi akhir vena iliaka eksterna dan arteri yang bentuknya mirip arteri iliaka. (3)
peritoneum direfleksikan secara medial untuk mengekspos cavum retroperitoneal. (4)
pembuluh dara iliaka eksterna diisolasi untuk persiapan anastomosis terhadap
pembuluh darah renal. Yellow arrow = external iliac artery; blue arrow = external iliac
vein; dotted lines = planned site of arteriotomy and venotomy. (5) Dilakukan end-toside anastomosis dari arteri renalis ke arteri iliaka eksterna. Yellow arrow = external
iliac artery. Setelah anastomosis vaskular selesai dan ginjal terperfusi, kontinuitas
urinaria dapat dikembalikan dengan beberapa teknik. Prinsip yang terpenting adalah
menempelkan ureter ke mukosa buli-buli dengan teknik tanpa tekanan dan menutup
distal ureter 1 cm dengan submukosal tunnel untuk mencegah refluks saat berkemih. (6)
Klem dibuka agar ginjal dapat reperfusi. (7) A. Persiapan buli-buli untuk anastomosis
ureter dengan pembelahan otot detrusor (panah). B. Penyempurnaan ureter (dashed
lines) ke buli-buli untuk membuat antireflux tunnel. (8) Untuk menurunkan insidensi
Acute Tubular Necrosis posttrasnplantasi, dilakukan hidrasi liberal intraoperatif. Perfusi
yang adekuat pada ginjal yang ditransplantasi

sangat penting untuk memastikan

diuresis postoperatif. Central venous pressure (CVP) harus dijaga sekitar 10 mmHg,

dan tekanan darah sistolik harus >120 mmHg. Pemberian manitol dan furosemid sesaat
sebelum reperfusi biasanya membantu memaksimalkan perfusi kidney graft.5

Anda mungkin juga menyukai