Anda di halaman 1dari 5

BEST PRACTICE HOUSING SUPPLY AND DEMAND

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


OLEH:
NUR KHASANAH APRILIASARI
21040110151 063

PENYEDIAAN PERMUKIMAN BAGI MASYARAKAT KALANGAN BAWAH


DI ZAMBIA
Dipetik dari:

Supply dan demand merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu
setiap permintaan akan suatu kebutuhan tentunya ingin selalu dipenuhi
dan dapat disediakan, begitu pula dengan kebutuhan akan tempat tinggal/
rumah. Namun, pada kenyataannya banyak sekali kebutuhan akan tempat
berteduh ini tidak terpenuhi, terutama untuk kalangan bawah yang kurang
mampu mengakses perumahan atau permukiman yang layak untuk
tempat tinggal.
Berikut adalah best practice penanganan permukiman melalui penyediaan
permukiman di Zambia, Afrika Selatan yang mungkin dapat menjadi
contoh yang baik dalam housing supple and demand.
A. Latar Belakang
Zambia terletak di tengah Afrika
Selatan

dengan

batas

sebelah

utara adalah Republik Kongo dan


Tanzania;
Zimbabwe,

sebelah

selatan

Botswana,

Caprivi

Namibia;

adalah

Malawi;

dan

sebelah
dan

yaitu
Jalur
timur

Angola

di

sebelah barat.
Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi dengan ibukota yang juga
menjadi kota terbesar di Zambia adalah Lusaka. Lusaka juga merupakan
sebuah provinsi di Zambia. Lusaka memiliki penduduk hampir 1,3 juta

jiwa, dengan kepadatan penduduk sampai dengan 1.500 orang per hektar
dan kepadatan penduduk rata-rata sekitar 150 orang per hektar.
Zambia merupakan negara yang paling urbanisasi tinggi ketiga di Afrika.
Total penduduk, lebih dari 40 persen dan diperkirakan hidup di perkotaan.
Kota Lusaka mencakup area seluas 360 kilometer persegi (luas total kota
sekitar 423 kilometer persegi). Sebagian besar daerah ini kurang
dimanfaatkan, dan lebih dari 20 kilometer persegi belum urbanisasi. Jadi,
ada cukup ruang yang dapat dimanfaatkan untuk ekspansi. Sekitar 70
persen dari jumlah penduduk miskin tinggal di Lusaka, permukiman
terencana yang ada hanya terdiri dari 20 persen tanah perumahan kota.
Jumlah total perumahan di Lusaka berdiri di sekitar 300.000 unit. Dari
jumlah ini, 10 persen, atau 30.000 unit, adalah perumahan formal. Tempat
tinggal resmi pada berdiri individu, di blok flat; 30 persen pertanian
(340.000) dari penduduk kota di sekitar 80 persen dari lahan tempat
tinggal. 90 persen sisanya terdiri dari unit liar, menampung sekitar 70
persen dari penduduk kota dengan kurang dari 20 persen lahan
perumahan tersebut. Dalam permukiman miskin, antara 35 dan 40 persen
dari penduduknya sendiri rumah-rumah; sisanya adalah penyewa.
Ada 37 permukiman informal di dalam dan sekitar Lusaka, terdiri dari 9
situs tua dan permukiman layanan dan 28 permukiman liar, yang 13
belum regularized (atau "menyatakan") sampai saat ini. Ini adalah
sebagian besar terletak di utara, barat laut, dan selatan pusat bisnis.
Pada tahun 1999, Departemen Pemerintah Daerah dan Perumahan
menyatakan 10 informal permukiman perkotaan lebih lanjut sebagai
"daerah perbaikan" dengan persyaratan dari Perumahan (perundangan
dan Wilayah Perbaikan) Undang-Undang.
B. Kebijakan dan Kelembagaan Perumahan Permukiman di Zambia
Secara umum, tampaknya ada kebijakan yang cukup dan kerangka kerja
legislatif di Zambia tentang legalisasi dan permukiman informal yang tidak
direncanakan. Selain itu, baik pemerintah pusat dan daerah mengakui
kebutuhan untuk mengenali dan mengatur permukiman tersebut. Saat ini,
sebagian besar tanah yang terletak di permukiman informal adalah milik
publik.

Pemukiman

diregularisasikan

ini

harus

(dinyatakan)

diakui
oleh

oleh

administrasi

pemerintah

kota

nasional,

Departemen Pemerintah Daerah dan Perumahan (MLGH).

dan

melalui

Departemen Fisik Perencanaan dan Perumahan di MLGH menganggap


meregularisasi

sebuah

penyelesaian

permukiman

informal

tidak

terencana jika (1) 60 persen atau lebih dari tanah dimana pemukiman itu
berada adalah milik publik, (2) penyelesaian telah ada sejak tahun 1974,
(3) pengembangan yang tanah tersebut dikategorikan pada rencana
pembangunan bukan dekat, dan (4) 50 persen atau lebih dari struktur
tinggal di pemukiman terbuat dari bahan konvensional. Biasanya, setelah
penyelesaian adalah mengumumkan "area perbaikan".
Adanya

kebijakan

tersebut,

sebagian

besar

penghuni

rumah

di

permukiman informal menganggap hal ini menjadi bentuk yang dapat


diterima dimana adanya kepemilikan yang memberikan keamanan yang
memadai dengan lisensi/ hak hunian selama 30 tahun dan dapat
diperpanjang.
Selain itu, pemerintah Zambia juga berusaha memperbaiki kebijakankebijakan yang kurang optimal yang berkaitan dengan perumahan dan
permukiman, terutama kebijakan dalam menangani permukiman informal.
Berbagai upaya dilakukan dalam hal legislasi dan kebijakan, untuk
mengatur (atau menyatakan) permukiman informal, namun kemajuan
dalam pelaksanaan skema regularisasi telah lambat dan terhambat oleh
keuangan dan kendala sumber daya manusia baik di tingkat pemerintah
daerah dan nasional. Sejumlah persyaratan pemerintah juga tampak
menghambat penyediaan infrastruktur dasar dan layanan yang sesuai,
standar terjangkau dan pemberian kepemilikan aman untuk permukiman
informal.
Peran pemerintah daerah Zambia diantaranya yaitu menyediakan dan
memelihara

layanan

infrastruktur

untuk

membuka

lahan

guna

pembangunan rumah. Hal ini sangat berkaitan dengan penyediaan


rumah, dimana penyediaan ini menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah.
Berbagai badan pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan,
operasi, dan pemeliharaan infrastruktur dan jasa di wilayah perkotaan
Zambia.

Di

tingkat

nasional,

MLGH,

melalui

Departemen

Fisik

Perencanaan dan Perumahan, bertanggung jawab untuk mengidentifikasi


bertanggung jawab dalam pengelolaan untuk donor proyek "perumahan
dan

perbaikan

daerah".

Dukungan

Layanan

yang

pembangunan infrastruktur, perbaikan, dan rehabilitasi.

mendukung

Pemerintah

setempat

bertanggung

jawab

atas

pengelolaan

dan

penyediaan perumahan milik dewan dan permukiman informal. Di Lusaka,


ada dua direktorat di bawah Dewan Perumahan Kota dan Departemen
Pelayanan Sosial, satu untuk perumahan konvensional dan yang lainnya
untuk perumahan peri-urban. Semua pemukiman informal jatuh di bawah
Peri-Urban Direktorat Perumahan.
C. Peran Stakeholder dan Partisipasi Masyarakat
Stakeholder

yang

berkaitan

dengan

penanganan

permasalahan

permukiman di Zambia ini adalah berbagai lembaga donor, LSM, serta


pemerintah daerah yang bekerja sama mengatasi masalah tersebut.
Beberapa tahun terakhir, partisipasi masyarakat telah diadopsi dalam
peningkatan

perumahan

permukiman

di

Zambia.

Sebuah

contoh

masyarakat siap dan dapat melakukan telah dibuktikan di CARE yang


didukung

Chipata

Komunitas

Air

Scheme.

Partisipasi

masyarakat

merupakan faktor positif dalam upaya apapun untuk meningkatkan


inisiatif

upgrade

atau

perbaikan

dalam

segala

bidang,

termasuk

perumahan permukiman.
D. Aspek Keuangan
Kendala keuangan sering menjadi faktor utama dalam penyediaan
permukiman,

terutama

bagi

penduduk

kurang

mampu.

Namun,

Pemerintah Zambia mempunyai dana (sering dipasok oleh lembaga donor)


guna membiayai subsidi sehingga masyarakat miskin/ kalangan bawah
tidak diberatkan. Oleh karena itu, standar dan tingkat layanan yang
diberikan tidak melebihi apa yang diperlukan untuk melayani masyarakat
tertentu (kalangan bawah).
Adanya

peran

dari

pemerintah

ini

membuat

pembangunan

dan

permukiman untuk masyarakat kalangan bawah dapat terpenuhi sesuai


dengan apa yang mereka butuhkan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwasanya masyarakat kurang
mampu yang dulunya berada di permukiman informal mulai mendapat
perhatian dari pemerintah Zambia dan kemudian diadakan perbaikan oleh
pemerintah. Pemerintah Zambia menyediakan lahan dan permukiman
untuk masyarakat kurang mampu tersebut susuai dengan standart
pelayanan dan kebutuhan masyarakat, demi keamanan mereka, serta
memberikan hak atas tanah pada mereka selama 30 tahun dan dapat

diperpanjang. Selain itu, pemerintah juga mengikutsertakan lembagalembaga,

masyarakat

dan

stakeholder

lainnya

yang

terkait

guna

perbaikan permukiman tersebut.


Hal-hal yang dapat dipetik dari kasus di Zambia ini antara lain:
Penyediaan perumahan dan permukiman harus mendapat perhatian
terutama oleh pemerintah daerah, karena pemerintah lah yang
bertanggung jawab dalam penyediaannya.
Pemberian hak atas tanah dapat mendorong pembangunan ekonomi di
daerah, oleh karena itu, ada baiknya Pemerintah Indonesia mulai
memperhatikan masyarakat kalangan bawah yang mendirikan rumahrumah yang tidak lehal.
Standart penyediaan perumahan dan permukiman harus didasarkan
pada apa yang sebenarnya ingin penduduk, bukan pada apa yang
orang lain pikir mereka ingin. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat
dalam memberikan inspirasi dan masukan mengenai kebutuhan
mereka sangat diperlukan.
Biaya penyediaan ini harus memiliki anggaran tersendiri. Apabila ada
model pembayaran iuran, maka harus diadakan sanksi bagi yang tidak
membayar.

Anda mungkin juga menyukai