Gambaran Situasi Ibu Dan Anak
Gambaran Situasi Ibu Dan Anak
A.
Long-term consequences
Adult size, intellectual ability,
economic productivity, reproductive
performance, metabolic and
cardiovascular disease
Maternal and child
undernutrition
Disease
Inadequate dietary
intake
Household food
insecurity
Inadequate care
underlying
causes
Income poverty,
Employment, self-employment,
dwelling assets, remittances,
pensions, transfers etc
Intermediate
causes
Unhealthy household
Environment and lack of
health services
Basic
causes
Gambar 2 Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup Di Indonesia Tahun 1994 - 2012
390
334
359
307
228
102
Thn
Thn 2007 Thn 2012
2002/2003
MDGs
Target MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB, di antaranya
pemerataanpelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan AKB
sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan
kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat
juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya
tahan bayi terhadap infeksi penyakit.
Gambar 3. Estimasi Angka Kematian Bayi* Per 1.000 Kelahiran Hidup Di Indonesia,
SDKI 1991 - 2012
Gambar 4. Estimasi Angka Kematian Bayi* Per 1.000 Kelarhiran Hidup Menurut Provinsi Di
Indonesia , 2012
Gambar 5. Estimasi Angka Kematian Bayi Per 1.000 KElahiran Hidup Menurut Provinsi di
Indonesia, SDKI 2007 dan SDKI 2012
3.
4.
Anemia Defisiensi Besi
Gambar 7 Proporsi Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Menurut Tempat Tinggal di Indonesia
(Riskesdas 2013)
Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan
zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.
Untuk penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi
tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal
care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya
kesenjangan yang cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum
optimalnya koordinasi lintas program terkait atau pencatatan dan pelaporan
cakupan Fe ibu hamil belum terlaporkan dengan baik.
Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care
(ANC). Pada tahun 2011 cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil sebesar 88,27%,
sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 sebesar 83,3%. Padahal salah
satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet
yang diindikasikan dengan besarnya cakupan Fe3. Oleh karena itu seharusnya
cakupan Fe3 lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Namun yang terjadi
sebaliknya, cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 lebih rendah dibandingkan
dengan cakupan K4. Faktor yang diduga menyebabkan hal tersebut adalah belum
optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar program terkait.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kepatuhan ibu hamil menelan tablet
Fe. Walaupun dari pelaporan dihasilkan bahwa cakupan ibu hamil yang mendapat
tablet Fe3 cukup baik namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek minum
tablet Fe yang diharapkan tidak akan tercapai
5.
KEK Wanita Usia Subur
Gambar 8 Proporsi Wanita Usia Subur Risiko Kurang Energi Kronik (KEK) Tahun 2007
2013 (Riskesdas 2013)
6.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase bayi yang lahir dengan berat
badan < 2.500 gram sebesar 11,1% dan riskesdas 2013 menunjukkan persentase
yang lebih rendah yaitu 10,2%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan
hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 11,5%. Gambaran pada Riskesdas 2010
menurut karakteristik pengeluaran rumah tangga per kapita diketahui bahwa
persentase tertinggi terdapat pada kelompok kuintil 1 sebesar 13,7%. Sedangkan
ASI Eksklusif
Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui
bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan
menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat
makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya.
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan persentase
bayi usia 6 bulan yang menyusu eksklusif sampai 6 bulan menunjukan
kecenderungan meningkat, sebagaimana digambarkan dalam grafik berikut.
Gambar 10. Persentase Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0 6 Bulan dan Bayi Usia 6
bulan Yang Menyususi Eksklusif Sampai 6 Bulan di Indonesia Tahun 2004 - 2010
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia sebesar
61,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2009 sebesar
56,2% dan 61,3%. Provinsi dengan cakupan tinggi diantaranya adalah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (79.7%), Nusa Tenggara Timur (79,4%) dan Bengkulu
(77,5%). Provinsi dengan cakupan rendah adalah Aceh (49,6%), Jawa Timur
(49,7%), dan Bali (50,2%).
Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif diantaranya :
a)
Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang
tidak ada masalah medis
b)
Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak
memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk
melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum
tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya
c)
Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau
belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif,
yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d)
e)
f)
Pemasaran susu formula masih banyak yang ditujukan pada bayi yang tidak
punya masalah kesehatan.
Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye
terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)
8.
Imunisasi Anak
Gambar 11 Kecenderungan Imunisasi Anak 12 23 Bulan, 2007 2013 (Riskesdas 2013)
B.
b)
Status Perkawinan
Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan
Provinsi Sulawesi Selatan
Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan
Kelompok
Umur
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75-79
80-84
85-89
90-94
95+
Jumlah
Status Perkawinan
Belum
Kawin
Kawin
827,290
4,305
673,518
58,689
370,530
294,155
173,587
471,240
83,149
514,191
53,436
520,748
37,887
456,303
25,372
362,256
18,290
285,425
11,532
204,787
9,030
154,151
5,547
104,884
3,428
60,872
1,787
30,493
1,243
16,798
450
5,811
200
2,063
118
1,400
2,296,394 3,548,571
Cerai Hidup
Cerai Mati
49
2,619
9,060
14,639
16,457
16,862
16,587
14,238
12,282
8,993
7,441
5,382
3,576
1,860
1,135
365
150
113
131,808
22
293
1,235
2,823
5,246
9,054
17,488
25,922
39,371
43,279
57,759
57,231
53,930
35,590
26,352
11,227
5,084
4,139
396,045
Tidak
Jumlah
Ditanyakan
1,563
833,229
2,874
737,993
3,466
678,446
1,859
664,148
866
619,909
643
600,743
476
528,741
300
428,088
255
355,623
140
268,731
76
228,457
49
173,093
61
121,867
38
69,768
29
45,557
8
17,861
1
7,498
1
5,771
12,705 6,385,523
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
3.
4.
102
101.5
92.89
85.17
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
78.84
Tahun 2009
MDGs
b)
Angka Kematian Bayi (AKB)
Gambar 14. Estimasi Angka Kematian Bayi Per 1.000 KElahiran Hidup Menurut Provinsi di
Indonesia, SDKI 2007 dan SDKI 2012
c)
d) BBLR
Gambar 16 Proporsi BBLR: 2010 -2013 Menurut Provinsi (Riskesdas 2013)
e) Kunjungan Neonatus
Gambar 17 Kecenderungan KN1 Menurut Provinsi 2010 2013 (Riskesdas 2013)
f) Konsumsi Fe
Gambar 19 Proporsi Konsumsi Fe+ 90 Hari Selama Hamil (Riskesdas, 2013)
Gambar 21 Proporsi Balita Pendek tahun 2007 2013 Menurut Provinsi (Riskesdas 2013)
Gambar 22 Proporsi Balita Kurus tahun 2007 2013 Menurut Provinsi (Riskesdas 2013)
h) ASI Eksklusif
Gambar 23 Pemberian ASI Eksklusif Di Sulawesi Selatan
i) Pelayanan Imunisasi
Gambar 24 Cakupan Imunisasi Campak di Indonesia Tahun 2012