Anda di halaman 1dari 13

Kajian Muatan Raperda Kota Batu Tentang RTRW Kota Batu 2010 2030

Secara umum, muatan Perda telah diatur dalam Pasal 12 UU tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (P3), yakni seluruh materi muatan dalam rangka: penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan, menampung kondisi khusus daerah, dan penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Menampung kondisi khusus daerah merupakan salah satu asas otonomi daerah yang disebut otonomi
bersifat nyata atau riil (prinsip otonomi nyata). Penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan
potensi dan kekhasan daerah sehingga isi dan jenis otonomi tiap daerah berlainan dengan daerah lainnya.
Batasan-batasan materi muatan Perda sebagaimana diatur dalam Pasal 136 ayat (4) UU Pemda, yakni
Perda dilarang bertentangan dengan:
1. kepentingan umum; dan atau
2. peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Yang dimaksud dengan bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang berakibat
terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya pelayanan umum, terganggunya ketenteraman
atau ketertiban umum serta kebijakan yang bersifat diskriminatif (Penjelasan Pasal 136 ayat (4) UU Pemda).
Apabila batasan diatas dilanggar atau dengan kata lain tidak dipenuhi dalam materi muatan Perda, maka
ada konsekuensi terhadap pelanggaran tersebut, sebagaimana tercantum dalam Pasal 145 ayat (2) dan ayat (3) UU
Pemda. Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden atau yang dikenal dengan pengawasan represif.
Selain itu, UU Pemda mengenal pula pengawasan dalam bentuk evaluasi (pengawasan preventif terbatas), yakni
Raperda yang mengatur APBD, pajak daerah, retribusi daerah, dan RUTR. Pengaturan lebih lanjut mengenai
pengawasan diatur dengan PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan UU no.26 tahun 2007 tentang penataan ruang pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa rencana
tata ruang wilayah kota memuat apa yang termuat dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten dan ditambahkan
dengan beberapa muatan. Adapun muatan-muatan dalam RTRW kota ini meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;


rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya dan sistem jaringan
prasarana wilayah kota;
rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;
penetapan kawasan strategis kota;
arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan;
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi,
ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi;
rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan
sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

Adanya ketentuan diatas, maka setiap RTRW kota harus memuat komponen-komponen yang telah
ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Bab ini akan mengkaji lebih dalam tentang muatan-muatan yang
terkandung dalam Raperda Kota Batu tentang RTRW Kota Batu apakah sudah sesuai dengan muatan-muatan yang
diharuskan diatas ataukah belum, serta materi-materi yang perlu dikaji sesuai dengan ketentuan-ketentuan muatan
masing-masing materi yang terkandung.
Berdasarkan struktur muatan Raperda Kota Batu yang telah dibahas sebelumnya, dapat dikaji kembali
masing-masing materi yang ada, yaitu seperti yang akan dijelaskan pada pembahasan dibawah ini.
A. Pembuka
Di dalam pembukaan, muatan-muatan yang harus ada adalah kalimat Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
jabatan pembentuk perda, konsiderans, dasar hukum, dan diktum. Kalimat atau frase Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa menunjukkan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, mengakui adanya Tuhan yang satu. Jabatan pembentuk perda menunjukkan pejabat yang berwenang
dalam pembuatan perda. Konsiderans harus memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang
menjadi latar belakang dan alasan pembuatan perda, memuat unsur filosofis, yuridis, dan sosiologis, dan pokokpokok pikiran. Sedangkan dasar hukum harus memuat dasar kewenangan pembuatan, peraturan perundangundangan yang digunakan sebagai dasar hukum, dan peraturan perundang-undangan yang akan dicabut.
1) Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Di dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sudah terdapat
frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berarti bahwa rancangan peraturan daerah tersebut sudah
sesuai dengan kerangka peraturan daerah.
2) Jabatan pembentuk Peraturan Daerah
Di dalam Peraturan Daerah Kota Batu tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, pejabat yang berwenang
untuk menetapkan peraturan tersebut adalah persetujuan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Batu dengan Walikota Batu. Maka dapat dikatakan bahwa peraturan tersebut sudah sesuai
dengan kerangka peraturan daerah.
3) Konsiderans
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsiderans harus memuat tentang pokok-pokok pikiran
yang menjadi latar belakang dan alasan dalam pembuatan perda, memuat unsur filosofis, sosiologis, dan
yuridis, serta pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwa peraturan daerah merasa perlu untuk
dibuat. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu, yang menjadi latar belakang disusunnya RTRW
Kota Batu adalah ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi No. 2 tahun 2006 tentang RTRW Propinsi Jawa
Timur. Sebagai tindak lanjut dari Perda tentang RTRW Jawa Timur tersebut, dibutuhkan strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah propinsi, sehingga perlu dijabarkan lebih detail ke dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota.
Konsiderans yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu memuat unsur filosofis,
yuridis, dan sosiologis.
Filosofis: Bahwa untuk mengarahkann pembangunan di Kota Batu dengan memanfaatkan ruang wilayah
secara berdayaguna, berhasilguna, selaras, serasi, seimbang dan berkelanjutan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah.

Yuridis: Bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan antar sektor, daerah dan masyarakat maka
rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah, masyarakat dan atau dunia usaha.
Sosiologis: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 28 Undang-undang no.28 tahun 2007 tentang
penataan ruang perlu menetapkan peraturan menganai Rencana Tata Ruang Wilayah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada konsiderans sudah sesuai dengan kerangka peraturan
daerah, karena muatan-muatan Rencana Tata Ruang Kota Batu tersebut sudah sesuai dengan kerangka
peraturan daerah.
4) Dasar Hukum
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam merancang dasar hukum adalah:
a. Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan Daerah yang memerintahkan
pembuatan Peraturan Daerah tersebut.
b. Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan
Perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
c. Peraturan Daerah yang akan dicabut dengan Peraturan Daerah yang akan dibentuk atau Peraturan
Daerah yang sudah diundangkan tetapi belum resmi berlaku, tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RTRW Kota Batu adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur Juncto UndangUndang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan Dalam Undang-Undang Tahun 1950
Nomor 2 Dari Hal Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881);
9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4118);

11. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169);
12. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1226);
13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);
14. Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 84);
16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
17. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433);
18. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);
20. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68);
21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4959);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
24. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara 3294);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3373);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3643);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk
dan Tata cara Peranserta masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara tahun 1996, Nomor
104);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3747);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan suaka alam
(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang
Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 3934);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3980);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun
2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara 4206);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 119);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Perum Kehutanan Negara (Lembaran Negara
Tahun Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 67);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 147);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 2);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 Tentang Irigasi (lembaran negara
republik indonesia tahun 2006 nomor 46, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4624);
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4628);
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;
51. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
52. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
54. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran serta Masyarakat
Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
55. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
57. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor;
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi
dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota;
60. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan
Kawasan Lindung di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur;
61. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan Raya R.
Soeryo;
62. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa
Timur;
63. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan Pengendalian
Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
64. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah;
65. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Jawa Timur.
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Peraturan Daerah Kota Batu tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Batu ini sudah sesuai dengan ketentuan di dalam kerangka peraturan daerah, yaitu
memuat dasar kewenangan pembuatan, memiliki tingkatan yang sama atau lebih tinggi, dan peraturan
perundang-undangan yang akan dicsbut atau belum resmi berlaku tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.
Selain itu, dalam urutan dasar hukum perundangan di Indonesia harus dimulai dari tingkatan yang paling

tinggi kemudian dikuti dengan tingkatan yang lebih rendah dan dimulai dari tahun yang paling awal
penetapan aturan diikuti dengan tahun yang paling akhir dalam penetapannya. Urutan-urutan dalam dasar
hukum penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
tersebut.
5) Diktum
Struktur dalam penyusunan diktum di dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Batu adalah:
Dengan Persetujuan Bersama,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATU
dan
WALIKOTA BATU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BATU TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KOTA BATU
Struktur di dalam penulisan diktum dalam Perda tentang RTRW Kota Batu ini sudah sesuai dengan
kerangka peraturan daerah.
B. Batang Tubuh
Batang tubuh Peraturan Daerah memuat semua substansi Peraturan Daerah yang dirumuskan dalam pasalpasal. Batang tubuh Raperda Kota Batu terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Ketentuan umum
Materi pokok
Ketentuan lain-lain
Ketentuan peralihan
Ketentuan penutup

Berikut adalah pembahasan kesesuaian dari muatan masing-masing bagian materi Raperda Kota Batu tentang
Tata Ruang Wilayah ini.
1. Ketentuan Umum
Ketentuan umum yang terdapat dalam Raperda Kota Batu tercantum dalam bab I Raperda ini.
BAB I
KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP, DAN JANGKA WAKTU
Berdasarkan Lampiran UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3)
pasal 72-82, ketentuan umum berisi:
Batasan atau definisi
Singkatan atau akronim yang digunakan dalam peraturan
Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya, antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan.
Raperda Kota Batu dalam materi ketentuan umum telah dijelaskan ketentuan-ketentuan yang bersifat umum
yang digunakan dalam materi pokok Raperda ini. Dalam ketentuan umum ini Raperda Kota Batu memberikan
tambahan berupa ruang lingkup dan jangka waktu.

Apabila dikaji dan dilihat lebih mendalam, penambahan ruang lingkup dan jangka waktu dalam bab ketentuan
umum ini tidak begitu penting karena semuanya telah terdapat di awal bahwasanya wilayah yang dimaksud alah
Kota Batu, dan jangka waktu harusnya tergambar dalam judul, sehingga Raperda ini lebih singkat dan jelas.
2. Materi Pokok
Materi pokok yang diatur dalam Raperda Kota Batu tentang RTRW Kota Batu tahun 2010 2030 meliputi:
1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang (BAB II)
a) Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang yang dimaksud adalah hal atau kondisi yang ingin dicapai Kota Batu selama
masa perencanaan. Adapun tujuan dari penataan ruang Kota Batu adalah:
Mewujudkan ruang Kota Batu yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sebagai kota yang
berbasis agropolitan dan kota pariwisata unggulan di Jawa Timur serta Kota Batu sebagai wilayah
penopang hulu Sungai Brantas.
Berdasarkan UUPR No.26 tahun 2007, tujuan penataan ruang ini harus berlandaskan pada:
terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Apabila dikaji dengan seksama, tujuan dari penataan ruang Kota Batu telah mengadopsi ketiga
tuntutan diatas, dimana dalam tujuan telah melihat lingkungan alam dan lingkungan buatan, sumber
daya yang ada, serta perlindungan terhadap lingkungan.
b) Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi yang dimaksud adalah kebijakan dan strategi yang diarahkan guna mencapai
tujuan diatas.
2. Rencana Struktur Ruang (BAB III)
Dalam Raperda Kota Batu, rencana struktur ruang meliputi:
a) sistem dan fungsi perwilayahan;
b) hirarki pusat pelayanan; dan
c) sistem jaringan prasarana wilayah kota.
Berdasarkan UUPR No.26 tahun 2007, disebutkan bahwa rencana struktur ruang wilayah meliputi rencana
sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Apabila dikaji, rencana struktur ruang
dalam Raperda Kota Batu sudah mencakup kedua muatan tersebut, namun sistem dan fungsi perwilayahan
(pasal 11) sebaiknya digabungkan dengan pasal 12 (hirarki pusat pelayanan) dan diganti dengan judul baru
pada pasal tersebut rencana sistem pusat pelayanan.
Rencana sistem pusat pelayanan ini memuat hirarki pusat pelayanan dan fungsi atau peran masing-masing
wilayah yang ada dalam Kota Batu yang telah dijelaskan pada pasal 11 dan pasal 12 sehingga lebih
singkat, jelas, dan mudah dimengerti.

3. Rencana Pola Ruang Wilayah (BAB IV)


Rencana pola ruang wilayah meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Sama halnya
dengan Raperda Kota Batu tentang RTRW Kota Batu ini dalam rencana pola ruang juga memuat tentang
keduanya, yaitu:
a) Kawasan Lindung (Pasal 31)
b) Kawasan Budidaya (Pasal 44)
Rencana pola ruang wilayah Kota Batu juga sudah memuat tambahan rincian muatan RTRW kota yang
disaratkan dalam UUPR 26 tahun 2007, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau maupun
nonhijau, peruntukan untuk sektor informal, serta ruang evakuasi bencana.
4. Penetapan Kawasan Strategis (BAB V)
Kawasan strategis yang terdapat di Kota Batu adalah:
a) Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
b) Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kota Batu tidak memiliki kawasan strategis nasional maupun provinsi, sehingga penetapan kawasan
strategis yang ada di Kota Batu adalah didasarkan pada fungsinya yang ada di wilayah Kota Batu.

5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah (BAB VI)


Arahan Pemanfaatan ruang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan. Adapun untuk
Kota Batu sudah memuat arahan pemanfaatan ruang ini dengan baik dalam indikasi program yang
tercantum dalam lampiran A, yaitu lampiran yang tidak dapat dipisahkan dari perda tersebut.
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (BAB VII)
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan UUPR No.26 tahun 2007 memuat ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Dalam
Raperda yang dikaji telah memuat ketentuan-ketentuan tersebut, yaitu termuat dalam Bab VII, yaitu Pasal
67 yang memuat bagian umum hingga pasal 80 yang berisi ketentuan sanksi.
7. Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat (BAB VIII)
Bab ini merupakan tuntutan yang harus ada dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah dikarenakan
pemanfaatan ruang sangat terkait erat dengan peran serta masyarakat. Kota Batu telah memuat materi ini
dalam bab VIII, yaitu memuat hak dan kewajiban, serta peran serta masyarakat dalam kegiatan
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
3. Ketentuan Lain-lain (BAB IX)
Dalam raperda maupun perda, seharusnya penggunaan bab ini (Ketentuan Lain-lain) dihindari dalam
substansi Perda. Bab tersebut diupayakan dapat masuk ke dalam bab yang ada atau dapat pula dimuat
dalam bab tersendiri dengan judul yang sesuai dengan materi pokok yang diatur.
Ketentuan lain-lain yang terdapat pada Raperda Kota Batu ini memuat tentang adanya naskah akademik
dan album peta. Ketentuan ini sebaiknya ditiadakan karena pada dasarnya naskah akademik dan album
peta adalah lampiran dokumen yang melengkapi dokumen perda sehingga tidak perlu dicantumkan dalam
pasal tersendiri di Perda RTRW tersebut.

4. Ketentuan Peralihan (BAB X)


Ketentuan peralihan memuat penyesuaian terhadap Perda yang sudah ada pada saat Perda baru mulai
berlaku, agar Perda tersebut dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan hukum.Segala
hubungan hukum yang ada atau tindakan hukum yang terjadi, baik sebelum, pada saat, maupun sesudah
Perda yang baru itu dinyatakan berlaku tunduk pada ketentuan Perda baru.
Adapun ketentuan peralihan di Raperda Kota Batu masuk dalam bab X pasal 86 dan terdiri dari 2 ayat
berikut ini:
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan peraturan daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait pemanfaatan ruang dan sektoral
yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
RTRW.
5. Ketentuan Penutup (BAB XI)
Ketentuan penutup memuat ketentuan-ketentuan mengenai:
Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan Perda yang dapat diatur dalam
peraturan pelaksanaan.
Nama Singkat.
Status Perda yang sudah ada.
Saat mulai berlaku Perda.
Adapun ketentuan penutup dari Raperda Kota Batu tentang RTRW adalah sebagai berikut:
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Walikota Batu Nomor 3 Tahun 2004
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 89
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Batu.
Berdasarkan ketentuan penutup tersebut, dapat dilhat bahwasanya perda lama (yang telah ada) yang
mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu dinyatakan dicabut dan tidak berlaku (tidak sah),
sedangkan Perda baru ditetapkan mulai sejak tanggal diundangkan dikarenakan masih dalam proses
pelegalisasian.
Setelah mengkaji muatan-muatan pokok yang harus dimuat dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Batu telah cukup mengakomodasi muatan-muatan yang disaratkan dalam UUPR No.26 tahun 2007. Akan

tetapi, akan lebih baik apabila dalam Raperda tersebut ditambahkan bab Ketentuan Penyidikan dan Ketentuan
Pidana sebelum ketentuan peralihan.

C. Penutup
Penutup berbeda dengan ketentuan penutup, untuk ketentuan penutup terdapat dalam batang tubuh dan
merupakan bagian dari kerangka batang tubuh tersebut, sedangkan untuk penutup menjadi bagian tersendiri dan
merupakan bagian akhir peraturan daerah. Penutup memuat hal-hal berikut:

Rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Daerah dalam Lembaran Daerah.
Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Daerah.
Pengundangan Peraturan Daerah.
Akhir bagian penutup.

Adapun bagian penutup dari Raperda Kota Batu tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu adalah
sebagai berikut:
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Batu.
Ditetapkan di Batu :
pada tanggal

2010

Walikota Batu,
EDDY RUMPOKO
Diundangkan di Batu
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KOTA BATU,

Apabila dilihat bagian penutup dari Raperda Kota Batu ini sudah terdapat rumusan perintah pengundangan,
penandatanganan pengesahan, namun belum terdapat kalimat pengesahan atau pengundangan perda, dan belum
terdapat akhir bagian penutup. Selain itu, jabatan dan nama dari orang yang berwenang harus terang dan jelas dan
penulisan jabatan adalah huruf kapital.

Penyempurnaan dari bagian penutup ini adalah sebagai berikut:


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Batu.
Ditetapkan di Batu :
pada tanggal

2010

WALIKOTA BATU,
tanda tangan
EDDY RUMPOKO
Diundangkan di Batu
pada tanggal
tanda tangan
NAMA SEKRETARIS DAERAH
KOTA BATU,
Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.
LEMBARAN DAERAH KOTA BATU TAHUN NOMOR

Muatan atau isi peraturan perundangan-undangan termasuk Peraturan Daerah harus mencerminkan
maksud, tujuan dan substansi yang diinginkan dari penyusunannya. Aturan muatan atau isi peraturan perundanganundangan maupun Perda dari setiap produk hukum harus tertata dan teratur, sehingga mudah dimengerti dan tidak
membingungkan.
Berdasarkan analisa terhadap muatan atau isi dari Raperda Kota Batu secara keseluruhan sudah
mencerminkan maksud, tujuan, dan substansi yang diinginkan sebagai rencana tata ruang wilayah yang merupakan
pedoman dalam penataan ruang di Kota Batu. Akan tetapi, produk Raperda Kota Batu ini masih banyak kekurangan
dan belum sesuai dengan tuntutan dimana peraturan perundang-undangan itu harus singkat, lugas, tegas, dan jelas.
Penggunaan dan susunan kalimat dalam Raperda ini masih banyak yang berbelit-belit dan saling menjelaskan dalam
satu kalimat. Padahal, dalam bahasa hukum seharusnya tidak diperkenankan demikian. Satu kalimat harus mampu
memberikan makna tersendiri yang jelas dan mudah dimengerti. Sebagai contohnya adalah dalam tujuan penataan
ruang Kota Batu yang berbunyi:
Mewujudkan ruang Kota Batu yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sebagai kota yang berbasis
agropolitan dan kota pariwisata unggulan di Jawa Timur serta Kota Batu sebagai wilayah penopang hulu Sungai
Brantas.
Dari tujuan diatas, kata ruang sudah terwadahi dalam Kota Batu sehingga terkesan memperpanjang
kalimat. Susunan kalimat dari tujuan Kota Batu pun masih terlalu panjang dan tidak lugas dan tegas. Misalnya
demikian:

Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan Kota Batu sebagai kota pariwisata unggulan berbasis agropolitan yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No.26 tahun 2007 dijelaskan bahwasanya penataan ruang
yang diselenggarakan harus berdasarkan asas:
keterpaduan;
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
keberlanjutan;
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
keterbukaan;
kebersamaan dan kemitraan;
perlindungan kepentingan umum;
kepastian hukum dan keadilan; dan
akuntabilitas.
Asas-asas diatas secara keseluruhan sudah diwadahi dalam Raperda tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Batu.
Selain itu, penulisan raperda Kota Batu ini masih banyak yang belum sesuai dengan kaidah penulisan
produk hukum yang benar. Seperti untuk penulisan poin-poin (ayat) setelah kata meliputi: adalah huruf kecil, dan jika
terdapat banyak ayat pada masing-masing ayat di akhir adalah berupa tanda titik koma (;), poin yang ada di atas
akhir poin dibubuhi kata dan, serta diakhir poin adalah tanda titik (.). contohnya adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Raperda Kota Batu


Pasal 6
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan
kebijakan penataan ruang wilayah yang meliputi :
a. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ruang
b. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang
c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
strategis

Penyempurnaan Penulisan
Pasal 6
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan
kebijakan penataan ruang wilayah yang meliputi :
a. kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ruang;
b. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang;
dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
strategis

Peraturan perundang-undangan termasuk peraturan daerah harus disusun secara runtut, jelas, dan mudah
dipahami atau dimengerti. Dalam susunan rancangan peraturan daerah Kota Batu masih belum begitu jelas, hal ini
dikarenakan dalam penulisan raperda ini masih terdapat beberapa kesalahan, serta susunan pasal dan ayat yang
banyak tidak sesuai dengan pasal dan ayat sebelumnya. Sehingga pembaca susah untuk menelaah komponen
perda ini dengan seksama. Seharusnya, penyusunan perda ini saling berkaitan dari pasal ke pasal maupun dari
ayat-ayatnya dan diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam susunan pasal maupun ayatnya.

Anda mungkin juga menyukai