Fix Lapsus DM
Fix Lapsus DM
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1
(tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin).1
Diabetes melitus merupakan penyebab kematian ke dua belas di dunia.
Penyakit diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), jantung, mata dan kaki (amstrong dan Lawrence). Salah satu
komplikasi menahun dari diabetes melitus adalah ulkus diabetikum. Prevalensi
penderita ulkus diabetikum di AS sebesar 15-20% dan angka mortalitas sebesar 17,6%
bagi penderita diiabetes melitus dan merupakan sebab utama perawatan penderita
diabetes melitus dirumah sakit.1,2
Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma,
deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler
perifer.Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan sistematik
dapat membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat. Ulkus diabetikum pada
penderita diabetes melitus merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler oleh karena diabetes melitus.3,4
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada penderita diabetes di lapisan
kulit sampai ke dalam dermis yang biasanya terjadi di telapak kaki dan merupakan
komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri..5,6
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan
penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan
rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan
biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem
pemeliharaan kesehatan.7
Setiap tahun sekitar 5% dari penderita diabetes dapat menjadi ulkus
diabetikum dan 1% memerlukan amputasi. Bahkan tingkat kekambuhan dalam
populasi pasien adalah 66% dan laju amputasi naik sampai 12%. Setengah dari semua
amputasi nontraumatic adalah akibat komplikasi ulkus diabetikum.7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Identitas Penderita
Nama
: Tn. X
JenisKelamin
: Laki-laki
Umur
: 63 Tahun
Agama
: Islam
Alamat
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien masuk ke rumah sakit pelamonia pada tgl 19 november 2014 dengan
keluhan luka pada kaki kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Luka pada kaki kiri dialami sejak pulang dari haji, awalnya rasa baal pada
kaki, yang kemudian sering terinjak oleh para jemaah lain, pada saat menunaikan
ibadah haji, karena seringnya terinjak, akhirnya lukanya semakin bertambah luas,
hingga ibu jari kaki kirinya sepulang dari menunaikan ibadah haji sudah tidak intak
lagi. Sebelum tiba di rumah, pasien sempat dirawat lukanya, tapi semenjak tiba di
rumah, luka pada kaki pasien dirawat sendiri oleh keluarga dengan ramuan herbal.
akhir-akhir ini pasien juga meras lemas, kira-kira sudah hampir sebulan. tapi
baru kali ini dirasakan sangat lemas disertai nafsu makan yang berkurang. Selain itu,
juga terdapat luka pada kaki kiri pasien, disertai nyeri seperti tertusuk-tusuk. Keluhan
lain berupa mual, muntah setelah makan yang dialami sudah 3 hari terakhir ini. Pasien
juga mengeluh kadang-kadang batuk, sesak, pusing, dan sakit kepala.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
darah (-). Gusi tidak berdarah dan tidak bengkak. Bibir tidak
-
tampak anemis.
Lidah
: Bentuk simetris, anemis, tidak tremor, tidak
abses/pseudomembran.
Leher : Pada vena jugularis tidak teraba pulsasi, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, pembesaran kelenjar leher tidak
teraba, kaku kuduk tidak ditemukan, massa tidak ada,
tortikolis tidak ditemukan.
4
6. Toraks
- Pulmo
Inspeksi
Pernapasan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Gerakan
normal,
tonus
tidak
WBC
: 43,3 x 103/L
RBC
: 3,67 x 106/L
HCT
: 29,4 %
MCV
: 80 m3
MCH
: 27,8pq
RDW
: 12,3 %
5
MCHC
: 34,9 g/dL
PLT
: 499x 103/L
Gula darah
Gula darah sewaktu : 321 (Normal : 70-140)
Fungsi Ginjal
Ureum
: 49 mg/dl (10-50mg/dl)
Kreatinin
Fungsi hati
SGOT
SGPT
20 November 2014
Widal slide
S. Typhi O : 1/40
Trygliserida
HDL
LDL
: 83 mg/dl (0-100)
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
24 November 2014
Hematologi
Hemoglobin
WBC
: 28,1x 103/L
RBC
: 2,09 x 106/L
HCT
: 18,1 %
MCV
: 87 m3
MCH
: 28,2pq
RDW
: 14,3 %
MCHC
: 32, g/dL
PLT
: 457x 103/L
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Gula darah
Gula darah sewaktu
E. RESUME
Nama
: Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur
: 63 Tahun
Keluhan Utama
Anamnesis terpimpin :
Luka pada kaki kiri dialami sejak pulang dari haji, awalnya rasa baal pada
kaki, yang kemudian sering terinjak oleh para jemaah lain, pada saat menunaikan
ibadah haji, karena seringnya terinjak, akhirnya lukanya semakin bertambah luas,
hingga ibu jari kaki kirinya sepulang dari menunaikan ibadah haji sudah tidak intak
lagi. Sebelum tiba di rumah, pasien sempat dirawat lukanya, tapi semenjak tiba di
rumah, luka pada kaki pasien dirawat sendiri oleh keluarga dengan ramuan herbal.
7
akhir-akhir ini pasien juga meras lemas, kira-kira sudah hampir sebulan. tapi
baru kali ini dirasakan sangat lemas disertai nafsu makan yang berkurang. Selain itu,
juga terdapat luka pada kaki kiri pasien, disertai nyeri seperti tertusuk-tusuk. Keluhan
lain berupa mual, muntah setelah makan yang dialami sudah 3 hari terakhir ini. Pasien
juga mengeluh kadang-kadang batuk, sesak, pusing, dan sakit kepala.
Pasien sebelumnya sudah menderita Diabetes melitus tipe II sekitar + 10
tahun, disertai tekanan darah yang naik turun, tapi baru satu tahun terakhir ini rutin
kontrol ke Rumah sakit.
PemeriksaanFisik :
Keadaanumum : tampak lemas
Kesadaran
Tensi
: 120/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,5 C
Respirasi
: 24 kali/menit, teratur
Gizi
: sedang
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Lidah
: merah mudah
Leher
Toraks
F.
Abdomen
Ekstremitas
Susunan saraf
Genitalia
Anus
Diagnosa
DM tipe II disertai Ulcus Diabeticum
7. Follow Up
Tanggal
19 Nov 2014
Perjalanan Penyakit
Masuk dengan lemas seluruh
Instruksi dokter
IVFD RL 20 tpm
TD :120/70
Ceftriaxone 1 gr/12jam/iv
N :982x/m
S : 360C
P : 24x/m
20 november 2014
BAK baik
Lemas (+), nafsu makan (-),
TD:120/80
IVFD futrolit-infumal
N : 80x/m
S: 360C
Metformin 2x1
P : 22x/m
Novorapid 3x6 U
Metronidazole inj/8jam/iv
Periksa widal, GDS, elektrolit,
21 november 2014
Profil lipid
Nyeri pada kaki kiri(+),Lemas (+), Terapi lanjut
TD:130/80
N : 80x/m
muntah(-).
S: 360C
28tts
P : 20x/m
20.00
+ ondansentron inj/ 12 jam/iv
9
24 november 2013
Konsul ke bedah
Nyeri pada kaki kiri(+),Lemas (+), Terapi lanjut
TD:100/60
N : 80x/m
S: 360C
P : 20x/m
hematologi rutin
kaki
kanan
ap/lateral
tab berikutnya
Diagnosis Banding:
DM tipe 2
Ulcus Diabeticum grade V
Gangguan fungsi hati
Dislipidemia
Hiponatremia
Sepsis
G.
PROGNOSIS
Dubia et bonam
10
BAB III
PEMBAHASAN
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Sedangkan menurut WHO (World Health
Organization), diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor
lingkungan
dan
keturunan
secara
bersama-sama,
mempunyai
karakteristik
11
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP >200 mg/dl (11,1 mmol/L). TTGO dilakukan dengan
standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus
yang dilarutkan ke dalam air.
Kriteria Diagnostik Diabetes mellitus WHO Tahun 2000:8
1. Normo-glikemia, bila GDP < 110 mg/dl atau GD2JPP < 140 mg/dl
2. IFG atau IGT, bila FPG > 110 mg/dl dan IFG < 126 mg/dl, atau GD2JPP > 140 mg/dl
dan IGT < 200 mg/dl
3. Diabetes, bila FGP > 126 mg/dl atau GD2JPP > 200 mg/dl atau ditemukannya gejalagejala Diabetes dengan konsentrasi glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir disertai kematian
jaringan yang luas dan invasif kuman saprofit. Ulkus diabetikum adalah salah satu
komplikasi kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat.9
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu
masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami
beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
12
Pain (nyeri).
Paleness (kepucatan)
Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
Pulselessness (denyut nadi hilang).
Paralysis (lumpuh).
Menurut berat ringannya lesi, kelainan ulkus diabetikum dibagi menjadi enam derajat
menurut Wagner, yaitu :10
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
dengan kelainan bentuk kaki "claw,callus"
2. Derajat I : ulkus superficial terbatas pada kulit
3. Derajat II : ulkus dalam, menembus tendon atau tulang
4. Derajat III : abses dalam dengan atau tanpa osteomilitas
5. Derajat IV : ulkus pada jari kaki atau bagian distal kaki atau tanpa selulitas
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Pada kasus ini, pasien masuk dengan keluhan lemas seluruh badan dengan riwayat DM
tipe II. Lemas yang dirasakan didapatkan oleh karena terjadinya peningkatan gula darah
(hiperglikemia) sebagai akibat adri diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Ulcus
13
diabeticum pada kaki kiri pasien, dapat diakibatkan oleh karena trauma sebelumnya yang
berkembang menjadi infeksi hingga terbentuk ulcus, dan pasien juga memiliki faktor
resiko selain trauma yang bisa meningkatkan resiko utnuk terjadinya ulcus semakin
meningkat yaitu glukosa darah yang tidak terkontrol, peningkatan trygliserida, Lama
DM sudah + 10 tahun.
terkontrol.
Kebiasaan merokok.
Ketidakpatuhan Diet DM.
Kurangnya aktivitas Fisik.
Pengobatan tidak teratur.
Perawatan kaki tidak teratur.
14
15
Obat
Cara Kerja
Efek samping
Hipoglikemia
BB naik
N/<
Glibenclamide
Gliclazide
Glipizide
Gilmepiride
Glinid
pertama
2. Penambah Sensitivitas Insulin
Tiazolidindion
Berikatan pada PPAr-
BB naik
Repaglinid Nateglinid
adiposity t.u
Rosiglitazone
subkutan dgn
Pioglitazone
dan lemak)
redistribusi
lemak,BB,
Rentensi cairan
3.Penghambat Glukoneogenesis
Biguanides
Glukoneogenesis
16
a. Debridement
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus
diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing
dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan
jaringan nekrotik, debris, calus, fistula atau rongga yang memungkinkan kuman
berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam
fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).4,12
b. Perawatan Luka
Perawatan luka modern menekankan metode moist wound healing atau menjaga
agar luka dalam keadaan lembab. Lingkungan luka yg seimbang kelembabannya
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen didalam matrik non selular yg
sehat. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar
luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari
infeksi dan permeabel terhadap gas. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan
suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko
operasi. Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam perawatan luka,
seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, kompres anti mikroba.7,13
c. Pengendalian Infeksi
Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi
pada luka. Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka
diperlukan pendekatan sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi
terutama berdasarkan keadaan klinis seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan
keluarnya nanah dari luka.14
Pada infeksi yang tidak membahayakan (non-limb threatening) biasanya
disebabkan oleh staphylokokus dan streptokokus. Infeksi ringan dan sedang dapat
dirawat poliklinis dengan pemberian antibiotika oral, misalnya cephalexin, amoxilinclavulanic, moxifloxin atau clindamycin.3,5,11
Sedangkan pada infeksi berat biasanya karena infeksi polimikroba, seperti
staphylokokus, streptokokus, enterobacteriaceae, pseudomonas, enterokokus dan
bakteri anaerob misalnya bacteriodes, peptokokus, peptostreptokokus. Pada infeksi
berat harus dirawat dirumah sakit, dengan pemberian antibiotika yang mencakup gram
posistif dan gram negatif, serta aerobik dan anaerobik.5,12
BAB IV
KESIMPULAN
18
Ulkus diabetes merupakan salah safu komplikasi penyakit diabetes yang menjadi
salah satu masalah yang sering timbul pada penderita diabetes. Ulkus diabetes menjadi
masalah dibidang sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer, deforrnitas struktur kaki menjadi faktor utama
penyebab ulkus diabetes. Faktor lain turut berperan timbulnya ulkus diabetes meliputi
trauma, kelainan biomekanik, keterbatasan gerak sendi, dan peningkatan resiko infeksi.
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus menjadi bagian yang penting dalam penanganan
ulkus diabetes, yaitu dalam penentuan rencana terapi yang tepat serta pengamatannya.
Selama ini ada beberapa sistem klasifikasi yang telah dikenalkan. Klasifikasi ulkus
didasarkan pada ukuran dan kedalam ulkus, adanya hubungan dengan tulang, jumlah jaringan
granulasi dan fibrosis, keadaan sekitar luka dan adanya infeksi.
Perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri dari 3 komponen utama yaitu
debridement, offloading dan penanganan infeksi. Penggunaan balutan yang efektif dan tepat
membantu penanganan ulkus diabetes yang optimal. Keadaan sekitar luka harus dijaga
kebersihan dan kelembabannya. Penegakan diagnosis dini dan penanganan tepat ulkus
diabetes merupakan hal yang penting untuk mencegah amputasi anggota gerak bawah dan
menjaga kualitas hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA
19
American
Diabetes
Practice
Association.
Guideline.
2007.
American
Preventive
College
Care
of
in
Foot
People
and
with
Ankle
Family Physician.
Giurini JM dan Lyons TE. 2005. Diabetic Foot Complications: Diagnosis and
5
6
Waspadi, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam ed. IV. Jakarta.
10 http://www.scribd.com/doc/28490321/Konsep-Dasar-Ulkus-Diabetes-Melitus-1Definisi.
11 Green RJ. Pathology and Theurapeutic for Pharmacits : a Basic for Clinical
Pharmacy Practice. Chapman and Hill, London, 1997
12 http://emedicine.medscape.com/article/190115-treatment
13 Baal JG. 2004. Surgical Treatment of The Infected Diabetic Foot. Clinical Infectious
Disease. Vol 39 (Suppl 2): 123-128
14 Doupis J, Veves A. Classification, Diagnosis, and Treatment of Diabetic Foot Ulcers.
Wound. May 2008; 20:117-126
15 Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM; Fischer JE, Galloway AC, editors.
Principles of Surgery. 7th ed. New York: Mc Graw Hill; 1999.p.931-1004.
16 Riyanto B. Infeksi pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah
Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam
rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang, 2007. p.15-30.
20